Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH MANAJAMEN PERAWATAN LUKA

”KMB 2”
Dosen pengampu: Ns. Syahid Amrullah,M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Renny Febrianti (S18127012)
Rahayu Fitrianingsih (S18127013)
Gessy A. Anggraini (S18127014)
Yulisa Sartika (S18127015)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMESTER V


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2020?2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan kepada Allah SWT, shalawat beserta salam kami
suguhkan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW karena berkat rahmat
hidayah serta petunjuk nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “KMB 2”.
Dalam penyusunan tugas atau materi makalah ini, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
sehingga kendala dapat teratasi dan makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu
kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan doa dan dukungan kepada
penulis secara moril maupun materil hingga makalah ini dapat selesai.
2. Ns. Syahid Amrullah,M.Kep, MSN yang telah banyak membimbing saya
dalam pembuatan makalah ini.
3. Teman-teman Mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak jurusan D-III
Keperawatan tahun ajaran 2020/2021.
4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa akan datang dan sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun khususnya guna mengetahui
informasi tentang KMB 2

Billahi Fi Sabililhaq Fastabiqul Khairat


.
Pontianak, 2 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
...............................................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum......................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................... 7
A. Konsep Teori Luka Bakar............................................................................ 7
1. Definisi Luka Bakar............................................................................... 7
................................................................................................................
2. Klasifikasi Luka Bakar........................................................................... 7
3. Prognosis Luka Bakar............................................................................ 10
4. Etiologi Luka Bakar............................................................................... 10
5. Proses Penyembuhan Luka Bakar.......................................................... 12
BAB III KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN............................... 14
A. Pengkajian Luka Bakar................................................................................ 14
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul........................................... 17
C. Manajemen Keperawatan Luka Bakar......................................................... 18
D. Wound Bed Preparation............................................................................... 18
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN............................................................. 18
A. Pengkajian.................................................................................................... 18
B. Analisa Data................................................................................................. 23
C. Diagnosa ...................................................................................................... 25
D. intervensi...................................................................................................... 26
E. evaluasi......................................................................................................... 28
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 29
A. Kesimpulan ............................................................................................... 29
B. Saran............................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia
atau radio aktif (Wong, 2003). Luka bakar merupakan kerusakan pada kulit
yang disebabkan oleh berbagai sumber non-mekanik seperti zat kimia, listrik,
panas, sinar matahari atau radiasi nuklir (Murray & Hospenthal, 2008).
Berdasarkan WHO Global Burden Disease, pada tahun 2004
diperkirakan 310.000 orang meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien
berusia kurang dari 20 tahun. Luka bakar karena api merupakan penyebab
kematian ke-11 pada anak berusia 1 –9 tahun. Anak –anak beresiko tinggi
terhadap kematian akibat luka bakar, dengan prevalensi 3,9 kematian per
100.000 populasi. Luka bakar dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup
(WHO, 2008). Di Amerika Serikat, luka bakar menyebabkan 5000 kematian
per tahun dan mengakibatkan lebih dari 50.000 pasien di rawat inap (Kumar
et al.,2007). Di Indonesia, prevalensi luka bakar sebesar 0,7% (RISKESDAS,
2013).
Secara global, 96.000 anak–anak yang berusia di bawah usia 20 tahun
mengalami kematian akibat luka bakar pada tahun 2004. Frekuensi kematian
lebih tinggi sebelas kali di negara dengan pendapatan rendah dan menengah
dibandingkan dengan negara dengan pendapatan tinggi sebesar 4,3 per
100.000 orang dan 0,4 per 100.000 orang. Kebanyakan kematian terjadi pada
daerah yang miskin, seperti Afrika, Asia Tenggara, dan daerah Timur
Tengah. Frekuensi kematian terendah terjadi pada daerah dengan pendapatan
tinggi, seperti Eropa dan Pasifik Barat (WHO, 2008).
Angka mortalitas penderita luka bakar di Indonesia tergolong cukup
tinggi, yaitu 27,6% (2012) di RSCM dan 26,41% (2012) di RS Dr. Soetomo.
Data epidemiologi dari unit luka bakar RSCM pada tahun 2011-2012
melaporkan sebanyak 257 pasien luka bakar. Dengan rata-rata usia adalah 28

1
tahun (2,5 bulan-76 tahun), dengan rasio laki-laki dengan perempuan adalah
2,7:1.
Luka bakar yang disebabkan oleh api adalah etiologi terbanyak (54,9%),
diikuti luka bakar yang disebabkan oleh air panas (29,2%), listrik (12,8%),
dan bahan kimia (3,1%). Rata-rata luas luka bakar adalah 26%. Angka
mortalitas sebanyak 36,6% pada pasien dengan rata-rata luas luka bakar
44,5% dengan rata-rata waktu perawatan adalah 13,2 hari (Martina dan
Wardhana, 2013).
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan
bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke
bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin
berkurang. Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah
delapan jam (dr. Safriani Yovita,2010)
Berdasarkan tingginya angka kejadian Luka bakar pada penjelasan diatas,
maka kami tertarik untuk mengangkat judul Konsep dan Asuhan
Keperawatan pada Luka Bakar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
yang dikaji dalam makalah ini adalah sebagai : Bagaimanakah Konsep dan
Asuhan Keperawatan Manajemen Luka Bakar?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini mempunyai tujuan agar
mahasiswa mampu memahami Konsep Manajemen Keperawatan Luka
Bakar.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan makalah tersebut adalah untuk:
a. Mengetahui Definisi Luka Bakar.
b. Mengetahui Klasifikasi Luka Bakar.
c. Mengetahui Etiologi Luka Bakar.
d. Mengetahui Prognosis Luka Bakar.
e. Mengetahui Wound Bed Preparation Luka Bakar.
f. Mengetahui Proses penyembuhan Luka Bakar.
g. Mengetahui Pengkajian Luka Bakar
h. Mengetahui Diagnosa Keperawatan yang muncul pada Luka Bakar.
i. Mengetahui Manejemen Luka Bakar.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari makalah ini adalah dapat memberi pengetahuan dan
informasi tentang Konsep Manajamen keperawatan Luka Bakar. Hasil makalah
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi teroritis maupun praktisi:
1. Penulis
Penulisan makalah diharapkan memberi manfaat bagi penulis untuk
menambah wawasan serta pengetahuan maupun pengalaman.
2. Pembaca
Penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca sebagai
referensi menambah wawasan serta pedoman dalam mengelola pengetahuan
dibidang keperawatan.
3. Institusi
Diharapkan dapat bermanfaat untuk institusi sebagai bahan masukan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan serta dapat diterapkan dengan baik
diruang lingkup institusi.

3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Konsep Teori Luka Bakar
1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan
api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas
(kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2001).
Menurut Aziz Alimul Hidayat, (2008 Hal : 130) luka bakar adalah
kondisi atau terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya disebabbkan oleh
panas yang tinggi, tetapi oleh senyawa kimia, listrik, dan pemanjanan
(exposure) berlebihan terhadap sinar matahari.
Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan
radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit,
tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang
sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau
suhu yang sangat rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber termis (atau
penyebab lainnya), berlangsung reaksi kimiawi yang menguras energi dari
jaringan sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan (Moenadjat,
2009).
Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di
masyarakat, khususnya kejadian luka bakar pada rumah tangga yang
paling sering ditemukan yaitu luka bakar derajat I dan II. Luka bakar
merupakan cedera yang mengakibatkan morbiditas kecacatan. Adapun
derajat cacat yang diderita relatif lebih tinggi dibandingkan dengan cedera
oleh penyebab lainnya. Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk

4
penanganan luka bakar menjadi cukup tinggi (Sjamsuhidajat dan Jong,
2005).
2. Klasifikasi Luka Bakar
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –
ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan
dalam waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai
lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
Dijumpai pula, pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf
sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering
terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).
1) Derajat II Dangkal (Superficial)
a) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
c) Bila mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan
luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan
mungkin terdiagnosa sebagai derajat II superficial setelah 12-24
jam
d) Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan
basah.
e) Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
f) Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
2) Derajat II dalam (Deep)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.

5
c) Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang
tersisa.
d) Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak
berwarna merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera
karena variasi suplay darah dermis (daerah yang berwarna putih
mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama
sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih
ada beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001)
e) Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu
(Brunicardi et al., 2005)
c. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih
dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar
berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis
yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi,
oleh karena ujung –ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau
kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi
spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
ltulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh
dermis, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang
terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan
dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori
karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian.
penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi
spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).

6
3. Prognosis
a. Penting untuk motivasi klien
b. Luka bakar I dan II dangkal sembuh spontan 1-2 minggu
c. Luka bakar III sembuh 1-6 bulan
d. Angka kematian luka bakar berat 37%
e. Kecacatan pada luka bakar III
1) Kontraktur
2) Kosmetik
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan
langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur,
status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat
mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.
Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan,
seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah
dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas
perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan masalah jangka
panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.
4. Etiologi Luka Bakar
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas
(scald) ,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan
akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam
panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali
yang biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga
(Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

7
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api,
dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,
baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radio aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio
aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri.
Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2001).
5. Manifestasi Klinis Luka Bakar
Untuk mengetahui gambaran klinik tentang luka bakar (Combustio)
maka perlu mempelajari :
a. Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “Role of nine“ yaitu
dengan tubuh dianggap 9 % yang terjadi antara:
1) Kepala dan leher : 9 %
2) Dada dan perut : 18 %
3) Punggung hingga pantat : 18 %
4) Anggota gerak atas masing-masing : 9 %
5) Anggota gerak bawah masing-masing : 18 %
6) Perineum : 9 %
b. Derajat Luka Bakar
Untuk derajat luka bakar dibagi menjadi 4, yaitu :
1) Grade I
a) Jaringan yang rusak hanya epidermis.
b) Klinis ada nyeri, warna kemerahan, kulit kering.
c) Tes jarum ada hiperalgesia.
d) Lama sembuh + 7 hari.

8
e) Hasil kulit menjadi normal.
2) Grade II
a) Grade II a
i. Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel, rambut, dan
kelenjar keringat utuh,
ii. Rasa nyeri warna merah pada lesi.
iii. Adanya cairan pada bula.
iv. Waktu sembuh + 7 - 14 hari.
b) Grade  II b
i. Jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringan
yang utuh.
ii. Eritema, kadang ada sikatrik.
iii. Waktu sembuh + 14 – 21 hari.
3) Grade III
a) Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis.
b) Kulit kering, kaku, terlihat gosong.
c) Terasa nyeri karena ujung saraf rusak.
d) Waktu sembuh lebih dari 21 hari.
4) Grade IV
Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang.
6. Proses Penyembuhan Luka Bakar
Krisanty (2009) mengatakan bahwa proses penyembuhan luka bakar
terdiri dari 3, sebagai berikut :
a. Fase inflamasi
Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Pada
fase ini terjadi perubahan vascular dan proliferasi seluler. Daerah luka
memgalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin serta mulai
timbul epitalisasi.
b. Fase fibi oblastik

9
Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca luka bakar. Pada
fase ini timbul abrobast yang membentuk kolagen yang tampak secara
klinis sebagai jaringan granulasi yang berwarna kemerahan.
c. Fase maturasi
Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas seluler
dan vaskuler. Hasil ini berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari
satu tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda inflamasi
untuk akhir dari fase ini berupa jaringan perut yang berwarna pucat,
tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.

10
BAB III
KONSEP TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
6. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan

11
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa
luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.

12
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak
halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara
mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan
dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian
terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
10. Pemeriksaan diagnostik:
a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan
dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun
pada luka bakar masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.

13
E. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah
leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan
dada.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak
cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari
dada atau leher.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler
perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena,
contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada
cedera berat) atau katabolisme protein.
8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,
nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan
kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi;
kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber
informasi.

14
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

F. Manajemen Keperawatan Luka Bakar


1. Penanganan teliti dan sistematik
2. Prioritas
a. Airway (A)
b. Breathing (B)
c. Circulation (C)
3. Perhatian
a. Derajat luka bakar
b. Luas luka bakar
c. Sebab luka bakar
4. Diagnosa
a. Derajat luka bakar
b. Luas luka bakar
c. Sebab luka bakar
5. Luka bakar luas mengancam jiwa
a. Airway bila perlu ETT
b. Breathing analgetik kuat
c. Sirkulasi infus kristaloid hari pertama 30-50 cc/jam
d. Pasang kateter untuk monitor produksi urine
e. Bila dilatasi glester pasang NGT
f. Nyeri hebat
a. Opiat/morfin IV
b. NSAID
c. Obat anastesi
g. Pencegahan tetanus/ human anti tetanus
6. Local manejemen
a. Antiseptik
b. Analgetik kuat

15
c. Obat topikal
d. Rawat tertutup
1) Dressing
a) Menyerap eksudat dan pus
b) Tidak lengket
c) Mengurangi penguapan cairan (menjaga tetap lembab)
d) Antiseptik dan bakteriostatis/bakteriosit.
G. Wound Bed Preparation
Menurut Scnultz et al (2003), mempersiapkan dasar luka atau
disebut wound bed preparation adalah manajemen luka untuk mempercepat
penyembuhan endogenous atau untuk memfasilitasi keefektifan pengukuran
terapeutik lainnya . Falanga (2004) menyatakan bahwa manajemen luka
dengan wound bed preparation memiliki tahapan-tahapan yang disingkat
dengan TIME, yaitu; tissue management (manajemen jaringan), infection or
inflammation control (pengendalianinfeksi), moisture balance (keseimbangan
kelembaban), dan edge of wound (pinggiran luka) . Pelaksanaan wound bed
preparation dengan TIME, yaitu;
1. Manajemen jaringan
Cara melakukan manajemen jaringan adalah dengan debridemen
surgikal (sharp debridement), conservative sharp wound
debridement (CSWD), enzimatik debridemen, autolitik debridemen,
mekanik debridemen, kimiawi debridemen dan biologikal atau parasit
debridemen
2. Mengendalikan infeksi dan inflamasi
Dapat mengenal  dan mengatasi tanda inflamasi (tumor, rubor,
calor, dolor) dan tanda infeksi (eksudat purulen). Balutan yang dapat
digunakan untuk mengembalikan keseimbangan bakteri yaitu; cadexomer
iodine powder/paste/sheet dressing, povidine iodine impregnated tulle
gras, chlorhexidine impregnated tulle gras, madu luka, silver impregnated
dressing.
3. Mempertahankan keseimbangan kelembaban

16
Berdasarkan penelitian Winter tahun 1962, menyatakan
kelembaban pada lingkungan luka akan mempercepat proses
penyembuhan luka. Dengan demikian, untuk menciptakan lingkungan luka
yang lembab maka diperlukan pemilihan balutan atau dressing yang tepat.
Pemilihan balutan akan dipengaruhi oleh hasil pengkajian luka yang
dilakukan, seperti; apakah luka kering, eksudat minimal, sedang atau berat,
oedem yang tidak terkontrol. Berikut balutan yang dapat mengoptimalkan
keseimbangan kelembaban yang dapat digunakan secara occlusive/
tertutup atau compression/ kompresi;
 Luka kering; hidrogel, hidrokoloid, interaktif balutan basah
 Minimal eksudat; hidrogel, hidrokoloid, semipermeabel film, kalsium
alginate
 Eksudat sedang; kalsium alginat, hidrofiber, hidrokoloid pasta, powder
dan sheet, foams
 Eksudat berat; balutan hidrofiber, foam sheet/cavity, ektra balutan
absorben kering, kantung luka/ostomi
4. Kemajuan tepi luka
Epitelisasi pada tepi luka memerlukan perhatian khusus terhadap
adanya pertumbuhan kuman dan hipergranulasi yang dapat menghambat
epitelisasi dan penutupan luka. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengontrol hipergranulasi sehingga tepi luka dapat menyatu, antara lain;
 Pemberian topikal antimikroba untuk mengtasi keseimbangan bakteri
 Hipertonik impregnated dressing untuk mengendalikan edema dan
keseimbangan bakteri
 Tekanan lokal menggunakan foam dressing dan perban kompresi atau tape
fiksasi
 Konservatif debridemen luka tajam (CSWD)
 Kimiawi debridemen dengan silver nitrat atau cooper sulfate (dapat
menimbulkan ketidaknyamanan dan nekrosis jika tidak digunakan hati-
hati)

17
 Topikal kortikosteroid

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 31 Maret 2016
Usia : 27 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMP
Keluhan Utama : Klien merintih kesakitan dan sesak napas
karena luka bakar 3 jam sebelum MRS.

b. Riwayat Penyakit Sekarang:


3 jam sebelum masuk RSUA, Tn. S menderita luka bakar karena
terkena ledakan tabung gas elpiji. Kesadaran composmentis, TD:
100/70 mmHg, Nadi: 110x/mnt, S: 37,6o C, RR: 29x/menit, TB: 165
cm, BB: 60 kg pasien mengeluh sesak dan nyeri di daerah yang
terbakar.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Tn.S mengatakan belum pernah mempunyai riwayat masuk rumah
sakit/operasi di RS sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada
dan Hipertensi tidak ada.
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada riwayat DM, hipertensi, asma, TBC
18
e. Pola aktivitas dan latihan :
sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas sehari – ahri
seperti makan ,minum, toileting, berpakaina dan bekerja secara mandiri.
Sedangkan selama sakit aktivitas seperti makan atau minum, toileting
dan mobilisasi dibantu oleh keluarga atau perawat.
f. Pola istirahat tidur :
sebelum sakit pasien mengatakan setiap hari tidur selama 6-7 jam,
dan jarang tidur siang karena bekerja. Sedangkan selama sakit, pasien
mengatakan tidur 5-6 jam dimalam hari dan 1-2 jam disiang hari.
g. Pola kognitif presepsi :
pasien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan atau
pendengaran juga penciuman juga fungsinya. Selama sakit pasien
mengatakan mengalami gangguan nyeri pada daerah leher, perut dan
punggung sehingga sulit beratifitas. Karakteristik nyeri yang dirasakan
sebagai berikut:
 P: nyeri akibat trauma luka bakar
 Q : nyeri terasa panas
 R : rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan punggung.
 S : Skala nyeri 7 dari 10
 T: Hilang timbul dan meningkat jika danya aktivitas, dan saat
tertekan lama untuk daerah punggung. Pasien juga mengatakan
masih merasa sesak saat bernapas.
h. Pemeriksaan Fisik:
a. Primary survey
Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah (-),
muntahan (-), suara napas tidak ngorok.
Breathing : kedua dinding thorak tampak normal, napas spotan, rochi
(-), whezhing (-). Napas cepat dangkal , irreguler, RR 29x/menit.
Circulasi : pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR 110x/menit
reguler.
Disability : GCS : eye 4 verbal 5 movement 6 = 15

19
Exposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna mengurangi
pajanan berkelanjutan serta menilai luas dan derajat luka
bakar.
b. Secondary survey
1) Status Generalis
KeadaanUmum : Tampak sakit berat
Kesadaran :Compos mentis
Tekanan darah :100/70 mmHg
Nadi :110x/mnt, reguler
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
2) Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba
Leher : tidak teraba
Supraklavikula : tidak teraba
Ketiak : tidak teraba
Lipat paha : tidak teraba
3) Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetri muka : simetris tidak ada lebam.
4) Mata
Lapang pandang normal.
Pupil : isokor
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : tidak anemis
Kelopak mata : tidak udema.
Reflek : cahaya langsung +/+
5) Telinga

20
Tidak tampak kelainan.
6) Mulut
Bentuk : normal
Mukosa bibir : kering
7) Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2
cm warna kulit merah pucat.
Tekanan vena Jugularis (JVP) : 2-5 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
8) Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Retraksi sela Iga : (+)
9) Paru – paru
Inspeksi : pergerakan paru simetris, tampak retaksi
dinding dada ringan. Pasien tampak sesak.
Palpasi : bentuk normal. Tugor kulit menurun ≥ 2
detik
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronchi (-) whezhing (-)
10) Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-) , gallop (-).
Lain – lain normal.
11) Perut
Inspeksi : datar, tidak ada ascites, tampak luka
bakar bagian bawah memanjang ukuran
15x3 cm ( derajat 3 )
Palpasi : supel, hati tidak membesar
Perkusi : shifting dullness (-)

21
Auskultasi : bising usus (+)normal.
12) Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung (18%).
Warnanya merah, keabu-abuan, sedikit tampak cairan.
13) Hasil laboratorium
HB : 14,5g/dl
Lekosit ; 29.600/mm3
Trombosit : 213.000/mm3
Ht : 30%
Ureum : 39mg/dl
Kretinin : 1,3mgdl
Na : 133 mmol/L
K : 3,68mmol/L
Cl : 112 mmol/L
14) Status luka bakar :
 tampak luka bakar di perut bagian bawah memanjang
ukuran 15x3 cm ( derajat 3 ) = 9% derajat 2
 Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung .
Warnanya merah, keabu-abuan, sedikit tampak cairan. =
18% derajat 3
 Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran
10x2 cm warna kulit merah pucat. = 4,5% derajat 2
Luas luka bakar = 31,5% dengan derajat kedalaman 2-3
15) Penatalaksanaan medis
 Rumus baxter : (% luka bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4= 7560/24jam
8 jam pertama : 3780 cc
8 jam kedua : 1890cc
i. jam ke 3 : 1890
 Mendapat O2 2liter permenit nasal kanul
 Therapy obat :

22
1) Inj. Cefotaxin 1gr/12 jam : anti infeksi
2) Inj. Keterolac 1gr/8jam : anti nyeri
3) Tab. tramadol 50mg/8jam : anti nyeri
4) Mebo salep.
5) Supratul

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Klien merasa lemas Luka bakar Permeabilitas
DO: kapiler meningkat
 Turgor kulit menurun ≥ 2 detik. ↓
 Mukosa kering Evaporasi /

 TTV : TD 100/70 mmHg, Penguapan cairan

Nadi :110x/mnt, regular, Suhu ↓

: 37,8ºC Kehilangan cairan

Pernapasan : 29x/m tubuh

 Rumus baxter : (% luka bakar)x ↓

(BB)x(4cc) Defisit volume

31,5%x60x 4= 7560/24jam cairan

8 jam pertama : 3780 cc


8 jam kedua : 1890cc
8 jam ke 3 : 1890
 Luas luka bakar = 31,5%
dengan derajat kedalaman 2-3.

2 DS: Pasien mengeluh sesak Luka bakar Vasodilatasi


DO: Pembuluh Darah
 Tampak kesulitan ↓

23
bernafas/sesak Penyumbatan
 Gerakan dada simetris saluran nafas bagian
 Pola napas cepat dan dangkal, atas
irreguler ↓
 TTV : RR: 29x/menit Edema paru

Hiperventilasi

Gangguan
pertukaran gas

3 DS: klien mengeluh panas dan sakit Luka bakar Kerusakan kulit/
DO: jaringan dan
 TTV: TD100/70mmHg, Nadi: edema
110x/mnt, ↓
S: 37,8ᵒC, RR: Nyeri akut
29x/menit
 Pasien nampak meringis
kesakitan sambil memegang
dada yang sakit.
 P: trauma luka bakar
 Q : terasa panas
 R : sisi trauma/cidera yang sakit
 S : Skala nyeri 7
 T: Hilang timbul dan
meningkat jika adanya aktivitas
 Mendapatkan anti nyeri: - Inj.
Keterolac 1gr/8jam : anti nyeri.
-Tab. tramadol 50mg/8jam :
anti nyeri

24
4 DS: pasien mengeluh perih, sakit Luka bakar Kerusakan kulit/
DO: jaringan
 Kulit kemerahan hingga ↓
nekrosis Inflamasi, Lesi
 Luas luka bakar = 31,5% Kerusakan
dengan derajat kedalaman 2-3. integritas kulit
 Kulit tidak utuh ↓

 Akral dingin, lembab Gangguan

 Suhu 37,8ºC integritas kulit

 Peningkatan leukosit
(26.900mm3 )

C. Diagnosa Keperawatan:
 Defisit volume cairan b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar
 Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas
 Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan
 Gangguan integritas kulit b.d kerusakan kulit dan jaringan yang terkena
luka bakar

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1 Defisit volume  BP 100-140/60-90  Monitor dan catat intake, output
cairan b.d mmHg (urine 0,5 – 1 cc/kg.bb/jam)
banyaknya  Produksi urine >30  Beri cairan infus yang
penguapan/cairan ml/jam (minimal 1 mengandung elektrolit (pada 24
tubuh yang keluar ml/kg BB/jam) jam ke I), sesuai dengan rumus
(Setelah dilakukan  Ht 37-43 % formula yang dipakai
tindakan  Turgor elastic  Monitor vital sign
keperawatan dalam
25
waktu 2 x 24 jam  Mucosa lembab  Monitor kadar Hb, Ht,
pemulihan cairan  Akral hangat elektrolit, minimal setiap 12
optimal dan  Rasa haus tidak jam.
keseimbangan ada
elektrolit serta
perfusi organ vital
tercapai)
2 Gangguan  Tidak ada tanda-  Mengkaji tanda-tanda distress
pertukaran tanda sianosis nafas, bunyi, frekuensi, irama,
gas/oksigen b.d  Frekuensinafas 12 kedalaman nafas.
kerusakan jalan - 24 x/mnt  Monitor tanda-tanda hypoxia
nafas(Setelah  SP O2 > 95 (agitsi,takhipnea,
dilakukan tindakan stupor,sianosis)
keperawatan dalam  Monitor hasil laboratorium,
waktu 2 x 24 jam AGD, kadar oksihemoglobin,
oksigenasi jaringan hasil oximetri nadi.
adekuat)  Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemasangan endotracheal
tube atau tracheostomi tube bila
diperlukan.
 Kolabolarasi dengan tim medis
untuk pemasangan ventilator
bila diperlukan.
 Kolaborasi dengan tim medis
untuik pemberian inhalasi terapi
bila diperlukan
3 Nyeri akut b.d  Skala 1-2  Kaji rasa nyeri yang dirasakan
kerusakan kulit dan  Expresi wajah klien
jaringan(Setelah tenang  Atur posisi tidur dengan
dilakukan tindakan  Nadi 60-100x/mnt nyaman
keperawatan dalam  Klien tidak gelisah  Anjurkan klien untuk teknik

26
selama masa relaksasi
perawatan nyeri  Lakukan prosedur pencucian
berkurang) luka dengan hati-hati
 Anjurkan klien untuk
mengekspresikan rasa nyeri
yang dirasakan
 Beri tahu klien tentang
penyebab rasa sakit pada luka
bakar
 Kolaborasi dengan tinm medis
untuik pemberian analgesik
4 Gangguan integritas  Luka sembuh  Kaji luka pada fase akut
kulit b.d kerusakan sesuai dengan fase (perubahan warna kulit)
kulit dan jaringan  penyembuhan luka  Cegah adanya gesekan pada
yang terkena luka kulit yang terdapat luka
bakar (Setelah  Lakukan perawatan pada luka
dilakukan tindakan bakar
keperawatan selama
masa penyembuhan
luka bakar sembuh
dengan baik dan
integritas kulit)

E. Evaluasi
1. Diagnosa 1
S : Klien merasa tidak lemas
O : Turgor kulit baik, mukosa lembab, kadar Kalium= 4.0 mEq/L dan
kadar Natrium= 135 mEq/L, intake dan output seimbang
A : Masalah teratasi

27
P : Intervensi dihentikan
2. Diagnosa 2
S : Klien mengatakan sesak berkurang
O : Klien kadang-kadang masih terlihat bernafas cepat, RR: 25
kali/menit, SaO2 = 95 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3. Diagnosa 3
S : Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4
O : Klien tidak meringis dan nadi 95 kali/ detik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
4. Diagnosa 4
S : Klien masih mengeluhkan perih pada luka
O : Masih ada luka terbuka
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutka

28
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Luka bakar dapat tejadi pada setiap orang dengan berbagai faktor
penyebab seperti :panas, sengatan listrik, zat kimia, maupun radiasi. Penderita
luka bakar memerluakn penanganan yang serius secara holistik/ menyeluruh
dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Pada penderita luka bakar yang luas
dan dalam memerluakn perawatan luka bakar yang lama dan mahal serta
mempunyai efek resiko kematian yang tinggi.
Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarganya.Perawat
sebagai tim yang paling banyal berhubungan dengan pasien dituntut untuk
terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sehingga mampu
merawat pasien luka bakar secara komprehensif dan optimal.
Tingkat keberhasilan perawatan penderita luka bakar sanagt
dipengaruhi oleh cara penanganan, kerjasama dan kecekatan tim kesehatan
yang merawat disamping faktor-faktor lain (usia penderita, riwayat kesehatan,
penyebab luka bakar,cedera lain yang menyertai dan kebiasaan hidup)
Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi maka
makin berkembang pula tehnik/ cara penanganan luka bakar sehingga makin
meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

29
H. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyarankan beberapa saran yang
dapat dipertimbangkan sebagai tambahan acuan untuk program selanjutnya
Bagi seorang perawat dalam penanganan pasien yang mengalami luka bakar
yaitu perawat harus memperhatikan atau melakukan tindakan manajemen
yang cepat dan tepat.
Untuk memudahkan pemberian tindakan darurat secara sepat dan tepat
perlu dilakukan prosedur tetap/protocol yang dapat digunakan setiap hari. Bila
memungkinkan, sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi
dengan buku-buku yang diperlukan baik untuk perawat maupun pasien.

1
DAFTAR PUSTAKA

Borley R. Neil dan Grase A. Pierce. (2007). At a glance IlmuBedah. Edisi 3.


Jakarta. Erlangga
Dewi, Yulia Ratna Sintia. (2013). Luka Bakar : Konsep Umum dan Investigasi
Berbasis Klinis Luka Antemortem dan Postmortem. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Gurnida, Dida dan Melisa Lilisari. (2011). Dukungan Nutrisi pada Penderita
Luka Bakar. Bagian Ilmu Kesehatann Anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran, Rumah Sakit Hasan Sadikin,Bandung.
Hardisman. (2014). Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta : Gosyen
Publising.
Hidayat, A Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika
Moenadjat Y. (2009). Luka bakar masalah dan tatalaksana. Jakarta : Balai
penerbit FKUI
Mohamad, Kartono. (2005). Pertolongan Pertama. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Ortiz-Pujols SM, Thompson K, Sheldon GF, et al. 2011. Burn Care : Are There
Sufficient Prociders and Facilities?. Chapel Hill, North Carolina. American
College of Surgeons Health Policy Research Institute
Sjamsuhidajat, R. Wim De Jong. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, cetakan 1. Jakarta :
Media Aesculapius.
Pamela, R., (2011). Overweight dan Obesitas Sebagai Suatu Resiko Penyakit
Degeneratif, www.suyotohospital.com, 14Januari 2014
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

2
Martina N R dan Wardhana A. (2013). Mortality analysis of adult burn patients.
Burn. 2:96-100

Anda mungkin juga menyukai