TINEA FASIALIS
Oleh:
Hafizani Rahmah, S.Ked*
G1A216035
Pembimbing:
dr. Rini Chrisna, M.Ked(DV),Sp.DV **
1
LEMBAR PENGESAHAN
TINEA FASIALIS
Oleh:
Hafizani Rahmah, S.Ked
G1A216035
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
sebab karena rahmatnya, Case Report Session (CRS) yang berjudul “TINEA
FASIALIS” ini dapat terselesaikan. Tugas ini dibuat agar penulis dan teman –
teman sesama koas periode ini dapat memahami tentang patogenesis, komplikasi,
dan pengobatan dari kasus ini. Selain itu juga sebagai tugas dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin RSUD H.
Abdul Manap Jambi.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
JAMBI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
Jl. Letjen Soeprapto Samping RSUD Raden Mattaher Telanaipura Jambi telp/fax (0741) 60246
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Hobi :-
I. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :
Timbul bercak kemerahan disertai gatal pada wajah sebelah kanan sejak ±
3 minggu.
B. Keluhan Tambahan :
-
C. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien mengeluhkan bercak-bercak berwarna merah disertai
dengan rasa gatal pada daerah wajah sebelah kanan mulai dirasakan sejak ±
3 minggu yang lalu. Awalnya bercak kemerahan kecil seperti jerawat,
kemudian pasien berobat ke puskesmas dan diberi obat vitamin dan salep
tapi pasien lupa nama obatnya. Setelah berobat keluhan pasien tidak
5
berkurang, bercak kemerahan di wajah pasien semakin melebar, pasien juga
mengeluh gatal dirasakan terus menerus sepanjang hari dengan intensitas
yang sama dan memberat bila berkeringat.
Pasien bekerja sebagai pastrycook sehingga pasien sering berkeringat,
hal ini menyebabkan gatal di wajah pasien semakin bertambah, walaupun
begitu pasien tidak menggaruk daerah yang gatal karna takut ada lecet di
wajah pasien. Pasien juga memelihara anjing di rumahnya.
6
Kesadaran : Composmentis RR :20 x/i
TD :- Nadi :88 x/i
Suhu : 36,7
3. Kepala :
a. Mata : CA (-). SI (-), RC (+/+)
b. THT : Deviasi Septum (-), nyeri tekan tragus (-)
c. Leher : Pembesaran KGB (-)
4. Thoraks :
a. Jantung : Tidak ada keluhan
b. Paru : Tidak ada keluhan
6. Ekstremitas
a. Superior : normal
b. Inferior : normal
B. Status Dermatologi
1. Inspeksi
7
Regio fasialis dextra
- Plak, bentuk ireguler, ukuran plakat, jumlah 2 buah, sirkumskrip,
eritem, tepi aktif dengan papul dan gambaran khas cental healing,
penyebaran diskret.
2. Palpasi : Nyeri tekan (-)
3. Lain-lain :
8
Menghindari menggaruk daerah lesi, untuk mencegah terjadinya infeksi di
daerah lesi
Menjaga kulit tetap kering dan bersih dengan menghindari aktivitas yang
dapat mengeluarkan banyak keringat.
Kontrol kembali untuk menilai keberhasilan terapi
Medikamentosa
Topikal
Ketokonazol krim 2% 2 x sehari selama 4 minggu
Oral
Cetrizine 1 x 10 mg
9
Pemeriksaan Kultur
Pemeriksan kultur ini membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang
mahal, tetapi pemeriksaan ini sangat berguna ketika pemeriksaan yang
lain meragukan. Spesimen dibiakkan pada soboround’s dextrose agar
dan penambahan obat sikloheksemid atau kloramfenikol untuk mencegah
bakteri lain tumbuh. Dibutuhkaan waktu 7-21 hari untuk
membiakkannnya.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad Sanationam : bonam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
11
yang disebut dermatofit,adalah agen patogenik yang keratinofilik. Klasifikasi
dermatofit, antara lain:2,5,6
1.Zoophilic
12
inflamasisama sekali, bersifat kronik. Beberapa spesies dermatofit jenis ini, antara
lain:
E. Floccosum
M. Audouinii
T. mentagrophytes var. Interdigitale
T. Rubrum
T. tonsurans
13
2. Di Asia, Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton rubrum yang
tersering.
3. Di Amerika Utara, Trichophyton tonsurans adalah patogen yang utama.
4. Di Brazil, Trichophyton rubrum yang tersering. Namun, Trichophyton
raubitschekii ,yang merupakan spesies jamur baru di Brazil, yang memiliki
kesamaan sifat dengan Trichophyton rubrum , telah diteliti dapat menjadi
agen penyebab tinea fasialis.
3.1.5. Diagnosis
1.Anamnesis Hal-hal yang dapat kita temukan dari anamnesis, antara
lain:1,3,10
- Rasa gatal dan seperti terbakar di wajah terutama jika berkeringat
dan terkena sinar matahari.
14
- Ada riwayat kontak dengan hewan peliharaan
- Ada riwayat kontak langsung dengan penderita dermatofitosis
- Ada riwayat penggunaan bersama barang-barang penderita
dermatofitosis,misalnya handuk
2.Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis dapat kita temukan makula sampai dengan plak yang
berbatas tegas, batas yang meninggi, dan regresi sentral. Skuama biasanya
nampak, namun minimal. Lesi berwarna merah sampai merah muda. Pada
penderita yang berkulit hitam, terjadi lesi hiperpigmentasi. Lesi bisa terdapat pada
seluruh bagianwajah, tetapi biasanya tidak simetris.1
Akne vulgaris banyak terjadi pada usia pubertas. Lesi primer akne
berada pada wajah, dan pada derajat tertentu mengenai punggung, dada,
dan bahu. Adapun beberapa lesi dapat ditemukan pada tungkai.
Patogenesisnya meliputi hiperproliferasifolikular epidermal, produksi
sebum berlebih, inflamasi, dan muncul serta aktivitas dari
Propionibacterium acnes. Penyakit ini ditandai oleh berbagai macam lesi
klinik dan dapat pula terjadi inflamasi. Pada akne non-inflamasi,
15
contohnya seperti komedo, baik komedo terbuka maupun komedo tertutup.
Komedo terbuka nampak sebagai lesi datar atau sedikit meninggi dengan
folikular berwarna gelap pada tengah lesi akibat keratin dan
lipid.Sedangkan komedo tertutup sulit divisualisasikan. Dapat tampak
sedikit peninggian,berwarna pucat, dengan orifisium yang tidak dapat
dilihat secara klinis.Pada lesi yang disertai dengan inflamasi, lesi beragam
dari bentuk papul dengan tepi kemerahan sampai pustul, dan nodul.
Beberapa nodul besar disebut dengan kista dan nodulokistik untuk kasus
berat.
c. Dermatitis Atopi
Dermatitis atopik atau eksim atopik adalah kondisi kulit kronis
yang menyebabkan serangan gatal-gatal dan kemudian menghilang untuk
beberapa waktu. Dermatitis atopik membuat kulit menjadi meradang,
gatal, kering dan pecah-pecah. Bagian kulit kering tersebut dapat muncul
di kulit kepala, dahi dan wajah.
Dermatitis atopik dapat terlihat berbeda-beda pada bayi, anak-anak,
dan orang tua. Gatal-gatal yang memuncak pada malam hari. Bagian kulit
yang berwarna merah hingga abu kecoklatan pada tangan, kaki,
pergelangan kaki dan tangan, leher, dada bagian atas, lipatan mata, bagian
dalam sikut dan lutut.
3.1.7. Penatalaksanaan
1. Topikal
Obat pilihan: golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali sehari
selama 1-2 minggu.
Alternatif : Golongan azol: misalnya, krim mikonazol, ketokonazol,
klotrimazol 2 kali sehari selama 4-6 minggu.
1.
Sistemik 1,2
Untuk pengobatan sistemik dalam mengeradikasi dermatofit, obat-obatan
oral yang digunakan, antara lain:
Flukonazol:orang dewasa 150– 200 mg/minggu selama 4 – 6
minggu,sedangkan anak-anak 6 mg/kg/minggu selama 4 – 6 minggu.
16
Sediaan fluconazoletablet 100, 150, 200 mg; suspense oral (10 or 40
mg/ml); dan intravena 400 mg.
Griseofulvin:Orang dewasa 500 – 1000 mg/hari (atau lebih) selama
4minggu, sedangkan anak-anak 15 – 20 mg/kg/hari selama 4 minggu.
Micronized :250 atau 500 mg tablet; 125 mg/sendok teh suspensi.
Ultramicronized : 165 atau330 mg tablet. Aktif hanya melawan dermatofit,
kurang efektif daripada Triazoles . Efek samping yang dapat ditimbulkan,
antara lain: nyeri kepala,mual/muntah, fotosensitivitas. Infeksi T. rubrum
Dan T. tonsurans dapat kurang berespon. Sebaiknya diminum dengan
makanan berlemak untuk memaksimalkan penyerapan.
Itrakonazol: untuk dewasa 400 mg/hari selama 1 minggu dan untuk anak-
anak 5 mg/kg/hari selama 1 minggu. Sediaannya 100 mg dalam kapsul;
solusiooral (10 mg/ml) dalam intravena. Untuk Triazole, kerjanya
membutuhkan pHasam pada lambung agar kapsulnya larut. Dapat
menimbulkan aritmia ventrikularbila dikonsumsi bersama
terfenadine/astemizole, meskipun jarang. Golongan azole lainnya, yaitu
ketokonazole juga memiliki potensial interaksi dengan obatlain, seperti
agen hipoglikemik oral, kalsium antagonis, fenitoin, dan lain-lain.
Terbinafin: dosis untuk dewasa adalah 250 mg/hari selama 2 minggu,
dandosis anak-anak adalah 62,5 mg/hari (<20 kg), 125 mg/hari (20 – 40
kg) atau 250mg/hari (>40 kg) selama 2 minggu. Sediaannya 250 mg dalam
tablet. Dapat menyebabkan mual, dispepsia, nyeri perut, kehilangan
pengecapan.
3.1.8. Pencegahan
Pencegahan untuk tinea fasialis, meliputi:19
Menghindari kontak langsung dengan mereka yang menderita tinea
fasialis.
Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering, mencuci muka setelah
berolahraga ataupun berkeringat
Mencuci barang-barang pribadi secara berkala (seprei, pakaian, dan lain-
lain)
Jangan berbagi perlengkapan perawatan diri (handuk, sisir, sikat)
17
Mencuci tangan
3.1.9. Prognosis
Dengan pengobatan teratur, tinea fasialis dapat sembuh dalam waktu satu
bulan. Prognosis dikatakan baik jika:14,19
18
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien Ny. N datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD H. Abdul Manap pada
tanggal 10 Januari 2019 dengan keluhan utama terdapat bercak kemerahan disertai
gatal pada wajah sebelah kanan sejak ± 3 minggu terakhir. Pada pasien ini
ditegakkan diagnosis kerja tinea fasialis. Hal ini diperoleh dengan dilakukannya
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
19
kepustakaan pemeriksaan penunjang yang disarankan dilakukan untuk
menegakkan tinea fasialis antara lain adalah pemeriksaan langsung dengan
mikroskop menggunakan larutan KOH 10%. Pemeriksaan dengan KOH 10%
Diharapkan akan terlihat hifa dan spora, terlihat hifa berbentuk dua garis sejajar,
terbagi oleh sekat dan bercabang maupun spora berderet/ artospora. Kemudian
juga dapat dilakukan pemeriksaan lampu wood dan diharapkan hasil pemeriksaan
lampu wood didapatkan pendaran warna hijau.
Diagnosis banding pada pasien ini adalah tinea fasialis, dermatitis seboroik,
acne vulgaris. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan,makula atau papul
berwarna kemerahan atau keabu-abuan dengan skuama kering berwarna putih, hal
ini untuk menyingkirkan diagnosis banding dermatitis seboroik.
Penatalaksanaan pada pasien ini berupa nonmedikamentosa dan
medikamentosa. Untuk penatalaksanaan nonmedikamentosa, diberikan informasi
berupa edukasi bahwa penyakitnya adalah kurap, penyebabnya adalah jamur dan
dapat menular. Kondisi ini tidak meninggalkan jaringan parut yang permanen atau
perubahan warna kulit, membaik dalam beberapa minggu setelah terapi. Menjaga
kebersihan kulit dengan mandi 2x sehari, menghindari menggaruk daerah lesi,
untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah lesi, menjaga kulit tetap kering dan
bersih dengan menghindari aktivitas yang dapat mengeluarkan banyak keringat
dan kontrol kembali untuk menilai keberhasilan terapi. Sedangkan untuk
penatalaksanaan medikamentosa, pada pasien ini diberikan ketokonazole 2%
cream dioleskan di seluruh daerah lesi 2x sehari setelah mandi selama 4 minggu,
ketokonazole oral 200mg 1x1 selama 4 minggu dan certirizine oral 10 mg/hari
selama 14 hari. Berdasarkan kepustakaan penatalaksanaan tinea fasialis obat
pilihan dapat diberikan golongan alilamin (terbinafin, butenafin) sekali sehari
selama 1-2 minggu, atau dapat diberikan alternative golongan azol (ketokonazol).
Pada pasien ini diberikan obat ketokonazol krim. Sebenarnya obat yang lebih baik
diberikan adalah golongan alilamin, dikarenakan golongan alilamin bersifat
fungisidal dimana obat tersebut merupakan suatu senyawa yang dapat membunuh
jamur dengan cara menekan biosintesis ergosterol. Namun dikarenakan obat
terbinafin cukup mahal dan sulit di temukan maka pada pasien ini diberikan
ketokonazol yang bersifat fungistatik dimana obat tersebut menghambat
20
pertumbuhan jamur dengan cara mengganggu enzim kerja sitokrom P-450
lanosterol 14-demethylase yang berfungsi sebagai katalisator untuk mengubah
lanosterol menjadi ergosterol.Sementara untuk obat mengurasi rasa gatal dapat
diberikan cetirizine 10 mg/hari selama 14 hari, cetirizine bekerja dengan
memblokir efek pelepasan histamine dimana histamine merupakan salah satu
mediator yang menyebabkan gatal. Pada pasien ini diberikan antihistamin H1
generasi kedua dimana obat tersebut tidak menembus sawar darah otak, sehingga
mempunyai efek sedasi minimal atau bahkan tidak ada.
21
BAB V
KESIMPULAN
Tinea fasialis adalah suatu dermatofitosis superfisial yang terbatas pada
kulit yang tidak berambut, yang terjadi pada wajah. Penyakit ini memiliki
karakteristik sebagai plak eritema yang melingkar dengan batas yang jelas yang
bisa melebar dan bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Gejala subjektif gatal
dapat dirasakan sampai mengganggu aktifitas sehari-hari. Faktor resiko
kebersihan lingkungan yang buruk, sering malakukan aktivitas yang menyebabkan
berkeringat dan hewan peliharaan dengan penyakit kulit perlu dihindari. Penyakit
ini tidak menyebabkan kematian, tapi mengganggu kenyamanan dan estetika kulit.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
11. Khaled A, Chtourou O, Zeglaoui F, Fazaa B, Jones M, Kamoun MR.
Tinea faciei: areport on four cases. Acta Dermatoven APA 2007 ; 16(4):
172.
12. Trozak DJ, Tennehouse DJ, Russell JJ. Dermatology skills for primary
care, anillustrated guide. New Jersey: Humana Press; 2006. p. 126.
13. Thomas B. Clear choices in managing epidermal tinea infections. The
Journal of Family Practice 2003 ; 52(11): 853-4.
14. Bramono K. Bahan kuliah dermatofitosis. Jakarta: Departemen IK Kulit
danKelamin FKUI-RSCM; 2011.
15. Wolff K, Johnson RA. Fungal infections of the skin and hair. In:
Fitzpatrick’s coloratlas and synopsis of clinical dermatology 6th edition.
United states: McGraw Hill;2009. p. 695.
16. Wolff K, Goldsmith L, Katz SI, et al. Disorders of the sebaceous glands.
In:Fitzpatrick’s dermatology in general medicine 7 th ed. United States:
McGraw Hill;2008. p. 692-4, 704-6.
17. James WD, Berger TG, Elston DM. Disease resulting from fungi and
yeasts. In:Andrews’ disease of the skin: clinical dermatology 10th ed.
Canada: SaundersElsevier; 2006. p. 301-2.
18. Lewis RA. Ringworm-all information. Available from:
URL:http://www.umm.edu/ency/article/001439all.htm
19. Schueler SJ, Becket JH, Gettings DS. Facial tinea-home care. Available
from: URL:http://www.freemd.com.htm
24
Lembar Diskusi
25