3
LUKA BAKAR
Kelompok 5
Anggota Kelompok :
Rahmania G1A113082
HummairaAtthirahManda G1A113084
PrimaditaAsisPratiwi G1A113085
Karina RijaSriayu G1A113086
RirinOctarina G1A113087
Jasmine Fimania G1A113088
RizkiSariwahyuni G1A113091
WegrimelAriegara G1A113092
DestiEmiliani G1A113093
B. Klarifikasi istilah
1. Jelaga : butiran arang yang halus dan lunak yang terjadi dari asap
lampu dan sebagainya berwarna hitam.1
2. Triase : proses skrining secara cepat terhadap semua anak sakit segera
setelah tiba di rumah sakit untuk mengidentifikasikorban dengan cedera yang
mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke
fasilitas kesehatan.2
3. Bantuan hidup dasar : pertolongan pertama yang dilakukan pada korban henti
jantung atau henti napas.3
C. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana etiologi luka bakar?
2. Bagaimana klasifikasi derajat pada luka bakar?
3. Bagaimana penilaian awal saat pasien datang ke IGD?
4. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi mortalitas dan morbiditas pada pasien luka
bakar?
6. Bagaimana tatalaksana luka bakar secara umum dan tatalaksana yang dapat
diterapkan pada kondisi tn.Y?
7. Apa makna klinis didapatkan jelaga di lubang hidung pasien?
8. Apa saja komplikasi atau kondisi yang dapat memperberat luka bakar dan bagaimana
penatalaksanaannya?
9. Apa makna klinis pasien terlihat sesak napas, panas, dan nyeri pada saluran napas?
10. Apa tujuan dan prinsip triase?
11. Bagaimana metode triase di IGD dan cara mengelompokkan prioritas triase?
12. Apa tujuan dan prinsip BHD?
13. Apa saja kompetensi dokter IGD yang harus dimiliki dalan menangani kasus Tn.Y?
14. Bagaimana cara menerapkan BHD pada setiap pasien? Jelaskan metode ABSC secara
lengkap!
15. Jelaskan alur penatalaksaan pada Tn.Y dimulai dari awal masuk IGD sampai
penatalaksaan untuk menghindari komplikasi!Bagaimana cara menilai TBSA pada
luka bakar?
16. Bagaimana tatalaksana trauma inhalasi?
17. Apa diagnosis dari kasus Tn.Y?
D. Analisis Masalah
1. Bagaimana etiologi luka bakar?
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga
disebabkan oleh pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka
bakar bukan karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air
panas, banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Penyebab luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi beberapa hal berikut:
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak
dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima,
sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada
jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury
ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam
dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga
dapat menyebabkan luka bakar radiasi.4,5
6. Bagaimana tatalaksana luka bakar secara umum dan tatalaksana yang dapat
diterapkan pada kondisi tn.Y?
a. Tatalaksana secara umum dapat dibagi menjadi 7 fase yaitu :
Rescue ( selamatkan pasien dari sumber penyebab luka bakar )
Resuscitation ( Jaga sirkulasi, biasanya memberikan cairan )
Retrieve ( setelah evakuasi dan tatalaksana di unit gawat darurat, rujuk ke
unit luka bakar )
Resurface ( perbaikan kulit dan jaringan yang telah luka )
Dressing ( penatalaksanaan luka sederhana, debridemen hingga skin graft )
Rehabilitate ( mengembalikan semua fungsi baik, fisik, emosional dan
psikologi pasien )
Reconstruct ( memperbaiki semua jaringan parut )
Review ( terutama pada anak-anak, membutuhkan pemeriksaan ulang setiap
tahun )
b. Tatalaksana yang dapat diterapkan pada kondisi Tuan.Y sama seperti pada
tatalaksana umum diatas. Namun, perlu diperhatikan kriteria luka bakar yang
terdapat pada Tuan. Y dan trauma lain yang mungkin menyertai luka bakar
tersebut.10,11,12
8. Apa saja komplikasi atau kondisi yang dapat memperberat luka bakar dan
bagaimana penatalaksanaannya?
A. Syok hipovolemik
Pada luka bakar yang berat akan mengakibatkan koagulasi disertai dengan
nekrosis jaringan yang akan menimbulkan respon fisiologis pada setiap system
organ, tergantung pada ukuran luka bakar yang terjadi. Destruksi jaringan akan
disertai dengan peningkatan permebilitas kapiler sehingga cairan intravena akan
keluar ke interstisial. Hal ini akan disertai dengan proses evaporasi pada bagian
kulit yang rusak sehingga cairan tidak akan bertahan lama. Keadaan ini
selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik.
Pada kondisi ini perlu dilakukan resusitasi cairan segera. Selama ini digunakan
cairan isotonik (RL); dengan cara ini cukup efektif menangani syok hipovolemik
dan juga dapat mengurangi kebutuhan terhadap transfuse darah. Cairan koloid
lainnya sepert Asetat Ringer (AR) juga dapat digunakan. Pemberiannya dilakukan
dalam waktu cepat, menggunakan beberapa jalur intravena, bila perlu melalui
vascular access (vena seksi dan sebagainya). Jumlah cairan yang diberikan adalah
tiga kali jumlah cairan yang diperkirakan hilang.
B. Infeksi, Sepsis, SIRS, dan MODS
Infeksi jaringan invasive sering terjadi pada pasien dengan luka bakar derajat
III yang meliputi lebih dari 30% permukaan tubuhnya. Resiko terjadinya infeksi
pada luka bakar meningkat jika terdapat luka terbuka atau karena komorbiditas.
SIRS dan MODS merupakan penyebab utama tingginya angka mortalitas pada
pasien luka bakar maupun pasien trauma lainnya. Dalam penelitian dilaporkan
bahwa SIRS dan MODS menyebabkan kematian sebesar 81% pasca trauma.
SIRS
SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap
berbagai stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma,
luka bakar, reaksi autoimun, sirosis, pankreatitis, dll.
Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator inflamasi
(proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses penyembuhan luka,
namun oleh karena pengaruh beberapa faktor predisposisi dan faktor pencetus,
respon ini berubah secara berlebihan (mengalami eksagregasi) dan menyebabkan
kerusakan pada organ-organ sistemik, menyebabkan disfungsi dan berakhir
dengan kegagalan organ terkena menjalankan fungsinya; MODS (Multi-system
Organ Disfunction Syndrome) bahkan sampai kegagalan berbagai organ (Multi-
system Organ Failure/MOF).
Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu infection, injury,
inflamation, inadequate blood flow, dan ischemia-reperfusion injury. Kriteria
klinik yang digunakan, mengikuti hasil konsensus American College of Chest
phycisians dan the Society of Critical Care Medicine tahun 1991, yaitu bila
dijumpai 2 atau lebih menifestasi berikut selama beberapa hari, yaitu:
- Hipertermia (suhu > 38C) atau hipotermia (suhu < 36C)
- Takikardi (frekuensi nadi > 90x/menit)
- Takipneu (frekuensi nafas > 20x/menit) atau tekanan parsial CO2 rendah
(PaCO2< 32 mmHg)
- Leukositosis (jumlah lekosit > 12.000 sel/mm3), leukopeni (< 4000 sel/mm3),
atau dijumpai > 10% netrofil dalam bentuk imatur (band).
Bila diperoleh bukti bahwa infeksi sebagai penyebab (dari hasil kultur
darah/bakteremia), maka SIRS disebut sebagai sepsis. SIRS akan selalu berkaitan
dengan MODS karena MODS merupakan akhir dari SIRS.
Pada dasarnya MODS adalah kumpulan gejala dengan adanya gangguan
fungsi organ pada pasien akut sedemikian rupa, sehingga homeostasis tidak dapat
dipertahankan tanpa intervensi. Bila ditelusuri lebih lanjut, SIRS sebagai suatu
proses yang berkesinambungan sehingga dapat dimengerti bahwa MODS
menggambarkan kondisi lebih berat dan merupakan bagian akhir dari spektrum
keadaan yang berawal dari SIRS.
Penatalaksanaan luka bakar bersifat lebih agresif dan bertujuan mencegah
perkembangan SIRS, MODS, dan sepsis. Pemberian Nutrisi Enteral Dini (NED)
melalui pipa nasogastrik dalam 8 jam pertama pasca cedera. Selain bertujuan
mencegah terjadinya atrofi mukosa usus, pemberian NED ini bertitik tolak
mencegah dan mengatasi kondisi hipometabolik pada fase akut / syok dan
mengendalikan status hiperkatabolisme yang terjadi pada fase flow.
Jaringan nekrosis maupun jaringan non vital lainnya yang disebabkan cedera
termis harus segera dilakukan nekrotomi dan debridement, dan dilakukan sedini
mungkin (eksisi dini, hari ketiga-keempat pasca cedera luka bakar sedang, hari
ketujuh-kedelapan pada luka bakar berat), bahkan bila memungkinkan dilakukan
penutupan segera (immediate skin grafting) untuk mengatasi berbagai masalah
akibat kehilangan kulit sebagai penutup (mencegah evaporative heat loss yang
menimbulkan gangguan metabolisme), barrier terhadap kuman dan proses
inflamasi berkepanjangan yang mempengaruhi proses penyembuhan, tidak
menunggu jaringan granulasi yang dalam hal ini mengulur waktu dan
memperberat stres metabolisme.
Pemberian obat-obatan yang bersifat anti inflamasi seperti antihistamin
dianggap tidak bermanfaat. Pemberian steroid sebelumnya dianggap bermanfaat
namun harus diingat saat pemberian serta efek sampingnya.
C. Cedera Inhalasi
Konsekuensi klinis dapat berupa edema saluran nafas atas, bronospasm, oklusi
saluran nafas, hilangnya klirens silier, peningkatan ruang rugi, intrapulmonary
shunting. Menurunnya komplaiens dindng dada, tracheobronkitis, dan pneumonia.
Tanda tanda dari keracunan karbondioksida adalah sakit kepala, bingung, koma
dan aritmia.
a. Indikasi trauma inhalasi : adanya riwayat trauma pada ruangan tertutup, luka
bakar wajah, bulu hidung/mata terbakar, jelaga pada lubang hidung atau
rongga mulut, suara serak (hoarseness), konjungtivitis, takipnea, sputum
berjelaga, meningkatnya level CO dalam darah ( tampak darah lebih merah
cerah)
b. Tersangka trauma inhalasi membutuhkan intubasi segera akibat edema jalan
napas yang progresif. Kegagalan dalam mendiagnosis trauma inhalasi dapat
berakibat obstruksi jalan nafas, jika tidak tertatalaksana dapat menyebabkan
kematian.
c. X-ray dada dan analisa gas darah dapat digunakan untuk mengeksklusikan
trauma inhalasi.
d. Direk bronchoscopi saat ini digunakan sebagai alat untuk diagnose
Standar prosedur trauma inhalasi di unit luka bakar:
1. Anamnesis
- Riwayat terbakar dalam ruang tertutup
- Riwayat pingsan dalam ruang tertutup yang terbakar
2. Pemeriksaan fisik
- Luka bakar diwajah
- Rambut / alis/ bulu hidung terbakar
- Jelaga pada rambut / alis/ bulu hidung
- Lidah dan mukosa intraoral bengkak
- Suara serak
- Sesak napas
- Konfirmasi dengan pemeriksaan laringoskop : terdapat hiperemis / edema
3. Tindakan
- Pemasangan ETT disesuaikan dengan usia (dewasa/anak)
- Bila ditemukan salah satu atau lebih dari pemeriksaan fisik poin 4,5,6,7
(seperti tertera diatas) lakukan intubasi segera.
- Bila ditemukan salah satu atau lebih dari pemeriksaan fisik poin 1.2.3
(seperti tertera diatas) lakukan observasi ketat tanda klinis dan
laboratorium, bila observasi ketat tidak dapat dilakukan maka lakukan
intubasi
- Bila usaha intubasi 1 kali gagal dilakukan harus dikonversi ke
Trakeostomi
- Bila ditemukan edema massif pada wajah dan leher disertai tanda klinis
trauma inhalasi lakukan Trakeostomi segera.
- Bila timbul keraguan sebaiknya dilakukan intubasi sebelum semuanya
terlambat.
D. Stress Ulcer
Stress ulcer ini biasanya terjadi dalam 96 jam pasca cedera termis sedangkan
lokasi anatomic tersering adalah gaster (daerah fundus dan korpus) dan dinding
posterior duodenum. Stress ulcer ini memberikan gejala perdarahan
gastrointestinal masif dan memiliki angka mortalitas yang tinggi. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan riwayat cedera disertai adanya klinik hematemesis, cairan
hitam pada pipa nasogastrik Pada pemeriksaan endoskopik dijumpai keseluruhan
mukosa pucat, erosi mukosa akut tanpa indurasi disekitarnya, dijumpai peteki
eritematous dan makula disertai fokus hemoragik pada mukosa.
Pemberian nutrisi parenteral dini ternyata merupakan cara yang efektif dalam
mencegah terjadinya stress ulcer meskipun belum dapat menurunkan angka
mortalitas luka bakar secara keseluruhan. Pemberian antasida sebagai upaya
menetralisir asam lambung yang dicurigai terjadi pada kondisi stress. Pemberian
H2 antagonis reseptor seperti ranitidin dan simetidin dilaporkan memiliki
efektifitas yang sama dengan antasida. Pemberian inhibitor H-K ATP ase seperti
omeperazol dan lozoperazol memiliki efektifitas yang baik pada kondisi
terjadinya perdarahan.9
9. Apa makna klinis pasien terlihat sesak napas, panas, dan nyeri pada saluran
napas?
Terjadi kerusakan epitel jalan nafas oleh panas dan zatkimia atau akibat
intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran itu sendiri. Hasil pembakaran tidak hanya
terdiri dari udara saja, tetapi merupakan campuran dari udara, partikel padat yang
terurai di udara ( melalui suatu efek iritasi dan sitotoksik). Aerosol dari cairan yang
bersifat iritasi dan sitotoksik serta gas toksik dimana gabungan tersebut bekerja
sistemik. Partikel padat yang ukurannya > 10 mikrometer tertahan di hidung dan
nasofaring. Partukel yang berukuran 3-10 mikrometer tertahan pada cabang
trakeobronkial, sedangkan partikel berkuran 1-2 mikrometer dapat mencapai alveoli.
Gas yang larut air bereaksi secara kimai pada saluran nafas , sedangkan gas yang
kurang larut air pada saluran nafas bawah. Adapau gas yang sangat kurang larut air
masuk melewat barier kapiler dari alveolus dan menghasilkan efek toksik yang
bersifat sistemk. Kerusakan langsung dari sel-sel epitel, menyebabkan kegagalan
fungsi dari apparatus mukosilier dimana akan merangsang terjadinya suatu reaksi
inflamasi akut yang melepaskan makrofagg serta aktifitas netrofil pada daerah
tersebut. Selanjutnya akan di bebaskan oksigen radikal, protease jaringan, sitokin, dan
konstriktor otot polos (tromboksan A2,C3A, C5A). Kejadian ni mrnyebabkan
peningkatan iskemia pada saluran nafas yang rusak, selanjutnay terjadi edema dari
dinding saluran nafas dan kegagalan mikrosirkulasi yang akan meningkatkan
resistensi didding saluran nafas dan pembuluh darah paru. Komplains paru akan turun
akibat terjadinya edema paru interstitiil sehingga terjadi edema pada saluran nafas
bagian bawah akibat sumbatan pada saluran nafas yang dibentuk oleh sel-sel epitel
nekrotik, mukus dan se- sel darah.14
11. Bagaimana metode triase di IGD dan cara mengelompokkan prioritas triase?
Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah metode yang telah
dikembangkan atas pemikiran bahwa Triase harus akurat, cepat, dan universal.
Metode tersebut menggunakan 4 macam observasi yaitu, bisa berjalan,
bernafas,sirkulasi darah, dan tingkat kesadaran untuk menentukan tindakan dan
pentingsekali bagi seluruh anggota medis untuk mampu melakukan Triase dengan
metode ini. Untuk alur pelaksanaan triase pada korban bencana massal, dapat dilihat
pada skema berikut :
Pengkategorian Triase
Korban yang nyawanya dalam keadaan kritis dan memerlukan prioritas
utamadalam pengobatan medis diberi kartu merah. Korban yang dapat menunggu
untukbeberapa jam diberi kartu kuning, sedangkan korban yang dapat berjalan
sendiridiberi kartu hijau. Korban yang telah melampaui kondisi kritis dan
kecilkemungkinannya untuk diselamatkan atau telah meninggal diberi kartu hitam.
Dalam kondisi normal, pasien yang sudah diambang kematian dapat diselamatkan
denganpengobatan yang serius walaupun kemungkinannya sangat kecil. Para petugas
medisyang sudah terbiasa memberikan pelayanan medis yang maksimal dan
pantangmenyerah terhadap pasien dengan kondisi seperti itu, mungkin akan
dihinggapi perasaan berdosa saat memberikan kartu hitam kepada korban. Disinilah
letak perbedaan antara pengobatan darurat dengan prinsip terbaik untuk satu orang
danpengobatan bencana dengan prinsip terbaik untuk semua . 15
Untuk lebih jelasnya, kategori triase dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
Prioritas Warna Kode Kategori Kondisi Penyakit/luka
1 Merah I Prioritas utama Memerlukan pengobatan dengan segera
pengobatan karena dalam kondisi yang sangat kritis
yaitu tersumbatnya jalan napas,
dyspnea, perdarahan, syok, hilang
kesadaran
2 Kuning II Bisa menunggu Pengobatan mereka dapat ditunda untuk
pengobatan beberapa jam dan tidak akan
berpengaruh terhadap nyawanya.
Tanda-tanda vital stabil
3 Hijau III Ringan Mayoritas korban luka yang dapat
berjalan sendiri mereka dapat
melakukan rawat jalan
4 Hitam 0 Meninggal Korban sudah menunggal ataupun
tanda-tanda kehidupannya terus
menghilang
13. Apa saja kompetensi dokter IGD yang harus dimiliki dalan menangani kasus
Tn.Y?
Berdasarkan SKDI, maka kompetensi dokter umum yang harus dimiliki dalam
menangani kasus Tn.Y adalah:17
Kegawatdaruratan
Keterampilan Tingkat Keterampilan
Bantuan hidup dasar 4A
Ventilasi masker 4A
Transpor pasien 4A
Resusitasi cairan 4A
Pemeriksaan turgor kulit untuk menilai 4A
dehidrasi
Sistem Muskuloskeletal
Keterampilan Tingkat Keterampilan
Inspeksi tulang belakang saat berbaring 4A
Inspensi tulang belakang saat bergerak 4A
Inspeksi tonus otot ekstremitas 4A
Inspeksi sendi ekstremitas 4A
Palpasi tulang belakang, sendi sakro-iliaka, 4A
dan otot-otot punggung
Palpasi tendon dan sendi 4A
Tes fungsi otot dan sendi bahu 4A
Tes fungsi sendi pergelangan tangan, 4A
metacarpal, dan jari-jari tangan
Sistem Integumen
Keterampilan Tingkat Keterampilan
Inspeksi kulit 4A
Inspeksi mukosa 4A
Inspeksi kuku 4A
Inspeksi rambut dan skalp 4A
Palpasi kulit 4A
Pemilihan obat topikal 4A
Perawatan luka 4A
14. Bagaimana cara menerapkan BHD pada setiap pasien? Jelaskan metode ABSC
secara lengkap!
Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure) ini disebut
survei primer yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5 menit
Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan
bebas ? Jika ada obstruksi maka lakukan :
Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
Suction / hisap (jika alat tersedia)
Guedel airway / nasopharyngeal airway
Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral
Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas.
Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :
Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada
Pernafasan buatan Berikan oksigen jika ada
Inspeksi / lihat frekwensi nafas (LOOK) Adakah hal-hal berikut :
. Sianosis
. Luka tembus dada
. Flail chest
. Sucking wounds
. Gerakan otot nafas tambahan
Palpasi / raba (FEEL)
. Pergeseran letak trakhea
. Patah tulang iga
. Emfisema kulit
. Dengan perkusi mencari hemotoraks dan atau pneumotoraks
Auskultasi / dengar (LISTEN)
. Suara nafas, detak jantung, bising usus
. Suara nafas menurun pada pneumotoraks
. Suara nafas tambahan / abnormal
Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan
nafas bebas danpernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
Hentikan perdarahan eksternal
Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
Berikan infus cairan
Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap
nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma
Scale.
AWAKE = A
RESPONS BICARA (verbal) = V
RESPONS NYERI = P
TAK ADA RESPONS = U
Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cedera yang
mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in-line harus dikerjakan.18
15. Jelaskan alur penatalaksaan pada Tn.Y dimulai dari awal masuk IGD sampai
penatalaksaan untuk menghindari komplikasi!
a. Anamnesis
Identitas pasien
Bahan yang menyebabkan luka bakar (api, air panas, listrik atau kimia)
Bagaimana kontaknya dengan Tuan. Y
Pertolongan pertama yang telah dilakukan dan tata laksana lanjutan yang
telah diberikan
Adakah kejadian lain yang menyertai (seperti jatuh, tabrakan atau ledakan)
Adakah risiko trauma inhalasi (terutama pada kejadian di dalam ruangan
tertutup)
Kapan terjadi dan berapa lama pajanan
Sudahkan resusitasi cairan dimulai
b. Survei Primer
Airway
Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan jalan nafas. Dalam tahap ini dapat
dilakukan head tilt chin lift apabila tidak adanya jejas atau kecurigaan adanya
cedera servikal. Namun apabila terdapat adanya tanda-tanda jejas cedera
servikal maka dapat dipasang collar neck dan dilakukan jaw thrust
maneuver. Kemudian, perhatikan adanya tanda-tanda inhalasi gas panas yang
dapat menyebabkan edema pita suara.
Tanda-tanda dari trauma inhalasi yaitu :
Riwayat luka bakar karena api atau luka bakar di ruangan tertutup
Luka bakar yang luas dan dalam di area wajah, leher atau upper torso
Bulu hidung terbakar (jelaga pada sekitar hidung)
Adanya sputum berkarbon atau partikel karbon di orofaring.
Apabila didapatkan tanda-tanda adanya trauma inhalasi maka segera lakukan
tindakan pemasangan intubasi jalan nafas. Namun, bila saluran nafas tidak
memungkinkan untuk dilakukan intubasi, maka dapat dilakukan trakeostomi
atau krikotiroidostomi untuk membuka jalan nafas pasien.
Breathing
Dalam tahap ini dilihat bagaimana pernafasan pasien yang meliputi look,
listen and feel.Look yaitu melihat pergerakan dinding dada, lakukan penilaian
apakah pergerakannya simetris atau tidak. Listen yaitu mendengarkan suara
nafas pasien, apakah terdapat suara nafas atau tidak. Feel yaitu merasakan
hembusan nafas pasien, dengan cara mendekatkan pipi pemeriksa dekat
hidung pasien. Kemudian, pada seluruh pasien luka bakar sebaiknya
mendapatkan oksigen 100% dengan non-breathing mask.
Luka bakar yang mengelilingi dada, atau sangat luas dan dalam di area dada,
dapat membatasi pergerakan dada dan membuat ventilasi adekuat.
Dibutuhkan tindakan eskarotomi.
Circulation
Buat dua jalur intravena yang besar segera di area tanpa luka.
Disability
Periksa tingkat kesadaran pasien dengan glasgow coma scale. Pada kasus ini
kesadaran pasien yaitu compos mentis dengan GCS lebih dari 13.
Environment/Exposure
Seluruh pakaian pasien dibuka agar permukaan tubuh dapat diperksa untuk
mendapatkan estimasi akurat dari area luka bakar dan jejas yang menyertai.
Pasien sebaiknya segera ditutup selimut untuk menghindari hipotermia.
c. Survei Sekunder
Pada bagian ini dilakukan pemeriksaan head to toe dan perhitungan luas
permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Perhitungan dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu :
Rule of 9
Pemeriksaan ini baik dan cepat. Lebih sering digunakan pada dewasa, yaitu
area tubuh dibagi berdasarkan area 9%. Sedangkan pada anak sedikit berbeda
karena ukuran kepalanya yang relatif lebih besar sehingga kurang akurat
digunakan untuk anak-anak.
Permukaan palmar
Gunakan area permukaan palmar pasien (termasuk jari-jari) secara kasar
merupakan 0.8% total permukaan tubuh. Dapat digunakan untuk
mengestimasi luka bakar kecil (<15%) atau yang sangat besar (>85% hitung
permukaan yang tidak terbakar). Namun ukuran medium seringkali tidak
akurat.
Bagan Lund and Browder
Dapat digunakan pada bentuk tubuh dan usia bervariasi, termasuk pada anak-
anak.
Berikan dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama, dan sisanya
16 jam berikutnya.
Contoh: untuk pasien dengan berat badan 20 kg dengan luka bakar 25%
Total cairan dalam waktu 24 jam pertama
= (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar
= 1440 ml + 2000 ml
= 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama)
24 jam kedua: berikan hingga cairan yang diperlukan selama hari pertama
Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (denyut nadi, frekuensi napas,
tekanan darah dan jumlah urin)
Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki anemia atau pada
luka-bakar yang dalam untuk mengganti kehilangan darah.
Etiologi
Patofisiologi
Triase
Diagnosis
Tatalaksana
DAFTAR PUSTAKA