Anda di halaman 1dari 15

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Panggul


Panggul (pelvis) tersusun atas empat tulang: os sakrum, os koksigis, dan dua
tulang inominata atau disebut juga os koksa di kiri dan kanan. Tulang inominata
merupakan fusi dari os ilium, os iskium, dan os pubis. Kedua tulang inominata
terhubung dengan sakrum pada sinkondrosis sakroiliaka dan simfisis pubis.1
Secara fungsional panggul terdiri atas dua bagian yang disebut pelvis mayor
(false pelvis) dan pelvis minor (true pelvis). Pelvis mayor adalah bagian pelvis
yang terletak di atas linea terminalis dan tidak mempunyai arti penting di dalam
obstetri, tetapi kadang-kadang ukuran dan bentuknya memberi gambaran
mengenai ukuran pelvis minor. Pelvis minor terletak di bawah linea terminalis dan
merupakan bagian yang penting di dalam proses persalinan. Bagian ini harus
dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat-tidaknya
bayi melewatinya. Batas atas pelvis minor adalah pintu atas panggul dan batas
bawahnya adalah pintu bawah panggul.1,2,3

Gambar 3-1. Gambaran anteroposterior panggul normal wanita dewasa.


Digambarkan diameter anteroposterior (AP) dan Transversa (T) pintu atas
panggul.1

Bidang Diameter Panggul


Panggul memiliki empat bidang khayal, yaitu pintu atas panggul, bidang
luas panggul, bidang tengah panggul, dan pintu bawah panggul.1,2,3
a. Pintu atas panggul (pelvic inlet)
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium korpus vertebra sakral 1, linea terminalis, dan pinggir atas
simfisis. Terdapat empat diameter pada pintu atas panggul, yaitu diameter
anteroposterior (konjugata vera), diameter transversa, dan 2 diameter
oblikua.2

Gambar 3-2. Gambaran tiga diameter anteroposterior pintu atas panggul:


konjugata vera, konjugata obstetrika dan konjugata diagonalis yang dapat
diukur secara klinis. Diameter anteroposterior panggul tengah juga
diperlihatkan. (P = promontorium sakrum; Sym = simfisis pubis).4

Diameter Anteroposterior
Diameter anteroposterior atau konjugata vera diukur dari pertengahan
promontorium sakrum sampai pinggir atas simfisis pubis dan jaraknya lebih
kurang 11 cm. Konjugata vera tidak menggambarkan jarak terpendek antara
promontorium sakrum dan simfisis pubis. Ukuran terpendek adalah konjugata
obstetrika (10 cm) yang diukur dari promontorium sakrum sampai simfisis
pubis (beberapa mm di bawah pinggir atas simfisis pubis). Konjugata
obstetrika merupakan bagian yang paling penting. Konjugata obstetrika tidak
dapat diukur dengan pemeriksaan jari. Untuk tujuan klinis, konjugata
obstetrika diukur secara tidak langsung dengan mengukur jarak tepi bawah
simfisis ke promontorium sakrum, yaitu konjugata diagonalis, dan hasilnya
dikurangi 1,52 cm.1,2,3

Diameter Transversa
Diameter transversa merupakan jarak terjauh antara kedua linea
terminalis kanan dan kiri serta tegak lurus dengan konjugata vera, kira-kira 5
cm dari promontorium sakrum. Panjang diameter transversa lebih kurang
12,513 cm.2,3

Diameter Oblikua
Diameter oblikua diukur dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan
antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea
terminalis. Panjangnya lebih kurang 13 cm.2

b. Bidang luas panggul


Bidang luas panggul tidak begitu penting di dalam obstetri. Bidang ini
terbentang di antara pertengahan permukaan belakang simfisis pubis,
pertengahan asetabulum, dan antara vertebra sakral 2 dan 3.3

c. Bidang tengah panggul


Bidang tengah panggul mempunyai ukuran terkecil dan terbentang di
antara pinggir bawah simfisis pubis, kedua spina iskiadika, dan melewati
kira-kira 1-2 cm di atas ujung os sakrum.3 Diameter interspinosus, berukuran
10 cm atau sedikit lebih besar, biasanya merupakan diameter pelvis terkecil.
Diameter anteroposterior setinggi spina iskiadika normalnya berukuran paling
kecil 11,5 cm.1

Gambar 3-3. Panggul wanita dewasa yang memperlihatkan diameter


interspinosus panggul tengah.1

d. Pintu bawah panggul (pelvic outlet)


Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi
tersusun atas dua bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu
bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tuber os iskii dengan
ujung os sakrum dan segitiga lainnya yang alasnya juga garis antara kedua
tuber os iskii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis
berbentuk lengkung ke bawah dan membentuk sudut yang disebut arkus
pubis.2 Tiga diameter pintu bawah panggul yang biasa digunakan, yaitu: (1)
diameter anteroposterior, diukur dari pinggir bawah simfisis pubis sampai
ujung os sakrum; (2) diameter transversa, jarak antara kedua tuber os iskii;
dan (3) diameter sagitalis posterior, diukur dari ujung os sakrum sampai
pertengahan diameter transversa.1,3

Bentuk Panggul
Dalam obstetri dikenal empat jenis panggul (pembagian Caldwell dan
Moloy, 1933), yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut.2
a. Jenis ginekoid: panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas
panggul hampir bulat. Panjang diameter anteroposterior kira-kira sama
dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45% perempuan.
b. Jenis android: bentuk panggul hampir segitiga. Umumnya pria mempunyai
jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan
diameter transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati
sakrum. Dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng,
sedangkan bagian depannya menyempit ke depan. Jenis ini ditemukan pada
15% perempuan.
c. Jenis antropoid: bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur.
Panjang diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa.
Jenis ini ditemukan pada 35% perempuan.
d. Jenis platipelloid: sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit
pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran
muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% perempuan.
Tidak jarang dijumpai jenis kombinasi keempat jenis klasik ini. Untuk
menyebut jenis pelvis kombinasi, disebutkan jenis pelvis bagian belakang dahulu
kemudian bagian depan. Misalnya, jenis android-ginekoid; itu berarti jenis pelvis
bagian belakang adalah jenis android dan bagian depan adalah ginekoid.
Gambar 3-4. Empat tipe panggul dengan klasifikasi Caldwell-Moloy. Garis yang
melintasi diameter transversa terlebar membagi pintu atas menjadi segmen
posterior dan anterior.1

3.2 Presentasi Bokong


3.2.1 Definisi
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya.2

3.2.2 Insidens
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 34% dari seluruh kehamilan
tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (37 minggu), presentasi bokong
merupakan malpresentasi yang paling sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan
28 minggu, kejadian presentasi bokong berkisar antara 2530%, dan sebagian
besar akan berubah menjadi presentasi kepala setelah umur kehamilan 34
minggu.2

3.2.3 Klasifikasi
a. Frank Breech (Extended Breech)
Bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian paha dan ekstensi
total di bagian lutut. Dengan demikian, kaki berada di dekat kepala. 1
Umumnya pada primipara.5

Gambar 3-5. Presentasi Bokong Tipe Frank Breech


b. Complete Breech (Flexed Breech)
Pada keadaan ini, bagian paha dan lutut dalam keadaan fleksi total sehingga
bagian kaki yang menempati pelvis.1 Umumnya pada multipara.5

Gambar 3-6. Presentasi Bokong Tipe Complete Breech


c. Incomplete Breech (Footling Breech)
Pada keadaan ini, satu atau kedua paha tidak mengalami fleksi dan satu atau
kedua kaki berada di bawah.1
Gambar 3-7. Presentasi Bokong Tipe Incomplete Breech

3.2.4 Faktor Risiko


Selain usia kehamilan, terdapat beberapa faktor risiko lain seperti
polihidramnion, kehamilan multipel, hidrosefalus, anensefali, anomali uteri,
plasenta previa, implantasi plasenta di fundus, tumor pelvis, paritas tinggi dengan
relaksasi uterus, dan riwayat presentasi bokong sebelumnya. Pada kelahiran
dengan presentasi bokong, kemungkinan kehamilan yang kedua dengan presentasi
bokong kembali setidaknya adalah 10%, dan selanjutnya pada kehamilan ketiga
adalah 27%. Riwayat melahirkan sesar juga digambarkan meningkatkan dua kali
lipat insidensi presentasi bokong.1

3.2.5 Diagnosis
a. Pemeriksaan Abdominal
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi
abdomen. Pemeriksaan Leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan
perawatan antenatal bila umur kehamilan 34 minggu.2
Dari pemeriksaan Leopold akan ditemukan3:
a) Leopold I: Di daerah fundus teraba bagian keras, bulat dan ballottement
b) Leopold II: Teraba punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut
ibu.
c) Leopold III dan IV: Di atas simfisis teraba bagian yang tidak keras dan
bentuk tidak bulat; jika diameter intertrokhanterika belum masuk pintu
atas panggul, tidak ada ballottement yang bergerak bebas di atas pintu
atas panggul
Pada saat dilakukan auskultasi, akan ditemukan denyut jantung janin
lebih tinggi dari umbilikus agak ke sebelah kanan atau kiri.5

b. Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)


Pada pemeriksaan dalam saat dilakukan vaginal toucher jika didapatkan
sakrum, anus, tuberositas iskiadika atau bagian reproduksi janin maka
presentasi bokong tipe frank breech dapat ditegakkan. Pada presentasi bokong
tipe komplit, kadang pada saat dilakukan vaginal toucher pemeriksa dapat
meraba satu atau kedua kaki yang berada di samping bokong bayi. Pada
presentasi bokong tipe footling, pada saat melakukan vaginal toucher dapat
dirasakan satu atau kedua kaki menjadi tempat yang menempati bagian
terendah dari uterus. Secara umum, saat dilakukan pemeriksaan dalam hasil
yang akan didapatkan adalah teraba bagian lunak dan irregular, tidak teraba
sutura, dapat teraba anus dan sakrum dan sekiranya kaki dalam keadaan
ekstensi bagian genitalia eksterna janin dapat diraba.

Cara membedakan antara anus, mulut, kaki, dan tangan3:


Anus:
a) Pada fetus yang masih hidup, jari sukar dimasukkan ke dalam anus,
kecuali sambal menekan dan memutar
b) Tidak menunjukkan gerak mengisap
c) Pada sarung tangan terdapat mekonium
d) Selalu segaris dengan tuber ossis isyii
Mulut:
a) Jari mudah dimasukkan ke dalam mulut dan akan teraba bakal gigi
dan lidah
b) Jika fetus masih hidup, terdapat gerak mengisap
c) Pada sarung tangan tidak akan terdapat mekonim
d) Mulut membentuk sudut segitiga dengan rahang
Kaki:
a) Jari kaki jauh lebih pendek dibanding telapak kaki
b) Ujung jari-jari kaki hampir pada sat ugaris lurus
c) Pada kaki terdapat tiga tonjolan tulang, yaitu kalkaneus, malleolus
medialis dan lateralis
d) Ibu jari tidak dapat diregangkan
e) Telapak kaki tidak dapat diluruskan dan tidak dapat salaman
Tangan:
a) Jari tangan hampir sama panjang dengan telapak tangan
b) Ujung jari-jari tangan terletak pada garis lengkung
c) Pada tangan terdapat ujung ulna dan radius
d) Ibu jari tangan dapat diregangkan
e) Telapak tangan dapat diluruskan dan dapat salaman

c. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi memiliki peranan penting dalam diagnosis dan penilaian
risiko pada presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air
ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong, keadaan
hiperekstensi kepala, kelainan kongenital, dan kesejahteraan janin dapat
diperiksa menggunakan ultrasonografi. Berat janin dapat diperkirakan secara
ultrasonografis berdasarkan ukuran diameter biparietal, lingkar kepala,
lingkar perut, dan panjang tulang femur. Gambaran ultrasonografi tentang
ekstremitas bawah dapat memberikan informasi tentang jenis presentasi
bokong. Kesejahteraan janin dinilaikan berdasarkan skor profil biofisik janin.2

3.2.6 Manajemen
Masa Kehamilan
Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi
pada waktu persalinan. Pada saat ini ada tiga cara yang dipakai untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi dan/atau
akupunktur, dan posisi dada-lutut pada ibu. Bukti-bukti tentang manfaat dan
keamanan tindakan versi luar sudah cukup, tetapi masih belum bagi tindakan
moksibusi dan/atau akupunktur, dan posisi dada-lutut. Dengan demikian, baru
tindakan versi luar yang direkomendasikan. Semua perempuan dengan presentasi
selain kepala yang memenuhi persyaratan pada umur kehamilan mendekati atau
saat cukup bulan dianjurkan untuk diberi tawaran untuk dilakukan versi luar.
Keadaan yang harus diketahui sebelum menawarkan versi luar adalah perkiraan
berat janin, volume air ketuban, letak plasenta, dan morfologi janin normal.2
Dianjurkan untuk melakukan versi luar di tempat yang memiliki fasilitas
melakukan bedah sesar saat emergensi. Informed consent diperoleh setelah
memberikan konseling yang berisi informasi tentang kemungkinan komplikasi,
pilihan lain (bedah sesar), prognosis, dan bagaimana prosedur akan dilakukan.
Pemeriksaan NST (non-stress test) perlu dilakukan sebelum dan sesudah prosedur
dilakukan.2
Versi luar adalah prosedur yang dilakukan dengan menggunakan tekanan
dan manuver tertentu pada perut ibu untuk mengubah presentasi janin menjadi
presentasi kepala. Untuk melakukan versi luar, mula-mula bokong dikeluarkan
dari pelvis dan diarahkan lateral sedikitnya sebesar 90 o. Dengan langkah ini
biasanya kepala akan bergerak 90o ke arah yang berlawanan dengan bokong.
Setelah itu dilakukan manuver bersamaan pada kepala dan bokong untuk
mengarahkan kepala ke arah kaudal dan bokong ke arah kranial. Apabila
digunakan tokolitik (pastikan tidak ada kontraindikasi penggunaannya),
pemberiannya antara 510 menit sebelum prosedur dilakukan. Dalam satu kali
sesi versi luar direkomendasikan dilakukan tidak lebih dari dua kali upaya versi
luar. Apabila belum berhasil dapat diulang pada sesi berikutnya, tergantung umur
kehamilan dan keadaan persalinan pada waktu itu.2

Gambar 3-8. Versi Luar1

Syarat untuk melakukan versi luar6:


Umur kehamilan aterm mungkin nulipara kehamilan lebih dari 36 minggu,
multipara umur kehamilan lebih dari 38 minggu (pendapat lain dapat dimulai
pada kehamilan lebih dari 28 minggu dan pendapat lainnya dapat dilakukan
kapan saja)
Ketuban utuh, tidak ada disproporsi kepala panggul
Janin tunggal hidup
Bagian bawah masih dapat didorong; dalam persalinan fase laten (pembukaan
kurang dari 3 cm), pembukaan lengkap (versi luar dalam keadaan steril, oleh
karena kalau ketuban pecah lakukan tindakan)
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar 6:
Ketuban sudah pecah
Hipertensi dalam kehamilan
Pembukaan sama atau lebih dari 3 cm
Ruptura uteri iminen
Cacat rahim (sikatriks uterus)
Disproporsi kepala panggul
Tumor jalan lahir
Perdarahan antepartum
Hamil ganda
Gawat janin
Hidramnion
Hidrosefalus/anensefalus

Persalinan
Cara persalinan pada presentasi bokong ditentukan berdasarkan
pertimbangan berdasarkan ada tidaknya kontraindikasi persalinan vaginal, umur
kehamilan, taksiran berat janin, dan persetujuan pasien. Percobaan persalinan
vaginal tidak dilakukan apabila didapatkan kontraindikasi persalinan vaginal bagi
ibu atau janin, presentasi kaki (dan variannya), hiperekstensi kepala janin, berat
bayi >3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang
berpengalaman melakukan pertolongan. Sebaliknya, terdapat beberapa situasi
tertentu yang membuat persalinan vaginal tidak dapat dihindarkan, yaitu ibu
memilih persalinan vaginal, direncanakan bedah sesar tetapi terjadi proses
persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di fasilitas yang tidak
memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang tidak terdiagnosis
hingga kala II, dan kelahiran janin kedua presentasi bokong pada kehamilan
kembar.
Luaran yang buruk pada persalinan vaginal bergantung pada beberapa hal,
yaitu stimulasi persalinan, kala II > 60 menit, keterampilan penolong, kala I fase
aktif yang lambat (nuligravida < 1,2 cm/jam, multigravida < 1,5 cm/jam). Luaran
tidak dipengaruhi oleh induksi persalinan, paritas, penggunaan CTG, dan anestesi
epidural.
Untuk menentukan cara persalinan pada presentasi bokong dapat juga
dipertimbangkan berdasarkan skor Zatuchi Andros (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Skor Zatuchi Andros
0 1 2
Paritas Nulipara Multipara
Umur kehamilan 39 minggu 38 minggu 37 minggu
Taksiran berat > 3630 g 36303176 g < 3176 g
janin
Pernah letak Tidak pernah 1 kali 2 kali atau lebih
sungsang*
Penurunan -3 atau lebih -2 -1 atau lebih
(station)** rendah
Pembukaan 2 cm 3 cm 4 cm
serviks**
* lebih dari 2500 g
** diperiksa pada saat masuk rumah sakit
Skor 3 : Seksio sesaria
Skor 4 : Reevaluasi, kalau tetap 4 lakukan seksio sesaria
Skor 5 : Pervaginam
Persalinan Vaginal pada Presentasi Bokong
Pada persalinan kala I perlu digunakan partograf untuk mendeteksi secara
dini adanya kelambatan kemajuan persalinan. Dalam hal terjadi kelambatan
kemajuan persalinan, stimulasi sebaiknya tidak dilakukan. Perlu dilakukan
pengamatan yang seksama terhadap terjadinya prolapse tali pusat atau kegawatan
janin. Meskipun pengeluaran mekonium sering dijumpai pada presentasi bokong,
mekonium yang keluar sebelum janin masuk memasuki panggul dapat merupakan
indikasi terjadinya kegawatan janin. Pembukaan serviks harus sudah benar-benar
lengkap sebelum memimpin ibu untuk mengejan. Sebelum pembukaan lengkap
ibu juga diminta untuk tidak mengejan guna mencegah terjebaknya kepala akibat
bagian janin yang lebih kecil lahir sebelum pembukaan lengkap. Menjelang
pembukaan lengkap, kosongkan kandung kemih menggunakan kateter elastik.
Ketika pembukaan sudah lengkap dan perineum mulai teregang, letakkan ibu
dalam posisi litotomi.2

Prosedur Melahirkan Pervaginam2:


Bokong dan Kaki (dan Kepala Secara Spontan)
1. Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa ada intervensi
apapun) hingga bokong tampak di vulva.
2. Pastikan bahwa pembukaan sudah benar-benar lengkap sebelum
memperkenankan ibu mengejan.
3. Perhatikan hingga bokong membuka vulva
4. Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan
introitus yang sudah lebar, episiotomy mungkin tidak diperlukan).
Gunakan anestesi local sebelumnya.
5. Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak kendorkan. Perhatikan
hingga tampak tulang belikat (scapula) janin mulai tampak di vulva.
Awas: Jangan melakukan tarikan atau tindakan apapun pada tahap ini.
6. Dengan lembut peganglah bokong dengan cara kedua ibu jari penolong
sejajar sumbu panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang
pinggul janin.
7. Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin
dengan kedua tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu
(melengkung ventrokranial ke arah perut ibu) sehingga berturut-turut lahir
perut, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut, dan seluruh kepala.
8. Bila pada langkah no. 7 tidak ada kemajuan dan/atau tungkai tidak lahir
secara spontan, maka lahirkan kaki satu per satu dengan cara berikut:
Dengan jari telunjuk dan jari tengah di belakang paha sebagai bidai
lakukan eksorotasi paha sampai tungkai lahir.
9. Tentukan posisi lengan janin dengan cara merabanya di depan dada, di
atas kepala, atau di belakang leher.
10. Selanjutnya lakukan langkah melahirkan lengan dan kepala spontan.

Gambar 3-9. Melahirkan bokong dan kaki.1


Lengan di Depan Dada
1. Biarkan bahu dan lengan anterior lahir sendirinya dengan cara bokong
ditarik ke arah berlawanan (posterior). Bila tidak bisa lahir spontan,
keluarkan lengan dengan cara mengusap lengan atas janin menggunakan 2
jari penolong berfungsi sebagai bidai. Awas: perhatikan cara melakukan
yang benar untuk menghindari fraktur lengan atas.
2. Angkatlah bokong janin ke arah perut ibu untuk melahirkan bahu dan
lengan posterior. Teknik yang serupa dengan melahirkan bahu dan lengan
anterior dapat dipakai bila bahu dan lengan posterior tidak dapat lahir
secara spontan. Apabila kesulitan dalam melahirkan bahu dan lengan
anterior, maka dilahirkan dahulu bahu dan lengan posteriornya.

Lengan di Kepala atau di Belakang Leher (Manuver Lovset)


1. Pegang janin pada pinggulnya (perhatikan cara pegang yang benar).
2. Putarlah badan bayi setengah lingkaran dengan arah putaran
mengupayakan punggung yang berada di atas (anterior).
3. Sambil melakukan gerakan memutar, lakukan traksi ke bawah sehingga
lengan posterior berubah menjadi anterior, dan melahirkannya dengan
menggunakan dua jari penolong di lengan atas bayi.
4. Putar kembali badan janin ke arah berlawanan (punggung tetap berada di
atas) sambal melakukan traksi ke arah bawah. Dengan demikian, lengan
yang awalnya adalah anterior kembali lagi ke posisi anterior untuk
dilahirkan dengan cara yang sama.

Gambar 3-9. Manuver Lovset2

Kepala (Manuver Mauriceau-Smellie-Veit)


Pastikan tidak ada lilitan tali pusat di leher janin. Kalau ada, tali pusat
dipotong dulu di dekat pusat janin.
1. Janin dalam posisi telungkup menghadap ke bawah, letakkan tubuhnya di
tangan dan lengan penolong sehingga kaki janin berada di kiri kanan
tangan tersebut (atau bila janin belum dalam posisi telungkup, gunakan
tangan yang menghadap wajah janin.
2. Tempatkan jari telunjuk dan jari manis di tulang pipi janin.
3. Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu dari arah punggung dan
dipergunakan untuk melakukan traksi.
4. Buatlah kepala janin fleksi dengan cara menekan tulang pipi janin ke arah
dadanya.
5. Bila belum terjadi putar paksi dalam, penolong melakukan gerakan putar
paksi dengan tetap menjaga kepala tetap fleksi dan traksi pada bahu
mengikuti arah sumbu panggul.
6. Bila sudah terjadi putar paksi dalam, lakukan traksi ke bawah dengan
mempertahankan fleksi kepala janin, dan mintalah asisten untuk menekan
daerah suprasimfisis
7. Setelah suboksiput lahir di bawah simfisis, badan janin sedikit demi
sedikit dielevasi ke atas (ke arah perut ibu) dengan suboksiput sebagai
hipomoklion. Berturut-turut akan lahir dagu, mulut, dan seluruh kepala.

Gambar 3-10 Manuver Mauriceau-Smellie-Veit2

Setelah Bayi Lahir (Kala III dan Pascaprosedur)


1. Manajemen aktif kala III untuk melahirkan plasenta (oksitosin 10 unit IM,
traksi terkendali tali pusat, dan masase uterus setelah plasenta lahir)
2. Periksa robekan pada jalan lahir dan penjahitan luka episiotomy
3. Sebelum melepas sarung tangan, buang semua sampah terkontaminasi di
tempat khusus yang tidak bocor
4. Cuci tangan
5. Buat laporan tindakan di catatan medik pasien
6. Lakukan pengamatan pascapersalinan.

Anda mungkin juga menyukai