Nim : PO7120319006
TAHUN 2021/2022
PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis
yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan
cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penanganapun tinggi. Penyebab luka
bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tak langsung dari api misalnya
A. Definisi
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh suhu panas (thermal), kimia,
elektrik, dan radiasi.
B. Patofisiologi
Berat ringannya luka bakar tergantung pada faktor, agent, lamanya terpapar, area yang
terkena, kedalamannya, bersamaan dengan trauma, usia dan kondisi penyakit sebelumnya.
Derajat luka bakar terbagi menjadi tiga bagian; derajat satu (superficial) yaitu hanya
mengenai epidermis dengan ditandai eritema, nyeri, fungsi fisiologi masih utuh, dapat terjadi
pelepuhan, serupa dengan terbakar mata hari ringan. Tampak 24 jam setelah terpapar dan
fase penyembuhan 3-5 hari.
Derajat dua (partial) adalah mengenai dermis dan epidermis dengan ditandai lepuh atau
terbentuknya vesikula dan bula, nyeri yang sangat, hilangnya fungsi fisiologis. Fase
penyembuhan tanpa infeksi 7-21 hari. Derajat tiga atau ketebalan penuh yaitu mengenai
seluruh lapisan epidermis dan dermis, tanpa meninggalkan sisa-sisa sel epidermis untuk
mengisi kembali daerah yang rusak, hilangnya rasa nyeri, warnanya dapat hitam, coklat dan
putih, mengenai jaringan termasuk (fascia, otot, tendon dan tulang). Fisiologi syok pada luka
bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi kapiler secara massive dan berpengaruh
pada sistem kardiovaskular karena hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan
cairan akan lolos atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam jaringan interstisial.
Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan peningkatan hematokrit dan
leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan
cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan respon
dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi ilius paralitik,
tachycardia dan tachypnea merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler
dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem.
Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat
pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.
Repon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan menurunkan aliran
darah ke perifer dan organ yang tidak vital. Respon metabolik pada luka bakar adalah
hipermetabolisme yang merupakan hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan
katekolamin; dimana terjadi peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena
meningkatnya pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi
penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan
injury jaringan. Kerusakan pada sel daerah merah dan hemolisis menimbulkan anemia, yang
kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan perfusi.
a. Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus
pada penyembuhan jaringan yang rusak.
b. Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada saat
yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam
kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan cairan interstisial
dimana secara khusus natrium masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel.
Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler.
Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap injury pada anak/orang
dewasa dan perpindahan cairan setelah injury thermal.
Dalam 24 jam pertama Luka Bakar Meningkatnya permeabilitas kapiler hilangnya plasma,
protein,cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi ke dalam rongga interstisial
hypoproteinemia, hyponatremia, hyperkalemia hipovolemi syok.
Mobilisasi kembali cairan setelah 24 jam edema jaringan yang terkena luka
bakar compartment intravascular hypervolemia, hypokalemia, hypernatremia
C. Komplikasi
a. Syok hipovolemik
c. Hypermetabolisme
d. Infeksi
f. Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.
Berat ringannya luka bakar dari American Burn Association dalam Whaley and Wong,
(1999) adalah sebagai berikut :
1. Luka bakar minor adalah luka bakar kurang dari 10% luas permukaan tubuh.
2. Luka bakar moderate adalah luka bakar 10-20 % luas permukaan tubuh.
3. Luka bakar mayor adalah luka bakar lebih dari 20 % luas permukaan tubuh.
D. Etiologi
d. Elektrik
a. Riwayat terpaparnya
d. Escharotomy
Terapi cairan; formula Parkland sering digunakan; pada anak 4 ml ringer
laktat/kg berat badan/luas permukaan luka bakar, dalam 24 jam pertama setelah luka
bakar. Setengah jumlah cairan yang dihitung diberikan dalam 8 jam pertama setelah
terjadinya cedera. Setengah sisanya diberikan merata selama 16 jam berikutnya. Pantau
pengeluaran urin harus mencapai (1 ml/kg berat badan/jam). Kemudian 24 jam kedua
terapi cairan ringer laktat dengan dekstrosa 5%. Terapi albumin dapat diberikan bila
indikasi.
Pengkajian
1. Tidak efektif bersihkan jalan nafas dan gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan edema paru, injury pulmonal sekunder dari smoke Inhalation, karbon
monoksida atau hipoksia.
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari
intravaskular ke dalam rongga interstisial dan hilangnya cairan secara evaporasi.
4. Nyeri berhubungan dengan rusaknya ujung-ujung syaraf, trauma dan edema karena
injury luka bakar, dan prosedur.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar, injury thermal.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan hilangnya lapisan pelindung kulit sekunder dari
luka bakar, atau luka yang terkontaminasi.
Penderita dengan luas luka bakar lebih dari 15 % tidak boleh diberikan cairan per oral
pada awalnya karena dapat terjadi ilius.
Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektif bersihkan jalan nafas dan gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema
paru, injury pulmonal sekunder dari smoke Inhalation, karbon monoksida atau hipoksia.
3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan dari intravaskular
ke dalam rongga interstisial dan hilangnya cairan secara evaporasi.
4. Nyeri berhubungan dengan rusaknya ujung-ujung syaraf, trauma dan edema karena injury
luka bakar, dan prosedur.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar, injury thermal.
6. Risiko infeksi berhubungan dengan hilangnya lapisan pelindung kulit sekunder dari luka
bakar, atau luka yang terkontaminasi.
7. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipermetabolisme dan
peningkatan kebutuhan kalori dan protein.
8. Risiko gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka bakar, nyeri, gangguan pergerakan
sendi, dan adanya pembentukan skar.
9. Risiko tidak efektif termuregulator berhubungan dengan hilangnya panas dan perubahan
mekanisme kulit untuk mempertahankan suhu tubuh.
10. Gangguan citra tubuh, perubahan proses keluarga, tidak efektif coping keluarga, dan
kurangnya pengetahuan berhubungan dengan luka bakar.
Perencanaan
1. Kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan yang ditandai dengan saturasi oksigen
dalam batas normal, jalan nafas dan bunyi nafas bersih.
2. Anak akan menunjukkan pengeluaran urine lebih kurang atau sama dengan 1 ml/kg
berat badan/jam untuk 24 jam pertama setelah injury dan tetap terpantau.
4. Anak merasakan nyeri berkungan yang ditandai dengan anak dapat beristirahat dan
beraktivitas sesuai kebutuhan.
6. Luka bakar akan mengalami penyembuhan tanpa infeksi, tidak ada sepsis, dan tidak
ada infeksi pulmonal.
7. Status metabolisme seimbang yang ditandai dengan berat badan stabil, serum
elektrolit normal, penyembuhan luka yang cepat, intake makanan dapat dipertahankan
90% sesuai kebutuhan.
9. Fungsi termuregulator dapat dipertahankan yang ditandai dengan suhu tubuh dalam
batas normal.
10. Klien dan keluarganya mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak, pengobatan,
prosedur dan partisipasi dalam perawatan anak.
Implementasi
Berikan cairan intravena dan oral sesuai dengan kebutuhan dan pantau secara
ketat.
Monitor urine output (pengeluaran urine) dan catat bila kurang dari 1 ml/kg
berat badan jam dan lapor ke penanggung jawab.
Kaji tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit; hypokalemia dan
hyperkalemia, hyponatremia dan hypernatremia, hypochloremia,
hypercalcemia dan hypocalcemia.
Monitor status neurology
Monitor nadi perifer dan nadi bagian distal serta catat adanya perubahan dan
lakukan kolaborasi.
Kaji luka pada fase akut: perubahan warna, kulit, membran mukosa dan kuku.
Rubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan klien terutama bagian
tulang-tulang yang resiko menimbulkan decubitus.
Cegah adanya gesekan pada kulit.
Support dengan bantal pada bagian tertentu yang dibutuhkan.
Lakukan perawatan luka dengan steril; menggunakan sarung tangan, baju
khusus, gunakan larutan normal saline yang steril untuk membersihkan luka.
Jaga agar kulit tetap kering.
Berikan nutrisi; kue-kue atau makanan kecil yang tinggi, kalori dan protein.
Hindari nyeri saat prosedur karena nyeri dapat menurunkan nafsu makan.
Berikan vitamin dan mineral
Berikan makanan tambahan yang dapat menambah nafsu makan.
Antisipasi total nutrisi parenteral.
Jelaskan pentingnya latihan dan lakukan latihan pergerakan aktif dan pasif.
Observasi kontriksi eschar khususnya persendian; kontraktor.
Ajarkan cara meningkatkan penggunaan fungsi pergerakan.
Pemberian analgetik sebelum melakukan aktivitas, bila perlu.
Tingkatkan aktivitas diri
Libatkan keluarga untuk melakukan pergerakan persendian, fleksi, ekstensi,
rotasi, abduksi-abduksi.
10. Meningkatkan konsep diri, koping yang positif dan pemahaman kondisi dan
pengobatan.
Rencana Pemulangan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (1996) Text Book of Medical-Surgical Nursing, Kuncara, et.al.
(2001) (Alih Bahasa), EGC, Jakarta.
Suriadi & Yuliani, (2001) Asuhan Keperawatan pada Anak, CV. Sagung Seto, Jakarta.