Oleh
Hayati Rizki Putri
I1A 011 048
Pembimbing:
dr. M. Robyannor, M. Kes, Sp.OG
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Juni, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Pada setiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor berikut : jalan lahir,
janin dan kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu. Pada panggul dengan ukuran
normal, apa pun jenisnya, kelahiran per vaginam dengan berat badan janin yang
normal tidak akan mengalami kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi,
lingkungan atau hal-hal lain ukuran-ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil
daripada standar normal, sehingga bisa terjadi kesulitan pada persalinan
pervaginam1.
Secara anatomi, panggul sempit adalah apabila ukurannya 1-2 cm kurang
dari ukuran yang normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang
tengah panggul, pintu bawah panggul atau kombinasi dari ketiganya3.
Secara obstetrik, panggul sempit adalah suatu panggul yang di mana salah
satu atau lebih diameternya berkurang sehingga mempersulit mekanisme
persalinan normal3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Anatomi Jalan Lahir
Jalan lahir dibagi atas : bagian atas terdiri atas tulang-tulang panggul
dengan sendi-sendinya(artikulasio), dan bagian lunak yang terdiri atas otot-otot,
jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen1,4.
Bidang atas saluran ini normal, berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas
panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang
seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang disebut pintu bawah
panggul(pelvic outlet). Di antara kedua pintu terdapat ruang panggul atau pelvic
cavity. Ruang panggul mempunyai ruangan yang paling luas akan tetapi
menyempit di panggul tengah untuk kemudian meluas kembali. Penyempitan di
panggul tengah ini disebabkan adanya spina ischiadika yang kadang-kadang
menonjol ke dalam ruang panggul1.
Pelvic Inlet
Pelvic Outlet
Pintu atas panggul dianggap sempit bila conjugata vera kurang dari 10 cm
atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Conjugata vera dilalui oleh
diameter biparietalis yang 9 cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka
sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan
kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara
antero-posterior maupun diameter transversa sempit2,3,4.
Pembagian tingkatan panggul sempit2:
Tingkat I
: CV = 9-10 cm = borderline
Tingkat II
: CV = 8-9 cm
= relatif
= ekstrim
Tingkat IV : CV = 6cm
= mutlak
paksi, jika diameter antar spina (DI) 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan
SC. Bila persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka
sebaiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps
memperkecil ruangan jalan lahir5.
diukur
melalui
jarak
intertuberosa
atau
penjumlahan
distansia
pula dikatakan sempit bila jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis
posterior < 15 cm2,4 atau bila diameter interspinosum < 8 cm2.3.4,6.
Menurut Thomas, distosia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar
tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5
cm ). Bila pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga
sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran
paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC
bisanya dapat diselesaikan dengan forcep dan dengan episiotomy yang cukup luas.
4. tipe platypelloid : bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau "ginjal".
Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping
panggul membentuk sudut yang makin lebar ke arah bawah.
Kelainan bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari anamnesis dan
pemeriksaan yang baik. Anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu,
ada/tidak penyakit rachitis, patah tulang panggul, coxitis dan sebagainya.
Pelvimetri klinik atau radiologik harus dapat menentukan perkiraan bentuk dan
ukuran panggul dengan baik4.
10
= 13
Hodge II
= 12
Hodge III = 11
: 120 cm2
Pintu tengah
: 115 cm2
Contoh :
Pintu atas
: conjugate vera 10 cm
diameter transversa 11 cm
luas 10x11 = 110 cm2
Kapasitas
: 110 cm2 = 92 %
120 cm2
Pintu tengah
: distansia interspinarum 9 cm
Diameter AP 12 cm
Luas 9 cm x 12 cm = 108 cm2
Kapasitas ; 108 = 94%
115
11
lebih dari itu bayi tidak akan dapat melewati midpelvis. Nilai ini disebut sebagai
DAYA KOMODASI PANGGUL (DAP) 3.
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36 minggu.
Caranya, dokter akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan
lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang/promontorium6.
Setelah itu, dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga
promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah
panggul. Melalui pemeriksaan ini kita akan mendapatkan Conjugata diagonal
(jarak antara promontorium dengan simpisis bawah), untuk mendapatkan
Conjugata vera, maka conjugata diagonal 1,5 cm1,6.
Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11
cm. Jika kurang maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi
yang akan lahir tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan
secara normal6.
Pemeriksaan Rontgen6
Dilakukan dengan cara memotret panggul ibu, menggunakan alat rontgen.
Selama pemotretan ibu diminta duduk, persis seperti tindakan rontgen pada
anggota tubuh lain, hanya saja intensitas cahaya yang digunakan lebih rendah.
Hasil foto dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul. Bahkan aneka kelainan
letak bayi pun sebetulnya bisa terdeteksi dengan cara ini. Dibanding pengukuran
secara klinis, pengukuran dengan alat rontgen menghasilkan data yang lebih
13
14
1. Partus lama yang sering kali disertai dengan pecahnya ketuban pada
pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi
intrapartum.
2. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan,
dapat timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan lingkaran
retraksi patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan ruptur uteri
mengancam; apalagi tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi
regangan, akan timbul ruptura uteri.
3. Dengan persalinan tidak maju karena panggul sempit, jalan lahir pada
suatau tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dengan
tulang panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat
terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa
hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis, atau fistula
vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis.
Bahaya pada janin3,5:
1. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apalagi jika ditambah
dengan infeksi intrapartum.
2. Prolapsus funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar
bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segera apabila masih
hidup.
3. Tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh simfisis pada
panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala
janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis.
15
Penanganan
Persalinan percobaan
Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam
pada wanita dengan panggul yang relatif sempit. Persalinan percobaan dilakukan
hanya pada presentasi belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak dahi, letak
muka, letak sungsang atau kelainan letak lainnya5.
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir
setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per
vaginam atau setelah anak lahir per vaginam5.
Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam
secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcep atau vacum) dan anak serta
ibu dalam keadaan baik.
Seksio cesrea
Seksio dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu1.
Seksio cesrea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada
kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat. Selain itu
seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan bila ada faktor-faktor lain
yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang
16
tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas
yang lama, penyakit jantung, dll1.
Seksio cesrea sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan secepat
mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum
terpenuhi1.
Berdasarkan perhitungan konjugata vera pada pintu atas panggul dapat diambil
tindakan yaitu2,3:
-
Simfisiotomi
Simfisiotomi adalah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari
tulang panggul kanan pada simfisis supaya dengan demikian rongga panggul
menjadi lebih luas. Tindakan ini tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh
seksio caesaria. Satu-satunya indikasi adalah apabila pada panggul sempit dengan
janin masih hidup terdapat infeksi intrapartum berat, sehingga seksio caesaria
terlalu berbahaya4,1.
Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-larut dan dengan janin yang sudah
meninggal, sebaiknya persalinan diselesaikan dengan kraniotomi dan kranioklasi.
17
Hanya jika pangggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan
dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio caesaria4,1.
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
Identitas
Nama
: Ny. R
Usia
: 36 tahun
Alamat
: Jl. Pekapuran A
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Status pernikahan : Sudah Menikah
MRS
: 26-3-2016
Tgl pemeriksaan : 3-4-2016
HPHT
: 6-8-2015
TP
: 13-5-2016
II.
Anamnesis
Keluhan Utama : Keluar air-air
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang sendiri dengan keluhan keluar air sejak 3 jam SMRS.
Pasien datang dengan membawa rujukan BPM dengan kelainan panggul. Pasien
belum merasakan perutnya kencang-kencang. Tidak ada keluar lendir darah.
Pasien mengaku ini adalah kehamilan pertama.
18
: Baik
: Compos Mentis/E4V5M6
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Suhu
:
:
:
:
110/80 mmHg
84 x/menit
20 x/menit
36,5oC
d. Kepala/leher
: konjungtiva anemis -/-; ikterik -/e. Thorax
- Inspeksi: retraksi (-)
- Palpasi: pergerakan dinding dada simetris
- Perkusi: sonor +/+, batas jantung dbn
- Auskultasi:
C S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-);
P vesikuler +/+ wheezing -/-, rhonki -/-.
f. Abdomen: pembesaran abdomen (+), Bising usus (+)
19
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 4/4/2016
Hb
: 11,4 g/dL
RBC : 4,64 x 106/uL
HCT : 37,7 %
mg/dl
WBC
PLT
GDP
PT
SGOT: 51
SGPT:71
Kolestrol total:
: x 103/uL
: 393 x 103/uL
: 139 mg/dl
: 9,2
Ureum : 13 mg/dl
Kreatinin: 0,4 mg/dl
Na/K/Cl:
mmol/l
APTT : 19,9
INR: 0,85
CA 125 : 7,99 l/ml
USG 17/2/2016
Hasil USG
V.
187
Diagnosis Kerja
20
142/4/103
BAB IV
PEMBAHASAN
21
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 36
tahun dengan diagnosa G1 P0000 33/34 minggu THIU + letak kepala + KPP
preterm + kelaian panggul ( panggul picak ) + primi tua primer + usia >35.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisikginekologik, serta pemeriksaan penunjang berupa USG dan pemeriksaan
laboratorium.
Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan
dengan keluhan keluar
22
23
seksio sesaria, selain itu atas pertimbangan high social value baby dimana ibu
primi tua beruasia 36 tahun.
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan laporan kasus Ny. R dengan hamil 33/34 minggu dengan
keluhan keluar air-air dengan kelainan panggul picak dan telah dilakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang (USG, Laboratorium) sehingga diagnosa kerja
G1 P0000 33/34 minggu THIU + letak kepala + KPP preterm + kelainan panggul
(panggul picak) + primi tua primer + usia >35. Pada pasien dilakukan seksio
sesaria pada tanggal 29/3/16 dan lahir bayi laki-laki/2500gr/49cm/ skor apgar 7-89. Pasien dirawat post op selama 3 hari dengan diijinkan dokter pulang dengan
luka oprasi baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
2. Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. William Obstetrics, 21th ed, Mc Graw-Hill, Singapore, 2001
4. Current Obstetric and Ginecology Diagnosis and Treatment, 8th ed, Appleton
and Lange, Norwalk, 1994
5. Disproporsi Sefalo Pelvic, Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002: M-56
6. Radiologi diagnostik, editor R. Sjahrial, K Sukanto, E Iwan, Balai Penerbit
FKUI Cetakan ketujuh, 2001
25