Anda di halaman 1dari 39

Case Report Session

IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI


PUSKESMAS PAUH

Oleh:

Aristya Rahadiyan Budi 1840312410

Preseptor:

Dr. dr. Hafni Bachtiar, MPH

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan puji syukur kehadriat Allah SWT,
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan case report
session dengan judul ‘Identifikasi Masalah Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Pauh’ ini.
Makalah ini merupakan salah satu dari syarat mengikuti kegiatan
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masayarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas dan merupakan salah satu kriteria lulus dari
kegiatan kepaniteraan klinik ini. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada pembimbing penulis yaitu Dr. dr. Hafni Bachtiar, MPH. Tidak lupa
juga penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa case report session ini
masihlah jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk menyempurnakan case report session ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Padang, Agustus 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar isi 2
Daftar gambar 3
Daftar tabel 4
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar belakang 5
1.2Rumusan masalah 6
1.3Tujuan penulisan 6
1.4Metode penulisan 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas 7
Identifikasi Masalah Kesehatan Masayarakat Berdasarkan
2.2 Data 8
Mengidentifikasi Masalah Kesehatan dan Potensi
2.3 Pemecahannya 8
2.4 Menentukan Prioritas Masalah Kesehatan 9
2.5 Membuat Rumusan Masalah 10
2.6 Mencari Penyebab Masalah Kesehatan 10
2.7 Menetapkan Cara Pemecahan Masalah 12
BAB 3 ANALISIS SITUASI
3.1Gambaran Umum Puskesmas Pauh 13
3.2Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi 16
3.3Saran dan Prasarana 20
3.4Capaian Program Puskesmas Pauh Tahun 2019 19
BAB 4 PEMBAHASAN 28
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan 35
5.2Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh format diagram Ishikawa 10


Gambar 2.2 Contoh format pohon masalah 11
Gambar 3.1 Peta wilayah kerja puskesmas Pauh 13
Gambar 4.1 Diagram Ishikawa pelayanan orang diduga TB 33

3
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data distribusi penduduk menurut kelurahan di wilayah


1
kerja Puskesmas Pauh tahun 2019
4

Tabel 3.2 Perbandingan luas daerah, jumlah penduduk, dan kepadatan


1
penduduk menurut kelurahan
5

Tabel 3.3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok


1
umur
5

Tabel 3.4 Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas


1
Pauh tahun 2019
7
Tabel 3.5 Tenaga kesehatan di puskesmas Pauh per 31 Desember 1
2019 8
Tabel 3.6 Jumlah dan kondisi prasarana di puskesmas Pauh tahun 1
2019 8
1
Tabel 3.7 Pencapaian kinerja berdasarakan SPM tahun 2019
9
2
Tabel 3.8 Pencapaian program kerja puskesmas Pauh tahun 2019
0
3
Tabel 4.1 Penentuan prioritas masalah program kerja puskesmas Pauh
2

4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pusat kesehatan masyarakat, disingkat sebagai puskesmas, adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengupayakan upaya promotive dan preventif untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat setinggi – tingginya.1 Dengan demikian, puskesmas
memiliki fungsi untuk menggerakan dan membangun wawasan kesehatan
dan memberdayakan keluarga – keluarga yang tinggal di daerah masyarakat
sebagai pusat pelayanan masyarakat strata pertama.

Puskesmas memiliki dua fungsi utama yang harus dilaksanakan yaitu


upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan
(UKP) pada tingkat pertama yang harus dilakukan pada suatu daerah
tertentu. Puskesmas memiliki tanggung jawab atas satu wilayah administrasi
pemerintahan, terutama bagian kecamatan maupun bagian dari kecamatan
tersebut.1 Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, perlu dilakukan
perencanaan dan manajemen yang baik dari puskesmas tersebut.

Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan


secara sistematis untuk menghasilkan output puskesmas yang efektif dan
efisien. Manajeme puskesmas terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. 2 Perencanaan
tingkan puskesmas disususn untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas. Perencanaan ini disusun untuk kebutuhan satu
tahun. Indentifikasi masalah perlu dilakukan berdasarkan data. Data yang
dikumpulakn berupa data umum dan data khusus yang diolah untuk
mendapatkan gambaran dari masalah kesehatan yang terjadi.

5
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas
Pauh.2

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana gambaran umum masalah kesehatan masyarakat di
wilayah kerja puskesmas Pauh?
b. Apa saja permasalahan Dalam upaya pencehgahan masalah
kesehatan masyarakat di puskesmas Pauh?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah – masalah kesehatan yang terjadi Dalam
pelayanan kesehatan di lingkup puskesmas secara umum

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi masalah – masalah kesehatan yang terjadi di
puskemas Pauh berdasarkan data.
b. Identifikasi usaha penanggulangan masalah kesehatan di wilayah
kerja puskesmas Pauh.
c. Pemantauan perkembangan penanggulangan masalah kesehatan di
puskesmas Pauh.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan case report session ini berupa tinjauan pustaka
yang merujuk dari berbagai literatur, laporan tahunan puskesmas Pauh, serta
diskusi bersama pemegang program di puskesmas Pauh.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangna tingkat pertama, dengan mengutamakan kegiatan
promotif dan preventif untuk mencapai drajat kesehatan masyarakat
setinggi – tingginya. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengna
fokus terhadap pelayanan masyarakat luas dan pelayanan kepada
perorangan.1

Puskesmas memiliki prinsip penyelenggaraan yang meliputi1 :


a. Paradigma sehat
b. Pertanggungjawaban wilayah
c. Kemandirian masyarakat
d. Pemerataan
e. Teknologi tepat guna; dan
f. Keterpaduan dan kesinangbungan

Dalam menyelenggarakan tugasnya, puskesmas menyelenggarakan


fungsi upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kegiatan perorangan
(UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Untuk menjamin akuntabilitas
dari pelayanan, puskesmas wajib melaksanaakan system pencatatan dan
pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) yang akan dipertanggungjawabkan
sesuai dengan supervisi dari dinas kesehatan kabupaten/kota.1

7
2.2 Identifikasi Masalah Kesehatan Masayarakat Berdasarkan Data

2.2.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data


Penyusunan rencana puskemas perlu dikumplukan data umum dan
khusus. Data umum mencakup; peta wilayah kerja puskesmas, data sumber
daya, data peran serta masyarakat, serat data penduduk dan sasaran
program. Data khusus mencakup: status kesehatan, kejadian luar biasa,
cakupan program pelayanan kesehatan, dan hasil survei. Pada pendekeatan
keluarga perlu ditambakan kategori data keluarga yang mencakup data tiap
keluarga dari semua keluarga yang ada di wilayah kerja puskesmas (total
coverage).2

Data umum dan khusus diolah dengna mengikuti kaidah – kaidah


pengolahan data, yaitu mislanya menghitung rerata, moda, cakupan, dan lain
– lain. Data keluarga diolah untuk menghitung indeks keluarga sehat (IKS)
masing – masin gkeluarga, IKS tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa dan
cakupan tiap indikator dalam lingkup RT/RW/Kelurahan/Desa, serta IKS
tingkat kecamatan dan cakupan tiap indikator dalam lingkup kecamatan.2

2.3 Mengidentifikasi Masalah Kesehatan dan Potensi Pemecahannya


Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan, masalah sumber daya, dan masalah – masalah lain yang
berkaitan.2
2.3.1 Tingkat keluarga.
Puskesmas dapat mengidentifikasi masalah – masalah di wilayah
kerjanya melaui analisisi data masing – masing keluarga dari prokesga
egnan mencari indikator – indikator keluarga sehat yang bernilai 0.
Puskesmas juga dapat mengidentifikasi potensi masing – masin gkeluarga
untuk mengatas masalah kesehatan yang dihadapi dengan menganalisis data
masing – masing keluarga dari prokesga. Misalnya dari egi usia kepala
keluarga, tingkat pendidikannya, pekerjaanya, dan lain – lain.2

8
2.3.2 Tingkat RT/RW/Keluarga/Desa
Masalah – masalah kesehatan prioritas yang dihadapi oleh masing –
masing RT/RW/kelurahan/desa di wilayah kerja puskesmas dapat
diidentifiasi dari hasil olahan data keluarga dalam satu
RT/RW/kelurahan/desa. Daerah yang merlukan perhatian khusus dengan
mencari indikator – indikator yang cakupannya rendah.2

2.4 Menentukan Prioritas Masalah Kesehatan


Puskesmas dapat menentukan prioritas masalah kesehatan baik yang
dihadapi oleh masing – masing keluarga, desa/kelurahan, maupun
kecamatan dengan memperhatikan masalah – masalah kesehatan yang
telah diidentifikasi. Penentuan prioritas masalah dengna
mempertimbangkan faktor – faktor berikut:2
1. Tingkat urgensinya (U), yakni apakah masalah tersebut penting
untuk segera diatasi.
2. Keseriusan masalah tersebut (S), yakni apakah masalah tersebut
cukup parah.
3. Potensi perkembangannya (G), yakni apakah masalah tersebut
akan segera menjadi besar dan/atau menjalar.
4. Kemudahan mengatasinya (F), yakni apakaha masalah tersebut
mudah diatasi mengacu kepada kemampuan
keluarga/RT/RW/kelurahan/desa/kecamatan/puskesmas.
Masing – masing faktor diberi nilai 1 – 5 berdasarkan skala likert (5
sangat besar, 4 = besar, 3 = sedang, 2 = kecil, 1 = sangat kecil), dan nilai
total tiap masalah kesehatan diperoleh dari rumus:

T =U + S+G+ F

Nilai total (T) digunakan untuk mengurutkan masalah kesehatan


berdasarkan prioritasnya, sehingga diperoleh:
a. Masalah kesehatan prioritas untuk masing – masing keluarga.
b. Masalah kesehatan prioritas untuk masing – masing
desa/keluarhan.

9
c. Masalah kesehatan prioritas untuk kecamatan.
Nilai total tertinggi akan menjadi masalah utama dalam peberian
intervensi.2

2.5 Membuat Rumusan Masalah


Rumusan setiap masalah (masalah kesehatan atau masalah lain)
mencakup pernyataan tentang apa masalahnya, Siapa yang terkena
masalah, besarnya masalah, di mana terjadinya, dan bilamana terjadinya.
Rumusan masalah dibuat untuk tingkat keluarga, tingkat desa/keluarahan,
dan tingkat kecamantan.2

2.6 Mencari Penyebab Masalah Kesehatan


Akar penyebab setiap masalah kesehatan prioritas dicari dengan
memperhatikan hasil identifikasi masalah dan potensi (baik dari data
keluarga, data umum, maupun data khusus), dengan menggunakan alat (1)
diagram Ishikawa (diagram tulang ikan) atau (2) pohon masalah

Gambar 2.1 Contoh format diagram Ishikawa

10
Gambar 2.2 Contoh format pohon masalah

Pada langkah ini, puskesmas akan dapat menetapkan penyebab masalah


kesehatan prioritas sebagai berikut:2

1. Penyebab masalah kesehatan prioritas yang dihadapi tiap keluarga.

2. Penyebab masalah kesehatan prioritas yang dihadapi tiap


desa/keluarahan.

3. Penyebab masalah keehatan prioritas yang dihadapi kecamatan

Diagram Ishikawa ataupun pohon masalah akan tampak penyebab –


penyebab masalah kesehatan dari segi – segi berikut:

a. Sumber daya manusia, baik kualitas (pengetahuan, sikap, keterampilan)


maupun kuantitas.

b. Peralatan, baik kuantitas maupun kualitas.

c. Sarana – prasarana, baik kuantitas maupun kualitas

d. Pembiayaan/dana/keuangan.

11
2.7 Menetapkan Cara Pemecahan Masalah

Penetapan cara untuk memecahkan masing – masing masalah dengan


memperhatikan penyebab dari masin g- masing masalah dan
potensi/peluang untuk mengatasi masalah tersebut:2

1. Cara memecahkan masalah kesehatan keluaraga adalah melaui


kunjungan rumah dalam rangka konseling dan pemberdayaan keluarga.
Konseling dan pemberdayaan keluarga dimaksudkan untuk memecahkan
masalah – masalah kesehatan yang dihadapi keluarga, dengan terlebih
dahulu memanfaatkan potensi yang ada di keluarga tersebut. Hal – hal
yang tidak dapat diselesaikan dalam kunjungan rumah, dirujuk ke
UKMB dan/atau puskesmas.

2. Cara memecahkan masalah kesehatan RT/RW/kelurahan/desa adalah


melalui pengorganisasian masyarakat, yakni dengan mengembangkan
desa/kelurahan/RW menjadi desa/kelurahan/RW siaga aktif.

3. Cara memecahkan masalah kesehatan kecamatan adalah melalui rapat


tim manajemen puskesmas untuk (a) merumuskan alternative pemecahan
masalah kesehatan, serta (b) memilih dan menetapkan pemecahan
masalah kesehatan yang paling sesuai (misalnya melalui metode
pembobotan dan penilaian).

Pemecahan masalah dapat mencakup aspek – aspek sebagai berikut:

1. Pengembangan sumber daya manusia, baik peningkatan


pengetahuan/keterampilan (penyuluhan, pelatihan, dan lain – lain)
maupun penambahan jumlah.

2. Pengembangan peralatan, baik pengadaan, penambahan jumlah,


perbaikan, kalibrasi maupun pemeliharanaanya

3. Pengembangan sarana – prasarana, baik penambahan jumlah,


perbaikan/renovasi, maupun pemeliharaannya.

4. Pengembangan, pembiayaan/dana/keuangan, baik dari sumber


keluarga/masyarakat, APBD, APBN, maupun sumber – sumber lain
seperti dana desa, dana kapitasi JKN.

12
BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1. Gambaran Umum Puskesmas Pauh


3.1.1 Keadaan Geografis
Puskesmas Pauh terletak di Jalan Irigasi Pasar Baru, Kelurahan Cupak
Tangah, Kecamatan Pauh, berjarak ±8 kilometer dari pusat kota sebelah
timur dari Kota Padang. Wilayah kerja puskesmas Pauh membentang pada
00 58’ Lintang Selatan, 1000 21’ 11’ Bujur Timur, ketinggian 10 – 1600
meter dari permukaan laut dan terdiri dari 60% dataran rendah dan 40%
dataran tinggi, curah hujan ± 348.88 mm/tahun, temperature antara 28º - 31º
C. Jumlah kelurahan sebanyak 9 kelurahan yang terbagi sebagai 52 RW dan
176 RT dengan luas wilayah + 146,29 km2.3

Gambar 3.1 Peta wilayah kerja puskesmas Pauh

KEC. KOTO TANGAH

U LAMBUNG BUKIT
KAB. SOLOK

KEC. KURANJI

LIMAU MANIS
KAPALO KOTO

CUPAK
TANGAH
BINUANG KP.
DALAM
LIMAU MANIS SELATAN

KEC. PADANG
TIMUR
PISANG KOTO LUAR
KEC. LUBUK KILANGAN
PIAI TANGAH
KEC. LUBUK
BEGALUNG

Batas wilayah dapat dilihat sesuai dengn gambar 3.1. Adapun batas
wilayah – wilayah kerja puskesmas Pauh adalah sebagai berikut:3
a. Sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok.
b. Sebelah barat berbatas dengna Kecamatan Padang Timur dan
Kecamatan Kuranji.

13
c. Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Koto Tangah.
d. Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Lubuk Kilangan dan
Kecamatan Lubuk Begalung.

3.1.2 Keadaan Demografi


Peningkatan jumlah penduduk yang besar, penyebaran penduduk yang
tidak merata serta pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berdampak
kepada peningkatan pelayanan kesehatan dan kondisi kesehatan.
Berdasarkan data dari badan pusat statistik (BPS) diperoleh data
kependudukan sebagai berikut:3

Tabel 3.1 Data distribusi penduduk menurut kelurahan di wilayah


kerja Puskesmas Pauh tahun 2019

No. Kelurahan Penduduk RW RT


1 Pisang 9.125 7 23
2 Binuang Kampung Dalam 6.294 5 18
3 Piai Tangah 4.037 4 12
4 Cupak Tangah 9.931 6 21
5 Kapalo Koto 9.081 4 15
6 Koto Luar 8.260 6 25
7 Lambung Bukit 3.562 4 13
8 Limau Manis Selatan 10.805 8 31
9 Limau Manis 7.945 8 18
Jumlah 69.040 52 176

Dari tabel diatas terlihat jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan


Limau Manis Selatan, namun tidak menentukan bahwa kelurahan tersebut
paling padat karena luas wilayahnya cukup besar, seperti terlihat pada tabel
berikut:3

Tabel 3.2 Perbandingan luas daerah, jumlah penduduk, dan kepadatan


penduduk menurut kelurahan.

14
No Kelurahan Luas Penduduk Kepadatan Laju pertumbuhan
penduduk (%)

1 Pisang 3,99 9.125 2.453 2,60


2 Binuang Kp. 2,97 6.294 2.254 1,79
Dalam
3 Piai Tangah 4,97 4.037 860 1,37
4 Cupak Tangah 2,99 9.931 3.569 2,77
5 Kapalo Koto 35,83 9.081 274 3,46
6 Koto Luar 18,92 8.260 467 2,26
7 Lambung Bukit 38.80 3.562 98 1,96
8 Limau Manis 12,96 10.805 900 3,17
Selatan
9 Limau Manis 24,86 7.945 346 3,39
Jumlah 146,29 69.040 507 2,69

Tabel 3.3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok


umur
Kelompok Umur (Th) Jenis Kelamin Jumlah Total
Lk Pr
0 613 608 1.221
0-1 1.212 1.190 2.402
0-2 1.807 1.761 3.568
0–4 2.996 2.897 5.893
1–4 2.383 2.289 4.672
7 604 583 1.187
8 601 581 1.182
9 595 570 1.165
7 – 12 3.525 3.382 6.907
18+ 23.607 23.854 47.461
0 – 14 8.937 8.620 17.557
15 – 64 24.283 24.330 48.613
65+ 1.316 1.554 2.870
69+ 2.339 2.635 4.974
70+ 646 885 1.531
Jumlah 151.203

3.2 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi

15
3.2.1 Kondisi Sosial

Penduduk wilayah kerja puskesmas Pauh dengan strata dan rasial


relatif homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan
sendirinya menjadi potensi dan kekuatan dalam pembangunan termasuk
kesehatan. Potensi tradisi daerah (ke ninik-mamakan) yang masih dilakoni
oleh masyarakat digunakan untuk membantu dalam melakukan perubahan
perilaku masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Dari
segi kepercayaan mayoritas keprecayaan penduduk adalah Islam (99%),
dengan sisanya terdiri dari Katolik, Protestan, Buddha, dan lain lain (1%).3

3.2.2 Budaya

Tersedianya berbagai jenis Pendidikan mulai dari tingkat Pendidikan


kanak – kanak dasar samapi dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja
puskesmas Pauh menyebabkan semakin banyak penduduk yang mengenyam
Pendidikan dan diharapkan semakin kritis dengan berbagai dampak
pembangunan. Sistem kekerabatan masih dijalankan oleh penduduk
setempat masih dipakai sebagain besar penduduk dan merupakan kekuatan
yang dapat digarap apabila caranya diketahui. Pendekatan kultural sangat
dibutuhkan dalma rangka menjalin kerjasama peran serta masyarakat.3

3.2.3 Kondisi Ekonomi

Pendapatan penduduk wilayah kerja puskesmas Pauh dapat


dikatakan bervariasi dengan pekerjaan penduduk mayoritas adalah petani
(35%), diikuti oleh swasta (25%), PNS (17%), TNI (5%), dan sisanya
bekerja di sektor informal lainnya (20%). Keluarga berpendapatan rendah
atau tidak menentu masih cukup besar dengan angka 18% dari total
penduduk kecamatan Pauh.

3.3 Saran dan Prasarana

16
Puskesmas dan jaringannya merupakan saran penyelenggara
pelayanan kesehatan dasar dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Semakin banyak jumlah ketersediaanya maka semakin
mempermudah masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan.
Sementara itu rumah bersalin, klinik, praktek dokter/dokter gigi, praktek
bidan, apotek, dan took obat merupakan saran pelayanan kesehatan swasta
yang juga memberikan pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.3

Tabel 3.4 Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas


Pauh tahun 2019

No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah


1 Rumah Sakit Pemerintah 2
2 Rumah Sakit Swasta 1
3 Klinik Bersalin 2
4 Klinik Umum 2
5 Puskesmas Rawat Inap 1
6 Puskesmas Keliling 1
7 Puskesmas Pembantu 5
8 Praktek Dokter/Spesialis 3
9 Praktek Dokter Gigi 3
10 Praktek Bidan 5
11 Apotek 7
12 Toko Obat 2

Berikut ini adalah tabel tenaga kesehatan yang berada di puskesmas


Pauh per 31 Desember 2019:3

17
Tabel 3.5 Tenaga kesehatan di puskesmas Pauh per 31 Desember 2019
No. Jenis Petugas Jumlah
1 Dokter Umum (S1) 4
2 Dokter Gigi (S1) 3
3 Perawat (S1) 1
4 Perawat (D3) 10
5 Perawat Gigi (D3) 2
6 Bidan (D4) 7
7 Bidan (D3) 18
8 Nutrisionis (S1) 2
9 Nutrisionis (D3) 1
10 Sanitarian (D3) 2
11 Analis Kesehatan SAKMA 1
12 Asisten Apoteker SMF 1
13 Perekam Medis (D3) 3
Total 55

Berikut ini adalah tabel jumlah dan kondisi prasaran di puskesmas


pauh tahun 2019:3
Tabel 3.6 Jumlah dan kondisi prasarana di puskesmas Pauh tahun 2019
No Jenis Prasarana Jml Kondisi
Baik Rusak Rusak Rusak
Ringan Sedang Berat
1 Sistem Sanitasi
 Sarana Air Bersih 2 2
 IPAL 1 1
 TPS 1 1
 Incenerator -

2 Sistem Kelistrikan
 PLN 1 1
 Genset 1 1
3 Sistem Komunikasi
 Telepon 1 1
 Wifi 2 2
4 Sistem Transportasi
 Ambulance 1 1
 Motor 7 5 2

3.4 Capaian Program Puskesmas Pauh Tahun 2019


3.4.1 Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Pauh Tahun 2019

18
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 43
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal dinyatakan bahwa standar
pelayananan minimal bidang kesehatan (SPM bidang kesehatan) merupakan
acuan bagi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyediaan
pelayananan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. 4
Berikut hasil pencapaian kinerja puskesmas Pauh berdasarkan SPM
tersebut.
NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN
1 Pelayanan kesehatan Ibu hamil 100 82,21%
2 Pelayanan kesehatan Ibu Bersalin 100 83,19%
3 Pelayanan kesehatan bayi baru lahir 100 85,58%
4 Pelayanan kesehatan balita 100 50,47%
5 Pelayanan kesehatan pada usia 100 87.5%
pendidikan dasar
6 Pelayanan kesehatan usia produktif 100 36%
7 Pelayanan kesehatan usia lanjut 100 39,60%
8 Pelayanan kesehatan Hipertensi 100 51%
9 Pelayanan kesehatan Diabetes Melitus 100 63%
10 Pelayanan kesehatan orang dengan 100 81,30%
gangguan jiwa (ODGJ) berat
11 Pelyanan kesehatan orang dengan 100 98,05%
Tuberkulosis (TB)
12 Pelyanan kesehatan orang dengan 100 96,50%
terinfeksi HIV
Tabel 3.7 Pencapaian kinerja berdasarakan SPM tahun 2019

3.4.2 Program Kerja Puskesmas Pauh tahun 2019


Berdasarkan SPM Puskesmas menurut Permenkes Nomor 43 Tahun
2016, disusun program kerja di puskesmas Pauh.4 Pencapaian program kerja
puskesmas Pauh dapat dilihat pada tabel berikut:3

Tabel 3.8 Pencapaian program kerja puskesmas Pauh tahun 2019


No. Program Sub - Program Kegiatan Capaian Target

19
(%) (%)
1 Pengendalaian 1. Tuberculosis
dan Pengendalian
1. Pelayanan 46,3 100
pemberantasan dan
kesehatan
penyakit pemberantasan
orang terduga
penyakit
TB
menular 2. Pasien BTA 13,9 100
positif
HIV
1. Ibu hamil 100 100
yang dirapid
HIV
2. Pasien TB 52 100
yang dirapid
HIV
Malaria & Rabies
1. Rabies - -
2. Malaria - -
Diare
1. Diare 413 kasus
Filiariasis
1. Pemberian 98 100
obat cacing di
SD
2. Pemberian 63,1 100
obat cacing di
TK/PAUD

ISPA
1. Penemuan - -
kasus ISPA
2. Penemuan - -
kasus ISPA ILI
3. Penemuan 95 90
kasus ISPA
Pneumonia

20
Demam Berdarah Dengue
- - -
2. Imunisasi 1. Kontak pertama
HB0 85,4 95
BCG 93,1 95
Polio 1 93,1 95
DPT - HB - 92,2 95
HiB 1
2. Kontak Lengkap
DPT - HB - 90,2 95
HiB 3
Polio 4 90,3 95
MR 90,1 95
3. IDL 90,1 95
4. Imunisasi Booster
DPT - HB - 27,4 75
HiB
MR 25,9 75
5. Imunisasi 69.9 95
TT Ibu Hamil
3. Penyakit 1. Skrining 36 100
Tidak Menular Usia Produktif
2. Skrining 51 100
penyakit
Hipertensi
3. Skrining 63 100
penyakit DM
4. Skrining 9 100
IVA
2 Kesehatan 1. KIA Ibu 1. K1 90,8 100
2. K4 82,2 100
Keluarga
3.Persalinan 83,2 100
Tenaga
Kesehatan
4. Ibu Hamil 141,1 100
Resiko Tinggi
5. KF3 76,4 100
6. Jumlah 106 75
Akseptor KB
2. KIA Anak 1. KN Lengkap 85,6 95

21
2.Kunjungan 90 95
bayi
3. Kunjungan 50,5 92,5
Balita
4. Kunjungan 59,1 92,5
apras
5. Neonatus 63,9 80
Komplikasi
(ResikoTinggi)
3. UKS - - -
4. Lansia 1. Skrining 39,6 100
Lama
3 Gizi - 1. Presentasi 100 100
kasus balita
gizi buruk
untuk
mendapatkan
perawatan
2. Persentasi 83,1 80
kasus balita
yang ditimbang
berat badannya
3. Persentasi 66,5 80
bayi usia
kurang dari 6
bulan yang
mendapat ASI
eksklusif
4. Persentasi 95,7 95
rumah tangga
mengkonsumsi
garam
beriodium
5. Persentasi 96,7 90
balita 6 - 59
bulan yang

22
mendapat
kapsul vitamin
A
6. Persentasi 90,8 95
ibu hamil yang
mendpatkan
tablet tambah
darah (TTD)
minimal 90
tablet selama
kehamilan
7. Persentasi 95 100
ibu hamil KEK
yang
mendapatkan
PMT
8. Persentasi 90 100
balita kurus
yang
mendapatkan
PMT
9. Perentasi 90 100
remaja putri
yang
mendapatkan
dan
mengkonsumsi
TTD
10. Persentasi 83,2 95
ibu nifas yang
mendapatkan
vitamin A
11. Persentasi 83,7 41
bayi baru lahir

23
yang
mendapatkan
IMD
12. Persentasi 1,1 7,3
bayi dengan
berat badan
lahir rendah
13 persentasi 97 100
balita yang
mempunyai
buku KIA dan
KMS
14. Persentasi 84,8 80
balita yang
ditimbang naik
berat badannya
15. Persentasi 6,4 8
balita yang
ditimbang naik
baerat
badannya (T)
16. Persentasi 0,4 2,2
balita yang
ditimbang tidak
naik berat
badannya dua
kali berturut -
turut (TT)
17. Persentasi 0,8 5
balita di bawah
garis merah
(BGM)
18. Persentasi 16 24
ibu hamil
dengan anemia

24
19. Persentasi 2,3 15
balita
underweight
20. Persentasi 4,3 28
balita Stunting
21. Persentasi 2,1 5
balita Wasting
4. Kesehatan 1. Persentasi 64 85
Lingkungan penduduk
menggunkan
jamban sehat
2. Penduuk 80 75
dengan akses
berkelanjutan
terhadap air
minum
3. Persentasi 76,2 95
TTU yang
memenuhi
syarat
kesehatan
4. Persentasi 76,2 95
TPM yang
memenuhi
syarat
kesehatan
5. Persentasi 82,6 95
rumah sehat
5. Promosi 1. Cakupan 31,1 100
Kesehatan rumah tangga
ber-PHBS
2. Persentasi 80,6 85
balita yang
berkunjung dan
ditimbang
3. Persentasi 98 96

25
penyuluhan di
dalam gedung
4. Persentasi 90 80
penyuluhan di
luar gedung
5. Pembinaah 2 1
SBH
6. Pembinaan 73,9 80
TOGA
7. Cakupan 75 100
keluarga siaga

26
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah Kesehatan Puskesmas Pauh

Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi,


dan wawancara terhadap kepala puskesmas Pauh. Berdasarkan program
yang belum mencapai target, maka dipilih beberapa masalah yang memiliki
skor tinggi berdasarkan skala prioritas. Penilaian tersebut ditentukan
berdasarkan data laporan tahunan puskesmas. Uraian masalah tersebut
antara lain :3

4.1.1 Program promosi kesehatan

1. Cakupan rumah tangga ber-PHBS hanya 31,1%.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggota
keluarga mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam masyarakat. Manfaat PHBS secara umum adalah
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat unutk mau menjalankan hidup
bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat diharapkan bisa mencegah
dan menanggulangi masalah kesehatan sehari – hari. Selain itu, penerapan
PHBS diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan
meningkatkan kualitas hidup daerah tersebut.5

Penerapan PHBS di cakupan rumah tangga diharapkan dapat


menciptakan keluarga sehat dan mampu meminimalisir masalah kesehatan
lingkungan rumah tangga. Manfaat PHBS di rumah tangga antara lain;
peningkatan tingkat kesejahteraan anggota rumah tangga dan meminimalisir
penyakit, dan penerapan kebiasaan untuk menerapkan pola hidup sehat serta
anak dapat tumbuh sehat dan gizinya tercukupi.5

Cakupan rumah tangga yang menerapkan PHBS pada wilayah kerja


puskesmas Pauh hanya didapatkan sebanyak 31,1%. Hal ini dapat

27
berpotensi menurunkan produktifitas dari rumah tangga penduduk dan dapat
menurunkan standar kesehatan rumah tangga keluarga tersebut.

4.1.2 Program kesehatan lingkungan

1. Persentasi penduduk menggunakan jamban sehat hanya 64%.

Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang dibutuhkan


dalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya sebagai
fasilitas pembuangan kotoran manusia. Jamban terdiri dari tempat jongkok
atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa yang
dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.6

Jamban yang sehat dapat mencegah kontaminasi tinja atau atau zat – zat
lain yang dikeluarkan dari tubuh terhadap lingkungan. Kontaminasi
lingkungan yang disebabkan oleh jamban dapat meningkatkan kemugkinan
terjadinya penyakit – penyakit. Mengingat hal tersebut, cakupan penduduk
di wilayah kerja puskesmas Pauh masih banyak yang belum menggunakan
jamban sehat (36%) hal ini dapat berdampak ke munculnya potensi penyakit
– penyakit yang timbul akibat kontaminasi lingkungan.

4.1.3 Program kesehatan ibu dan anak

1. Kontrol pertama ibu hamil 9,16% dibawah target.

Kontrol kehamilan atau lebih dikenal dengan antenatal care (ANC)


merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan Fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi persiapan masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan
pemberian ASI secara eksklusif, serta kesehatan reproduksi yang wajar.
ANC dilakukan minimal 4 kali selama masa kehamilan, yaitu 1 kali
pemeriksaan pada trimester peratama, satu kali pada trimester kedua, dan
dua kali pada trimester ke-empat.7 Pada kontrol kehamilan pertama
dilakukan beberapa hal seperti pemeriksaan darah, skrining penyakit infeksi,
dan pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat perkembangan janin.

28
2. 9,42% neonates belum mendapatkan kunjungan lengkap.

Neonatus adalah bayi berumur 0 – 28 hari. Kunjungan neonates adalah


pelayanan kesehatan kepada neonates sedikitnya 3 kali, yaitu kunjungan
neonatal pertama (KN1) pada 6 sampai 48 jam pasca kelahiran, kunjungan
neonatal kedua (KN2) pada hari 3 sampai dengan hari 7, kunjungan
neontala ketiga (KN3) pada 8 -28 hari. Pelayanan yang diberikan mengacu
ke manajemen terpadu balita sakit (MTBS) kepada ibu yang termasuk
pencegahan infeksi, perawatan tali pusat, dan imunisasi awal. Hal tersebut
dapat membantu meminimalisir angka kematian bayi pasca lahir dan
membantu menjaga kesehatan bayi kedepannya.8

4.1.4 Program gizi

1. Persentasi bayi usia < 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif hanya
66,5% dari target 80%.

Air susu ibu (ASI) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir,
yang mana sifat ASI bersifiat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada
bayi berusia 0 sampai 6 bulan. Dalam fase ini harus diperhatikan dengan
benar mengenai pemberian dan kualitas ASI, supaya tidak menggangu
tahapan perkembangan bayi selama enam bulan pertama lahir. Beberapa
manfaat ASI eksklusif antara lain; mencegah penyakit infeksi awal,
membantu perkembangan otak dan fisik bayi, mencegah kanker payudara
pada ibu, dan membantu menghilangkan rasa trauma pasca kehamilan untuk
ibu.9

4.1.5 Program pemberantasan penyakit

1. Masih didapatkan kasus diare sebanyak 428 orang.

Diare adalah buang abir besar lembek sampai encer yang lebih dari 3
kali dalam satu hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, ataupun
intolerance makanan, gangguan psikis, dan lainnya. Diare karena bakteri
Eschericia coli (E. Coli) disbebabkan oleh adanya kontaminasi
makanan/minuman dengan bakteri e. coli yang dibawah oleh lalat yang

29
sebelumnya telah hinggap pada tinja yang dibuang sembarangan ataupun
melalui minuman atau makanan yang preparasinya kurang baik.10 Kejadian
diare di puskesmas pauh pada tahun 2019 sebesar 413 kasus dengan
keluarahan tertinggi adalah kelurahan Cupak Tangah sebanyak 42 kasus.

2. Sebanyak 64% penduduk berusia produktif belum di skrining oleh


puskesmas.

Penduduk usia produktif adalah setap warga negara Indonesia berusia 15


– 59 tahun. Skrining usia produktif bertujuan untuk mendeteksi
kemungikinan obesitas, hipertensi, diabetes, gangguan emosional dan
perilaku, ketajaman penglihatan dan pendengaran, serta deteksi kanker
payudara dan leher rahim pada wanita berusia 30 – 59 tahun. 11 Skrining
penduduk usia produktif dapat membantu melihat resiko dan faktor resiko
pada penduduk dan dapat melihat potensi penyakit pada individu usia
produktif dan menatalaksananya sejak awal. Sebanyak 64% penduduk di
wilayah kerja Pauh belum dilakukan skrining usia produktif.

3. Belum tercapainya target pelayanan Pasien TB di wilayah kerja


puskesmas Pauh hanya mencapai 46,3%.

Tuberkulosis (TB) paru masih menjadi permasalahan kesehatan di


Indonesia. Penanggualngan TB paru meliputi penemuan Pasien dan
pengobatan yang dikelola menggunakan strategi directly observed
treatment, short-course (DOTS). Untuk menilai keberhasilan
penanggulangan TB paru digunakan beberapa indikator salah satunya yaitu
angka penemuan Pasien baru TB BTA (+). Pada wilayah puskesmas Pauh
yang terduga tuberculosis dan mendapatkan pelayanan 663 orang dan CNR
(case notification rate) semua kasus tuberculosis per 100.000 penduduk
puskesmas Pauh tahun 2019 adalah 103. CNR tahun 2019 lebih besar
dibandingkan dengna tahun 2018 yaitu 42. Hal ini dapat meningkatkan
resiko penularan TB par uke lingkunga sekitar, sehingga semakin tinggi jika
suspek dengan BTA (+) tidak ditemukan dan diberikan tatalaksana segera.

30
4.2 Penentuan Prioritas Masalah

Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Pauh tahun 2019, terdapat


beberapa program dasar yang belum dapat memenuhi target. Masalah
tersebut harus ditentukan prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan Puskesmas. :3

Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut


adalah menggunakan Teknik skoring sebagai berikut:

1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

2. Kemungkinan intervensi

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

3. Biaya

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : sedang

31
Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

4. Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.1 Penentuan prioritas masalah program kerja puskesmas Pauh

N Jenis Kegiatan Kriteria Jumla Perin


o. U S G F h gkat
(U+S+
G+F)
Upaya Kesehatan Esensial
1 Program Promosi Kesehatan
  a) Cakupan rumah tangga ber-PHBS 3 4 2 2 11 4
2 Program Kesehatan Lingkungan
  a) Persentasi penduduk menggunakan 2 4 3 3 12 3
jamban sehat
3 Program Kesehatan Ibu dan Anak
  a) Kontrol Pertama Ibu Hamil 3 2 3 2 10 5
  b) Kunjungan Neonatus lengkap 2 2 3 2 9 6
4 Program Gizi
  a) Presentasi bayi usia <6 bulan yang 2 3 1 2 8 7
mendapat ASI eksklusif
5 Program Pemberantasan Penyakit
  a) Diare didapatkan 428 kasus 4 3 3 3 13 2
  b) Screening usia produktif 2 4 2 2 10 5
  c) Pelayanan orang yang diduga TB 4 4 3 3 14 1

32
4.3 Menentukan Akar Penyebab Masalah

Gambar 4.1 Diagram Ishikawa pelayanan orang diduga TB

Berdasarkan skala prioritas pada table 4.1 penulis menggangap


perlunya upaya meningkatkan pelayanan pada pasien yang diduga TB di
wilayah kerja Puskesmas Pauh. Hal ini disebabkan akibat beberapa faktor
yang telah di diskusikan dengan pemegang program kesehatan dan
observasi pada kegiatan di lapangan antara lain:

1. Metode

a. Terdapat kesenjangan antara kader kesehatan puskesmas,


tenaga medis puskesmas, dan petugas dari program lain yang
menyebabkan tidak optimalnya kerjasama dalam penjaringan
orang yang dicurigai menderita TB,

b. Belum optimalnya penyuluhan kepada keluarga pasien TB


dan masyarakat tentang penyakit TB yang menyebabkan
dampak seperti peningkatan penularan pada orang yang
berada di sekitar pasien.

33
Tolak ukur : laporan puskesmas dan observasi lapangan.

2. Sarana

a. Kurangnya media informasi dan edukasi yang disediakan


kepada masyarakat tentang bahaya TB.

b. Kurang tersedianya sarana untuk screening TB khususnya


Mantoux test.

c. Terdapat keterbatasan dana dalam penjaringan pasien atau


suspek yang diduga mengidap TB

Tolak ukur : wawancara dengan kepala program dan laporan puskesmas.

3. Manusia

a. Kurang aktifnya petugas kesehatan dalam menjaring suspek


TB di wilayah kerja.

Tolak ukur : wawancara dengan kepala program

4. Lingkungan

a. Tidak didapati permasalahan yang terkait lingkungan dalam


program ini.

4.4 Upaya Penanggulangan Masalah.

Untuk menanggulangi masalah diatas, puskesmas pauh telah


merencanakan beberapa rencana penindak-lanjutan, antara lain :

 Menjalin kerjasama dan sosialisasi dengan petugas lintas sektor lain,


seperti dari bagian program gizi dan program promosi kesehatan
puskesmas Pauh.

 Menyampaikan informasi tentang TB setiap lokakarya mini lintas


sektor.

34
 Pembuatan MOU dengan lintas sektor tentang kerjasama TB antar
sektor serta penetapan jadwal petugas untuk melaksanakan
pelayanan DOTS TB.

 Menyediakan media edukasi dengan kerjasama dengan bagian


program promosi kesehatan untuk sosialisasi terhadap masyarkat.

 Menyediakan Mantoux test dengan memasukan rencana bisnis


anggaran puskesmas.

 Kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota untuk pengadaan


perlengkapan untuk Mantoux test dan biaya operasional kesehatan..

 Rapat dengan bagian litas sektor minimal 3 kali per bulan untuk
evaluasi perkembangan program.

4.5 Pemantauan Perkembangan Program

Menurut keterangan dari kepala program penanggulangan penyakit


dan kepala puskesmas di puskesmas Pauh. Program pelayanan pasien
terduga TB di wilayah kerja puskesmas Pauh sudah melakukan integrasi
antar lintas sektor, terutama dengan bagian dari program promosi kesehatan
dan dinas kesehatan kota untuk pengadaan perlatan untuk tes Mantoux dan
pembuatan media promosi tentang TB.

Pada rapat antar bagian mengenai program peelayanan pasien


terduga TB per tiga bulan yang dilakukan pada awal bulan Januari 2020,
disepakati untuk melaksanakan penyusunan program dengan MOU yang
baru mengenai kerjasama lintas sektor. Telah dilakukan juga pemasukan
rencana bisnis anggaran untuk pengadaan Mantoux.

Namun, dikarenakan pandemi SARS-nCoV-2, upaya pelayanan


pasien TB di wilayah kerja puskesmas Pauh dinilai menurun oleh kepala
program dikarenakan pengalihan sumber daya manusia untuk melakukan
skrining aktif dan contact tracing sebagai upaya penanggulangan pandemi
tersebut dan berdampak terhadap penurunan pasien yang kontrol TB,

35
terhambatnya pendataan orang yang diduga TB yang berobat, dan juga
kesulitan untuk adaptasi program DOTS TB di masa pandemi.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Permasalahan kesehatan masyarakat di puskesmas Pauh secara umum
ditemukan pada upaya promosi kesehatan, program kesehatan
lingkungan, program kesehatan ibu dan anak, program gizi, dan
program pemberantasan penyakit. Dari penentuan prioritas masalah,
ditemukan bahwa program pelayanan kesehatan untuk pasien terduga
TB masih belum mencapai target yakni 46,2% dari 100% sebagai
program dengan nilai prioritas tertinggi.
2. Puskesmas Pauh telah melakukan beberapa perencanaan tindak lanjut
untuk meningkatkan pencapaian program pelayanan pasien diduga TB
antara lain meningkatkan upaya kerja lintas sektor, pengadaan
peralatan tes Mantoux, dan evaluasi per-tiga bulan.

3. Perkembangan dari rencana tindak lanjut di tahun 2020 terhambat


dikarenakan sumber daya manusia yang ada dialihkan ke upaya
penanggulangan pandemi SARS-nCoV-2 yang berlangsung dari bulan
Maret 2020 – Agustus 2020, dampak pandemi berupa penurunan
jumlah pasien TB yang kontrol, terhambatnya pendataan pasien diduga
TB, dan kesulitan adaptasi program DOTS TB.

5.2 Saran

1. Pelaksanaan upaya rencana tindak lanjut program pelayanan kesehatan


untuk pasien yang diduga TB untuk meningkatkan tingkat capaian
program.

36
2. Pengalokasian sumber daya manusia untuk melaksanakan rencana
program pelayanan kesehatan untuk pasien terduga TB baik dari
puskesmas Pauh atau dari lintas sektor untuk membantu pendataan
pasien diduga TB di wilayah kerja puskesmas Pauh.
3. Penggunaan metode dalam jaringan untuk pemantauan pengobatan
pasien TB sebagai bentuk adapatasi dari program DOTS TB di masa
pandemi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri


kesehatan republik Indonesia nomor 75 tahun 2014 tentang kesehatan
msayarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: 2014.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk teknis penguatan
manajemen puskesmas dengan pendekatan keluarga. Jakarta: 2016.
3. Puskesmas Pauh. Laporan tahunan puskesmas pauh 2019. Padang:
2019.
4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri
kesehatan Republik Indonesia nomor 46 tahun 2016 tentang akreditasi
puskesmas, klinik Pratama, tempat praktik mandidri dokter dan dokter
gigi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: 2016.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Perilaku hidup bersih dan
sehat. Jakarta: 2016. Diakses 18 Agustus 2020
http://promkes.kemkes.go.id/phbs
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri
kesehatan nomor 3 tahun 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2014
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pentingnya pemeriksaan
kehamilan (ANC) di fasilitas kesehatan. Jakarta: 2018. Diakses 18
Agustus 2020. http://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-pemeriksaan-
kehamilan-anc-di-fasilitas-kesehatan
8. Kementrian Kesehatan Repubik Indonesia. Pelayanan kesehatan
neonatal esensial. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indoneisa:
2010.
9. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Manfaat asi eksklusif untuk
ibu dan bayi. Jakarta: 2018. Diakses 18 Agustus 2020.
http://promkes.kemkes.go.id/manfaat-asi-eksklusif-untuk-ibu-dan-bayi
10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman manajemen
program pengendalian penyakit diare. Jakarta: Kementran Kesehatan
Republik Indonesia; 2017.
11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri
kesehatan Republik Indonesia nomor 43 tahun 2016 tentang standar

37
pelayanan minimal bidang kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2016.

38

Anda mungkin juga menyukai