A. PENDAHULUAN
Saat ini, istilah seperti disproporsi sefalopelvik dan kegagalan kemajuan (failure
to progress) sering digunakan untuk menjelaskan persalinan yang tidak efektif sehingga
perlu dilakukan section sesaria. Istilah Disproporsi Sefalopelfik mulai digunakan sebelum
abad ke-20 untuk menjelaskan obstruksi persalinan akibat disparitas (ketidaksesuaian)
antara ukuran kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui
vagina. Namun, istilah ini berasal dari masa saat indikasi utama seksio sesaria adalah
penyempitan panggul yang nyata akibat rakitis. Saat ini disproporsi seperti itu jarang
dijumpai dan sebagian disproporsi disebabkan oleh malposisi kepala janin atau akibat
kontraksi yang tidak efektif.1
Kegagalan kemajuan (failure to progress) baik pada persalinan spontan maupun
persalinan diinduksi telah menjadi istilah yang semakin popular untuk menggambarkan
persalinan yang tidak efektif. Istilah ini juga digunakan untuk tidak adanya kemajuan
pembukaan servik atau penurunan janin. 1
B. ANATOMI PANGGUL
Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting, yaitu jalan lahir, janin
dan kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang dan bagian
lunak. Bagian tulang terdiri dari tulang-tulang panggul dengan sendi-sendinya
(artikulasio), sedangkan bagian lunak terdiri atas otot-otot jaringan-jaringan dan
ligamen-ligamen.1,2,3
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea
terminalis, disebut false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis
disebut pelvis minor atau true pelvis. Bentuk pelvis minor ini menyerupai
suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu
Carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik
persekutuan antara diameter transversal dan konjugata vera pada pintu atas panggul
dengan titik-titik sejenis di bidang hodge. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus,
sejajar dengan sakrum untuk selanjutnya melengkung ke depan sesuai dengan
lengkungan sakrum.1,2,3
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas
panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang
seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah
panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic
cavity).1,2,3,4
Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu atas
panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah, untuk kemudian menjadi luas
lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina
iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul. 1,2,3,4
2
Gambar 2. Bidang pintu atas panggul
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium
korpus vertebra sakral 1, linea innominata, dan pinggir atas simfisis. Panjang jarak
dari pinggir atas simpisis ke promontorium lebih kurang 11 cm disebut konjugata
vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5 13
cm, disebut diameter transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik
persekutuan antara diameter transverse dan konjugata vera dan diteruskan ke linea
innominata, ditemukan diameter yang disebut diameter oblique sepanjang lebih
kurang 13 cm. Jarak bagian bawah simpisis sampai ke promontorium dikenal sebagai
konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama
dengan konjugata diagonalis dipotong dengan 1,5 2 cm. Selain kedua konjugata
ini dikenal juga konjugata obstetrik, jarak dari bagian dalam tengah simpisis ke
promontorium.1,2,3,4
Gambar 3. Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter transversa dan
oblique
3
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Cadwell dan Molloy
1933) yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut :
1. Jenis gynaecoid
2. Jenis android
Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type) dengan frekuensi sebanyak
22,4%. Diameter sagital posterior pintu atas panggul jauh lebih pendek dari pada
diameter sagital anteriornya, sehingga membatasi penggunaan ruang posterior oleh
kepala janin. Pada tipe ini bentuk pintu atas panggul hampir segitiga dan dinding
samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah bawah sehingga
paling sering menyebabkan posisi oksipitoposterior dan posisi transversa persisten.
Spina iskiadika menonjol dan arkus pubis menyempit. Sakrum biasanya lurus
dengan sedikit atau tanpa lengkungan. Panggul android ekstrim menandai prognosis
persalinan pervaginam yang sangat buruk.
3.Jenis anthropoid
Diameter anteroposterior lebih besar dari pada diameter transversanya.
Merupakan tipikal panggul apel dengan frekuensi 22,7%. Diameter anteroposterior
berbentuk oval, dengan segmen anterior yang agak sempit dan runcing. Insisura
sakroiskiadika besar, dan dinding sampingnya sering kali konvergen. Sakrum biasanya
mempunyai enam segmen dan lurus, sehingga membuat panggul anthropoid lebih
dalam dibanding tipe-tipe lainnya.
4. Jenis platypelloid
Yang paling sering dijumpai adalah kombinasi keempat jenis klasik ini. Di
sinilah letak kegunaan pelvimetri radiologis, untuk mengetahui jenis, bentuk dan
ukuran-ukuran pelvis secara tepat.1,2,3
C. PANGGUL SEMPIT
Hal ini lebih sering dijumpai dari pada penyempitan pintu atas panggul.
Penyempitan pintu tengah panggul ini sering menyebabkan terhentinya kepala
janin pada bidang transversa.
Rata-rata ukuran diameter pintu tengah panggul adalah sebagai berikut :
diameter transversa (interspinarum) = 10,5 cm; diameter anteroposterior (dari
betas bawah simfisis pubis ke perbatasan antara tulang vertebra keempat dan
kelima)= 11,5 cm dan diameter sagitalis posterior (dari titik tengah garis
interspinarum ke titik tengah di sakrum) = 5 cm. Walaupun definisi penyempitan pintu
tengah panggul belum ditentukan secara pasti seperti pada penyempitan pintu atas
panggul, pintu tengah panggul kemungkinan besar dikatakan sempit apabila jumlah
diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tengah < 13,5
cm, kita patut mencurigai adanya penyempitan panggul tengah apabila diameter
interspinarum < 10 cm.
penyempitan diameter interspinarum dapat diantisipasi apabila diameter
intertuberosum sempit. Namun, diameter intertuberosum yang normal tidak
selalu menjamin diameter interspinarum tidak menyempit. 1,2,3,4
Sisi sisi segitiga anterior dibentuk oleh kedua ramus pubis dan puncaknya
adalah permukaan posterior inferior simfisis pubis. Menyempitnya diameter
7
intertuberosum yang menyebabkan penyempitan segitiga anterior akan mendorong
kepala janin kearah posterior. Dengan demikian, penentuan apakah janin dapat lahir
sebagian bergantung pada ukuran segitiga posterior atau secara lebih spesifik pada
diameter intertuberosum dan diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul.
Pintu bawah yang sempit dapat menyebabkan distosia bukan sebagai penyebab
tunggal karena sebagian besar disertai penyempitan pintu tengah panggul.
Penyempitan pintu bawah panggul tanpa disertai penyempitan pintu tengah panggul
jarang terjadi. 1,2,3,7
Dewasa ini ada dua pilihan penanganan persalinan dengan panggul sempit
yakni seksio sesarea atau partus percobaan.
Sebenarnya panggul hanya merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah
anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang
peranan dalam prognosa persalinan.
Bila conjugata vera 11 cm dapat dipastikan partus biasa dan bila ada kesulitan
persalinan pasti tidak disebabkan faktor panggul. Untuk C.V. kurang dari 8,5 cm dan
anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut. 3,4,7
a. C.V. = 8,5-10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan
partus spontan atau ditolong dengan seksio sesarea sekunder atas indikasi
obstetrik lainnya.
b. C.V. = 6-8,5 cm dilakukan S.C. primer
8
c. C.V. = 6 cm dilakukan S.C. primer mutlak
Partus percobaan
Partus percobaan adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan
aterm, janin presentasi belakang kepala dengan suspek disproporsi sefalopelvik
(CPD). Tindakan partus percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD. Dimulai
saat penderita dinyatakan in partu dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai
setelah persalinan masuk fase aktif.
Perubahan bisa terjadi bersamaan atau berurutan atau bergantian. Selama didapat
perubahan, walaupun hanya dalam satu jenis gerakan saja masih dapat dikatakan partus
maju. Jika tidak ada perubahan pada ketiganya disebut partus tidak maju. Jadi penilaian
didasarkan pada ketiga faktor di atas.
Oleh karena yang harus dinilai adalah imbang sefalo-pelvik, maka pada partus
percobaan syarat-syarat lain harus lengkap, yaitu:
- His normal dan adekuat
- Serviks lunak
- Anak dalam letak kepala dan hidup.
Pemeriksaan dilakukan antara 2-4 jam dan waktu ketuban pecah. Penilaian
berdasarkan komponen kemajuan persalinan terdiri dari ; 1) pembukaan serviks 2)
turunnya kepala 3) putar paksi dalam yang penilaiannya dilakukan setiap 2 jam. Bila
terdapat perubahan yang bermakna dari komponen yang dinilai, maka partus percobaan
dikatakan ada kemajuan dan diteruskan. Bila dari 3 komponen tersebut tidak ada
kemajuan yang bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal dan dipastikan
ada CPD, persalinan dilanjutkan dengan seksio sesarea. 5,7
9
segmen bawah rahim adalah tindakan yang aman dan dapat diterima dalam rangka
menurunkan angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2000 menjadi 15%.
Gambar 5 : Kadar seksio sesarea total, seksio sesarea primer dan VBAC (NIH
Consensus Development Conference Statement, 2010)
SC berulang VBAC
Selalu memliki resiko dari prosedur Kurang dari 1% kejadian ruptur uteri,
pembedahan jika ruptur uteri terjadi maka bisa
kehilangan darah, histerektomi,
kerusakan vesika urinaria, infeksi dan
pembekuan darah
Di rumah sakit kurang lebih 4 hari Di rumah sakit kurang lebih 2 hari
Nyeri dan perasaan tidak nyaman di Nyeri sementara dan rasa tidak
daerah insisi nyaman di daerah vagina
11
Ada kemungkinan bayi mendapatkan Biasanya paru paru bayi bersih
masalah pernafasan setelah melewati persalinan
Percobaan kelahiran pervaginam setelah sectio cesarea bisa dipertimbangkan pada wanita
tanpa kontraindikasi.
Kontraindikasi untuk VBAC
1. Seksio sesarea sebelumnya dengan insisi klasik (vertikal)
2. Pernah menjalani histerektomi atau miomektomi
3. Riwayat adanya ruptur uteri
4. Adanya kontraindikasi untuk lahir pervaginam, contohnya plasenta previa atau
malposisi, panggul sempit ekstrem.
5. Wanita yang menolak vaginal birth dan meminta untuk seksio sesarea ulangan
X-ray
X-ray pelvimetri pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1900 oleh Denticle
dari Leipzig dan semakin dikenal sampai sekarang. Pada tahun 1944 Colcher AE dan
Sussman W menemukan tehnik praktis pada pelvimetri dan kemudian dimodifikasi oleh
Robert C Brown pada tahun 1972. Dengan cara ini dibuat 2 radiogram
14
anteroposterior dan lateral pelvis. Namun cara ini menggunakan alat pengukur
Colcher Sussman yang ditaruh diantara kedua lipatan gluteus (garis tengah), paralel
dengan film. 8,9
15
Kebanyakan pemeriksaan pelvimetri rontgenologik sudah ditinggalkan,
berhubung dengan radiasinya terhadap janin. Radiasi terutama banyak pada
pemeriksaan pelvimetri dengan proyeksi Thomas dimana posisi pasien setengah duduk
dan jika letak janin dalam letak kepala, maka alat kelamin janin berada diatas dan
dekat dengan tabung rontgen. Dengan demikian akan meningkatkan radiasi pada alat
kelamin janin. Meskipun demikian radiografi konvensional pada masa kehamilan masih
dilakukan pada keadaan-keadaan tertentu atau atas indikasi yang tepat. Dengan
sendirinya segi-segi proteksi harus diperhatikan dengan seksama dan pemeriksaan
dilakukan pada akhir kehamilan. 8,10
Istilah radiasi yang kurang dipahami. Secara harfiah mengacu pada transmisi
energi, dan karenanya sering digunakan tidak hanya untuk x-ray, tetapi juga untuk
gelombang mikro, USG, diatermi, dan gelombang radio. Dari jumlah tersebut, x-ray dan
sinar gamma memiliki panjang gelombang pendek dengan energi yang sangat tinggi dan
bentuk radiasi pengion. Empat lainnya bentuk energi memiliki panjang gelombang yang
agak panjang dan energi yang rendah. Efek biologis sinar x-disebabkan oleh reaksi
elektrokimia yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Radiasi sinar X dan gamma-
radiasi pada dosis tinggi dapat membuat efek biologis dan resiko reproduksi pada janin,
efek deterministik, yang dapat menyebabkan malformasi kongenital, janin-pertumbuhan
pembatasan, keterbelakangan mental, dan aborsi. Efek stokastik-acak ditentukan
probabilitas-yang dapat menyebabkan penyakit genetik dan karsinogenesis. Dalam
pengertian ini, radiasi pengion mengacu ke gelombang atau partikel-foton-energi yang
signifikan yang dapat mengubah struktur molekul seperti yang ada di DNA, atau yang
dapat menciptakan radikal bebas atau ion mampu menyebabkan kerusakan jaringan. 1
Computed tomografi (CT) Scanning
Keuntungan dari pelvimetry CT, dibandingkan dengan pelvimetry x-ray
konvensional termasuk mengurangi paparan radiasi, akurasi yang lebih besar, dan kinerja
lebih mudah. Dengan metode tersebut, biaya yang sebanding dan x-ray exposure .
Dengan pelvimetry x-ray konvensional, eksposur gonad berarti diperkirakan oleh Komite
Radiologi Bahaya untuk Pasien menjadi 885 mrad. Tergantung pada mesin dan teknik
yang digunakan, dosis janin dihitung dengan tomografi bisa berkisar 250-1.500 mrad.1
16
Gambar 9 & 10. Pelvimetri dengan CT-Scan
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, FG et.al. Williams Obstetrics, 23rd ed. Prentice Hall International Inc.
McGraw-Hill Companies. Connecticut. 2010.
2. Pernol,M.L. Benson & Pernol Handbook of Obstetrics and Gynecology ; 10 th Ed.
McGraw-Hill Companies. 2001. 18
3. Wiknjosastro H, Saifudin B A, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2009.
th
4. DeCherney, Pernol, M.L. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment, 9
Ed. Appleton & Lange. Connecticut. 2003
th
5. Baker, N.P. Obstetric by Ten Teachers, 18 Ed. Bookpower / ELST, Great Britain,
2006.
6. James, D.K. et.al. High Risk Pregnancy: Management Option, Vol II. 3 rd Ed. Elsevier
Saunders. Philadelphia, 2006.
7. Muchtar, R. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2002.
8. Aflah N. Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi Panggul
Sempit. Tesis. Medan. Oktober 2009.
9. Barron, L.R., Hill R.O, Linkletter AM. X Ray Pelvimetri. Lanchine General Hospital,
Montreal. Available from www.pubmedcentral.gov.nih. Cited at 25 aug.2010
10. Johnson, T.H. et.al. A Roentgenologic Rule and Pelvimetry Technique. Department of
Radiology University of Tennessee, Memphis Tennesee. Available from
www.pubmedcentral.gov.nih. Cited at 24 aug.2010.
11. Yeomans, Edward R, Clinical Pelvimetry in Clinical Obstetrics & Gynecology.
49(1):140-146, March 2006.
LAPORAN KASUS
Anamnese Pribadi:
Nama : Ny. Rohli Harni
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun
19
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Seriyi X No. 133 Percut Sei Tuan.
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MR : 47. 94. 37
Tanggal masuk : 01 Juni 2014
Tanggal keluar: 05 Juni 2014
Anamnese:
Ny. R, 28 tahun, G1P0A0, Melayu, Islam, SMA, IRT i/d Tn. A , 30 thn, Jawa, Islam, SMA,
Wirasawasta , datang Ke RSUP HAM Tanggal 01 Juni 2014 pukul 10.00 wib dengan :
Status Presens :
Sens : CM Anemia : (-) Tinggi Badan : 149 cm
TD : 120/80 mmHg Ikterik : (-) Berat Badan : 60 Kg
HR : 90 x/mnt Sianosis : (-)
RR : 20 x/mnt Dyspnoe : (-) 20
T : 36 C Edema : (-)
Status Obstetrikus :
Abdomen : Membesar asimetris
TFU : 3 jari bpx ( 38 cm)
Tegang : Kanan
Terbawah : Kepala, 5/5
Gerak : (+)
Djj : 140 x/mnt, reguler
His : (-)
EBW : 3800 - 4000 gram
VT : Cx tertutup
ST : Lendir darah (-), Air ketuban (-)
Adekuasi panggul:
Promontorium : teraba
Linea innominata : teraba 2/3 anterior
Arcus pubis : lancip
Spina ischiadica : tidak menonjol
Os sacrum : cekung
Os coccygeus : mobile
CD : 7,5 cm
CV : 6 cm
Kesan: Panggul sempit absolute
Hasil Laboratorium :
Hb : 10,5 gr/dl
Leu : 7.730 /mm3
Ht : 28,5 %
Tro : 315.000 /mm3
Diagnosa : Panggul Sempit + PG + KDR (38-40)mgg + PK + AH + B.Inpartu 21
Rencana : SC elektif tanggal 02 Juni 2014
Tatalaksana : - IVFD RL 20 gtt/ mnt
- Inj. Ceftriaxon 2 gr (skin test )
Lapor Supervisor Ruangan Dr. Christoffel L. Tobing, SpOG.K ACC
Pada Tgl 02- 06 - 2014 Pkl 09.00 wib dengan SC, Lahir , BB: 4000 gr,
PB: 42 cm, A/S : 8/9, Anus (+)
Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik
Dilakukan tindakan aseptik dengan larutan bethadine dan alcohol 70 % pada dinding
abdomen lalu ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi
Dibawah anestesi spinal dilakukan insisi pfanenstiel mulai dari kutis, sub kutis
sepanjang 10 cm
22
Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting kekiri dan
kekanan, otot dikuatkan secara tumpul
Peritoneum dijepit dengan klem, diangkat, lalu digunting keatas dan kebawah,
dipasang hack blast
Tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan, identifikasi SBR dan ligamentum
rotundum
Lalu plika vesicouterina digunting secara konkaf kekiri dan kekanan dan disisihkan ke
bawah kearah blast secukupnya
Selanjutnya dinding uterus di insisi secara konkaf sampai menembus
subendometrium. Kemudian endometrium ditembus secara tumpul dan diperlebar
sesuai arah sayatan
Dengan meluksir kepala maka lahir bay Lahir Bayi , BB: 4000 gr, PB: 42 cm,
A/S : 9/10 , Anus (+)
Tali pusat diklem pada 2 tempat dan digunting diantaranya
Plasenta dilahirkan dengan traksi pada tali pusat dan penekanan pada fundus. Kesan :
lengkap
Kedua sudut kiri dan kanan tepi luka insisi dijepit dengan oval klem
Kavum uteri dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban dengan kasa steril terbuka
sampai tidak ada selaput atau bagian plasenta yang tertinggal. Kesan : bersih
Dilakukan penjahitan hemostatis figure of eight pada kedua ujung robekan uterus
dengan benang chromic cat-gut no.2 dinding uterus dijahit lapis demi lapis jelujur
terkunci overhecting. Evaluasi : tidak ada perdarahan. Repitonealisasi dengan plain
catgut no. 1.0
Klem peritoneum dipasang lalu kavum abdomen dibersihkan dan bekuan darah dan
cairan ketuban, kesan : bersih. Evaluasi tuba dan ovarium kanan kiri, kesan : normal
Lalu peritoneum dijahit dengan plain cat-gut no. 0/0 . Kemudian dilakukan jahitan
aproksimal otot dinding abdomen dengan plain cat-gut no. 0/0 secara
simple/continous
Kedua ujung fascia dijepit dengan kocher, lalu dijahit secara jelujur dengan vicryl no.
2/0
Sub kutis dijahit secara simple suture dengan plain cat-gut no. 0/0
Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vicryl no. 2/0
Luka operasi ditutup dengan kasa steril + betadine solution
Liang vagina dibersihkan dari sisa-sisa darah dengan kapas sublimat hingga bersih
KU ibu post operasi : baik
Status Lokalisata :
Luka operasi tertutup verband
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+)N
TFU : 1 jari di bawah pusat, Kontraksi : (+) kuat
P/V : (-)
Lochia : (+) Rubra
ASI : (+)
24
BAK : (+) via kateter ( OUP: 60 ml/jam, jernih )
BAB : (-), Flatus : (+)
25
BAK : (+)
BAB : (-)
Rencana :
- Aff kateter
- Mobilisasi bertahap
26
BAK : (+)
BAB : (-)
Status Lokalisata
Dilakukan wound dressing, kesan luka operasi kering 27
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) N
TFU : 3 jari di bawah pusat, Kontraksi : (+) kuat
P/V : (-)
Lochia : (+) Rubra
ASI : (+)
BAK : (+)
BAB : (-)
Rencana : Pasien pulang berobat jalan, kontrol ke Poli Ibu Hamil RS. Dr Pirngadi Medan
pada tgl 09 Juni 2014.
ANALISA KASUS
Telah dilaporkan suatu kasus Ny. R, 28 th, G1P0A0, datang ke RSPM, pada tanggal
01 Juni 2014, pukul 10.00 wib yang akan direncanakan SC elektif tanggal 02 Juni 2014 pkl
09.00 wib.
Dari pemeriksaan fisik didapati kesadaran Compos Mentis, Tekanan Darah 120/80
mmHg, frekwensi nadi 90 x/menit, frekwensi nafas 20 x/menit dan suhu tubuh 36 oC ,
didapati tinggi badan Os 149 cm.( Pemeriksaan status presens pasien dalam batas
normal, sementara didapatkan tinggi badan pasien yaitu 149 cm, wanita dengan tinggi
badan < 150 cm dicurigai memiliki panggul yang sempit.)
Pada pemeriksaan obstetrik, His (-), gerakan janin (+), DJJ (+) 140 x/i regular, dari
periksa dalam tidak dijumpai pembukaan pada serviks, kepala 5/5.. Sementara dari
pemeriksaan adekuasi panggul didapati promontorium yang teraba oleh jari pemeriksa 28
dengan conjugata diagonalis sepanjang 7,5 cm, sehingga didapati conjugata vera sepanjang 6
cm. Dari pemeriksaan Laboratorium didapati Hb 10,5 gr/dl, Ht 28,5 %, Leukosit 7730/mm3,
Trombosit 315.000/mm3 . ( dari pemeriksaan adekuasi panggul didapatkan pengukuran
conjugata diagonalis sepanjang 9 cm, tetapi pengukuran ini tidak menggunakan jangka
martin atau alat pengukur standar lainnya melainkan hanya dengan menggunakan alat ukur
panjang biasa, yang mana dapat mempengaruhi akurasi dari pengukuran tersebut )
Dari hasil pemeriksaan diatas, Os di diagnosa dengan Panggul Sempit + PG + KDR
(38 - 40) mgg + PK + AH + B. Inpartu. Os direncanakan untuk menjalani operasi seksio
sesaria pada tanggal 02 Juni 2014 pukul 09.00 WIB, melalui seksio sesaria, lahir bayi Laki-
laki, BB : 4000 gr , PB : 42 cm, AS : 8/9, anus (+). (Berdasarkan pemeriksaan dan
pengukuran conjugata diagonalis yang didapat maka pasien termasuk panggul sempit
absolute, sementara dari segi tatalaksana maka yang paling tepat bagi pasien adalah SC
Primer ).
Pada tanggal 05 Juni 2014 ibu diperbolehkan pulang berobat jalan untuk selanjutnya
kontrol luka Post operasi SC pada tgl 09 Juni 2014 di Poli Ibu Hamil RS dr. Pirngadi Medan.
PERMASALAHAN
1. Dari pemeriksaan adekuasi panggul didapatkan pengukuran conjugata
diagonalis sepanjang 7,5 cm, tetapi pengukuran ini tidak menggunakan jangka
martin atau alat pengukur standar lainnya melainkan hanya dengan
menggunakan alat ukur panjang biasa, yang mana dapat mempengaruhi
akurasi dari pengukuran tersebut. Pada pasien ini apakah pengukuran
conjugata diagonalis tersebut sudah tepat ?
2. Untuk mengantisipasi adanya panggul sempit tindakan apa yang sebaiknya
kita lakukan dan Pelvimetri apakah yang terbaik dilakukan bagi pasien-pasien
yang dicurigai memiliki panggul sempit ?
3. Mengapa tidak dilakukan Partus Percobaan pada pasien ini ?
29