Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TUTORIAL

BLOK KELUHAN BERKAITAN DENGAN SISTEM SENSORIS & INTEGUMENTUM

SKENARIO 3

TERSENGAT LISTRIK

OLEH : KELOMPOK 10

DOSEN TUTOR : dr. Alfi Yasmina, M.Kes, Ph.D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

M. RAMAZALI 1710911210031

MUHAMMAD NAUFAL DAFFA 1710911110020

RAJA PARDOMUAN HARAHAP 1710911210044

EVORIUS ORIWARDA 1710911310011

ELEONORA ARMELIA TANJOTO 1710911220019

HANIATUL AISY 1710911220023

DIAH MUTIA RAHMAWATI 1710911220017

DEWI PURNAMA SARI 1710911220016

SALSABELLA FIRQAH NAJIYAH 1710911220045

ALMIRA NUR SADRINA 1710911220006

XENA ASTERINA SUSILO 1710911220057

MISNA ARIYAH 1710911120018


SKENARIO 3

Tersengat Listrik

Laki-laki (24 tahun), seorang pekerja buruh bangunan tersengat listrik sekitar dua jam
sebelum di bawa ke rumah sakit. Pada saat bekerja, tanpa sengaja memegang kabel telanjang, lalu
tersengat kemudian jatuh pingsan. Pasien mengalami luka bakar pada punggung kanan, leher, lengan
kanan dan sedikit di lengan kiri. Luka terasa perih, tampak bulla, edema, hiperemis juga sebagian
kulit berwarna pucat. Pasien mengalami pingsan + 15 menit, namun tidak ada muntah ataupun sesak.
Dokter IGD kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang. Menurut dokter IGD yang
memeriksa, luas luka bakar pada pasien yaitu 19% dan pasien harus dirawat.

LANGKAH 1. IDENTIFIKASI DAN KLARIFIKASI ISTILAH

Bula : vesikel atau tonjolan dan berisi cairan bening jika berubah warna menjadi warna susu
maka ada indikasi infeksi ukurannya >0.5cm

Hiperemis : kemerahan karena iritasi pembuluh darah

Edema : bengkak karena pelebaran pembuluh darah perbedaan tekanan sehingga cairan
berpindah ke interstitial.

LANGKAH 2. MEMBUAT DAFTAR MASALAH

1. Berapa derajat luka bakar pasien?


2. Apakah ada indikasi rawat inap?
3. Bagaimana presentasi luka bakar pada seluruh tubuh?
4. Apakah penangan pertama?
5. Apakah termasuk kegawatdaruratan medis?
6. Menagapa pasien bisa mengalami hiperemis, pucat, udem, bula dan jatuh pingsan?
7. Apakah ada hubungan onset 2 jam dengan keparahan luka?
8. Factor yang memperparah setelah terjadinya luka bakar?
9. Bagaimana stuktur kulit secara histologi?
10. Sebutkan jenis jenis luka bakar?
11. Hubungan jenis kelamin usia dengan RPS?
12. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan?
13. Apa dampak muntah dan sesak?

LANGKAH 3. ANALISIS MASALAH

1 derajat luka bakar pada scenario ini termasuk 2b.

1. LUKA BAKAR DERAJAT I

- EPIDERMIS

2. LUKA BAKAR DERAJAT II

- DERAJAT IIA (SUPERFICIAL)


- DERAJAT IIB (DEEP)

3. LUKA BAKAR DERAJAT III

- SAMPAI OTOT / TULANG

2. pada sekanrio ini pasien dilakukan proses rawat inap. Dengan indikasi sebagai berikut :
luka bakar diarea wajah+lengan, luka bakar karena sengatan listrik/bahan kimia, luas luka
bakar >15% pada orang dewasa pengukuran tersebut dinamakan rules of nine

3.

 RULE OF NINE

 Kepala leher 9% --------> 9%

 Lengan 9% --------> 18%

 Badan depan ---------------------> 18%

 Badan belakang ------------------> 18%

 Tungkai 18% -------> 36%

 Genetalia/ perineum -------------> 1%

Jumlah -----------------------------→ 100%

4. resuitasi cairan → stabilisasi →RL 4 cc x BB x% luka bakar (dipantau 24 jam) untuk


menghindari syok hipovolemik dengan hari kedua ½ hari pertama → dewasa

Cari tahu penyebab → lepas pakaian pasien yang mengalami luka bakar → beri oksigen →
cek airway breathing dan circulation.

5.ya termasuk kegawatdaruratan karena : membahayakan nyawa orang lain, lingkungan,


pasien mengalami gangguan airway breathing dan circulation, penurunan kesadaran,
gangguan hemodinamik, dan perlu penanganan segera
6. ?

7.ada. jika tidak cepat ditangani → area nekrosissemakin luas dan dalam dikhawatirkan dapat
mengenai gangguan jantung atau respirasi karena sengatan listrik bekerja secara sitemik pada
tubuh

8. ketikaluka bakar terjadi ketika tidakditangani dengan tepat maka bisa terjadi infeksi oleh
bakteri pseudomonas aerogienosa, selain itu dari berbagai factor resiko seperti diabetes
mellitus dapat memperlambat kesembuhan luka bakar.

9.kulit dibagai menjadi 3 bagian yaitu epidermis yang terdiri dari : stratum basale, stratum
spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum, stratum korneum, dermis : stratum papilarre
sebagai nerve ending, stratum retikulare pembuluh darah folikel rambut, sub kutis terdiri dari
sel-sel lemak.

10.luka bakar terminal : kontak langsung dengan api atau cairan panas

Luka bakar kimia : disebabkan oleh cairan kimia

Luka bakar elektrik : disebabkan oleh sengatan listrik seperti pada scenario ini

Luka bakar radioaktif : disebabkan oleh bahan bahan radioaktif

11. laki-laki lebih berisiko terkena sengatan listrik Karen dari factor pekerjaan yang dimana
laki-laki lebih banyak bekerja sebagai buruh bangunan seperti di scenario tersebut

12. dimasukan didalam tutorial ke 2

13. ?

LANGKAH 4. POHON MASALAH

Laki-laki 24 thn Anamnesis Keadaan umum: sakit


KU: Tampak Sakit Sedang sedang
Onset: 2jam TD: 130/70 mmHg
Lokasi: punggung kanan,
Px. Fisik DN: 90x/menit
leher, lengan kanan dan
sedikit di lengan kiri. RR: 22x/menit
Sifat: Luka terasa perih, Suhu: 36,8oC
tampak bulla, edema,
hiperemis juga sebagian
kulit berwarna pucat. Px. Penunjang
Pasien mengalami
pingsan + 15 menit
Pemberat: -
DD:
Memperingan: -
luka bakar
Upaya: -
Penyerta:-

RPD: -
RPK: -
DEFINISI PROGNOSIS
DK:Luka Bakar
EPIDEM PREVENTIF
Migrain headache
ETIOLOGI KLASIFIKASI F.RESIKO Cluster headache
PATOFIS MANIFES DIAGNOSIS TALAK KOMPLIKASI
Tension headache
LANGKAH 5. SASARAN BELAJAR

POHON MASALAH, KEWENANGAN DASAR

LANGKAH 6. BELAJAR MANDIRI

LANGKAH 7. SINTESIS HASIL BELAJAR

7.1. DEFINISI

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)

Sumber: PPK edisi revisi 2014

7.2. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya dengan


jumlah kematian 5 - 6 ribu kematian pertahun, sedangkan di Indonesia belum ada laporan
tertulis.
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di laporkan 107 kasus
luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38 sedangkan di Rumah Sakit Dr.
Sutomo Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26, 41 %

Pada tahun 2004, hampir 11 juta orang di dunia mengalami luka bakar yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit. Sekitar 80% kasus luka bakar terjadi di rumah. Frekuensi kematian
akibat luka bakar di negara dengan pendapatan rendah dan menengah sebelas kali lebih tinggi
dibandingkan negara dengan pendapatan tinggi. Kebanyakan kematian akibat luka bakar juga
terjadi di daerah Afrika, Asia Tenggara dan Timur Tengah dengan sekitar 195.000 orang
meninggal akibat kejadian ini setiap tahunnya (WHO, 2008).

Prevalensi 2 luka bakar di Indonesia sebesar 0,7%. Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 1
tahun hingga 4 tahun sebesar 1,5% (RISKESDAS, 2013).
Luka bakar derajat II (partial thickness) merupakan kerusakan pada kulit yang terjadi pada
lapisan epidermis dan sebagian dermis. Luka bakar tersebut mendominasi persentase angka
kejadian tertinggi diantara derajat lainnya yaitu sebesar 73%, sedangkan angka kejadian luka
bakar derajat I (superficial partial-thickness) sebanyak 17%, dan sisanya sebanyak 10%
adalah luka bakar derajat III (full-thickness) (Sabarahi, 2010)

7.3. ETIOLOGI

Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api,
cairan panas atau objek-objek panas lainnya.

Luka Bakar Kimia Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan
kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya
jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia
dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat – zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka
bakar kimia.

Luka Bakar Elektrik Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang
digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.

Luka Bakar Radiasi Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar
oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka
bakar radiasi.

Sumber : Luckmann & Sorensen. (1993). Medical-surgical nursing a psychophysiologic


approach, (4th ed.). Philadelphia: W.B. Saunder Co.

7.4. KLASIFIKASI

a. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab  Luka bakar termal Luka bakar
yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa disebabkan oleh cairan panas, berkontak
dengan benda padat panas, terkena lilin atau rokok, terkena zat kimia, dan terkena aliran
listrik (WHO, 2008).  Luka bakar inhalasi Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya
gas yang panas, cairan panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak
sempurna. Luka bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka bakar (WHO, 2008).
b. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar  Derajat I (superficial)
hanya terjadi di permukaan kulit (epidermis). Manifestasinya berupa kulit tampak kemerahan,
nyeri, dan mungkin dapat ditemukan bulla. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 3
hingga 6 hari dan tidak menimbulkan jaringan parut saat remodeling (Barbara et al., 2013). 
Derajat II (partial thickness) melibatkan semua lapisan epidermis dan sebagian dermis. Kulit
akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit edem dan nyeri berat. Bila ditangani dengan
baik, luka bakar derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan meninggalkan
jaringan parut (Barbara et al., 2013).
9  Derajat III (full thickness) melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk tulang,
tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering dan mungkin ditemukan bulla
berdinding tipis, dengan tampilan luka yang beragam dari warna putih, merah terang hingga
tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat hancurnya ujung saraf
pada dermis. Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan biasanya membutuhkan
donor kulit (Barbara et al., 2013).
c. Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka Sedangkan berdasarkan luas lesi dapat
diklasifikasikan menjadi 3 yakni:  Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I seluas
<10% atau derajat II seluas <2%.  Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I seluas 10-
15% atau derajat II seluas 5-10%  Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II seluas
>20% atau derajat III seluas >10% Untuk menilai luas luka menggunakan metode “Rule of
Nine” berdasarkan LPTT (Luas Permukaan Tubuh Total). Luas luka bakar ditentukan untuk
menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan prognosis. Persentase pada orang dewasa dan
anak-anak berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan untuk ektremitas atas
memiliki nilai masing-masing 9%. Untuk bagian tubuh anterior dan
10 posterior serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing-masing 18%, yang termasuk
adalah toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%. Sedangkan pada anak-anak
persentasenya berbeda pada kepala memiliki nilai 18% dan ektremitas bawah 14% (Yapa,
2009).

7.5. FAKTOR RESIKO

Faktor risiko kebakaran dan kebakaran

• Faktor sosial ekonomi

Sebuah. Pendapatan rumah tangga dan nilai rumah berkorelasi dengan kematian akibat
kebakaran dan kebakaran >>> ditandai dengan pendapatan rumah tangga rata-rata lebih
rendah, nilai properti lebih rendah, dan kualitas perumahan yang lebih buruk >>> tingkat
cedera kebakaran lebih tinggi >>> perilaku berisiko di lingkungan berpenghasilan rendah
>>> seperti penyalahgunaan alkohol dan narkoba >>> risiko kebakaran di rumah

b. Kematian akibat api dan api 16 kali lebih tinggi di kelas sosial ekonomi terendah

c. Luka inhalasi asap non-fatal terjadi lebih dari 30 kali lebih tinggi daripada kematian akibat
cedera inhalasi asap

• Faktor terkait usia

Sebuah. Secara global, tingkat kematian terkait kebakaran tertinggi pada anak-anak terjadi
pada bayi dan anak-anak di bawah empat tahun >>> tingkat kematian mulai naik lagi setelah
usia 15 (mungkin karena paparan bahaya yang lebih besar, eksperimen dan pengambilan
risiko, juga sebagai pekerjaan

b. Berbagai masalah berdampak pada kemungkinan bahwa seorang anak akan terbakar >>>
termasuk karakteristik ibu (termasuk melek huruf, pendidikan, dan usia), pengetahuan
tentang risiko luka bakar dan cara-cara untuk mengamankan perawatan kesehatan,
kepemilikan rumah, dapur terpisah dari tempat tinggal lainnya, penggunaan bahan kimia
tahan api pada kain dan pelapis, pemasangan alarm asap dan alat penyiram air perumahan,
sistem pertolongan pertama dan tanggap darurat yang tepat, dan keberadaan layanan
perawatan kesehatan yang berkualitas

c. Anak-anak yang ibunya memiliki pendidikan kurang dari sekolah menengah memiliki
risiko hampir 20 kali lebih besar meninggal dalam kebakaran daripada anak-anak yang
ibunya memiliki pendidikan tinggi.

d. Anak-anak yang ibunya memiliki tiga atau lebih anak-anak lain memiliki risiko 6 kali lebih
besar meninggal dalam api daripada mereka yang memiliki ibu yang tidak memiliki anak
lain.

e. Anak-anak yang ibunya lebih muda dari usia 20 memiliki risiko hampir 4 kali lipat
meninggal dalam api daripada mereka yang ibunya berusia 30 tahun atau lebih.

• Kerentanan terkait dengan tahap perkembangan

Sebuah. Rasa ingin tahu dan keinginan anak-anak untuk bereksperimen tidak cocok dengan
kemampuan mereka untuk memahami potensi bahaya maupun oleh kemampuan mereka
untuk meresponsnya

b. Dimulai pada usia enam bulan, anak-anak mulai meraih benda-benda dan merangkak dan
sepenuhnya bergerak pada 18 bulan >>> peningkatan keterampilan dan aktivitas motorik ini
meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan menemukan cairan dan padatan panas,
kabel listrik, lilin, perapian, gelombang mikro, treadmill, pengeriting rambut dan pengeriting
rambut, oven dan kompor, bahan kimia, dan agen berbahaya lainnya >>> usia ini bertepatan
dengan pencapaian perkembangan seperti mobilitas independen, perilaku eksplorasi, dan
aktivitas tangan ke mulut namun anak belum mengembangkan keterampilan kesadaran
bahaya kognitif dan penghindaran

• Lingkungan: rumah dan keadaan lainnya

Sebuah. Sebagian besar wanita (ibu, nenek, bibi, keponakan, dan anak perempuan yang lebih
tua) terlibat dalam banyak tugas sambil menyiapkan makanan, termasuk merawat anak-anak
yang lebih kecil.

b. Keluarga berpenghasilan rendah berfungsi dalam kondisi penuh sesak dengan hanya
peralatan dasar dan utilitas dan terus-menerus ditekankan oleh kelaparan, kelelahan, frustrasi
dan ketakutan >>> luka bakar atau nyala api mungkin menjadi item terakhir dalam agenda
saudari remaja yang ditugasi membuat makan malam dan merawat adik-adik
c. Kurangnya pengawasan di sekitar rumah dan kelalaian adalah salah satu risikonya

• Faktor terkait usia: lansia

Sebuah. Lansia (orang berusia 65 tahun atau lebih tua) berada pada risiko yang lebih tinggi
daripada kelompok usia yang lebih muda dalam kebakaran perumahan dan lebih mungkin
untuk menyerah pada komplikasi setelah cedera termal >>> terkait dengan kemunduran
penilaian dan koordinasi, perubahan dalam kognisi dan keseimbangan sekunder untuk
pengobatan penggunaan, dan konsekuensi patofisiologis dari penghinaan fisik cedera

b. Pola perilaku memperburuk risiko pada lansia >>> orang yang lebih tua yang merokok
lebih mungkin meninggal dalam kebakaran perumahan >>> risiko meningkat pada
kerentanan terhadap komplikasi infeksi dan metabolisme >>> risiko lebih tinggi pada pasien
dengan luka bakar yang lebih besar dalam dimensi

c. Usia bersama dengan ukuran luka bakar dan adanya cedera inhalasi asap >>> prediktor
paling kuat setelah cedera termal

• Faktor terkait gender

Sebuah. Perbedaan jenis kelamin dalam perilaku muncul sekitar waktu yang sama dengan
perbedaan dalam tingkat cedera dan berkorelasi dengan jenis cedera

b. Anak laki-laki 70% lebih mungkin meninggal karena cedera daripada anak perempuan >>>
untuk anak di bawah 15 tahun, ada 24 lebih banyak kematian cedera di kalangan anak laki-
laki daripada di antara anak perempuan

c. Angka kematian untuk kematian akibat terbakar untuk anak-anak di bawah 20 tahun
hampir identik

d. Kelompok usia termuda (bayi sampai empat tahun) >>> angka kematian akibat kebakaran
untuk anak laki-laki adalah 1,24 dibandingkan anak perempuan

e. Anak laki-laki berisiko lebih tinggi >>> anak laki-laki disosialisasikan secara berbeda >>>
orang tua lebih cenderung membiarkan anak laki-laki berkeliaran lebih lanjut dengan batas
lebih sedikit dan bermain sendirian, terlibat dalam pengambilan risiko yang lebih tinggi dan
tingkat aktivitas yang lebih tinggi dan berperilaku lebih impulsif daripada anak perempuan

f. Tingkat kematian akibat kebakaran di AS lebih tinggi pada pria lansia daripada pada wanita
lansia >>> perbedaannya paling menonjol pada kelompok usia 20-44 >>> rasio kematian
akibat api pada pria hampir dua kali lipat pada wanita

g. Aktivitas kerja menempatkan orang dalam risiko cedera terkait pekerjaan >>> pekerja di
industri pertambangan, transportasi, dan utilitas publik memiliki tingkat kematian tertinggi
akibat cedera termal

h. Perbedaan gender dalam insiden luka bakar dapat bervariasi berdasarkan usia, wilayah, dan
kategori pendapatan nasional
• Faktor regional

Sebuah. Insiden luka bakar yang cukup parah sehingga memerlukan perawatan medis hampir
20 kali lebih tinggi di Pasifik Barat (termasuk Cina) daripada di Amerika

b. Kematian akibat terbakar lebih mungkin terjadi di wilayah tertentu di dunia >>> bahkan
ketika gender dan status pendapatan nasional dipertimbangkan

c. Iklim dingin dapat dikaitkan dengan insiden pembakaran yang lebih tinggi >>> kurangnya
listrik mengamanatkan penggunaan bahan bakar mudah terbakar yang berbahaya, termasuk
api kayu terbuka dan pemanas minyak tanah >>> anak-anak yang lebih besar sering
bertanggung jawab untuk menyalakan dan merawat api, kompor, dan lampu, dengan
demikian meningkatkan kerentanan mereka terhadap luka bakar

Souce: Epidemiology of Burns Throughout The World. Part I: Distribution and Risk Factors
by Elsevier

• Empat jenis utama:

a. Cedera pada flash >>> yang disebabkan oleh arc flash, biasanya terkait dengan luka bakar
yang dangkal, karena tidak ada arus listrik yang melewati kulit

b. Cidera api >>> ketika flash busur menyulut pakaian seseorang dan arus listrik mungkin
atau mungkin tidak melewati kulit dalam kasus ini

c. Cedera petir >>> yang melibatkan energi listrik bertegangan sangat pendek namun sangat
tinggi, dikaitkan dengan arus listrik yang mengalir melalui seluruh tubuh individu

d. Cedera listrik yang sebenarnya >>> melibatkan individu yang menjadi bagian dari
rangkaian listrik. Dalam kasus ini, pintu masuk dan keluar situs biasanya ditemukan

Respon Tubuh terhadap Luka Bakar

• Respons lokal

a. Zona koagulasi >>> terjadi pada titik kerusakan maksimum >>> ada kehilangan jaringan
yang ireversibel karena koagulasi protein konstituen

b. Zona stasis >>> ditandai oleh penurunan perfusi jaringan tetapi jaringan berpotensi
diselamatkan >>> hipotensi, infeksi, atau edema yang berkepanjangan dapat mengubah zona
tersebut menjadi area kehilangan jaringan total

c. Zona hyperaemia >>> perfusi jaringan meningkat di zona ini >>> jaringan akan selalu
pulih kecuali ada sepsis parah atau hipoperfusi berkepanjangan

• Respon sistemik >>> pelepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya di lokasi cedera
begitu luka bakar mencapai 30% dari total luas permukaan tubuh

a. Perubahan kardiovaskular >>> permeabilitas kapiler meningkat >>> menyebabkan


hilangnya protein dan cairan intravaskular ke dalam kompartemen interstitial >>>
vasokonstriksi perifer dan splanknik terjadi >>> kontraktilitas miokard menurun karena
pelepasan faktor nekrosis tumor α >>> ditambah dengan kehilangan cairan dari luka bakar
>>> mengakibatkan hipotensi sistemik dan hipoperfusi organ akhir

b. Perubahan pernafasan >>> menyebabkan bronkokonstriksi >>> luka bakar parah, sindrom
gangguan pernapasan dewasa dapat terjadi

c. Perubahan metabolik >>> laju metabolisme basal meningkat hingga 3 kali lipat dari laju
semula >>> ditambah dengan hipoperfusi splanknik >>> mengharuskan pemberian makan
enteral dini dan agresif untuk mengurangi katabolisme dan menjaga integritas usus

d. Perubahan imunologis >>> terjadi regulasi turun respons imun non spesifik, yang
memengaruhi jalur sel yang dimediasi dan humoral

7.6. PATOFISIOLOGI

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa kerusakan bermakna,
kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan
pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan
pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah,
dalam hal ini bukan hanya cairan tetapiprotein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar
ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan
masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan iuntravaskuler
mengalami defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke
jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok.

Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ multi
sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan kulit yang
mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O,
elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan
intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik
dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila
sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro
yang menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti: otak, kardiovaskuler, hepar,
traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi
sistem. Proses kegagalan organ multi sistem ini terangkum dalam bagan berikut
7.7. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis luka bakar dapat dikelompokkan menjadi trauma primer dan
sekunder, dengan adanya kerusakan langsung yang disebabkan oleh 12luka bakar dan
morbiditas yang akan muncul mengikuti trauma awal. Pada daerah sekitar luka, akan
ditemukan warna kemerahan, bulla, edema, nyeri atau perubahan sensasi. Efek sistemik
yang ditemukan pada luka bakar berat seperti syok hipovolemik, hipotermi, perubahan uji
metabolikdan darah.

Syok hipovolemik dapat terlihat pada pasien dengan luas luka bakar lebih dari
25% LPTT. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas pembuluh darah
yang berlangsung secara kontinyu setidaknya dalam 36 jam pertama setelah trauma luka
bakar. Berbagai protein termasuk albumin keluar menuju ruang interstitial dengan
menarik cairan, sehingga menyebabkan edema dan dehidrasi. Selain itu, tubuh juga
telah kehilangan cairan melalui area luka, sehingga untuk mengkompensasinya,
pembuluh darah perifer dan visera berkonstriksi yang pada akhirnya akan
menyebabkan hipoperfusi. Pada fase awal, curah jantung menurun akibat melemahnya
kontraktilitas miokardium, meningkatnya afterloaddan berkurangnya volume plasma.
Tumour necrosisfactor-α yang dilepaskan sebagai respon inflamasi juga Suhu tubuh
akan menurun secara besar dengan luka bakar berat, hal ini disebabkan akibat evaporasi
cairan pada kulit karena suhu tinggi luka bakar dan syok hipovolemik. Uji kimia darah
menunjukkan tingginya kalium (akibat kerusakan pada sel) dan rendahnya kalsium (akibat
hipoalbuminemia). Setelah 48 jam setelah trauma luka, pasien dengan luka bakar berat
akan menjadi hipermetabolik (laju metabolik dapat meningkat berperan dalam
penurunan kontraktilitas miokardium.

Suhu tubuh akan menurun secara besar dengan luka bakar berat, hal ini
disebabkan akibat evaporasi cairan pada kulit karena suhu tinggi luka bakar dan syok
hipovolemik. Uji kimia darah menunjukkan tingginya kalium (akibat kerusakan pada sel)
dan rendahnya kalsium (akibat hipoalbuminemia). Setelah 48 jam setelah trauma luka,
pasien dengan luka bakar berat akan menjadi hipermetabolik (laju metabolik dapat
meningkat hingga 3 kali lipat). Suhu basal tubuh akan meningkat mencapai 38,5 0C
akibat adanya respon inflamasi sistemik terhadap luka bakar. Respon imun pasien juga
akan menurun karena adanya down regulationpada reseptor sehinggameningkatkan resiko
infeksi dan juga hilangnya barier utama pertahanan tubuh yaitu kulit.

Nyeri akibat luka bakar dapat berasal dari berbagai sumber yaitu antara lain, sumber
luka itu sendiri, jaringan sekitar, penggantian pembalut luka ataupun donor kulit. Setelah
terjadinya luka, respon inflamasi akan memicu dikeluarkannya berbagai mediator
seperti bradikinin dan histamin yang mampu memberi sinyal rasa nyeri.

Hiperalgesia primer terjadi sebagai respon terhadap nyeri pada lokasi luka,
sedangkan hiperalgesia sekunder terjadi beberapa menit kemudian yang diakibatkan
adanya transmisi saraf dari kulit sekitarnya yang tidak rusak. Pasien dengan luka bakar
derajat I atau derajat II superfisial biasanya akan berespon baik terhadap pengobatan
dan sembuh dalam waktu 2 minggu, luka bakar tersebut tampak berwarna merah muda
atau merah, nyeri dan memiliki suplai darah yang baik.

Menurut Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai
dengan kerusakannya :

1. Grade I Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh
dalam 3-7 dan tidak ada jaringan parut.
2. Grade II Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema
subkutan, luka merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari
tergantung komplikasi infeksi.
3. Grade III Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputih-
putihan dan hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak
sembuh sendiri maka perlu Skin graff.

Sumber:

Rudall N & Green A. Burns clinical features and prognosis. Clinical Pharmacist. 2010.
2: 245-8

Effendi, C. Perawatan Pasien Luka Bakar. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta.
1999. 5-6; 25

7.8. DIAGNOSIS

HISTORY / ANAMNESA

1. Menanyakan identitas pasien Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas
permukaan tubuh

2. Luka bakarnya disebabkan oleh sengatan listrik, bahan kimia, atau tersiram air panas

3. Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan
lain-lain.

4. Menghitung Luas dan derajat luka bakar

5. Adakah resiko trauma inhalasi

6. Kapan terjadinya dan berapa lama pajanannya

7. Pertolongan pertama yang telah dilakukan dan tata laksana lanjutan yang diberikan

Px Fisik :

1. Vital sign

2. Pemeriksaan fisik lengkap dari kepala-kaki.

3. A. AIRWAY DAN CERVICAL SPINE PROTEKSI : Penilaian jalan nafas harus


diperhatikan sejak awal pasien diterima dan harus dipastikan bahwa tidak ada
hambatan jalan napas. Manuver chin lift, jaw thrust, pemasangan oropharingeal tube
pada pasien tidak sadar atau pertimbangan pemasangan endotrakeal tube dapat
dilakukan untuk pembebasan jalan nafas.

B. BREATHING DAN VENTILASI : Ventilasi membutuhkan paru, dinding dada, dan


diafragma dalam keadaan yang fungsional dan harus dievaluasi pada survey primer
-Melihat dinding dada atau diafragma mengembang

-Mendengar dan merasakan suara napas.

-Memberikan terapi oksigen

C. CIRCULATION DAN KONTROL PERDARAHAN : Perhatian utama pada adanya


manifestasi klinis syok hipovolemik intravaskular dan syok selular yang timbul pada luka
bakar (yaitu: gangguan kesadaran, pucat, takikardia, nadi cepat, dan tidak teratur disertai
pengisian kapilar yang tidak adekuat atau uji pengisian kapilar >2 detik, suhu tubuh turun
naik).

D. DISABILITY – PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

E. EXPOSURE

Px Penunjang :

1. HEMATOCRIT, DARAH LENGKAP (Hb),ALBUMIN,RFT DAN


LFT,ELEKTROLIT, Na, K, Cl, HCO3,BLOOD UREA NITROGEN,URINALYSIS,
ARTERIAL BLOOD GASES (TRAUMA INHALASI), CARBOXY
HEMOGLOBIN, leukosit : leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.

2. FOTO THORAK

3. ECG (TRAUMA LISTRIK): untuk mengetahui apakah pasien mengalami fibrilasi


atau distaritmia.

(sumber : Slide dr Suliandri SP.BS dan makalah penanganan luka bakar)

7.9. TATALAKSANA

PERTOLONGAN PERTAMA

1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen
pada api yang menyala 

2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena
jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem 

3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus
setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan
dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini
pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. 

4. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena
bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar
apapun.
5. Evaluasi awal 

6. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat 

trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti
dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder

PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT.

I. Evaluasi Pertama (Triage)

a) Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus


dipertahankan meliputi airway, ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan
segera lakukan intubasi endotrakeal, pemasangan infuse untuk mempertahankan
volume sirkulasi 


b) Pemeriksaanfisikkeseluruhan.
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai


sarung tangan yang steril, bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka
bakar dapat pula mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma
abdomen dengan adanya internal bleeding atau mengalami patah tulang punggung /
spine. 


c) Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita


terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang dapat
menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan
penyakit – penyakit yang pernah di alami sebelumnya. 


d) Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka
bakar sedang atau ringan.
Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan 
luas luka
bakarnya. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman) 


II. Penanganan di Ruang Emergency

a) Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.


b) Bebaskan pakaian yang terbakar.
c) Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adnya trauma
lain yang menyertai. 

d) Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang
endotracheal tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi. 

e) Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasanga
scalp vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa
dan 20-30 cc/jam untuk anak – anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak
dibawah 2 tahun. 

f) Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat
jumlah urine/jam. 

g) Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten
pengisapan.
h) Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara
intramuskuler. 

i) Timbang berat badan 

j) Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster 
bila
penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir. 

k) Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci
debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle
kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup
dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka 
dan penderita dimandikan
dengan air dicampur Salvon 1 : 30 

l) Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar)dengan
teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di
dapatkan permukaan yang berdarah.
Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang
mengenai kaki dan tangan melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.
m) Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah
dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi.
Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses
epitelisasi pada luka bakar yang relative superficial.
n) Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness skin grafting.
Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive penutup

RESUSTASI CAIRAN

a) BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x %


luas luka bakar per 24 jam Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.

Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc 1–3Tahun :beratbadanx75cc 3–


5Tahun :beratbadanx50cc

1⁄2 jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. 1⁄2 diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua
Dewasa : 1⁄2 hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
b) Menurut Evans - Cairan yang dibutuhkan :

1. RL/NaCl=luascombustio......%XBB/KgX1cc
2. Plasma=luascombustio......%XBB/KgX1cc

3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc
Hari I = 8 jam X 1⁄2
16 jam X 1⁄2
Hari II = 1⁄2 hari I

Hari ke III = kari ke II
7.10. KOMPLIKASI

Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari ketidakmampuan
tubuh saat proses penyembuhan luka (Burninjury, 2013).  Infeksi luka bakar Infeksi pada
luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Sistem integumen memiliki
peranan sebagai pelindung utama dalam melawan infeksi. Kulit yang rusak atau nekrosis
menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap patogen di udara seperti bakteri dan jamur. Infeksi
juga dapat terjadi akibat penggunaan tabung atau kateter. Kateter urin dapat menyebabkan
infeksi traktus urinarius, sedangkan tabung pernapasan dapat memicu infeksi traktus respirasi
seperti pneumonia (Burninjury, 2013).  Terganggunya suplai darah atau sirkulasi Penderita
dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan kondisi hipovolemik atau
rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami
sumbatan darah (blood clot) pada ekstremitas. Hal ini terjadi akibat lamanya waktu tirah
baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu menganggu sirkulasi darah normal,
sehingga mengakibatkan akumulasi darah di vena yang kemudian akan membentuk sumbatan
darah (Burninjury, 2013).  Komplikasi jangka panjang Komplikasi jangka panjang terdiri
dari komplikasi fisik dan psikologis. Pada luka bakar derajat III, pembentukan jaringan
sikatriks terjadi 19 secara berat dan menetap seumur hidup.

Pada kasus dimana luka bakar terjadi di area sendi, pasien mungkin akan mengalami
gangguan pergerakan sendi. Hal ini terjadi ketika kulit yang mengalami penyembuhan
berkontraksi atau tertarik bersama. Akibatnya, pasien memiliki gerak terbatas pada area luka.
Selain itu, pasien dengan trauma luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca
trauma atau post traumatic stress disorder (PTSD). Depresi dan ansietas merupakan gejala
yang sering ditemukan pada penderita (Burninjury, 2013).

7.11. PENCEGAHAN

Salah satu hal penting yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka bakar
adalah mengetahui hal-hal yang berisiko menimbulkan kebakaran baik di rumah maupun di
tempat kerja. Terutama bila Anda bekerja di lingkungan dengan api, bahan kimia, atau bahan
yang dipanaskan.

Untuk meminimalkan risiko terjadinya luka bakar di seputar rumah tangga, ada
beberapa hal yang bisa dilakukan:

- Hindari membiarkan masakan di atas kompor menyala tanpa pengawasan.

- Simpan cairan panas jauh dari jangkauan anak-anak atau hewan peliharaan.

- Letakkan peralatan elektronik jauh dari sumber air.

- Periksa suhu makanan sebelum disajikan kepada anak.

- Hindari mengenakan bahan pakaian yang mudah terbakar saat memasak


- Jauhkan sumber panas seperti kompor, alat masak, tungku api, dan sebagainya dari
jangkauan anak.

- Cabut saklar alat elektronik seperti setrika saat tidak digunakan.

- Hindari merokok di dalam rumah.

- Periksa alat deteksi asap kebakaran secara rutin.

- Simpan alat pemadam kebakaran di rumah.

- Jauhkan zat kimia dan korek api dari jangkauan anak.

- Periksa suhu air mandi sebelum memandikan anak.

7.12. PROGNOSIS

Prognosis untuk luka bakar derajat 1 ialah bonam karena dapat sembuh dengan cepat dan
kerusakan yang terjadi sedikit, sehingga hanya memerlukan terapi seperti diberi pelembb di
daerah lesi. Luka bakar derajat 2 memiliki prognosis dubia ad bonam karena outcome nya
ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan terapi agar tidak terjadi infeksi sekunder dll.
Prognosis untuk luka bakar derajat 3 tentunya lebih buruk karena kerusakan yang
ditimbulkan lebih banyak dan parah sehingga memerlukan penanganan lebih.

Sumber: Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 2017

Anda mungkin juga menyukai