Anda di halaman 1dari 29

PANGGUL SEMPIT

A. PENDAHULUAN

Saat ini, istilah seperti disproporsi sefalopelvik dan kegagalan kemajuan (failure
to progress) sering digunakan untuk menjelaskan persalinan yang tidak efektif sehingga
perlu dilakukan section sesaria. Istilah Disproporsi Sefalopelfik mulai digunakan sebelum
abad ke-20 untuk menjelaskan obstruksi persalinan akibat disparitas (ketidaksesuaian)
antara ukuran kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui
vagina. Namun, istilah ini berasal dari masa saat indikasi utama seksio sesaria adalah
penyempitan panggul yang nyata akibat rakitis. Saat ini disproporsi seperti itu jarang
dijumpai dan sebagian disproporsi disebabkan oleh malposisi kepala janin atau akibat
kontraksi yang tidak efektif.1
Kegagalan kemajuan (failure to progress) baik pada persalinan spontan maupun
persalinan diinduksi telah menjadi istilah yang semakin popular untuk menggambarkan
persalinan yang tidak efektif. Istilah ini juga digunakan untuk tidak adanya kemajuan
pembukaan servik atau penurunan janin. 1

B. ANATOMI PANGGUL

Pada tiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting, yaitu jalan lahir, janin
dan kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang dan bagian
lunak. Bagian tulang terdiri dari tulang-tulang panggul dengan sendi-sendinya
(artikulasio), sedangkan bagian lunak terdiri atas otot-otot jaringan-jaringan dan
ligamen-ligamen.1,2,3

Tulang-tulang panggul terdiri atas 1) os koksa yang terdiri atas; os ilium, os


iskium, dan os pubis, 2) os sakrum dan 3) os koksigeus.

Tulang-tulang ini satu dengan yang lainnya berhubungan. Di depan terdapat


hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri yang disebut simfisis. Di belakang
terdapat artikulasio sakroiliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium.
Diluar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan bergeser sedikit, tetapi pada
1
kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar.
misalnya ujung os koksigeus dapat bergerak ke belakang sampai sejauh lebih
kurang 2,5 cm. 1,2,3,7

Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea
terminalis, disebut false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis
disebut pelvis minor atau true pelvis. Bentuk pelvis minor ini menyerupai
suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu
Carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik
persekutuan antara diameter transversal dan konjugata vera pada pintu atas panggul
dengan titik-titik sejenis di bidang hodge. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus,
sejajar dengan sakrum untuk selanjutnya melengkung ke depan sesuai dengan
lengkungan sakrum.1,2,3

Gambar 1. Sumbu Carus dan bidang bodge

Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas
panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang
seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah
panggul (pelvic outlet). Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic
cavity).1,2,3,4

Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu atas
panggul, akan tetapi menyempit di panggul tengah, untuk kemudian menjadi luas
lagi sedikit. Penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina
iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke dalam ruang panggul. 1,2,3,4

2
Gambar 2. Bidang pintu atas panggul

Pintu Atas Panggul (Pelvic inlet)

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium
korpus vertebra sakral 1, linea innominata, dan pinggir atas simfisis. Panjang jarak
dari pinggir atas simpisis ke promontorium lebih kurang 11 cm disebut konjugata
vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5 13
cm, disebut diameter transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik
persekutuan antara diameter transverse dan konjugata vera dan diteruskan ke linea
innominata, ditemukan diameter yang disebut diameter oblique sepanjang lebih
kurang 13 cm. Jarak bagian bawah simpisis sampai ke promontorium dikenal sebagai
konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama
dengan konjugata diagonalis dipotong dengan 1,5 2 cm. Selain kedua konjugata
ini dikenal juga konjugata obstetrik, jarak dari bagian dalam tengah simpisis ke
promontorium.1,2,3,4

Gambar 3. Pintu atas panggul dengan konjugata vera, diameter transversa dan
oblique
3
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Cadwell dan Molloy
1933) yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut :

1. Jenis gynaecoid

Merupakan jenis panggul yang ideal untuk persalinan pervaginam. Frekuensi


sebanyak 50,6%. Diameter transversal pintu atas panggul sedikit lebih besar dari atau
kurang lebih sama dengan diameter anteroposterior, pintu atas panggul sedikit oval atau
bulat. Dinding samping panggul lurus, spina tidak menonjol, arkus pubis lebar dan
diameter transversa pada spina iskiadika 10 cm atau lebih. Sakrum tidak miring ke
anterior atau ke posterior. Merupakan jenis panggul tipikal wanita (female type).

2. Jenis android

Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type) dengan frekuensi sebanyak
22,4%. Diameter sagital posterior pintu atas panggul jauh lebih pendek dari pada
diameter sagital anteriornya, sehingga membatasi penggunaan ruang posterior oleh
kepala janin. Pada tipe ini bentuk pintu atas panggul hampir segitiga dan dinding
samping panggul membentuk sudut yang makin sempit ke arah bawah sehingga
paling sering menyebabkan posisi oksipitoposterior dan posisi transversa persisten.
Spina iskiadika menonjol dan arkus pubis menyempit. Sakrum biasanya lurus
dengan sedikit atau tanpa lengkungan. Panggul android ekstrim menandai prognosis
persalinan pervaginam yang sangat buruk.

3.Jenis anthropoid
Diameter anteroposterior lebih besar dari pada diameter transversanya.
Merupakan tipikal panggul apel dengan frekuensi 22,7%. Diameter anteroposterior
berbentuk oval, dengan segmen anterior yang agak sempit dan runcing. Insisura
sakroiskiadika besar, dan dinding sampingnya sering kali konvergen. Sakrum biasanya
mempunyai enam segmen dan lurus, sehingga membuat panggul anthropoid lebih
dalam dibanding tipe-tipe lainnya.

4. Jenis platypelloid

Menyerupai bentuk ginekoid pipih dengan diameter anteroposterior pendek dan


diameter transverse yang lebar. Sakrum biasanya mempunyai lengkungan yang
cukup baik dan terputar ke belakang. Oleh karena itu sakrum pendek dan
4
panggul dangkal sehingga membentuk insisura sakroiskiadika yang lebar. Frekuensi
4,4%.

Yang paling sering dijumpai adalah kombinasi keempat jenis klasik ini. Di
sinilah letak kegunaan pelvimetri radiologis, untuk mengetahui jenis, bentuk dan
ukuran-ukuran pelvis secara tepat.1,2,3

Gambar 4. Gambar Panggul menurut Cadwell dan Molloy

Pintu tengah panggul (Midpelvis)

Midpelvis merupakan bidang sejajar spina iskiadika. Merupakan bagian yang


penting pada proses engagement kepala janin. Diameter interspinarum 10 cm
atau lebih, dan merupakan diameter terkecil dari pelvis. Taksiran klinis kapasitas
panggul tengah tidak mungkin diperoleh dengan pengukuran langsung. Bila
spina iskiadika cukup menonjol, dinding samping teraba, melengkung dan
kecekungan sakrum sangat dangkal, bila diameter interspinarum kurang dari 10 cm dapat
dicurigai adanya kesempitan pintu, tengah panggul .1,2,3

Pintu bawah panggul (Pelvic Outlet)


Pintu bawah panggul tersusun atas 2 bidang datar berbentuk segitiga, yaitu
bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tuberositas ossis iskii dengan
ujung os sakrum dan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis berbentuk
lengkung ke bawah dan merupakan sudut (arkus pubis). Dalam keadaan normal
5
besamya sudut ini 90 atau lebih sedikit. Dimensi penting pintu bawah panggul
yang dapat diperoleh dengan pengukuran klinis adalah diameter antar kedua
tuberositas iskii yang disebut dengan diameter intertuberosum dan diameter
transverse pintu bawah panggul. Ukuran yang lebih dari 8 cm dianggap normal.
Ukuran transversa pintu bawah panggul dapat diperkirakan dengan meletakkan tangan
yang terkepal pada perineu
m diantara kedua tuberositas iskii, setelah mengukur lebarnya kepalan tangan
terlebih dulu. Biasanya kepalan tangan lebih lebar dari 8 cm. Bentuk arkus subpubikus
juga dapat diperiksa pada waktu yang sama dengan meraba rami pubikus dari
regio subpubika tersebut ke tuberositas iskii. 1,2,3,4

C. PANGGUL SEMPIT

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul


dapat menyebabkan distosia saat persalinan. Panggul disebut sempit apabila
ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran yang normal. Kesempitan panggul bisa pada
pintu atas panggul, ruang tengah panggul, pintu bawah panggul atau kombinasi dari
ketiganya. 1,2,3

C.1. Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet)

Pintu atas panggul biasanya dianggap menyempit apabila diameter anteroposterior


terpendeknya kurang dari 10 cm atau apabila diameter transverse kurang dari 11,5 cm
atau bila diameter konjugata obstetriknya kurang dari 12 cm. Dengan menggunakan
pelvimetri klinis dan kadang-kadang pelvimetri radiologis, kita dapat
mengidentifikasi diameter anteroposterior paling pendek yang harus dilewati
kepala janin. Sebelum persalinan telah terbukti diameter biparietal janin rata-rata
berukuran 9,5 cm sampai 9,8 cm. Dengan demikian, sebagian janin mungkin
sangat sulit atau mustahil melewati pintu atas dengan diameter anteroposterior yang
kurang dari 10 cm. Wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm patut dicurigai
mempunyai ruang panggul yang sempit. Pada nullipara normal aterm, bagian
terbawah janin sering sudah turun ke dalam rongga panggul sebelum persalinan
dimulai. Namun, apabila pintu atas mengalami penyempitan yang cukup
berarti, penurunan belum terjadi sampai timbul tanda-tanda inpartu. 1,2,3,4,5,6,7
6
Tingkatan kesempitan panggul berdasarkan ukuran konjugata vera :
Tingkat I : C.V 9 10 cm = Borderline
Tingkat II : C.V 8 9 cm = Relatif
Tingkat III : C.V 6 8 cm = Ekstrim
Tingkat IV : C.V 6 cm = Mutlak (absolut )
Pembagian menurut tindakan :
1. C.V. = 11 cm........................... Partus Biasa
2. C.V. = 8-10 cm........................ Partus Percobaan
3. C.V. = 6-8 cm.......................... SC Primer
4. C.V. = 6 cm............................. SC Mutlak (absolut)

C. 2. Kesempitan pintu tengah panggul (mid pelvis)

Hal ini lebih sering dijumpai dari pada penyempitan pintu atas panggul.
Penyempitan pintu tengah panggul ini sering menyebabkan terhentinya kepala
janin pada bidang transversa.
Rata-rata ukuran diameter pintu tengah panggul adalah sebagai berikut :
diameter transversa (interspinarum) = 10,5 cm; diameter anteroposterior (dari
betas bawah simfisis pubis ke perbatasan antara tulang vertebra keempat dan
kelima)= 11,5 cm dan diameter sagitalis posterior (dari titik tengah garis
interspinarum ke titik tengah di sakrum) = 5 cm. Walaupun definisi penyempitan pintu
tengah panggul belum ditentukan secara pasti seperti pada penyempitan pintu atas
panggul, pintu tengah panggul kemungkinan besar dikatakan sempit apabila jumlah
diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tengah < 13,5
cm, kita patut mencurigai adanya penyempitan panggul tengah apabila diameter
interspinarum < 10 cm.
penyempitan diameter interspinarum dapat diantisipasi apabila diameter
intertuberosum sempit. Namun, diameter intertuberosum yang normal tidak
selalu menjamin diameter interspinarum tidak menyempit. 1,2,3,4

C. 3. Kesempitan pintu bawah panggul (pelvic outlet) :

Hal ini biasanya didefenisikan sebagai pemendekan diameter intertuberosum


hingga 8 cm atau kurang. Pintu bawah panggul secara kasar dapat dianggap
sebagai dua segitiga dengan diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya.

Sisi sisi segitiga anterior dibentuk oleh kedua ramus pubis dan puncaknya
adalah permukaan posterior inferior simfisis pubis. Menyempitnya diameter
7
intertuberosum yang menyebabkan penyempitan segitiga anterior akan mendorong
kepala janin kearah posterior. Dengan demikian, penentuan apakah janin dapat lahir
sebagian bergantung pada ukuran segitiga posterior atau secara lebih spesifik pada
diameter intertuberosum dan diameter sagitalis posterior pintu bawah panggul.
Pintu bawah yang sempit dapat menyebabkan distosia bukan sebagai penyebab
tunggal karena sebagian besar disertai penyempitan pintu tengah panggul.
Penyempitan pintu bawah panggul tanpa disertai penyempitan pintu tengah panggul
jarang terjadi. 1,2,3,7

D. Komplikasi Panggul Sempit pada Kehamilan

Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri


tanpa tindakan yang tepat, timbul bahaya pada ibu dan janin. Bahaya pada ibu dapat
berupa; partus lama yang dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, infeksi
intrapartum, ruptur uteri mengancam serta resiko terjadinya fistula vesikoservikalis,
atau fistula vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis karena tekanan yang lama antara
kepala janin dengan tulang panggul. Sedangkan bahaya pada janin dapat berupa
meningkatkan kematian perinatal, dan perlukaan pada jaringan di atas tulang
kepala janin bahkan bisa menimbulkan fraktur pada os parietalis. 4,6,7

E. Penanganan Panggul Sempit

Dewasa ini ada dua pilihan penanganan persalinan dengan panggul sempit
yakni seksio sesarea atau partus percobaan.
Sebenarnya panggul hanya merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah
anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang
peranan dalam prognosa persalinan.
Bila conjugata vera 11 cm dapat dipastikan partus biasa dan bila ada kesulitan
persalinan pasti tidak disebabkan faktor panggul. Untuk C.V. kurang dari 8,5 cm dan
anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut. 3,4,7
a. C.V. = 8,5-10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan
partus spontan atau ditolong dengan seksio sesarea sekunder atas indikasi
obstetrik lainnya.
b. C.V. = 6-8,5 cm dilakukan S.C. primer
8
c. C.V. = 6 cm dilakukan S.C. primer mutlak

Di samping hal-hal tersebut di atas juga tergantung pada:


- His atau tenaga yang mendorong anak
- Besarnya janin,presentasi, dan posisi janin
- Bentuk panggul
- Umur bayi dan pentingnya anak
- Penyakit ibu

Partus percobaan
Partus percobaan adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan
aterm, janin presentasi belakang kepala dengan suspek disproporsi sefalopelvik
(CPD). Tindakan partus percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD. Dimulai
saat penderita dinyatakan in partu dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai
setelah persalinan masuk fase aktif.
Perubahan bisa terjadi bersamaan atau berurutan atau bergantian. Selama didapat
perubahan, walaupun hanya dalam satu jenis gerakan saja masih dapat dikatakan partus
maju. Jika tidak ada perubahan pada ketiganya disebut partus tidak maju. Jadi penilaian
didasarkan pada ketiga faktor di atas.
Oleh karena yang harus dinilai adalah imbang sefalo-pelvik, maka pada partus
percobaan syarat-syarat lain harus lengkap, yaitu:
- His normal dan adekuat
- Serviks lunak
- Anak dalam letak kepala dan hidup.

Pemeriksaan dilakukan antara 2-4 jam dan waktu ketuban pecah. Penilaian
berdasarkan komponen kemajuan persalinan terdiri dari ; 1) pembukaan serviks 2)
turunnya kepala 3) putar paksi dalam yang penilaiannya dilakukan setiap 2 jam. Bila
terdapat perubahan yang bermakna dari komponen yang dinilai, maka partus percobaan
dikatakan ada kemajuan dan diteruskan. Bila dari 3 komponen tersebut tidak ada
kemajuan yang bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal dan dipastikan
ada CPD, persalinan dilanjutkan dengan seksio sesarea. 5,7

Indikasi Partus Pervaginam (VBAC) Setelah Seksio Sesarea


VBAC (Vaginal Birth After Cesarean-section) adalah proses melahirkan normal
setelah pernah melakukan seksio sesarea. VBAC dengan insisi uterus transversal pada

9
segmen bawah rahim adalah tindakan yang aman dan dapat diterima dalam rangka
menurunkan angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2000 menjadi 15%.

Gambar 5 : Kadar seksio sesarea total, seksio sesarea primer dan VBAC (NIH
Consensus Development Conference Statement, 2010)

Beberapa Kriteria yang dapat dilakukan VBAC antara lain :


1. Jika Sectio Caesaria (SC) terdahulu dilakukan dengan insisi tranversal rendah
yang merupakan resiko rendah untuk ruptur uteri jika dibandingkan dengan insisi
vertikal rendah, insisi klasik, T-shaped, inverted T-shaped, or J-shaped incision.
Ada tiga tipe sayatan yaitu :
a. Sayatan melintang rendah, sayatan dari sisi kiri ke kanan melintang
melalui bagian bawah rahim yang lebih tipis.
b. Sayatan letak tegak rendah, sayatan dari atas ke bawah melalui bagian
bawah rahim yang lebih tipis.
c. Sayatan tegak tinggi (sayatan klasik), sayatan dari atas ke bawah melalui
bagian atas rahim.
2. Persalinan normal pervaginam yang berhasil (sebelum SC) yang meningkatkan
keberhasilan dari VBAC.
3. Tidak adanya alasan untuk dilakukan SC pada kehamilan sekarang ini.
4. Lebih banyak dilakukan SC pada seorang wanita, maka berkurang kesempatan
untuk VBAC.
5. Adanya bayi kembar akan mengurangi kesempatan VBAC. Beberapa dokter
masih melakukan VBAC jika posisi bayi kembar baik untuk dilahirkan. 10
6. VBAC mungkin tidak dilakukan jika ada komplikasi penyakit seperti diabetes,
jika ibu diatas 40 tahun, jika kehamilan melewati tanggal atau jika bayi dalam
malposition.

Menurut The American College of Obstetrics and Gynecology ( ACOG), VBAC


merupakan persalinan dengan resiko tinggi yang memerlukan adanya seorang anastesi,
seorang ahli obstetrik dan sebuah ruang operasi yang tersedia. Kriteria berikut ini bisa
mengurangi keberhasilan VBAC tetapi tidak menghalangi untuk dilakukannya persalinan
normal yaitu :

1. Memiliki dua kali SC sebelumnya.


2. Diduga bayi macrosomia (fetus kurang lebih 4000-4500 gram berat),gestasi di
atas 40 minggu, gestasi kembar.
3. Sebelumnya di insisi dengan vertikal bawah atau tidak diketahui tipe insisi
sebelumnya, insisi klasik tidak diharapkan

Perbandingan Sectio Caesar berulang dengan VBAC

SC berulang VBAC

Selalu memliki resiko dari prosedur Kurang dari 1% kejadian ruptur uteri,
pembedahan jika ruptur uteri terjadi maka bisa
kehilangan darah, histerektomi,
kerusakan vesika urinaria, infeksi dan
pembekuan darah

Di rumah sakit kurang lebih 4 hari Di rumah sakit kurang lebih 2 hari

Adanya infeksi di uterus, vesika Resiko infeksi berlipat jika awalnya


urinaria dan insisi kulit persalinan pervaginam berakhir SC

Luka pada vesika urinaria, saluran Kemungkinan adanya robekan atau


pencernaan episiotomy

Berkembangnya pembekuan darah -


pada kaki dan pelvis setelah operasi

Nyeri dan perasaan tidak nyaman di Nyeri sementara dan rasa tidak
daerah insisi nyaman di daerah vagina
11
Ada kemungkinan bayi mendapatkan Biasanya paru paru bayi bersih
masalah pernafasan setelah melewati persalinan

Jika ingin merencana anak lebih,


harus diperkirakan karena bisa
mendapatkan komplikasi
pembedahan. Empat atau lebih SC
lebih beresiko daripada satu.

Percobaan kelahiran pervaginam setelah sectio cesarea bisa dipertimbangkan pada wanita
tanpa kontraindikasi.
Kontraindikasi untuk VBAC
1. Seksio sesarea sebelumnya dengan insisi klasik (vertikal)
2. Pernah menjalani histerektomi atau miomektomi
3. Riwayat adanya ruptur uteri
4. Adanya kontraindikasi untuk lahir pervaginam, contohnya plasenta previa atau
malposisi, panggul sempit ekstrem.
5. Wanita yang menolak vaginal birth dan meminta untuk seksio sesarea ulangan

Komplikasi yang mungkin terjadi apabila dilakukan VBAC, yaitu :


1. Ruptur uteri
Yang perlu diperhatikan pada wanita dengan SC sebelumnya adalah rupture uteri
selama persalinan pervaginam. Menurut American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG), insiden ruptur uteri sekitar 0,2%-1,5% pada wanita yang
mencoba persalinan normal setelah insisi transversal segmen bawah uteri, dan
1%-1,6% dengan insisi vertikal di segment bawah uteri. Resiko meningkat
menjadi 4-9% dengan insisi klasik atau T-insicion yang kontraindikasi untuk
percobaan persalinan pervaginam setelah seksio sesarea dan resiko timbulnya
ruptur uteri berkurang pada wanita yang telah berhasil vbac. Pada persalinan
Caesar, satu sayatan dibuat di dinding perut dan satu sayatan lagi dibuat di
dinding rahim. Tidak bisa menentukan jenis sayatan pada dinding rahim dengan
melihat sayatan pada dinding perut. Jenis sayatan dapat dilihat pada rekam medik.
Wanita dengan sayatan klasik dan melakukan SC lebih dari satu kali memiliki
resiko ruptur uteri yang lebih besar.Beberapa penelitian melaporkan bahwa
kejadian ruptur uteri meningkat dibawah persalinan dengan induksi atau
augmentasi
2. SC scar
12
Masalah serius selama VBAC adalah scar SC sebelumnya dapat terbuka selama
persalinan. Hal ini jarang terjadi. Tetapi ketika terjadi, ini menjadi masalah buat
ibu dan bayi. Resiko scar terbuka sangat rendah ketika VBAC selama si ibu
memiliki satu scar SC dan persalinan tidak dimulai dengan obat obatan. Resiko
ini yang membuat VBAC sering dilakukan di rumah sakit sehingga dapat
dilakukan SC emergensi secara cepat.

Komplikasi seksio sesarea


Persalinan seksio sesarea bukan tanpa komplikasi, baik bagi ibu maupun bagi
janinnya. Morbiditas pada seksio sesarea lebih besar dibandingkan persalinan
pervaginam. Ancaman utama bagi wanita yang menjalani seksio sesarea berasal dari
tindakan anestesi, keadaan sepsis yang berat, serangan tromboemboli dan perlukaan pada
traktus urinarius. Data ini menjelaskan kontraindikasi untuk ibu dan anak dengan faktor
resiko percobaan persalinan setelah seksio sesarea dan bisa direkomendasikan untuk
berhasil dilakukan persalinan pervaginam setelah seksio sesarea dengan aman. Indikasi
yang paling sering untuk persalinan dengan seksio sesarea adalah riwayat sesarea
sebelumnya atas indikasi panggul sempit ekstrem, distosia, malpresentasi. Di beberapa
bagian negara,tingkat kelahiran dengan seksio sesarea dan VBAC sangat berhubungan.
Percobaan persalinan setelah sesarea harus dipertimbangkan pada wanita yang datang
pada prenatal care dengan riwayat persalinan dengan seksio sesarea. Pada situasi khusus,
VBAC mungkin kontraindikasi dan harus dilakukan seksio sesarea ulangan, tapi pada
banyak kasus keberhasilan persalinan pervaginam bisa aman pada ibu dan bayi.

F. Tehnik Pengukuran Panggul

Sebenarnya, melalui mata telanjang penolong persalinan bisa memprediksi


apakah seorang ibu mempunyai panggul adekuat atau tidak. Kalau ibu bertubuh
tinggi besar, bisa dipastikan ukuran panggulnya relatif luas. Sedangkan ibu yang
tidak terlalu tinggi, hanya 150 cm atau malah kurang, kemungkinan besar ukuran
panggulnya kecil dan sempit. Namun pengamatan ini hanya asumsi. Pemeriksaan
yang akurat hanya bisa dilakukan secara klinis atau dengan radiologis. 1,3,5,10

1. Pemeriksaan Pelvimetri Klinis

Pemeriksaan dalam dilakukan pada usia kehamilan 36 minggu. Caranya,


13
dokter memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan lahir hingga
menyentuh bagian tulang belakang / promontorium. Setelah itu, dokter akan
menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga promontorium untuk mengetahui
ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul. Melalui pemeriksaan ini kita,
akan mendapatkan konjugata diagonal (jarak antara promontorium dengan pinggir
bawah simfisis), untuk mendapatkan konjugata vera, maka konjugata diagonal
1,5 cm s/d 2 cm. Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium
adalah 11 cm. jika kurang, maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Pelvimetri
klinis sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat yang memang dirancang
khusus untuk menghindari kesalahan pada pengukuran, contohnya Martin
1,3,5,7,11
Pelvimeter

Gambar 6. Pelvimetri Klinis

2. Pemeriksaan Pelvimetri Radiologis

X-ray

X-ray pelvimetri pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1900 oleh Denticle
dari Leipzig dan semakin dikenal sampai sekarang. Pada tahun 1944 Colcher AE dan
Sussman W menemukan tehnik praktis pada pelvimetri dan kemudian dimodifikasi oleh
Robert C Brown pada tahun 1972. Dengan cara ini dibuat 2 radiogram
14
anteroposterior dan lateral pelvis. Namun cara ini menggunakan alat pengukur
Colcher Sussman yang ditaruh diantara kedua lipatan gluteus (garis tengah), paralel
dengan film. 8,9

Gambar 7. posisi pelvimetri radiologis menurut Colcher AE dan Sussman W


( atas ) dan menurut Robert C Brown ( bawah )
Cara yang sekarang masih digunakan adalah proyeksi Thomas. Selama pemotretan
ibu berada dalam posisi setengah duduk, persis seperti tindakan rontgen pada anggota
tubuh lain, hanya saja intensitas cahaya yang digunakan lebih rendah. Pada proyeksi ini
diukur diameter melintang pintu atas panggul, jarak antara spina iskiadika panggul
tengah dan jarak antara tuber iskiadikum panggul bawah. Selain ukuran-ukuran
panggul, dapat diketahui bentuk- bentuk panggul melalui pemeriksaan X-ray
pelvimetri . 8, 10

Gambar 8. Proyeksi Thomas pada pelvimetri radiologis

15
Kebanyakan pemeriksaan pelvimetri rontgenologik sudah ditinggalkan,
berhubung dengan radiasinya terhadap janin. Radiasi terutama banyak pada
pemeriksaan pelvimetri dengan proyeksi Thomas dimana posisi pasien setengah duduk
dan jika letak janin dalam letak kepala, maka alat kelamin janin berada diatas dan
dekat dengan tabung rontgen. Dengan demikian akan meningkatkan radiasi pada alat
kelamin janin. Meskipun demikian radiografi konvensional pada masa kehamilan masih
dilakukan pada keadaan-keadaan tertentu atau atas indikasi yang tepat. Dengan
sendirinya segi-segi proteksi harus diperhatikan dengan seksama dan pemeriksaan
dilakukan pada akhir kehamilan. 8,10
Istilah radiasi yang kurang dipahami. Secara harfiah mengacu pada transmisi
energi, dan karenanya sering digunakan tidak hanya untuk x-ray, tetapi juga untuk
gelombang mikro, USG, diatermi, dan gelombang radio. Dari jumlah tersebut, x-ray dan
sinar gamma memiliki panjang gelombang pendek dengan energi yang sangat tinggi dan
bentuk radiasi pengion. Empat lainnya bentuk energi memiliki panjang gelombang yang
agak panjang dan energi yang rendah. Efek biologis sinar x-disebabkan oleh reaksi
elektrokimia yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Radiasi sinar X dan gamma-
radiasi pada dosis tinggi dapat membuat efek biologis dan resiko reproduksi pada janin,
efek deterministik, yang dapat menyebabkan malformasi kongenital, janin-pertumbuhan
pembatasan, keterbelakangan mental, dan aborsi. Efek stokastik-acak ditentukan
probabilitas-yang dapat menyebabkan penyakit genetik dan karsinogenesis. Dalam
pengertian ini, radiasi pengion mengacu ke gelombang atau partikel-foton-energi yang
signifikan yang dapat mengubah struktur molekul seperti yang ada di DNA, atau yang
dapat menciptakan radikal bebas atau ion mampu menyebabkan kerusakan jaringan. 1
Computed tomografi (CT) Scanning
Keuntungan dari pelvimetry CT, dibandingkan dengan pelvimetry x-ray
konvensional termasuk mengurangi paparan radiasi, akurasi yang lebih besar, dan kinerja
lebih mudah. Dengan metode tersebut, biaya yang sebanding dan x-ray exposure .
Dengan pelvimetry x-ray konvensional, eksposur gonad berarti diperkirakan oleh Komite
Radiologi Bahaya untuk Pasien menjadi 885 mrad. Tergantung pada mesin dan teknik
yang digunakan, dosis janin dihitung dengan tomografi bisa berkisar 250-1.500 mrad.1

16
Gambar 9 & 10. Pelvimetri dengan CT-Scan

Gambar 11. Pelvimetri dengan Ct-Scan


Gambaran anteroposterior radiografi digital. Gambar adalah pengukuran dari
diameter transversal dari cerukan panggul menggunakan kursor elektronik. Tubuh janin
jelas diuraikan (gambar 9). Gambaran lateral radiografi digital. Gambar pengukuran dari
diameter anteroposterior inlet menggunakan kursor elektronik (gambar 10). Sebuah
bagian tomografi aksial dihitung melalui midpelvis. Tingkat fovea kepala femoralis
adalah dipastikan dari radiograf digital anteroposterior karena sejajar dengan spina
iskiadika. Diameter interspinous diukur dengan menggunakan kursor elektronik. Dosis
17
radiasi total janin menggunakan tiga eksposur ditampilkan pada bagian (AC) adalah
sekitar 250 Mrad.1

Pencitraan Resonansi Magnetik ( MRI )


Keuntungan dari pelvimetry MRI termasuk kurangnya radiasi pengion,
pengukuran akurat, pencitraan janin lengkap, dan potensi untuk mengevaluasi distosia
jaringan lunak. Magnetik Resonance Imaging digunakan untuk mengukur volume kepala
panggul dan janin dalam upaya untuk mengidentifikasi wanita yang paling berisiko
terhadap kelahiran sesar akibat distosia. Meskipun ditemukan asosiasi yang signifikan
antara pengukuran dengan MRI terhadap operasi seksio sesarea akibat distosia,
pegukuran dengan MRI tidak bisa memprediksi dengan akurat wanita yang akan
memerlukan operasi seksio sesarea.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, FG et.al. Williams Obstetrics, 23rd ed. Prentice Hall International Inc.
McGraw-Hill Companies. Connecticut. 2010.
2. Pernol,M.L. Benson & Pernol Handbook of Obstetrics and Gynecology ; 10 th Ed.
McGraw-Hill Companies. 2001. 18
3. Wiknjosastro H, Saifudin B A, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 2009.
th
4. DeCherney, Pernol, M.L. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment, 9
Ed. Appleton & Lange. Connecticut. 2003
th
5. Baker, N.P. Obstetric by Ten Teachers, 18 Ed. Bookpower / ELST, Great Britain,
2006.
6. James, D.K. et.al. High Risk Pregnancy: Management Option, Vol II. 3 rd Ed. Elsevier
Saunders. Philadelphia, 2006.
7. Muchtar, R. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2002.
8. Aflah N. Ukuran Panggul Pada Pasien Pasca Seksio Sesarea Atas Indikasi Panggul
Sempit. Tesis. Medan. Oktober 2009.
9. Barron, L.R., Hill R.O, Linkletter AM. X Ray Pelvimetri. Lanchine General Hospital,
Montreal. Available from www.pubmedcentral.gov.nih. Cited at 25 aug.2010
10. Johnson, T.H. et.al. A Roentgenologic Rule and Pelvimetry Technique. Department of
Radiology University of Tennessee, Memphis Tennesee. Available from
www.pubmedcentral.gov.nih. Cited at 24 aug.2010.
11. Yeomans, Edward R, Clinical Pelvimetry in Clinical Obstetrics & Gynecology.
49(1):140-146, March 2006.

LAPORAN KASUS

Anamnese Pribadi:
Nama : Ny. Rohli Harni
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun

19
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Seriyi X No. 133 Percut Sei Tuan.
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
MR : 47. 94. 37
Tanggal masuk : 01 Juni 2014
Tanggal keluar: 05 Juni 2014

Anamnese:
Ny. R, 28 tahun, G1P0A0, Melayu, Islam, SMA, IRT i/d Tn. A , 30 thn, Jawa, Islam, SMA,
Wirasawasta , datang Ke RSUP HAM Tanggal 01 Juni 2014 pukul 10.00 wib dengan :

KU : Rencana operasi melahirkan


T : Os merupakan kiriman dari PIH RSUPM yang direncanakan untuk SC elektif pada
tanggal 02 Juni 2014, Riw. mules-mules mau melahirkan (-), Riw. keluar lendir
darah (-), Riw. keluar air-air (-). BAB (+) N dan BAK (+) N.
RPT : Asthma (-), DM (-), Hipertensi (-)
RPO :-
HPHT : 04-09-2013
TTP : 11-06-2014
ANC : PIH 3x
Bidan 4x
Riwayat Persalinan :
1. Hamil ini

Status Presens :
Sens : CM Anemia : (-) Tinggi Badan : 149 cm
TD : 120/80 mmHg Ikterik : (-) Berat Badan : 60 Kg
HR : 90 x/mnt Sianosis : (-)
RR : 20 x/mnt Dyspnoe : (-) 20
T : 36 C Edema : (-)
Status Obstetrikus :
Abdomen : Membesar asimetris
TFU : 3 jari bpx ( 38 cm)
Tegang : Kanan
Terbawah : Kepala, 5/5
Gerak : (+)
Djj : 140 x/mnt, reguler
His : (-)
EBW : 3800 - 4000 gram
VT : Cx tertutup
ST : Lendir darah (-), Air ketuban (-)

Adekuasi panggul:
Promontorium : teraba
Linea innominata : teraba 2/3 anterior
Arcus pubis : lancip
Spina ischiadica : tidak menonjol
Os sacrum : cekung
Os coccygeus : mobile
CD : 7,5 cm
CV : 6 cm
Kesan: Panggul sempit absolute

Hasil Laboratorium :
Hb : 10,5 gr/dl
Leu : 7.730 /mm3
Ht : 28,5 %
Tro : 315.000 /mm3
Diagnosa : Panggul Sempit + PG + KDR (38-40)mgg + PK + AH + B.Inpartu 21
Rencana : SC elektif tanggal 02 Juni 2014
Tatalaksana : - IVFD RL 20 gtt/ mnt
- Inj. Ceftriaxon 2 gr (skin test )
Lapor Supervisor Ruangan Dr. Christoffel L. Tobing, SpOG.K ACC

Pada Tgl 02 06 - 2014 pkl 07.00 wib


KU : Rencana operasi
Sens : CM
TD : 130/80 mmHg
HR : 88 x/mnt
RR : 22 x/mnt
T : 36,8 C
Status Obstetrikus :
Gerak : (+)
Djj : 148 x/mnt, reguler
His : (-)
Diagnosa : Panggul Sempit + PG + KDR (38-40) mgg + PK + AH + B.Inpartu

LAPORAN SECTIO CAESARIA

Pada Tgl 02- 06 - 2014 Pkl 09.00 wib dengan SC, Lahir , BB: 4000 gr,
PB: 42 cm, A/S : 8/9, Anus (+)

Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik
Dilakukan tindakan aseptik dengan larutan bethadine dan alcohol 70 % pada dinding
abdomen lalu ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi
Dibawah anestesi spinal dilakukan insisi pfanenstiel mulai dari kutis, sub kutis
sepanjang 10 cm
22
Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting kekiri dan
kekanan, otot dikuatkan secara tumpul
Peritoneum dijepit dengan klem, diangkat, lalu digunting keatas dan kebawah,
dipasang hack blast
Tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan, identifikasi SBR dan ligamentum
rotundum
Lalu plika vesicouterina digunting secara konkaf kekiri dan kekanan dan disisihkan ke
bawah kearah blast secukupnya
Selanjutnya dinding uterus di insisi secara konkaf sampai menembus
subendometrium. Kemudian endometrium ditembus secara tumpul dan diperlebar
sesuai arah sayatan
Dengan meluksir kepala maka lahir bay Lahir Bayi , BB: 4000 gr, PB: 42 cm,
A/S : 9/10 , Anus (+)
Tali pusat diklem pada 2 tempat dan digunting diantaranya
Plasenta dilahirkan dengan traksi pada tali pusat dan penekanan pada fundus. Kesan :
lengkap
Kedua sudut kiri dan kanan tepi luka insisi dijepit dengan oval klem
Kavum uteri dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban dengan kasa steril terbuka
sampai tidak ada selaput atau bagian plasenta yang tertinggal. Kesan : bersih
Dilakukan penjahitan hemostatis figure of eight pada kedua ujung robekan uterus
dengan benang chromic cat-gut no.2 dinding uterus dijahit lapis demi lapis jelujur
terkunci overhecting. Evaluasi : tidak ada perdarahan. Repitonealisasi dengan plain
catgut no. 1.0
Klem peritoneum dipasang lalu kavum abdomen dibersihkan dan bekuan darah dan
cairan ketuban, kesan : bersih. Evaluasi tuba dan ovarium kanan kiri, kesan : normal
Lalu peritoneum dijahit dengan plain cat-gut no. 0/0 . Kemudian dilakukan jahitan
aproksimal otot dinding abdomen dengan plain cat-gut no. 0/0 secara
simple/continous
Kedua ujung fascia dijepit dengan kocher, lalu dijahit secara jelujur dengan vicryl no.
2/0
Sub kutis dijahit secara simple suture dengan plain cat-gut no. 0/0
Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vicryl no. 2/0
Luka operasi ditutup dengan kasa steril + betadine solution
Liang vagina dibersihkan dari sisa-sisa darah dengan kapas sublimat hingga bersih
KU ibu post operasi : baik

Pengawasan pasca operasi :


23
1. NPO sampai peristaltic (+)
2. Awasi vital signs, balance cairan, kontraksi dan tanda perdarahan
3. Cek Hb 2 jam post operasi, jika Hb 8 gr% transfusi PRC sesuai kebutuhan

Therapi post operasi :

- IVFD RL + Oxytocin 10- 10 -5 - 5 IU 20 gtt / i


- Inj. Ceftriaxon 1 gr / 12 jam
- Inj.Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/8 jam
- Inj. Transamin 500 mg/8 jam ( 24 jam )

Follow up tgl 02 06 2014 pkl 12.00 wib :


KU : Nyeri luka operasi
Sensorium : Compos Mentis
Tek. Darah : 120/80 mmHg
Frek. Nadi : 78 x/mnt
Frek. Nafas : 20 x/mnt
Temperatur : 36,7 oC

Status Lokalisata :
Luka operasi tertutup verband
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+)N
TFU : 1 jari di bawah pusat, Kontraksi : (+) kuat
P/V : (-)
Lochia : (+) Rubra
ASI : (+)
24
BAK : (+) via kateter ( OUP: 60 ml/jam, jernih )
BAB : (-), Flatus : (+)

Diagnosa : Post SC a/i Panggul sempit + NH0


Terapi :
- IVFD RL + Oxytocin 10- 10 -5 - 5 IU 20 gtt / i
- Inj. Ceftriaxon 1 gr / 12 jam
- Inj.Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/8 jam
- Inj. Transamin 500 mg/8 jam ( 24 jam )
Rencana :
- Aff kateter besok
- Mobilisasi bertahap
Hasil laboratorium Post SC :
Hb : 10,1 g/dl
Ht : 29,2 %
Leukosit : 10.700 /mm3
Trombosit : 288.000 /mm3

Follow up tgl 03 06 - 2014


KU : Nyeri luka operasi berkurang
Sensorium : Compos Mentis
Tek. Darah : 110/80 mmHg
Frek. Nadi : 80 x/mnt
Frek. Nafas : 20 x/mnt
Temperatur : 37 oC
Status Lokalisata
Luka operasi tertutup verband
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) N
TFU : 2 jari di bawah pusat, Kontraksi: (+) kuat
P/V : (-)
Lochia : (+) Rubra
ASI : (+)

25
BAK : (+)
BAB : (-)

Diagnosa : Post SC a/i Panggul sempit + NH1


Terapi :
- IVFD RL 20 gtt/i aff infus, threeway terpasang
- Inj. Ceftriaxon 1 gr / 12 jam
- Inj.Ketorolac 30 mg/ 8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/8 jam

Rencana :
- Aff kateter
- Mobilisasi bertahap

Follow up tgl 04 06 - 2014


KU : -
Sensorium : Compos Mentis
Tek. Darah : 110/80 mmHg
Frek. Nadi : 80 x/mnt
Frek. Nafas : 20 x/mnt
Temperatur : 36,8 oC
Status Lokalisata :
Luka operasi tertutup verband
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) N
TFU : 3 jari di bawah pusat, Kontraksi : (+) kuat
P/V : (-)
Lochia : (+) Rubra
ASI : (+)

26
BAK : (+)
BAB : (-)

Diagnosa : Post SC a/i Panggul sempit + NH2


Terapi :
- Cefadroxil 500 mg tab 2x1
- Ranidin tab. 3x1
- Asam mefenamat 500 mg tab 3x1
- Vit B complek tab 2x1
Rencana :
- Aff infus terapi dangti oral
- Mobilisasi bertahap

Follow up tgl 05 06 - 2014


KU : -
Sensorium : Compos Mentis
Tek. Darah : 110/70 mmHg
Frek. Nadi : 72 x/mnt
Frek. Nafas : 20 x/mnt
Temperatur : 36,5 oC

Status Lokalisata
Dilakukan wound dressing, kesan luka operasi kering 27
Abdomen : Soepel, Peristaltik (+) N
TFU : 3 jari di bawah pusat, Kontraksi : (+) kuat
P/V : (-)
Lochia : (+) Rubra
ASI : (+)
BAK : (+)
BAB : (-)

Diagnosa : Post SC a/i Panggul sempit + NH3


Terapi :
- Cefadroxil 500 mg tab 2x1
- Metronidazole tab. 3x1
- Asam mefenamat 500 mg tab 3x1
- Vit B complek tab 2x1

Rencana : Pasien pulang berobat jalan, kontrol ke Poli Ibu Hamil RS. Dr Pirngadi Medan
pada tgl 09 Juni 2014.

ANALISA KASUS

Telah dilaporkan suatu kasus Ny. R, 28 th, G1P0A0, datang ke RSPM, pada tanggal
01 Juni 2014, pukul 10.00 wib yang akan direncanakan SC elektif tanggal 02 Juni 2014 pkl
09.00 wib.
Dari pemeriksaan fisik didapati kesadaran Compos Mentis, Tekanan Darah 120/80
mmHg, frekwensi nadi 90 x/menit, frekwensi nafas 20 x/menit dan suhu tubuh 36 oC ,
didapati tinggi badan Os 149 cm.( Pemeriksaan status presens pasien dalam batas
normal, sementara didapatkan tinggi badan pasien yaitu 149 cm, wanita dengan tinggi
badan < 150 cm dicurigai memiliki panggul yang sempit.)

Pada pemeriksaan obstetrik, His (-), gerakan janin (+), DJJ (+) 140 x/i regular, dari
periksa dalam tidak dijumpai pembukaan pada serviks, kepala 5/5.. Sementara dari
pemeriksaan adekuasi panggul didapati promontorium yang teraba oleh jari pemeriksa 28
dengan conjugata diagonalis sepanjang 7,5 cm, sehingga didapati conjugata vera sepanjang 6
cm. Dari pemeriksaan Laboratorium didapati Hb 10,5 gr/dl, Ht 28,5 %, Leukosit 7730/mm3,
Trombosit 315.000/mm3 . ( dari pemeriksaan adekuasi panggul didapatkan pengukuran
conjugata diagonalis sepanjang 9 cm, tetapi pengukuran ini tidak menggunakan jangka
martin atau alat pengukur standar lainnya melainkan hanya dengan menggunakan alat ukur
panjang biasa, yang mana dapat mempengaruhi akurasi dari pengukuran tersebut )
Dari hasil pemeriksaan diatas, Os di diagnosa dengan Panggul Sempit + PG + KDR
(38 - 40) mgg + PK + AH + B. Inpartu. Os direncanakan untuk menjalani operasi seksio
sesaria pada tanggal 02 Juni 2014 pukul 09.00 WIB, melalui seksio sesaria, lahir bayi Laki-
laki, BB : 4000 gr , PB : 42 cm, AS : 8/9, anus (+). (Berdasarkan pemeriksaan dan
pengukuran conjugata diagonalis yang didapat maka pasien termasuk panggul sempit
absolute, sementara dari segi tatalaksana maka yang paling tepat bagi pasien adalah SC
Primer ).
Pada tanggal 05 Juni 2014 ibu diperbolehkan pulang berobat jalan untuk selanjutnya
kontrol luka Post operasi SC pada tgl 09 Juni 2014 di Poli Ibu Hamil RS dr. Pirngadi Medan.

PERMASALAHAN
1. Dari pemeriksaan adekuasi panggul didapatkan pengukuran conjugata
diagonalis sepanjang 7,5 cm, tetapi pengukuran ini tidak menggunakan jangka
martin atau alat pengukur standar lainnya melainkan hanya dengan
menggunakan alat ukur panjang biasa, yang mana dapat mempengaruhi
akurasi dari pengukuran tersebut. Pada pasien ini apakah pengukuran
conjugata diagonalis tersebut sudah tepat ?
2. Untuk mengantisipasi adanya panggul sempit tindakan apa yang sebaiknya
kita lakukan dan Pelvimetri apakah yang terbaik dilakukan bagi pasien-pasien
yang dicurigai memiliki panggul sempit ?
3. Mengapa tidak dilakukan Partus Percobaan pada pasien ini ?

29

Anda mungkin juga menyukai