Anda di halaman 1dari 27

“Asuhan Keperawatan

Gawat Darurat Pada


Luka Bakar”
Definisi
Luka Bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi
sebagai akibat dati aktifitas manusia dalam rumah
tangga, industri, trafic accident, maupun bencana
alam.
Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan
permukaan tubuh dengan benda – benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat
– zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Patofisiologi
Terpaparnya kulit dengan adam pekat mengakibatkan hancurnya protein kulit yang
menyebabkan timbulnya reaksi oksidasi yang menghasilkan panas sebagai efek dari
reaksi kimia. Sedangkan reaksi fisika terjadi bila tubuh manusia tersengat aliran
listrik. Ketika tubuh manusia dialiri listrik dan listrik tersebut mengalir ke seluruh
tubuh, sebagai akan terjadi kerusakan tubuh karena adanya pelepaan energi listrik
menjadi panas.
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut mungkin dipindahkan melalui kondisi atau radiasi elektromagnetik.
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis
maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit kontak
dengan sumber panas/penyebabnya. Dalamnya luka bakar mempengaruhi
kerusakan/gangguan integritas kulit dan kematian sel – sel.
Derajat Luka Bakar
 Luka Bakar Derajat I
Luka bakar merusak sebagian epidermis dan biasanya disebebakan oleh sinar matahari atau tersiram air
mendidih yang singkat. Kerusakan jaringan disini adalah minimal. Rasa sakit merupakan gejala yang
menonjol. Kulit yang terbakar itu kemerah-merahan dan mungkin ada edema ringan. Efek sistemik jarang
sekali terjadi. Rasa sakit mungkin terasa dalam 48-72 jam dan penyembuhan akan terjadi dalam 5-10 hari.
 Luka Bakar Derajat II
Luka bakar yang mengenai semua lapiran epidermis dan sebagian dermis. Luka bakar ini ditandai oleh
warna yang merah dan melepuh. Luka bakar derajat II superficial baiasanya sembuh dengan
menimbulkan parut yang minimal dalam 10-14 hari. Penyembuhan terjadi dengan regenerasi epitel
kelenjar keringat dan folikel. Proses ini lamanya 25-35 hari. Luka bakar derajat II yang dalam, tebalnya
mencapai seluruh tebal kulit bilamana terjadi peradangan. Kehilangan cairan dan efek metabolic adalah
sama seperti pada luka bakar derajat III.
 Luka Bakar Derajat III
Luka bakar ini sagat dalam mengenai seluruh lapisan kulit, lapisan lemak, otot, pembuluh darah dan
persyarafan hingga mengenai tulang-tulang. Ditandai oleh suatu permukaan yang kering, liat dan kenyal
yang biasanya berwarna cokelat, cokelat kemerah-merhan atau hitam, bahkan dapat berwarna putih atau
merah. Luka-luka inin anestetik karena reseptor rasa sakit/nyeri telah musnah.
Berat luka bakar
1.Ringan/minor
Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat II seluas <15%
Luka bakar derajat III seluas <2%
2.Sedang
Luka bakar derajat II seluas 10-15%
Luka bakar derajat III seluas 5-10%
Lanjutan...
3.Berat/mayor
 Luka bakar derajat II seluas >20%
 Luka bakar derajat II yang mengenai wajah, tangan, kaki,
alat kelamin atau persendian sekitar ketiak.
 Luka bakar derajat III seluas >10%
 Luka bakar akibat listrik dengan tegangan >1000 volt.
 Luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan
luas jaringan lunak atau gangguan jalan nafas.
Penanganan Pertama Luka Bakar di Unit Gawat
Darurat
1. Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan A: Airway (jalan nafas), B: Breathing
(pernafasan), C: Circulating (sirkulasi).
2. Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.
3. Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara (kemungkinan pasien mengalami trauma
inhalasi)
4. Kaji adanya edema saluran pernafasan (mungkin/pasien perlu dilakukan intubasi
atau trakheostomi).
5. Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya faktur
riwayat penyakit sebelumnya (diabetes, hipertensi, gagal ginjal) dan penybab luka
bakar karena tegangan listrik (karena sulit diketahui secara akurat tingkat
kedalamannya)
LUKA BAKAR PADA BAYI DAN ANAK

Menentukan kedalam luka bakar pada bayi dengan menggunakan grafik Lund dan Browder, yang
memperkirakan luas permukaan tubuh secara proporsional untuk ukuran usia bayi atau anak – anak.
Presentase relatif luas permukaan tubuh yang terkena

Neonatus 1 tahun 5 tahun 10 tahun 15 tahun

A. Setengah bagian kepala 0,5 % 8,5% 6,5% 5,5% 4,5%

A. Setengah bagian paha 2,75 % 3,25% 4% 4,25% 4,5%

A. Setengah tungkai bawah 2,5 % 2,5 % 2,75 % 3% 3,35%


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
LUKA BAKAR
Pengkajian
Pengkajian Primer
 Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway,
breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
 Airway
 Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET).
Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam api, luka bakar pada
wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
 Breathing
 Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk bernapas, segera lakukan
escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat pernapasan,
misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
 Circulation
 Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema, pada luka bakar yang
luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada
pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
 Formula Baxter
 Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
 Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam berikutnya.
 Pengkajian sekunder
 Identitas pasien
 Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena
infeksi. (Doengoes, 2000)
 Riwayat kesehatan sekarang
 Sumber kecelakaan
 Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
 Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
 Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
 Keadaan fisik disekitar luka bakar
 Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
 Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka bakar
 Riwayat kesehatan dahulu
 Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang merubah
kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap
infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan).
Diagnosis Keperawatan
Adapun diagnosis keperawatan pada pasien luka bakar berdasarkan pada Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),2016, yaitu :
 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
 Nyeri Akut
 Defisit Nutrisi
 Risiko Infeksi
 Gangguan Mobilitas Fisik
 Gangguan Citra Tubuh
 Hipovolemia
Intervensi Keperawatan
1.Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a.Intevensi utama
 Latihan batuk efektif
 Manajemen jalan nafas
 Pemantauan respiras
b.Intervensi pendukung
 Dukungan kepatuhan program pengobatan
 Edukasi edukasi fisiterapi dada
 Edukasi pengukuran respirasi
 Manajemen asma
 Manajemen alergi
 Manajemen anafilaksis
 Manajemen ventilasi mekanik
2.Intervensi pendukung
 Manajemen jalan napas buatan
 Pemberian obat inhalasi
 Pemberian obat intrapleura
 Pemberian obat intradermal
 Pemberian obat nasal
 Pencegahan aspirasi
 Pengaturan posisi
 Penghisapan jalan napas
 Perawatan trakheostomi
 Stabilisasi jalan napas
 Terapi oksigen2
2.Nyeri Akut
a.Intervensi utama
 Manajemen nyeri
 Pemberian analgesik
b.Intervensi pendukung
 Aromaterapi

 Dukungan hipnotis diri


 Dukungan pengungkapan kebutuhan
 Edukasi efek samping obat
 Edukasi manajemen nyeri
 Edukasi proses penyakit
 Edukasi teknik napas
 Konsultasi
 Latihan pernapasan
 Manajemen efek samping obat
 Manajemen kenyamanan lingkungan
 Manajemen medikasi
 Pemantauan nyeri
 Pemberian obat
 Pemberian obat intravena
 Pemberian obat oral
 Pemberian obat topikal
 Pengaturan posisi
 Perawatan amputasi
 Perawatan kenyamanan
 Teknik distraksi
 Teknik imajinasi terbimbing
 Terapi bantuan hewan
 Terapi humor
 Terapi murattal
 Terapi relaksasi
3.Defisit Nutrisi
a.Intervensi utama
 Manajemen nutrisi

 Promosi berat badan


b.Intervensi pendukung
 Dukungan kepatuahan program pengobatan
 Edukasi diet
 Edukasi kemoterapi
 Konseling laktasi

 Konseling nutrisi

 Manajemen cairan
 Manajemen demensia
 Menajemen diare
 Manajemen eleminasi fekal
 Manajemen energi
 Manajemen gangguan makan
 Manajemen hiperglikemia
 Manajemen hipoglikemia
 Manajemen kemoterapi
 Manajemen reaksi alergi
 Pemantauan cairan
 Pemantauan nutrisi
 Mantauan tanda vital
 Pemberian makanan
 Pemberian makanan enternal
 Pemberian makanan parenteral
 Pemberian obat intravena
 Terapi menelan
4.Risiko Infeksi

 Perawatan luka bakar


Definisi
 Mengidentifikasi dan merawat luka akut dan luka kronik akibat trauma
termal.
Tindakan
Observasi
 Identifikasi penyebab luka bakar
 Identifikasi durasi terkena luka bakar dan riwayat penangan luka
sebelumnya
 Monitor kondisi luka (mis. Presentasi luka, derajat luka, perdarahan,
warna dasar luka, infeksi, eksudat, bau luka, kondisi tepi luka).
Terapeutik
 Gunakan teknik aseptik selama merawat luka
 Lepaskan balutan luka lama dengan menghindari nyeri dan perdarahan.
 Rendam dengan air steril jika balutan lengket pada luka
 Bersihkan luka dengan cairan steril (mis. NaCl 0.9% cairan anti septik)
 Lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
 Jadwalkan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada atau tidaknya infeksi,
jumlah eksudat dan jenis balutan yang digunakan.
 Gunakan modern dressing sesuai dengan kondisi luka
 Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. Vit. A, C, Zinc, asam amino)
sesuai indikasi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement (mis. Ensimatik,
biologis, mekanis, autolitik) jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.
5.Gangguan Mobilitas Fisik
a.Intervensi utama
 Dukungan ambulansi
 Dukungan mobilisasi
b.Intervensi pendukung
 Dukungan kepatuhan program pengobatan
 Dukungan perawatan diri :
 BAB/BAK
 Berpakaian
 Makan/minum
 Mandi
 Edukasi latihan fisik
 Edukasi teknik ambulansi
 Manajemen sensai perifer
 Pemberian obat
 Pengaturan posisi
6.Gangguan Citra Tubuh
a.Intervensi utama
 Promosi citra tubuh
 Promosi koping
b.Intervensi pendukung
 Dukungan penampilan peran
 Dukungan pengambilan keputusan
 Dukungan pengungkapan kebutuhan
 Dukungan pengungkapan perasaan
 Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri
 Edukasi teknik adaptasi
 Kontrak perilaku positif
 Manajemen stress
 Modifikasi perilaku keterampilan sosial
 Promosi harapan
 Promosi kepercayaan diri
7.Hipovolemia
a.Intervensi utama
 Manajemen hipovolemia
 Manajemen syok hipovolemia
b.Intervensi pendukung
 Manajemen elektrolit
 Manajemen syok
 Pemantauan cairan
 Pemantauan elektrolit
 Manajemen perdarahan
 Pencegahan perdarahan
 Pencegahan syok
 Transfusi darah
DAFTAR PUSTAKA

Krisanty, Paula, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info
Media
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai