Disusun oleh :
dr. Inka Nadya Tri Ayesha
dr. Elmerillia Aulia
Pembimbing :
dr. Andra
dr. Siti Maria Listiawaty
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................3
DAFTAR ISI..........................................................................................................................4
DAFTAR TABEL.................................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................8
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................9
1.1 Latar belakang..........................................................................................9
BAB II LAPORAN KASUS..............................................................................................10
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
No. Register : 8264xx
Usia : 44 tahun
Tanggal Masuk RS : 13 Juni 2019
Tanggal Pemeriksaan : 13 Juni 2019
B. Status Lokalis
Gambar 1a, 1b. Luka bakar bagian wajah dan leher
VII. Diagnosis
Luka Bakar e.c Trauma Listrik derajat IIA-III Luas Luka 29,5%
VIII. Tatalaksana
IVFD RL 4 cc x BB x luas luka bakar / 24 jam
4 x 75 x 29,5 = 8.850 cc
4.425 cc dalam 8 jam pertama
4.425 cc dalam 16 jam berikutnya
Double IV line
Tramadol drip 1 amp IV
Ranitidin 2 x 1 amp IV
Ceftriaxone 2 x 1 amp IV
Tetagam 1 amp IV
Pasang NGT dan DC
Kulit dibersihkan dengan NaCl 0,9% dan dioleskan burnazine salep
Konsul dokter Sp.BP:
Rawat HCU
Konsul SpPD
Terapi lanjut
IX. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia Ad bonam
X. Follow Up IGD
Jumat, 14 Juni 2019
S: Nyeri seluruh tubuh post luka bakar (+) Panas badan (-), mual muntah (-)
O: KU:Tampak sakit berat Kes: CM
TD: 150/80 mmHg, N: 110x/m, R:24x/m, S:36.5o C
Bekas luka bakar tertutup verban, nyeri bila digerakkan (+), Rembes darah
(-) Pus (-)
A: Luka Bakar grade II AB & III 29.5% ec Trauma Listrik
P: - Terapi lanjut
- Konsul dr SpPD: cek elektrolit dan rontgen thorax
Sabtu, 15 Juni 2019
S: Nyeri seluruh tubuh post luka bakar (+) Panas badan (-), mual muntah (-)
O: KU:Tampak sakit berat Kes: CM
TD: 140/80 mmHg, N: 110x/m, R:22x/m, S:36.5o C
Bekas luka bakar tertutup verban, nyeri bila digerakkan (+), Rembes darah
(-) Pus (-)
A: Luka Bakar grade II AB & III 29.5% ec Trauma Listrik
P: - Terapi lanjut
- Konsul dr SpAn untuk masuk HCU acc
XI. Follow Up Bangsal
Minggu, 16 Juni 2019
S: Nyeri seluruh tubuh post luka bakar (+) panas badan (-), mual muntah (-)
O: KU:Tampak sakit berat Kes: CM
TD: 130/90 mmHg, N: 116x/m, R:23x/m, S:36.5o C
Bekas luka bakar tertutup verban, nyeri bila digerakkan (+), Rembes darah
(-) Pus (-)
ROM terbatas. DC : 700cc (kemerahan)
A: Luka Bakar grade II AB & III 29.5% ec Trauma Listrik
P: - Tx. Lanjut
- Pro debridement luka bakar 17-06-2019 jam 08.00
Senin, 17 Juni 2019
S: Nyeri luka post op (+) mual (+), muntah (-)
O: KU:Tampak sakit sedang Kes: CM
TD: 134/87 mmHg, N: 120x/m, R:20x/m, Spo2: 100%
Bekas luka operasi tertutup verban, nyeri bila digerakkan (+), Rembes
darah (-) Pus (-)
ROM terbatas DC : 900cc
Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 16-6-2019
Laporan Operasi
Diagnosa pra operasi : Combustio gr II A-B 29,5% e.c electric injury
Diagnosa post operasi: Combustio gr II AB 24% e.c electric injury
Dilakukan debridemen luka bakar
1. Informed consent (+)
2. Antibiotik
3. Desinfeksi dan persempit dengan doek steril
4. Didapatkan:
Hematologi
12-18 g/dL
Hemoglobin 10.5 ↓
150.000-
/uL
Leukosit 142.000 ↓ 400.000
4.500-13.000 /uL
Trombosit 181
37-54 %
Hematokrit 32.3 ↓
Kimia Klinik
13.4-4.8 g/dL
Albumin 2.10 ↓
3.6 – 5.5 mmol/L
Kalium 3.87
135 – 145 mmol/L
Natrium 142
98 – 108 mmol/L
Chlorida 105.8
15-45 mg/dL
Ureum 72 ↑
0,45-0,75 mg/dL
Creatinin 1.03
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik,
dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok)
sampai fase lanjut.1,2
3.2. Epidemiologi
Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka
morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita (69%). Berdasarkan tempat
kejadian, 69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di
rekreasi atau olahraga 10% dan lain-lain.
Menurut surat kabar Tribun pada tanggal 8 Februari 2012, pada Simposium
Indonesia Burn and Wound Care Meeting yang diselengarakan Universitas
Padjadjaran di Bandung dilaporkan data terakhir yang dikeluarkan unit luka bakar
RSCM Januari 1998 - Mei 2001 menunjukkan bahwa 60% karena kecelakaan rumah
tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain. Dan
angka kematian akibat luka bakar pun di Indonesia masih tinggi, sekitar 40%,
terutama diakibatkan luka bakar berat.4,5
3.3. Etiologi
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun zat
kimia. Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh derajat
panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit.1,2,4,5
1) Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal disebabkan oleh air panas (scald), jilitan api ke tubuh
(flash), koboran api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-
objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas dan lain-lain).
2) Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabaka oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering digunakan
untuk keperluan rumah tangga.
3) Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya
tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun
ground.
Trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran
aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Secara umum ada 2 jenis tenaga listrik, yaitu :
1.Tenaga listrik alam, seperti petir
2.Tenaga listrik buatan, seperti arus listrik searah (DC) contohnya baterai dan
arus listrik bolak balik (AC) contohnya listrik PLN di rumah atau pabrik
4) Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
luka bakar ini sering disebabkan oleh penggunaaan radioaktif untuk keperluan
terapeutik dalam kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang
terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi. 1,2,4,5,6
3.4. Derajat Luka Bakar
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu
tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Kedalaman luka bakar
dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar derajat I, II, atau III:1,4,5,6
Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak
jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya
sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya
tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau
hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.
Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ
atau jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel
yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk
menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala
yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada dasarnya seluruh
jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.
Rumus Baxter:
Pada dewasa:
Hari I: 3-4 ml x kgBB x % luas luka bakar
Hari II:Koloid: 200-2000 cc + glukosa 5%
Pemberian cairan ½ volume pada 8 jam pertama dan ½ volume diberikan 16 jam
berikutnya.
Pada anak:
Hari I:
RL:dex 5% = 17:3
(2cc x kgBB x % luas luka bakar) + keb. faal
Kebutuhan Faal:
<1 thn = kgBB X 100cc
5-15 thn = kgBB X 75cc
>15 thn = kgBB X 50cc
Hari II: sesuai kebutuhan faal
Formula Parkland:
Hari I (24jam pertama):
8 jam pertama: [0,5 x (4 cc x kgBB x % TBSA )] / 8 jam =cc/jam
16 jam kedua: [0,5 X (4 cc x kg BB x % TBSA)] / 16 jam = cc/jam
Penambahan cairan rumatan pada anak :
4 cc/kgBB/jam dalam 10 kg pertama
2 cc/kg BB/jam dalam 10 kg kedua (11-20kg)
1 cc/kgBB/jam untuk tiap >20kg
Bila dijumpai cedera inhalasi maka kebutuhan cairan 4 ml ditambah 1% dari
kebutuhan.Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat dari produksi
urin yaitu pada dewasa 0,5-1,0 cc/kg/jam dan pada anak 1,0-1,5 cc/kg/jam.
5. Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas, mekanisme
bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi debridement secara
alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi), pencucian luka, wound
dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan perawatan luka adalah untuk
menutup luka dengan mengupaya proses reepiteliasasi, mencegah infeksi,
mengurangi jaringan parut dan kontraktur dan untuk menyamankan pasien.
Debridement diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan
jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan setelah keadaan penderita stabil,
karena merupakan tindakan yang cukup berat. Untuk bullae ukuran kecil
tindakannya konservatif sedangkan untuk ukuran besar(>5cm) dipecahkan tanpa
membuang lapisan epidermis diatasnya.1,7
Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada luka
bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab pengerutan
keropeng(eskar) da pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan
penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan sirkulasi sehingga bahgian
distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini penjepitan (compartment syndrome)
berupa nyeri kemudian kehilangan daya rasa (sensibilitas) menjadi kebas pada ujung-
ujung distal. Keaadan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang
yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas. 1,4,7,10
Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan pasien atau
dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka dibalut dengan kasa
lembab steril dengan atau tanpa krim pelembap. Perawatan luka tertutup dengan
occlusive dressing untuk mencegah penguapan berlebihan. Penggunaan tulle
(antibiotik dalam bentuk sediaan kasa) berfungsi sebagai penutup luka yang
memfasilitasi drainage dan epitelisasi. Sedangkan krim antibiotik diperlukan untuk
mengatasi infeksi pada luka. 9,12
6. Lain-lain
Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis
infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Dalam3-5 hari pertana populasi
kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif non-patogen.Sedangkan
hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen. Dalam 1-3 hari pertama pasca
cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak diperlukan antibiotik.
Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah silver sulfadiazine 1%,
silver nitrate dan mafenide (sulfamylon) dan xerofom/bacitracin. Antasida diberikan
untuk pencegahan tukak beban (tukak stress/stress ulcer), antipiretik bila suhu tinggi
dan analgetik bila nyeri.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbnagan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500-
3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan
melalui enteral atau ditambah dengan nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi enteral dini
melalui nasaogastik dalam 24 jam pertama pasca cedera bertujuan untuk mencegah
terjadinya atrofi mukosa usus. Pemberian enteral dilakukan dengan aman bila Gastric
Residual Volume (GRV) <150 ml/jam yang menandakan pasase saluran cerna baik.
8.10
3.10. Komplikasi
Komplikasi pada luka bakar dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi saat
perawatan kritis atau akut dan komplikasi yang berhubungan dengan eksisi dan
grafting. Kompilkasi yang dapat terjadi pada masa akut adalah SIRS, sepsis dan
MODS.Selain itu komplikasi pada gastrointestinal juga dapat terjadi, yaitu atrofi
mukosa, ulserasi dan perdarahan mukosa, motilitas usus menurun dan ileus. Pada
ginjal dapat terjadi acute tubular necrosis karena perfusi ke renal menurun. Skin graft
loss merupakan komplikasi yang sering terjadi, hal ini disebabkan oleh hematoma,
infeksi dan robeknya graft. Pada fase lanjut suatu luka bakar, dapat terjadi jaringan
parut pada kulit berupa jaringan parut hipertrofik., keloid dan kontraktur. Kontraktur
kulit dapat menganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi. Kekakuan sendi
memerlukan program fisioterapi yang intensif dan kontraktur memerlukan tindakan
bedah.9,10
a. Ileus Paralitik
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut,
peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi,
peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium.
b. Rhabdomyolisis
Panas yang dihasilkan oleh arus listrik akan merusak sarkolemma pada otot
rangka dan melibatkan kebocoran cairan intraseluler (myoglobin, creatinin kinase,
kalium, fosfat dan asam urat) dalam jumlah besar ke dalam plasma. Hal ini yang
disebut rhabdomyolysis. Pada orang dewasa, rhabdomyolysis mempunyai 3 ciri khas
yaitu kelemahan otot,myalgia dan urin yang berwarna kecoklatan gelap. Namun
ketiga karakter ini terkadang jarang muncul bersamaan. Myoglobin hasil dari
kerusakan sel otot akan masuk ke aliran darah dan masuk ke ginjal. Myoglobin ini
mudah melewati glomerulus dan mudah di eksreksikan ke urin (myoglobinuria).
Dengan demikian, terjadi pengendapan mioglobin dalam tubulus ginjal yang akan
mengakibatkan gagal ginjal akut.1,10,11
c. Tukak Curling
Pada luka bakar terjadi penurunan aliran volume darah ke tubuh, salah
satunya ke usus. Penurunan aliran darah terjadi pada semua jenis syok. Kebanyakan
ulkus terjadi jika sel-sel mukosa usus tidak menghasilkan produksi mukus yang
adekuat sebagai perlindungan terhadap asam lambung. Penyebab penurunan produksi
mukus dapat termasuk segala hal yang menurunkan aliran darah ke usus dan akan
menyebabkan hipoksia lapisan mukosa dan cedera atau kematian sel-sel penghasil
mukus. Ulkus jenis ini disebut ulkus iskemik. Jenis khusus ulkus iskemik yang timbul
setelah luka bakar yang parah disebut dengan ulkus Curling.
Ulkus curling ini terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan sehingga produksinya terus
meningkat, sehinga terjadi erosi pada lapisan gastroduodenal. Mukosa yang rusak
tidak dapat mensekresi mukus yang cukup untuk bertindak sebagai barier terhadap
asam klorida atau asam lambung. Peningkatan aktivitas saraf simpatis karena stress
akan menurunkan peristaltic dan peningkatan kekuatan sfingter sehingga asam
lambung akan semakin sulit untuk dimobilisasi, sedangkan barier lambung pelindung
asam lambung berkurang maka resiko untuk terjadinya perdarahan lambung akan
semakin meningkat.
d. Kompartemen sindrom
3.11. Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan
badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor ini dapat sembuh 5-10 hari tanpa
adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan
mugkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan
fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk membuang
jaringan parut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
EGC. Jakarta. p 66-88
2. Mansjoer, Arif, et all, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Fakultas Kedokteran
UI, Jakarta, 2000; p 218, 222-223 2.
3. Babik J, Sandor, Sopko., Electrical Burn Injuries [online] [cited on 2008 March
26th]; Annals of Burns and Fire Disasters vol.11.no.3;p153 available at:
http://www.medbc.com/annals/review/vol_11/num_3/text/vol11n3 p153.html
4. Hoediyanto.H, 2008. Trauma Listrik. Universitas Airlangga. Surabaya.
http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdf
5. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
6. Benjamin C. Wedro. Agustus 2008. First Aid for Burns.
http://www.medicinenet.com.
7. Rubangi. S, 1990. Trauma listrik dan Halilintar. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.http://eprints.ui.ac.id/13260/1/82850-T6046-Trauma
%20listrik-TOC.pdf
8. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia.
p 118-129
9. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
10. Jerome FX Naradzay. November 2006. Burns, Thermal.http: // www. emedicine.
com/ med/ Mayo clinic staff. Januari 2008. Burns First Aids.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus.
11. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s Principles
of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216
12. Klein, MB. 2007. Thermal,chemical,and electrical injuries.In: Thorne CH et all
(editor’s) Grabb & Smit’s Plastic surgery. 6th Edition. US: Lippincott Williams &
Wilkins, Wolters Kluwer business.p 146-7.