DOKTER MUDA
Elfon Lindo Pratama 1210312038
Hadi Rifki Ramadhan 1110312048
PRESEPTOR
dr. Roza Sriyanti, Sp.OG (K)
TINJAUAN PUSTAKA
lahir, janin, dan kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang
Tulang panggul terdiri atas 3 buah tulang yaitu os koksa 2 buah kiri kanan,
os sakrum, dan os koksigis. Os koksa merupakan fusi dari os ilium, os iskium, dan
Hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri disebut simfisis pubis,
yang terdiri atas jaringan fibrokartilago dan ligamentum arkuatum pada bagian
Pergerakan sendi ini selama kehamilan lebih besar akibat faktor hormonal. 1
mayor (di atas linea terminalis) dan pelvis minor (di bawah linea terminalis dan
berperan penting dalam obstetri). Bentuk pelvis minor menyerupai suatu saluran
yang mempunyai sumbu melengkung ke depan. Bagian atas saluran ini berupa
suatu bidang datar yang disebut pintu atas panggul (pelvic inlet) sedangkan bagian
1
Pintu atas panggul (PAP) merupakan bidang yang dibentuk oleh
promontorium, linea inominata, dan pinggir atas simfisis. Panjang jarak dari
sedangkan jarak terjauh garis melintang pada PAP sekitar 12,5-13 cm disebut
cm. Konjugata obstetrika adalah jarak dari tengah simfisis bagian dalam ke
c. Antropoid (35%), merupakan PAP yang agak lonjong seperti telur dengan
diameter AP.
2
Ruang panggul di bawah PAP mempunyai ukuran yang paling luas. Pada
spina iskiadika dengan jarak sekitar 10 cm. Yang penting dari spina iskiadika
adalah distansia interspinarum dan apakah spina itu runcing dan tumpul. 1
a. Hodge I, yaitu bidang khayal yang melewati bagian atas simfisis dan
b. Hodge II, yaitu bidang sejajar dengan Hodge I setinggi bagian bawah
simfisis.
c. Hodge III (bidang O), yaitu bidang sejajar dengan Hodge I dan II setinggi
spina iskiadika.
d. Hodge IV, yaitu bidang sejajar Hodge I, II, dan III setinggi os koksigis.
Pintu bawah panggul tersusun atas 2 bidang datar berbentuk segitiga, yaitu bidang
yang dibentuk oleh garis antara kedua tuber os iskii dengan ujung os sakrum dan
juga bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah
3
1.1.2. Bagian Lunak Jalan Lahir
Pada kala II, segmen bawah uterus, serviks uteri, dan vagina ikut
membentuk jalan lahir. Pada akhir kehamilan, serviks lebih pendek daripada
trimester awal. Uterus disebut matang apabila teraba seperti bibir dan terjadi pada
Otot yang menahan dasar panggul di bagian luar adalah muskulus sfingter
tengah dan anus. Pada bagian dalam, terdapat diafragma pelvis, khususnya
panggul melalui kanalis Alcock yang terletak di antara spina iskiadika dan tuber
iskii. Arteri dan vena yang berjalan dalam rongga panggul adalah cabang bawah
dari arteri dan vena uterina serta cabang arteri dan vena hemorroidalis superior. 1
satu dengan bagian yang lainnya, biasanya terhadap tulang punggung janin. Sikap
janin yang fisiologis adalah badan kifosis sehingga punggung menjadi konveks,
kepala dalam sikap hiperfleksi dengan dagu dekat dengan dada, lengan bersilang
4
di depan dada, tali pusat terletak di antara ekstremitas, tungkai terlipat pada lipat
Sikap fisiologis ini menghasilkan sikap fleksi. Sikap fleksi terjadi karena
pertumbuhan janin dan proses akomodasi terhadap kavum uteri. Jika dagu
Letak (situs) janin adalah hubungan antara sumbu panjang janin dengan
sumbu panjang ibu. Letak memanjang (membujur) adalah sumbu panjang janin
sesuai dengan sumbu panjang ibu. Letak lintang adalah sumbu panjang janin
melintang terhadap sumbu panjang ibu. Letak miring adalah sumbu panjang janin
miring terhadap sumbu panjang ibu. Frekuensi letak memanjang adalah 99,6%
(96% letak kepala dan 3,6% letak bokong) dan 0,4% letak lintang atau miring. 1
segmen depan, di sebelah kiri depan (kira-kira 2/3), dan kanan depan
5
Presentasi puncak kepala, yaitu defleksi ringan dengan penunjuk
ubun-ubun besar.
samping bokong.
Presentasi bokong kaki, yaitu tungkai terlipat pada pada dan tekuk
6
Presentasi kaki, yaitu kaki turun ke bawah lebih rendah dari bokong.
Presentasi lutut, yaitu lutut turun ke bawah lebih rendah dari bokong.
menentukan letak punggung janin terhadap dinding perut ibu. Pada pemeriksaan
dalam dilakukan dengan menentukan kedudukan salah satu bagian janin yang
terendah terhadap jalan lahir sebagai penunjuk. Penunjuk itu dinyatakan sebagai
bagian kiri atau kanan ibu untuk menentukan posisi janin. Posisi yang normal
Tabel 1.1. Letak, Presentasi, Penunjuk, Posisi, dan Variasi pada Janin1
Letak Presentasi Penunjuk Posisi Variasi Posisi
Memanjang Belakang Ubun- Kiri Depan UUK kiri depan
kepala ubun Lintang UUK kiri lintang
kecil Belakang UUK kiri belakang
(UUK) Kanan Depan UUK kanan depan
Lintang UUK kanan lintang
Belakang UUK kanan belakang
Puncak Ubun- Kiri Depan UUB kiri depan
kepala ubun Lintang UUB kiri lintang
besar Belakang UUB kiri belakang
(UUB) Kanan Depan UUB kanan depan
Lintang UUB kanan lintang
Belakang UUB kanan belakang
Dahi Dahi Kiri Depan Dahi kiri depan
Lintang Dahi kiri lintang
Belakang Dahi kiri belakang
Kanan Depan Dahi kanan depan
Lintang Dahi kanan lintang
Belakang Dahi kanan belakang
Muka Dagu Kiri Depan Dagu kiri depan
Lintang Dagu kiri lintang
Belakang Dagu kiri belakang
Kanan Depan Dagu kanan depan
Lintang Dagu kanan lintang
Belakang Dagu kanan belakang
Bokong Sakrum Kiri Depan Sakrum kiri depan
Lintang Sakrum kiri lintang
7
Belakang Sakrum kiri belakang
Kanan Depan Sakrum kanan depan
Lintang Sakrum kanan lintang
Belakang Sakrum kanan belakang
Melintang Bahu Akromion Kiri Depan Akromion kiri depan
/skapula Belakang Akromion kiri belakang
Kanan Depan Akromion kanan depan
Belakang Akromion kanan belakang
berbeda. Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika
atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih
tipis. Segmen atas akan berkontraksi, mengalami retraksi, dan mendorong janin
keluar sedangkan segmen bawah uterus dan serviks akan semakin lunak
berdilatasi sehingga janin dapat keluar. Akibatnya, terdapat batas antara kedua
segmen berupa lingkaran yang disebut cincin retraksi fisiologik. Jika pemendekan
segmen bawah terlalu tipis seperti pada partus macet, cincin ini sangat menonjol
8
1.3.2. Perubahan Serviks
dan dilatasi. Untuk lewatnya rata-rata kepala janin aterm melalui serviks, saluran
janin agak lambat pada nulipara sedangkan pada multipara lebih cepat. 1
Gambar 1.6. Penipisan dan Dilatasi Serviks (A) Sebelum Persalinan (B) Awal
Penipisan Serviks (C) Akhir Penipisan Serviks2
2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas.
Proses ini terjadi dari atas ke bawah. Serabut otot setinggi os serviks internum
9
Gambar 1.7. Efek Tekanan Hidrostatik Terhadap Penipisan dan Dilatasi2
melebarkan saluran serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan bagian
terbawah janin terhadap serviks dan segmen bawah uterus tetap sama. 1
Fase dilatasi serviks dibagi menjadi dua yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase aktif dibagi menjadi fase akselerasi, fase lereng maksimum, dan fase
deselerasi.1
10
1.3.3. Perubahan Vagina dan Dasar Pangul
Pada kala satu persalinan, selaput ketuban dan bagian terbawah janin
berperan untuk membuka bagian atas vagina. Setelah ketuban pecah, perubahan
dasar panggul dihasilkan oleh tekanan yang diberikan bagian terbawah janin.
Perubahan yang jelas adalah peregangan serabut muskulus levator ani dan
penipisan bagian tengah perineum dengan tebal kurang dari 1 cm. Ketika
perineum teregang maksimal, anus menjadi jelas terbuka dan tampak sebagai
a. Engagement
multipara dan beberapa wanita nulipara, kepala janin berada di atas PAP
dan disebut floating. Kepala yang berukuran normal akan memasuki PAP
11
Masuknya kepala melintasi PAP dapat dalam keadaan sinklitismus,
yaitu arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang PAP dan ini
merupakan awal yang baik untuk persalinan. Kepala juga dapat masuk
dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan
persalinan normal. 1
b. Descent
lanjut tidak terjadi hingga kala II. Penurunan kepala terjadi akibat salah
satu atau lebih dari gaya berikut, yaitu tekanan cairan amnion, tekanan
c. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun mengalami resistensi, baik itu dari
serviks, dinding pelvis, atau dasar panggul, kepala janin biasanya dalam
12
toraks dan diameter occipitobregmatikus (9,5 cm) yang lebih pendek
d. Rotasi Internal
kecuali fetus berukuran kecil. Rotasi internal terjadi 2/3 saat kepala
sisanya tidak mengalami rotasi. Jika kepala gagal berputar saat mencapai
dasar panggul, kepala biasanya berputar selama satu atau dua kontraksi
e. Ekstensi
Setelah rotasi interna, kepala yang telah mengalami fleksi mencapai vulva
dan mengalami ekstensi. Saat kepala menekan dasar panggul, dua gaya
langsung berperan. Gaya dari uterus yang berasal dari posterior dan dasar
panggul serta simpisis pubis yang resisten berasal dari anterior. Akibatnya,
13
Gambar 1.12. Ekstensi Kepala Janin2
f. Rotasi Eksternal
Kepala yang sudah lahir akan mengalami restitusi. Occiput yang awalnya
berada di sebelah kiri akan berputar ke arah tuberositas ischii kiri dan
begitu juga sebaliknya. Kepala akan berputar hingga berada dalam posisi
lainnya posterior.
g. Ekspulsi
14
1.4. Distosia
Inersia uteri
Hidrosefalus
Malposisi persisten
Kembar siam
15
Fase laten berkepanjangan terjadi apabila fase ini lebih dari 20 jam pada
nulipara dan 14 jam pada multipara. Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase
laten antara lain anestesia regional atau sedasi berlebihan, serviks yang buruk
(tebal, tidak mengalami pendataran, atau tidak membuka), dan persalinan palsu. 1
dapat digunakan sebagai batas awal persalinan aktif. Penurunan dimulai pada
tahap akhir dilatasi aktif, dimulai pada sekitar 7-8 cm pada nulipara dan paling
cepat setelah 8 cm.1 Distosia pada kala I fase aktif dapat ditegakkan jika grafik
pembukaan serviks pada partograf berada di antara garis waspada dan garis
dan arrest (tidak maju). Protraksi adalah kecepatan pembukaan atau penurunan
yang lambat sedangkan arrest adalah berhentinya secara total pembukaan atau
penurunan. 1
laten harus sudah selesai dengan serviks membuka 4 cm atau lebih. Selain itu,
16
pola kontraksi uterus sudah sebesar 200 satuan Montevideo atau lebih dalam
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Pada ibu dengan paritas tinggi yang vagina dan
perineumnya sudah melebar, 2-3 kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap
mungkin cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya, pada seorang ibu dengan
panggul sempit atau janin besar, atau dengan kelainan gaya ekspulsif akibat
anestesia regional atau sedasi yang berat, maka kala II dapat memanjang. Kala II
persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila
Pasien datang dalam kondisi fase persalinan kala 1 atau kala 2 dengan
status kelainan pembukaan serviks atau partus macet dengan faktor risiko yang
Hasil pemeriksaan fisik pada ibu menunjukkan adanya gelisah, letih, suhu
edema vulva, edema serviks, dan cairan ketuban berbau dengan mekonium. Hasil
pemeriksaan fisik pada anak menunjukkan adanya takikardi hebat, tidak teratur,
bahkan negatif, air ketuban terdapat mekonium kental kehijauan dan berbau,
kaput suksedaneum yang besar, molase kepala yang hebat, kematian janin dalam
17
1.4.5. Penatalaksanaan Distosia
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki layanan seksio sesarea. Pada kasus
protraksi, ibu diberi dukungan dan terapi ekspektatif. Seksio sesarea dlakukan bila
ada CPD atau obstruksi. Pada kasus arrest, berikan infus oksitosin dan lakukan
kemungkinan penyebab distosia, yaitu his yang inadekuat (his dengan frekuensi
<3x/10 menit dan durasi setiap kontraksinya < 40 detik), passenger, passage, atau
terdapat gangguan power dan pastikan tidak ada gangguan passage atau
untuk gangguan passenger dan/atau passage, serta untuk gangguan power yang
tidak dapat diatas oleh augmentasi persalinan. Jika ditemukan obstruksi atau CPD,
pervaginam berbau), ketubah pecah lebih dari 18 jam, atau usia kehamilan < 37
gentamisin 5 mg/kgBB tiap 24 jam. Selain itu, tanda-tanda gawat janin ahrus
dipantau. Hasil analisis dan seluruh tindakan dicatat dalam rekam medis lalu
dijelaskan kepada ibu dan keluarga hasil serta rencana tindakan selanjutnya. 4,5
18
1.4.6. Komplikasi Distosia
a. Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya, terutama
bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat
b. Ruptur uteri
terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan ada riwayat seksio sesarea.
Segmen bawah uterus menjadi sangat teregang dan dapat terjadi ruptur
uteri. Pada kasus ini, cincin retraksi patologis dapat diraba sebagai sebuah
Kondisi ini sangat jarang dan tipe yang paling sering adalah cincin retraksi
d. Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju
untuk jangka waktu yang lama, bagian jalan lahir yang terletak di
19
antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan berlebihan.
Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam
II yang berkepanjangan.
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala
janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya ini
fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat. Kondisi ini dapat
f. Kaput suksedaneum
suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
20
pengeluaran janin dengan ekstraksi vakum. Fraktur juga dapat terjadi
sutura koronaria.
1.5. Malposisi
pendataran bagian bawah abdomen, ekstremitas janin akan teraba di anterior, dan
denyut jantung janin terdengar di inguinal. Pada pemeriksaan dalam, UUK berada
di sakrum sedangkan UUB mudah teraba jika kepala dalam posisi defleksi.
Perbedaannya dengan malposisi pada UUK lintang adalah UUK berada dalam
21
Gambar 1.15. Denominator pada Malposisi3,4
Rotasi spontan umumnya terjadi pada 90% kasus. Persalinan yang terhenti
dapat terjadi jika kepala tidak mengalami rotasi dan/atau turun. Jika terdapat tanda
obstruksi tetapi denyut jantung janin dalam batas normal, ibu dapat berjalan atau
mengganti posisi agar terjadi rotasi spontan. Jika tanda obstruksi ada namun
denyut jantung janin abnormal (< 100x/menit atau > 180 x/menit), segera lakukan
seksio sesarea. Jika membran amnion masih intak, pecahkan membran dengan
Jika serviks belum membuka lengkap dan tidak ada tanda obstruksi,
induksi persalinan dengan oksitosin. Jika serviks telah membuka lengkap tetapi
tidak ada penurunan pada kala II, evaluasi tanda obstruksi. Jika tidak ada tanda
Jika serviks telah membuka lengkap namun lebih dari 3/5 kepala janin di
atas simfisis pubis atau bagian terbawah kepala janin di atas station -2, lakukan
seksio sesarea segera. Jika 1/5 sampai 3/5 kepala janin di atas simfisis pubis atau
bagian terbawah kepala janin di antara station 0 dan -2, bantu persalinan dengan
ekstraksi vakum dan simfisiotomi. Jika operator tidak ahli dalam simfisiotomi,
lakukan seksio sesarea. Jika < 1/5 kepala janin di atas simfisis pubis atau bagian
terbawah kepala janin pada station 0, bantu persalinan dengan ekstraksi vakum
atau forsep. 3
22
1.5.7. Komplikasi dan Prognosis Malposisi
23
BAB 2
LAPORAN KASUS
Usia : 24 tahun
Alamat : Pariaman
Agama : Islam
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Persalinan macet setelah dipimpin sejak 1,5 jam yang lalu. Awalnya, pasien
awal 2-3 cm. Pembukaan sudah lengkap sejak 1,5 jam yang lalu dan
Keluar air-air dari kemaluan ada setelah dipecahkan di bidan sejak 8 jam
24
HPHT lupa, TP sulit ditentukan
lamanya 4-5 hari, banyaknya 2-3x ganti duk per hari, nyeri haid (-)
Tidak ada riwayat menderita penyakit jantung, ginjal, hati, paru, hipertensi,
Riwayat Psikososial
Riwayat Kebiasaan
25
Riwayat Perkawinan: 1 kali tahun 2016
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Nadi : 104x/menit
Nafas : 26x/menit
Suhu : 37,5oC
BB : 62 kg
TB : 155 cm
Status Internus
26
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
RIC V
Perkusi : sonor
Status Obstetri
27
L2 : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri dan
L4 : Divergen
His = 4-5x/40/K
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Kerja
28
G1P0A0H0 parturien aterm dengan kala II memanjang ec malposisi + janin
Penatalaksanaan
Rencana vakum ekstraksi alat rusak SCTPP cito (lahir bayi laki-laki
Vitamin C 3x1
29
BAB 3
DISKUSI
CPD. Pasien mengalami partus macet sejak pembukaan lengkap yang ditandai
dengan tidak adanya penurunan bagian terbawah janin setelah dipimpin persalinan
oleh bidan selama 1,5 jam. Kriteria kala II memanjang untuk primipara pada
pasien ini belum dapat ditegakkan karena belum 2 jam sejak pembukaan lengkap.
Pasien datang dengan keluhan utama partus macet sejak 1,5 jam yang lalu.
Pasien segera dirujuk untuk menghindari morbiditas dan mortalitas yang lebih
dengan his adekuat. Denyut jantung janin turun akibat dekompresi kepala janin
namun posisi yang abnormal, yaitu ubun-ubun kecil lintang kiri. Kondisi ini
disebut malposisi. Selain itu, juga ditemukan edema portio akibat kala II yang
memanjang serta mungkin disebabkan oleh usaha mengedan ibu yang begitu
lama. Kaput suksadeneum juga ditemukan pada kepala janin yang menunjukkan
direncanakan untuk dilakukan tindakan vakum ekstraksi karena tidak ada tanda-
tanda obstruksi. Namun, karena alat rusak, pasien segera direncanakan seksio
30
sesarea emergensi. Bayi lahir bayi laki-laki dengan BB 2900 gram, PB 48 cm, dan
A/S 7/8.
persisten pada janin. Kondisi ini pada umumnya akan mengalami rotasi spontan
sebanyak 90%. Namun, pada pasien ini telah mengalami proses persalinan yang
lebih lama pada kala II, yaitu lebih dari 2 jam setelah sampai di RSUD Pariaman.
31
DAFTAR PUSTAKA
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL,
2007.
32