BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan mengurangi tekanan alas tempat tidur terhadap os sakrum. Hal inilah yang
menjadi dasar tindakan manuver McRoberts pada distosia bahu.1
Bagian atas saluran ini berupa suatu bidang datar, normal berbentuk hampir
bulat, disebut pintu atas panggul (pelvic inlet). Bagian bawah saluran ini disebut
pintu bawah panggul (pelvic outlet), tidak merupakan suatu bidang seperti pintu
atas panggul, melainkan terdiri atas dua bidang. Di antara kedua pintu ini terdapat
ruang panggul (pelvic cavity). Ukuran ruang panggul dari atas ke bawah tidak
sama. Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas di bawah pintu atas
panggul, kemudian menyempit di panggul tengah, dan selanjutnya menjadi sedikit
lebih luas lagi di bagian bawah. Penyempitan di panggul tengah ini setinggi spina
iskiadika yang jarak antara kedua spina iskiadika (distansia interspinarum)
normal ± 10,5 cm.1
a. Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium korpus vertebra sakral 1, linea innominata (terminalis), dan
pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul, yaitu
diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 diameter oblikua.1
Cara mengukur konjugata vera ialah dengan jari tengah dan telunjuk
dimasukkan ke dalam vagina untuk meraba promontorium. Jarak bagian
bawah simfisis sampai ke promontorium dikenal sebagai konjugata
diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama dengan
konjugata diagonalis dikurangi 1,5 cm. Apabila promontorium dapat diraba,
maka konjugata diagonalis dapat diukur, yaitu sepanjang jarak antara ujung
jari kita yang meraba sampai ke batas pinggir bawah simfisis. Kalau
promontorium tidak teraba, berarti ukuran konjugata diagonalis lebih panjang
dari jarak antara ujung jari kita sampai batas pinggir bawah simfisis. Kalau
jarak antara ujung jari kita sampai ke batas pinggir bawah simfisis adalah 13
cm, maka berarti konjugata vera lebih dari 11,5 cm (13 cm-1,5 cm). Selain
kedua konjugata ini, dikenal pula konjugata obstetrika, yaitu jarak dari tengah
simfisis bagian dalam ke promontorium. Sebenarnya konjugata obstetrika
9
ini yang paling penting, walaupun perbedaan dengan konjugata vera sedikit
sekali.1,2
belakang adalah jenis android dan bagian depan adalah ginekoid. Pelvimetri
radiologik hanya dilakukan pada indikasi tertentu, misalnya adanya dugaan
ketidakseimbangan antara janin dan panggul (feto-pelvic disproportion),
adanya riwayat trauma atau tuberkulosis pada tulang panggul, bekas seksio
sesarea yang akan direncanakan partus pervaginam, pada janin letak
sungsang, presentasi muka atau kelainan letak lainnya. Pemakaian sinar
rontgen dibatasi berdasarkan pengaruhnya terhadap sel-sel kelamin janin
yang masih sangat muda dan ovarium ibu. Dewasa ini menggunakan
Magnetic Resonace Imaging (MRI).1
antarspina sempit. Spina iskiadika yang runcing lebih baik daripada yang
tumpul, karena pada spina iskiadika yang tumpul bidang geseran yang harus
dilewati kepala janin lebih luas daripada spina iskiadika yang runcing,
sehingga perlu tenaga yang lebih besar dan waktu yang lebih lama.1
Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya diperhatikan
bentuk os sakrum, apakah normal melengkung dnegan baik dari atas ke
bawah dan cekung ke belakang. Os sakrum yang kurang melengkung dan
kurang cekung akan mempersempit ruang panggul dan mempersulit putaran
paksi dalam, sehingga dapat terjadi malposisi janin. Selanjutnya dinding
samping ruang panggul dinilai dari atas ke bawah. Misalnya pada panggul
ginekoid, dinding sampingnya umumnya lurus dari atas ke bawah. Yang
kurang baik adalah dinding samping yang di atas lebar dan ke arah bawah
menyempit.1
Dari bentuk dan ukuran pelbagai bidang rongga panggul tampak rongga
ini merupakan saluran yang tidak sama luasnya di setiap bidangnya. Bidang
yang terluas dibentuk pada pertengahan simfisis dengan os sakrum 2-3
(ukuran depan-belakang terbesar lebih besar dari ukuran melintang tersempit,
yaitu distansia interspinarum), sehingga kepala janin dimungkinkan bergeser
melalui pintu-atas panggul masuk ke dalam ruang panggul. Kemungkinan
kepala janin dapat lebih mudah masuk ke dalam ruang panggul jika sudut
antara sakrum dan lumbal (disebut inklinasi), leboh besar.1
Bidang Hodge I: ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
Bidang Hodge II: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hidge I terletas
setinggi bagian bawah simfisis.
Bidang Hodge III: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I dan II
terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang
Hodge III ini disebut juga bidang O. Kepala yang berada di atas 1 cm
disebut (-1) atau sebaliknya.
Bidang Hodge IV: ialah bidang yang sejajar dengan Bidang Hodge I, II,
dan III, terletak setinggi os koksigis.
b. Pintu Bawah Panggul
Seperti telah dijelaskan, pintu bawah panggul tidak merupakan suatu
bidang datar, tetapi tersusun atas 2 bidang datar yang masing-maisng
berbentuk segitiga, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua buah
tuber os iskii dengan ujung os sakrum dan segitiga lainnya yang alasnya juga
garis antara kedua tuber os iskii dengan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah
simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut disebut arkus
pubis. Dalam keadaan normal besarnya sudut ini ± 900, atau lebih besar
sedikit. Bila kurang sekali (lebih kecil) dari 90 0, maka kepala janin akan lebih
sulit dilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal (ke arah
anus). Dalam hal ini pelru diperhatikan apakah ujung os sakrum/os koksigis
tidak menonjol ke depan, sehingga kepala janin tidak dapat dilahirkan. Jarak
antara kedua tuber os iskii (distansia tuberum) juga merupakan ukuran pintu
bawah panggul yang penting. Distansia tuberum --diambil dari bagian
dalamnya—adalah ± 10,5 cm. Bila lebih kecil, jarak antara tengah-tengah
distansia tuberum ke ujung sakrum (diameter sagitalis posterior) hatus cukup
panjang agar bayi dapat dilahirkan.1,2
Ukuran-ukuran luar panggul dapat digunakan bila pelvimetri radiologik
tidak dapat dilakukan. Dengan cara ini dapat ditentukan secara garis besar
jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran panggul apabila dikombinasikan dengan
13
sulitnya pelahiran meningkat dengan angka yang kurang lebih sama, baik pada
diameter anteroposterior pintu atas panggul yang kurang dari 10 cm maupun
diameter transversal yang kurang dari 12 cm. Seperti yang diperkirakan, jika
kedua diameter sempit, distosia jauh lebih berat daripada jika hanya salah satu
yang sempit.3
Normalnya, dilatasi serviks dibantu dengan kerja hidrostatik dari membran
yang belum ruptur atau setelah membran ruptur, melalui kontak langsung bagian
terendah janin dengan serviks. Namun, pada panggul yang sempit, karena kepala
berhenti pada pintu atas panggul, seluruh kekuatan yang dikeluarkan uterus
bekerja langsung pada bagian membran yang berkontak dengan serviks yang
sedang berdilatasi. Akhirnya, ruptur spontan dini membran lebih sering terjadi.3
Setelah membran ruptur, tidak adanya tekanan dari kepala pada serviks dan
segmen bawah uterus menunjukkan adanya kontraksi yang kurang efektif. Jadi,
dilatasi selanjutnya dapat terjadi sangat lambat atau tidak ada sama sekali.
Semakin baik adaptasi tersebut, semakin efisien kontraksi. Dengan demikian,
respons servikal terhadap persalinan memberikan tinjauan prognostik terhadap
keluaran persalinan pada perempuan dengan pintu atas panggul yang sempit.3
Pintu atas panggul yang sempit memainkan peran penting dalam
menghasilkan presentasi abnormal. Pada nulipara normal, bagian terendah pada
kehamilan aterm biasanya turun ke dalam rongga panggul sebelum awitan
persalinan. Namun, jika pintu atas panggul sempit, penurunan biasanya tidak
terjadi sampai setelah awitan persalinan, atau tidak sama sekali. Presentasi kepala
masih dominan, tetapi kepala terapung bebas di atas pintu atas panggul atau ke
arah lateral pada salah satu fossa iliaca. Karena itu, sedikit saja pengaruh dapat
menyebabkan perubahan presentasi janin. Pada perempuan yang panggulnya
sempit, presentasi wajah dan bahu terhitung tiga kali lebih sering, dan prolapsus
tali pusat terjadi empat sampai enam kali lebih sering.3
Pembagian kesempitan pintu atas panggul:1,3
1. Tingkat I: konjugata vera = 9-10 cm = borderline
2. Tingkat II: konjugata vera = 8-9 cm = relatif
3. Tingkat III: konjugata vera = 6-8 cm = ekstrim
16
menonjol, dinding samping panggul cekung atau incisura iskiadika mayor sempit.
Lebih lanjut, Eller dan Mengert (1948) menyatakan bahwa hubungan antara
diameter intertuberositas dan interspinosus os ischii cukup konstan sehingga
penyempitan diameter interspinosus dapat dipertimbangkan jika diameter
intertuberositas sempit. Namun demikian, diameter intertuberositas yang normal
tidak selalu menyingkirkan diameter interspinosus yang sempit.3
c. Pintu Bawah Panggul yang Sempit
Temuan ini biasanya didefinisikan sebagai diameter tuberositas interiskial
sebesar 8 cm atau kurang. Pintu bawah panggul secara kasar dianalogikan dengan
dua segitiga, dengan tuberositas interischial yang dianggap sebagai dasar
keduanya. Sisi segitiga anterior adalah ramus pubis, dan apeksnya adalah
permukaan inferoposterior simfisis pubis. Segitiga posterior tidak memiliki sisi
tulang tetapi apeksnya dibatasi oleh ujung vertebra sakral terakhir dan bukan
ujung os coccygis. Pengurangan diameter intertuberositas yang diikuti oleh
penyempitan segitiga anterior pasti menyebabkan terdorongnya kepala janin ke
arah posterior. Pintu bawah yang sempit saja dapat menyebabkan distosia, tetapi
tidak sebanyak yang disertai dengan panggul tengah yang sempit, karena pintu
bawah yang sempit seringnya disertai panggul tengah sempit. Pintu bawah
panggul yang sempit tanpa disertai bidang tengah yang sempit jarang sekali.3
Walaupun disproporsi antara kepala janin dan pintu bawah panggul tidak
cukup kuat untuk menimbulkan distosia berat, hal ini mungkin berperan penting
dalam menyebabkan robekan perineum. Dengan makin menyempitnya arcus
pubis, oksiput tidak dapat keluar secara langsung di bawah simfisis pubis, tetapi
terdorong kuat jauh ke bawah pada permukaan ramus ischiopubicus. Selanjutnya,
perineum menjadi sangat terdistensi dan dengan demikian, memiliki peluang
besar untuk mengalami laserasi.3
2.2.1.2 Kelainan Bentuk Janin
a. Pertumbuhan yang berlebihan
Berat neonates normal pada kehamilan aterm berkisar 2500-4000 gram. Yang
dinamakan bayi besar jika berat lahirnya melebihi 4000 gram. Pada janin besar,
faktor keturunan memegang peranan penting. Pada wanita hamil dengan diabetes
18
c. Perubahan bentuk karena penyakit kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki
d. Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis
2.2.3 Diagnosis
Kita perlu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang
primigravida pada akhir kehamilan kepala anak beluk masuk pintu atas panggul
dan kesalahan letak janin. Diagnosis dapat kita tegakan dengan:3
a. Anamnesis
Kepala tidak masuk pintu atas panggul dan ada riwayat kesalahan letak (letak
lintang, letak bokong), partus yang lalu berlangsung lama, anak mati atau
persalinan ditolong dengan alat-alat (ekstraksi vakum atau forsep) dan operasi.
b. Pemeriksaan fisik
Ibu kelihatan pendek (tinggi < 150 cm), ibu dengan skoliosis, kifosis,
spondilolistesis, ibu dengan kelainan panggul luar (rachitis), kepala tampak
menonjol di atas simfisis pubis. Pada pemeriksaan palpasi kepala tidak masuk
pintu atas panggul atau masih goyang dan terdapat tanda dari OSBORN, yaitu
kepala didorong ke arah pintu atas panggul dengan satu tangan di atas simfisis
pubis sedang tangan lain mengukur tegak lurus kepala yang menonjol. Jika
terukur setinggi 3 jari tegak lurus maka pemeriksaan positif (+), jika tidak terukur
maka kepala sudah masuk pintu atas panggul, namun jika pemeriksaan ragu maka
kemungkinan ada kesalahan letak.
Pemeriksaan yang lain ialah metode Muller Munro Kerr, tangan yang satu
memegang kepala janin dan menekannya ke arah rongga panggul, sedangkan 2
jari tangan yang lain dimasukkan ke dalam rongga vagina untuk menentukan
sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut. Sementara itu ibu jari
tangan yang masuk dalam vagina memeriksa hubungan antara kepala dan simfisis.
20
2.2.4 Penangangan
Setelah dilakukannya pemeriksaan OSBORN (+), Muller Munro Kerr
teraba tumpul, dan pada pemeriksaan pelvimetri promontorium teraba, konjugata
vera kurang dari 11cm, linea innominata teraba seluruhnya. Hal tersebut
menandakan panggul sempit sehinga dilakukan penanganan beruba seksio sesaria.
Panggul sempit
Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan penunjang
Berhasil Gagal
Seksio sesarea
Persalinan berikut
dengan seksio
sesarea primer
Alasan bagi ketentuan yang terakhir ini ialah kepala janin bertambah besar
serta lebih sukar mengadakan molase, dan berhubungan dengan kemungkinan
adanya disfungsi plasenta janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran
yang dapat timbul pada persalinan percobaan. Perlu disadari pula bahwa
kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih
menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang.3,4
Mengenai penanganan khusus pada persalinan percobaan perlu diperhatikan
hal-hal berikut:3
1. Perlu diadakan pengawasan yang seksama terhadap keadaan ibu dan janin.
Pada persalinan yang agak lama perlu dijaga adanya bahaya dehidrasi dan
asidosis pad aibu, dan perlu diusahakan supaya ia dapat beristirahat cukup, serta
tidak banyak menderita. Jangan diberikan makanan biasa melainkan secara infus
intra vena karena ada kemungkinan persalinan harus diakhir dengan seksio
sesarea. Keadaan denyut jantung janin harus diawasi terus-menerus.
2. Kualitas dan turunnya kepala janin dalam rongga panggul harus tetap diawasi
Perlu disadari bahwa kesempitan panggul tidak jarang mengakibatkan
kelainan his dan gangguan pembukaan servik. Dalam hubungan ini his yang kuat,
kemajuan dalam turunnya kepala dalam rongga panggul, dan kemajuan dalam
mendatar serta membukanya sevik merupakan hal-hal yang menguntungkan
3. Sebelum ketuban pecah, kepala janin pada umunya tidak dapat masuk ke
dalam rongga panggul dnegan sempurna
Pada disproporsi sefalopelvik ketuban tidak jarang pecah pada permulaan
persalinan. Pemecahan ketuban secara aktif hanya dapat dilakukan bila his
berjalan teratur dan sudah ada pembukaan servik untuk separuhnya atau lebih.
Tujuan tindakan ini ialah untuk mendapatkan kepastian apakah his yang teratur
dan mungkin bertambah kuat, terjadi penurunan kepala yang berarti atau tidak.
Selanjutnya setelah ketuban pecah, baik spontan atau dengan buatan perlu
ditentukan ada tidaknya prolapsus funikuli.
4. Masalah yang penting ialah menentukan berapa lama partus percobaan boleh
berlangsung.
25