Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

P1A0 POST SEKSIO SESARIA ATAS INDIKASI


KETUBAN PECAH DINI + PANGGUL PICAK+
PRIMI TUA PRIMER + USIA >35

Oleh
Hayati Rizki Putri
I1A 011 048
Pembimbing:
dr. M. Robyannor, M. Kes, Sp.OG
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Juni, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Pada setiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor berikut : jalan lahir,
janin dan kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu. Pada panggul dengan ukuran
normal, apa pun jenisnya, kelahiran per vaginam dengan berat badan janin yang

normal tidak akan mengalami kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi,
lingkungan atau hal-hal lain ukuran-ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil
daripada standar normal, sehingga bisa terjadi kesulitan pada persalinan
pervaginam1.
Secara anatomi, panggul sempit adalah apabila ukurannya 1-2 cm kurang
dari ukuran yang normal. Kesempitan panggul bisa pada pintu atas panggul, ruang
tengah panggul, pintu bawah panggul atau kombinasi dari ketiganya3.
Secara obstetrik, panggul sempit adalah suatu panggul yang di mana salah
satu atau lebih diameternya berkurang sehingga mempersulit mekanisme
persalinan normal3.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Anatomi Jalan Lahir

Jalan lahir dibagi atas : bagian atas terdiri atas tulang-tulang panggul
dengan sendi-sendinya(artikulasio), dan bagian lunak yang terdiri atas otot-otot,
jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen1,4.

2.2.1. Tulang-Tulang Panggul.


Terdiri dari:
1. Os. Coxae terdiri atas : ilium, ischium, pubis
2. Os. Sacrum.
3. Os. Coccygeus
Tulang-tulang ini satu dengan yang lainnya berhubungan. Di depan
terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simphisis. Di
belakang terdapat artikulasio sacro-iliaka yang menghubungkan os sacrum dengan
os ilium. Di bawah terdapat artikulasio sakro-coccygea, yang menghubungkan os
sakrum dan os coccygeus1,4.
Secara fungsional, panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor
dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea
terminalis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis minor.
Bagian akhir ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri
dan harus dapat dikenal dan dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat
tidaknya bayi melewatinya. Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran
yang mempunyai sumbu melengkung ke depan ( sumbu Carus). Sumbu ini adalah
garis yang menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan
konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik pada hodge II, III dan IV1.

Bidang atas saluran ini normal, berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas
panggul (pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang
seperti pintu atas panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang disebut pintu bawah
panggul(pelvic outlet). Di antara kedua pintu terdapat ruang panggul atau pelvic
cavity. Ruang panggul mempunyai ruangan yang paling luas akan tetapi
menyempit di panggul tengah untuk kemudian meluas kembali. Penyempitan di
panggul tengah ini disebabkan adanya spina ischiadika yang kadang-kadang
menonjol ke dalam ruang panggul1.

Pelvic Inlet

Pelvic Outlet

2.2.2. Bagian Lunak Jalan Lahir


Pada kala pengeluaran (kala II) ikut membentuk jalan lahir segmen bawah
uterus, serviks uterus dan vagina. Di samping uterus dan vagina, otot-otot,
jaringan-jaringan ikat, dan ligamen-ligamen yang berfungsi menyokong otot-otot
urogenitalis. Perlu diketahui oleh karenanya semuanya mempengaruhi jalan lahir,
dan lahirnya kepala atau bokong pada partus1.

Otot-otot yang menahan dasar panggul di bagian luar adalah muskulus


sphincter ani externus, muskulus bulbo cavernosus dan muskulus perinei
transversus superfisialis1.
Di bagian tengah ditemukan otot-otot yang melingkari urethra(musculus
sphincter urethrae), otot-otot yang melingkari vagina bagian tengah dan anus,
antara lain musculus ileococcygeus, musculus ischio coccygeus, musculus perinei
transversus profundus dan musculus coccygeus4.

Otot-otot pada bagian lunak jalan lahir

2.3. Ukuran Rata-Rata Panggul Wanita Normal


2.3.1. Pintu Atas Panggul (Pelvic Inlet)
Pelvic inlet dibatasi oleh linea inominata (linea terminalis), pelvic inlet
dinilai dengan conjugata diagonal dan vera, normalnya ukuran conjugata diagonal
+ 13.5 cm dan conjugata vera + 12.0 cm1.
4

Pintu atas panggul dianggap sempit bila conjugata vera kurang dari 10 cm
atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Conjugata vera dilalui oleh
diameter biparietalis yang 9 cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka
sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan
kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara
antero-posterior maupun diameter transversa sempit2,3,4.
Pembagian tingkatan panggul sempit2:
Tingkat I

: CV = 9-10 cm = borderline

Tingkat II

: CV = 8-9 cm

= relatif

Tingkat III : CV = 6-8 cm

= ekstrim

Tingkat IV : CV = 6cm

= mutlak

2.3.2. Pintu Tengah Panggul (Mid Pelvic)


Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan
spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas tulang
sacrum IV dan V5.
Beberapa ukuran pada bidang mid pelvic yaitu : distansia interspinarum
(DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) yaitu garis yang
menghubungkan pinggir bawah symphisis dengan ruas tulang sakrum IV-V,
ukurannya + 11.5 cm, diameter sagitalis posterior yaitu garis antara pertengahan
distansia interspinarum dan tulang sakrum IV-V, ukuran 5 cm. Midpelvic
dikatakan sempit bila diameter interspinarum 9cm atau bila diameter

interspinarum ditambahkan dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5


cm2,3,5,6.
Ukuran ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis
tetapi harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan
bidang tengah panggul kalau
-

Spinae ischiadicae sangat menonjol

Diameter antar tuber ischii 8 cm atau kurang


Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran

paksi, jika diameter antar spina (DI) 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan
SC. Bila persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka
sebaiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps
memperkecil ruangan jalan lahir5.

2.3.3 Pintu Bawah Panggul (Pelvic Outlet)


Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum
sebagai dasar bersamaan. Diameter sagitalis posterior (AP) yaitu garis dari
pertengahan diameter antar tuberum ke ujung sakrum, ukurannya + 7.5 cm.
Distansia intertuberosum + 10.5 cm.4 Penilaian adekuasi pintu bawah panggul
dapat

diukur

melalui

jarak

intertuberosa

atau

penjumlahan

distansia

intertuberosum dan diameter sagitalis posterior. Pintu bawah panggul dikatakan


sempit jika jarak antara tubera ossis ischii 8 cm atau kurang, bila jarak ini
berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis
dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul. Dapat
6

pula dikatakan sempit bila jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis
posterior < 15 cm2,4 atau bila diameter interspinosum < 8 cm2.3.4,6.
Menurut Thomas, distosia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar
tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5
cm ). Bila pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga
sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran
paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC
bisanya dapat diselesaikan dengan forcep dan dengan episiotomy yang cukup luas.

Ada 4 tipe panggul dasar / karakteristik, menurut klasifikasi CaldwellMoloy3:


1. tipe gynaecoid : bentuk pintu atas panggul seperti elips melintang kiri-kanan,
hampir mirip lingkaran. Diameter transversal terbesar terletak di tengah.
Dinding samping panggul lurus. Merupakan jenis panggul tipikal wanita
(female type).
2. tipe anthropoid : bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur
anteroposterior. Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding
samping panggul juga lurus. Merupakan jenis panggul tipikal golongan kera
(ape type).
3. tipe android : bentuk pintu atas panggul seperti segitiga. Diameter transversal
terbesar terletak di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul
membentuk sudut yang makin sempit ke arah bawah. Merupakan jenis
panggul tipikal pria (male type).
7

4. tipe platypelloid : bentuk pintu atas panggul seperti "kacang" atau "ginjal".
Diameter transversal terbesar juga terletak di tengah. Dinding samping
panggul membentuk sudut yang makin lebar ke arah bawah.

Kelainan bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari anamnesis dan
pemeriksaan yang baik. Anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu,
ada/tidak penyakit rachitis, patah tulang panggul, coxitis dan sebagainya.
Pelvimetri klinik atau radiologik harus dapat menentukan perkiraan bentuk dan
ukuran panggul dengan baik4.

Sebenarnya, melalui mata telanjang calon ibu bisa mengetahui luas


panggulnya. Kalau ibu bertubuh tinggi besar, bisa dipastikan ukuran panggulnya
relatif luas. Sedangkan ibu yang tidak terlalu tinggi, hanya 145 cm atau malah
kurang, kemungkinan besar ukuran panggulnya kecil dan sempit. Namun
Pengamatan ini hanya asumsi. Pemeriksaan yang akurat hanya bisa dilakukan
secara klinis dengan roentgen4.
Pada keadaan panggul patologik, anak dengan berat janin di atas 2500
gram akan sulit dilahirkan. Untuk itu dipertimbangkan sectio cesarea.
Normal berat anak yang dilahirkan seorang ibu adalah antara 2500 - 4000 gram.
Bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 g disebut makrosomia.
Bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500 g disebut bayi berat lahir rendah6.
* Cara menentukan berat badan / EBW menurut Johnson Toshack3:
(Tinggi fundus uteri turunnya kepala) X 155 = ..... gram

10

Turunnya kepala: Hodge I

= 13

Hodge II

= 12

Hodge III = 11

2.4. Kapasitas Panggul


Perbandingan antar luas bidang yang didapat dengan luas Standard dalam
persen dinamakan kapasitas daripada bidang.
Luas bidang panggul wanita Indonesia (standard):
Pintu atas panggul

: 120 cm2

Pintu tengah

: 115 cm2

Contoh :
Pintu atas

: conjugate vera 10 cm
diameter transversa 11 cm
luas 10x11 = 110 cm2

Kapasitas

: 110 cm2 = 92 %
120 cm2

Pintu tengah

: distansia interspinarum 9 cm
Diameter AP 12 cm
Luas 9 cm x 12 cm = 108 cm2
Kapasitas ; 108 = 94%
115

Sebagai kapasitas dari pelvis seluruhnya diambil kapasitas terkecil, yaitu


92 %.Suatu panggul dengan kapasitas 100% harus dapat melahirkan bayi dengan
beratnya 4000 gram. Daya akomodasi turun seimbang dengan kapasitasnya. Maka
kapasitas terkecil panggul itu adalah 92% x 4000 g = 3680 gram , karena jika

11

lebih dari itu bayi tidak akan dapat melewati midpelvis. Nilai ini disebut sebagai
DAYA KOMODASI PANGGUL (DAP) 3.

2.5. Pemeriksaan panggul


Indikasi yang mengharuskan pemeriksaan6
Idealnya, pemeriksaan ini dilakukan ibu pada usia kehamilan 36 minggu.
Namun biasanya dokter juga akan melakukan pemeriksaan panggul jika ada
indikasi tertentu, pada ibu hamil, di antaranya6:
1. Ada dugaan disproporsi atau ketidaksesuaian besar bayi dan ukuran
panggul ibu. Khususnya jika ukuran bayi besar, sedangkan panggul ibu
sempit. Biasanya bayi berbobot 4 kg ke atas sulit dilahirkan secara normal.
Selain kepala tidak bisa memasuki rongga panggul, ukuran bahu bayi yang
juga lebar menghambat bayi turun ke panggul.
2. Kelainan panggul, karena trauma kecelakaan yang merusak bentuk
panggul. Kondisi ini boleh jadi kurang ideal bagi ibu untuk melahirkan
secara normal.
3. Ibu memiliki riwayat penyakit perusak panggul, seperti TBC tulang,
rakhitis, atau polio. Bakteri TBC tulang mampu merusak bentuk panggul,
menjadi bengkok ataupun tidak beraturan.
4. Kelainan letak bayi, misalnya posisi wajah bayi yang langsung menghadap
jalan lahir. Posisi yang benar, adalah ubun-ubun bayilah yang menghadap
jalan lahir.
12

Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan dilakukan dengan jari pada usia kehamilan 36 minggu.
Caranya, dokter akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan tengah) ke jalan
lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang/promontorium6.
Setelah itu, dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga
promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah
panggul. Melalui pemeriksaan ini kita akan mendapatkan Conjugata diagonal
(jarak antara promontorium dengan simpisis bawah), untuk mendapatkan
Conjugata vera, maka conjugata diagonal 1,5 cm1,6.
Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11
cm. Jika kurang maka dikategorikan sebagai panggul sempit. Namun, jika bayi
yang akan lahir tidak terlalu besar, maka ibu berpanggul sempit dapat melahirkan
secara normal6.
Pemeriksaan Rontgen6
Dilakukan dengan cara memotret panggul ibu, menggunakan alat rontgen.
Selama pemotretan ibu diminta duduk, persis seperti tindakan rontgen pada
anggota tubuh lain, hanya saja intensitas cahaya yang digunakan lebih rendah.
Hasil foto dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul. Bahkan aneka kelainan
letak bayi pun sebetulnya bisa terdeteksi dengan cara ini. Dibanding pengukuran
secara klinis, pengukuran dengan alat rontgen menghasilkan data yang lebih
13

terperinci mengenai diameter pintu panggul.Namun bahaya radiasi terutama


dengan proyeksi Thoms dimana posisi pasien setengah duduk dan jika letak janin
dalam letak kepala, maka alat kelamin janin berada diatas dan dekat dengan
tabung rontgen.Dengan demikian radiasi pada alat kelamin janin akan besar.
Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila6 :
1. Patologi pada ibu yang memerlukan tindakan segera
2. Untuk menentukan umur kehamilan, jika pasien baru datang pada dokter
pada akhir kehamilannya dan tidak ada waktu lagi untuk mengikuti
perkembangan janin dengan USG.
3. Untuk konfirmasi adanya kelainan janin atau adanya kematian janin.
Peluang calon ibu agar bisa melahirkan normal berdasarkan bobot bayi6:
1. Panggul sempit, panggul jenis ini hanya bisa mengeluarkan bayi berbobot
2,5 kg ke bawah.
2. Panggul sedang, bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg s/d 3,5 kg.
3. Panggul luas, panggul jenis ini bisa mengeluarkan bayi berukuran besar
3,5 kg s/d 3,9 kg.
Komplikasi pada kehamilan
Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri
tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbal bahaya bagi ibu dan janin.
Bahaya pada ibu3,5:

14

1. Partus lama yang sering kali disertai dengan pecahnya ketuban pada
pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi
intrapartum.
2. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan,
dapat timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan lingkaran
retraksi patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan ruptur uteri
mengancam; apalagi tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi
regangan, akan timbul ruptura uteri.
3. Dengan persalinan tidak maju karena panggul sempit, jalan lahir pada
suatau tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dengan
tulang panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat
terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa
hari post partum akan terjadi fistula vesikoservikalis, atau fistula
vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis.
Bahaya pada janin3,5:
1. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apalagi jika ditambah
dengan infeksi intrapartum.
2. Prolapsus funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar
bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segera apabila masih
hidup.
3. Tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh simfisis pada
panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala
janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis.
15

Penanganan
Persalinan percobaan
Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam
pada wanita dengan panggul yang relatif sempit. Persalinan percobaan dilakukan
hanya pada presentasi belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak dahi, letak
muka, letak sungsang atau kelainan letak lainnya5.
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir
setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per
vaginam atau setelah anak lahir per vaginam5.
Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam
secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcep atau vacum) dan anak serta
ibu dalam keadaan baik.
Seksio cesrea
Seksio dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni sesudah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu1.
Seksio cesrea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada
kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat. Selain itu
seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan bila ada faktor-faktor lain
yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang

16

tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas
yang lama, penyakit jantung, dll1.
Seksio cesrea sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan secepat
mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum
terpenuhi1.
Berdasarkan perhitungan konjugata vera pada pintu atas panggul dapat diambil
tindakan yaitu2,3:
-

panjang CV 8-10 cm partus percobaan

panjang CV 6-8 cm SC primer

panjang CV < 6 cm SC absolut.

Simfisiotomi
Simfisiotomi adalah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari
tulang panggul kanan pada simfisis supaya dengan demikian rongga panggul
menjadi lebih luas. Tindakan ini tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh
seksio caesaria. Satu-satunya indikasi adalah apabila pada panggul sempit dengan
janin masih hidup terdapat infeksi intrapartum berat, sehingga seksio caesaria
terlalu berbahaya4,1.
Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-larut dan dengan janin yang sudah
meninggal, sebaiknya persalinan diselesaikan dengan kraniotomi dan kranioklasi.

17

Hanya jika pangggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan
dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio caesaria4,1.

BAB III
LAPORAN KASUS

I.

Identitas
Nama
: Ny. R
Usia
: 36 tahun
Alamat
: Jl. Pekapuran A
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Status pernikahan : Sudah Menikah
MRS
: 26-3-2016
Tgl pemeriksaan : 3-4-2016
HPHT
: 6-8-2015
TP
: 13-5-2016

II.

Anamnesis
Keluhan Utama : Keluar air-air
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang sendiri dengan keluhan keluar air sejak 3 jam SMRS.

Pasien datang dengan membawa rujukan BPM dengan kelainan panggul. Pasien
belum merasakan perutnya kencang-kencang. Tidak ada keluar lendir darah.
Pasien mengaku ini adalah kehamilan pertama.

18

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), asma (-), penyakit ginjal (-),
dan penyakit jantung (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), asma (-), penyakit ginjal (-),
dan penyakit jantung (-).
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.
Riwayat Menstruasi
Haid Pertama
: 9 tahun
Siklus Haid
: teratur (27 hari)
Nyeri setiap Haid
: (-)
Riwayat Perkawinan
Menikah 1x4 tahun
Riwayat Persalinan
(-)
Riwayat ANC
9x di puskesmas
2x di Sp. OG USG kelainan panggul
III. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
a. Keadaan umum
b. Kesadaran/GCS
c. Tanda vital
-

: Baik
: Compos Mentis/E4V5M6

Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
Suhu

:
:
:
:

110/80 mmHg
84 x/menit
20 x/menit
36,5oC

d. Kepala/leher
: konjungtiva anemis -/-; ikterik -/e. Thorax
- Inspeksi: retraksi (-)
- Palpasi: pergerakan dinding dada simetris
- Perkusi: sonor +/+, batas jantung dbn
- Auskultasi:
C S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-);
P vesikuler +/+ wheezing -/-, rhonki -/-.
f. Abdomen: pembesaran abdomen (+), Bising usus (+)
19

g. Ekstremitas: hangat (+/+)/(+/+) ; edema (-/-)/(-/-)


Status Obstetri
TFU: 25cm
His : VT: pembukaan (-)/bagian janin tertas masih tinggi/lingkar panggul sempit
DJJ: 12-12-13
Presentasi: kepala
IV.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 4/4/2016
Hb
: 11,4 g/dL
RBC : 4,64 x 106/uL
HCT : 37,7 %
mg/dl
WBC
PLT
GDP
PT

SGOT: 51
SGPT:71
Kolestrol total:

: x 103/uL
: 393 x 103/uL
: 139 mg/dl
: 9,2

Ureum : 13 mg/dl
Kreatinin: 0,4 mg/dl
Na/K/Cl:

mmol/l
APTT : 19,9
INR: 0,85
CA 125 : 7,99 l/ml
USG 17/2/2016
Hasil USG

V.

187

Diagnosis Kerja
20

142/4/103

G1 P0000 33/34 minggu THIU + letak kepala + KPP preterm + kelaian


VI.

panggul ( panggul picak ) + primi tua primer + usia >35


Planning Therapy
Tirah baring, NST
Cek lab lengkap
Inj. Ceftriaxon 2x1gr IV
Inj. Dexamethason 2x10mg im 12 jam sd 2x24 jam
Pro SC setelah maturasi paru
Tokolitik nifedipin 2x30mg
Infus RL 2L/hari
Mo keluhan/VS/his/DJJ
.

BAB IV
PEMBAHASAN

21

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 36
tahun dengan diagnosa G1 P0000 33/34 minggu THIU + letak kepala + KPP
preterm + kelaian panggul ( panggul picak ) + primi tua primer + usia >35.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisikginekologik, serta pemeriksaan penunjang berupa USG dan pemeriksaan
laboratorium.
Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan
dengan keluhan keluar

Pasien datang sendiri

air-air sejak 3 jam SMRS. Pasien datang dengan

membawa rujukan BPM dengan kelainan panggul. Pasien belum merasakan


perutnya kencang-kencang. Tidak ada keluar lendir darah. Namun sudah keluar
air-air sejak 6 jam SMRS. Ini merupakan kehamilan pertama pasien di usia 36
tahun. Berdasarkan HPHT didapatkan usia kehamilan 33/34 minggu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keluar ketuban dari vagina dengan
perubahan kertas nitrazin merah yang berubah menjadi biru dan saat dilakukan
pemeriksaan spekulum terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksterna.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pasien
mengalami ketuban pecah dini . Ketuban pacah dini adalah robeknya selaput
korioamnion dalam kehamilan (sebelum onset persalinan berlangsung). Karena
usia kehamilan <37 minggu maka kasus ini termasuk dalam klasifikasi preterm
premature rupture of membranes.
Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum serta vital sign
pasien dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan kelainan pada
panggul. Kelainan panggul ini adalah kelainan kongenital. Hal ini disebabkan
ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa.

22

Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri


tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbal bahaya bagi ibu dan janin.
Bahaya pada ibu. Partus lama yang sering kali disertai dengan pecahnya ketuban
pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi
intrapartum. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir
tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan lingkaran
retraksi patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan ruptur uteri mengancam;
apalagi tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul
ruptura uteri.
Dengan persalinan tidak maju karena panggul sempit, jalan lahir pada
suatau tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dengan tulang
panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya
iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum
akan terjadi fistula vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis, atau fistula
rektovaginalis.
Bahaya pada janin Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal,
apalagi jika ditambah dengan infeksi intrapartum. Prolapsus funikuli, apabila
terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan memerlukan
kelahirannya dengan segera apabila masih hidup. Tekanan oleh promontorium
atau kadang-kadang oleh simfisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan
pada jaringan di atas tulang kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan
fraktur pada os parietalis. Atas pertimbangan tersebut pada pasien ini dilakukan

23

seksio sesaria, selain itu atas pertimbangan high social value baby dimana ibu
primi tua beruasia 36 tahun.

BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan laporan kasus Ny. R dengan hamil 33/34 minggu dengan
keluhan keluar air-air dengan kelainan panggul picak dan telah dilakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang (USG, Laboratorium) sehingga diagnosa kerja
G1 P0000 33/34 minggu THIU + letak kepala + KPP preterm + kelainan panggul
(panggul picak) + primi tua primer + usia >35. Pada pasien dilakukan seksio
sesaria pada tanggal 29/3/16 dan lahir bayi laki-laki/2500gr/49cm/ skor apgar 7-89. Pasien dirawat post op selama 3 hari dengan diijinkan dokter pulang dengan
luka oprasi baik.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC
2. Winkjosastro, Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
3. William Obstetrics, 21th ed, Mc Graw-Hill, Singapore, 2001
4. Current Obstetric and Ginecology Diagnosis and Treatment, 8th ed, Appleton
and Lange, Norwalk, 1994
5. Disproporsi Sefalo Pelvic, Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002: M-56
6. Radiologi diagnostik, editor R. Sjahrial, K Sukanto, E Iwan, Balai Penerbit
FKUI Cetakan ketujuh, 2001

25

Anda mungkin juga menyukai