Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor penis adalah karsinoma sel squamosa dari epitel glans penis atau

permukaan dalam prepusium. Angka kejadian keganasan pada penis tidak terlalu

besar, di Amerika sekitar 1-2 di antara 100.000 pria. Tumor penis terjadi pada pria

yang berusia lebih dari 60 tahun dan mewakili sekitar 0,5% malignansi pada pria

di Amerika Serikat. Meskipun demikian, di beberapa negara, insidennya berkisar

10%. Tumor penis jarang terjadi pada pria yang disirkumsisi. Jenis paling sering

adalah jenis squamous cell carcinoma, kemudian jenis lain adalah melanoma.1,2

Salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya hal ini adalah sirkumsisi

(sunat). Pria yang sudah menjalani sunat terutama pada saat bayi atau anak-anak,

kemungkinan mengalami kanker penis berkurang sedangkan sunat pada usia

dewasa tidak signifikan dalam mengurangi kemungkinan terjadinya kanker.1,2

Suatu penelitian melaporkan bahwa 22% pasien berusia kurang dari 40 tahun,

dan hanya 7% yang berusia kurang dari 30 tahun. Jika kanker (carcinoma in

situ atau CIS) terjadi di glans penis, disebut erythroplasia of Queyrat. Namun jika

terjadi di "follicle-bearing skin of the shaft" disebut Bowen disease., Angka

kematian penderita karena kanker penis mencapai 22,4%.3,4

Sebagian besar kanker penis merupakan "squamous cell carcinomas".

Tumor penis dapat ditemukan dimana saja di penis, namun terbanyak ditemukan

di glans penis (48%) dan preputium (21%). Kanker penis biasanya berasal dari

sel squamos namun tipe lain juga dapat ditemukan. Biasanya berasal dari

epitelium dalam preputium atau glandula. Patologi SSC penis menyerupai SCC

1
pada orofaring, kanker pada genial wanita (serviks, vagina, dan vulva), dan anus

sehingga mengasumsikan bahwa jenis kanker ini memiliki sejarah yang berkaitan.

Jenis lain tumor penis adalah melanoma, tumor mesenkim, dan karsinoma sel

basal.4

Insiden tumor penis berkaitan dengan prevelensi HPV pada populasi

tersebut. Paling tidak asatu pertiga dari kasus berhubungan dengan karsinogenesis

HPV. Namun tidak terdapat hubungan antara tumor penis ddengan HIV atau

AIDS. 5

Gambar 1.1 Epidemiologi Kanker Penis Negara-Negara di Dunia

2
BAB II

PEMBAHASAN

Epidemiologi

Persentase orang-orang yang bertahan hidup hingga lima tahun setelah

terdeteksi penyakit ini tidak termasuk mereka yang meninggal akibat penyakit

lain) dengan kanker penis yang belum menyebar yaitu 85 % Jika kanker telah

menyebar di dekat penis (penyebaran lokal), tingkat kelangsungan hidup lima

tahun adalah 59 %. Jika kanker telah menyebar ke bagian tubuh (penyebaran

jauh), tingkat kelangsungan hidup lima tahun adalah 11%. Perkiraan ini

berdasarkan data dari ribuan orang dengan kanker ini, namun resiko sebenarnya

mungkin berbeda bagi individu tertentu.6

Kanker penis sangat jarang pada pria yang disunat, terutama jika mereka

disunat pada saat neonatus. Hubungan antar kanker serviks pada wanita yang

memiliki pasangan dengan kanker penis telah diamati, dan ada bukti yang

menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi HPV tipe 16, 18, 31 dan 33 dapat

mencetuskan kanker penis pada pasangannya melalui berhubungan seksual.

Kanker ini cenderung menjadi penyakit pada orang tua dan insidennya meningkat

secara tiba- tiba pada dekade keenam dan memuncak pada usia 80 tahun.

Faktor resiko7

 Fimosis

 Inflamasi kronik (balanoposthitis yang berhubungan dengan fimosis)

 Balanitis xerotica obliterans

 Sporalene dan psoriasis

3
 Merokok (resiko meningkat 5 kali lipat)

 Infejksi HPV pada condyloma acuminata

 Status ekonomi rendah, tidak menikah

 Hubungan seksual pada usia dini dengan partner lebih dari satu

Anatomi dan Fisiologi Penis

Penis terdiri atas 3 buah corpora berbentuk silindris yaitu 2 buah corpora

kavernosa yang salinng berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berda

disebelah ventralnya. Korpora kavernosa dibungkus oleh jaringan fibrotic tunika

albuginea sehingga merupakan satu kesatuan sedankan disebelah proximal

terpisah menjadi dua sebagai krura penis. Setiap krura penis dibungkus oleh otot

ischio-kavernosus yang kemudian menempel pada rami osis ischii. 7

Korpus spongisum membungkus uretra mulai dari diafragma urogenitalis

dan disebelah proximal dilapisi otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini

berakhir pada sebelah distal sebagai glans penis. Ketiga corpora itu dibungkus

oleh fascia Buck dan lebih sperfisial lagi oleh fascia Colles atau fascia Dartos

yang merupakan kelanjutan dari fascia Scarpa. 7

Di dalam setiap korpus yang terbungkus oleh tunika albuginea terdapat

jaringan erektil yaitu berupa jaringan kaversus(berongga) seperti spon. Jaringan

ini terdiri atas sinusoid atau ringga lacuna yang dilapisi endothelium dan oto polos

kavernosus. Rongga lacuna ini dapat menampung darah yang cukup banyak

sehingga menyebabkan ketegangan batang penis. 7

Fungsi fisiologis penis ialah sebagai saluran keluar bagi kemih maupun

sperma melalui proses senggama. Disamping itu, berbicara mengenai fungsi penis

tidak bias terlepas daripada fungsi organ reproduksi pria yang lain diantaranya

4
testis, scrotum dan saluran-saluiran lain. Fungsi primer dari system reproduksi

laki-laki adalah menghasilkan spermatozoa matang dan menempatkan sperma

dalam saluran reproduksi perempuan melalui senggama. Testis mempunyai fungsi

eksokrin dalam spermatogenesis dan fungsi endokrin untuk mensekresikan

hormon-hormon seks yang mengendalikan perkembangan dan fungsi. 7

Penis mendapatkan aliran darah dari arteri iliac interna menuju arteri

pudenda interna yang kemudian menjadi arteri penis komunis. Selanjutnya arteri

ini bercabang menjadi arteri kavernosa atau arteri sentralis, arteri dorsalis penis,

dan arteri bulbo-uretralis. Arteri penis komunis ini melewati kanal dari Alcock

yang berdekatan dengan os pubis dan mudah mengalami cedera jika terjadi fraktur

pelvis. Arteri sentralis memasuki rongga kavernosa kemudian bercabang-cabang

menjadi arteriole helisin, yang kemudian arteriole ini akan mengisikan darah ke

dalam sinusoid. 7

Darah vena dari rongga sinusoid dialirkan melalui anyaman/pleksus yang

terletak di bawah tunika albuginea. Anyaman/pleksus ini bergabung membentuk

venule emisaria dan kemudian menembus tunika albuginea untuk mengalirkan

darah ke vena dorsalis penis. 7

Patofisiologi

Karsinoma penis stadium awal berupa bentukan tumor papiler, lesi eksofilik,

lesi datar atau lesi ulcerative. Karsinoma papiler tumbuh kearah luar, berbentuk

papiliformis atau kembang kol pada stadium dini sulit dibedakan dari kondiloma

akuminata, pada stadium lanjut timbul nekrose dan bau busuk. Karsinoma yang

infiltrative tumbuh cepat, mudah membentuk tukak dan menginfiltasi kedalam,

permukaan kotor dan berbau busuk. Tumor kemudian membesar dan merusak

5
jaringan sekitarnya kemudian mengadakan invasi limfogen ke kelenjar limfe

inguinal dan selanjutnya menyebar ke kelenjar limfe didaerah pelvis hingga

subklavia. 8,9

Fasia Buck, yang mengelilingi corpora, bertindak sebagai penghalang

sementara. Jika kanker telah menembus fasia Buck dan albuginea tunika, kanker

telah dapat menyebar ke pembuluh darah dan bahkan secara sistemik. Metastasis

ke kelenjar getah bening femoral dan inguinal adalah jalur awal untuk penyebaran

kanker penis. Oleh karena, crossover kelenjar getah bening maka sel kanker dapat

menyebar secara bilateral ke kedua kelenjar getah bening inguinalis. 8,9

Metastase pada simpul-simpul daerah inguinal menyebabkan terjadinya

nekrosis kulit, infeksi kronis, dan, akhirnya kematian akibat dari sepsis atau

perdarahan sekunder terhadap erosi ke dalam pembuluh femoral. Metastase jauh

dari sel kanker dapat menyerang hati, tulang, paru-paru, atau otak. Karsinoma

penis terjadi secara progresif dan terbukti berakibat fatal pada pasien yang tidak

diobati dalam waktu 2 tahun. 8,9

Klasifikasi dan Patologi

Menurut TNM (tumor, nodus, metastase) Berdasarkan lokasi tumor primer


10,11

TX : tumor tidak dapat dikaji

T0 : tumor tidak jelas

Tis : ada CIS (Carsinoma In Situ)

Ta : ada carsinoma verrucos yang tidak infasif

T1 : tumor infasif ke jaringan sub epitel.

T2 : tumor infasif ke corpora spongiosum atau cavernosum

6
T3 : tumor infasif ke uretra atau prostat.

T4 : tumor infasif ke struktur yang berdekatan.

Kelenjar limfe regional (N)

NX Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai

N0 Tidak teraba atau tidak ada metastase kelenjar getah bening inguinal

N1 Ada metastase ke kelenjar getah bening inguinalis tunggal

N2 Ada metastase ke lebih dari satu kelenjar getah bening inguinal

multipel atau bilateral

N3 Ada metastase di luar kelenjar getah bening di paha atau metastase ke

kelenjar getah bening di panggul, multipel atau bilateral

Metastasis (M)

M0 Tidak ada metastasis jauh

M1 Metastasis jauh

Stadium

1. Stadium 0 ( Carcinoma in Situ)

Pada stadium 0, sel yang abnormal atau pertumbuhan yang terlihat seperti

kutil ditemukan pada permukaan kulit penis. 10,11

2. Stadium I

Pada stadium I, kanker telah terbentuk dan menyebar ke jaringan ikat di

bawah kulit penis. Kanker belum menyebar ke pembuluh getah bening atau

pembuluh darah.

3. Stadium II

7
Pada stadium II, kanker telah menyebar ke jaringan ikat di bawah kulit

penis. Kanker juga telah menyebar ke pembuluh getah bening atau pembuluh

darah. 10,11

4. Stadium III

Dibagi menjadi tahap IIIa dan tahap IIIb. Pada tahap IIIa, kanker telah

menyebar ke satu kelenjar getah bening di selangkangan. Kanker juga telah

meyebar ke jaringan ikat di bawah kulit penis. Kanker mungkin juga telah

menyebar ke pembuluh getah bening atau pembuluh darah. Pada tahap IIIb,

kanker telah menyebar ke lebih dari satu kelenjar getah bening di salah satu sisi

selangkangan atau ke kelenjar getah bening pada kedua sisi pangkal paha. Kanker

juga menyebar ke jaringan ikat di bawah kulit penis. 10,11

5. Stadium IV

Pada stadium IV, kanker telah menyebar ke jaringan dekat penis seperti

prostat, dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di paha atau

panggul, atau pada satu atau lebih kelenjar getah bening di panggul, atau kanker

telah metastasis.

Gambar 2.1 Tahap terjadinya kanker

8
Jenis-jenis kanker penis

(a) Kanker sel skuamosa Jenis ini merupakan jenis yang paling umum dari

kanker penis. Kanker sel skuamosa dapat berkembang dibagian mana saja pada

penis, yang paling umum yaitu pada glans penis (kepala penis) dan kulup ( pada

pria yang tidak sirkumsisi). 10,11

(b) Adenokarsinoma Tipe ini bermula pada sel- sel kelenjar penghasil

keringat di kulit penis. Tipe ini lebih jarang dibandingkan kanker sel skuamosa.

(c) Melanoma Melanoma ini berkembang dari sel- sel pada kulit yang

memberikan warnanya. Melanoma biasanya berkembang pada area tubuh yang

terpapar sinar matahari, namun beberapa berkembang pada tempat- tempat yang

tidak langsung terpapar sinar matahari. 10,11

(d) Kanker sel basal penis Kanker ini berkembang dari sel-sel basal,

ditemukan pada lapisan kulit terdalam. Area yang terpapar sinar matahari

merupakan tempat berkembangnya. Tipe ini perkembangannya sangat lambat dan

sangat jarang menyebar ke bagian tubuh lain. 10,11

(e) Sarkoma Bermula pada jaringan ikat tubuh yaitu seperti tulang, lemak,

otot dan tulang rawan. Jenis sarkoma sangat jarang ditemukan, berkembang

dengan cepat. 10,11

Diagnosa

Dalam kebanyakan kasus, tanda pertama dari kanker penis adalah

perubahan kulit penis. Kulit bisa berubah warna menjadi lebih tebal. Adanya

suatu ulkus (luka) atau benjolan di penis juga dapat ditemukan pada penderita.

Gejala lainnya adalah luka pada penis, luka terbuka pada penis dan nyeri penis

serta perdarahan pada penis (pada stadium lanjut). 12,13

9
Kanker ini paling sering pertama kali bermetastase ke kelenjar getah

bening di selangkangan. Hal ini menyebabkan kelenjar getah bening menjadi

bengkak. Benjolan nya mudah dirasakan di bawah kulit. Tanda- tanda dan gejala

tersebut tidak selalu berarti kanker penis. Bisa disebabkan juga oleh adanya

infeksi.

Diagnosa awal pada kanker penis dapat dilakukan melalui anamnesa yang

lengkap dengan pasien untuk mengetahui gejala klinis serta faktor- faktor resiko

yang mungkin dimiliki pasien. Pemeriksaan fisik pada alat genital juga dapat

dilakukan.

Jika dari hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis didapatkan tanda- tanda

dari kanker penis, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti X-Ray, CT-Scan

ataupun Ultrasound, lalu aspirasi biopsi dan biopsi. Biopsi dilakukan untuk

membantu diagnosa dokter secara akurat. 12,13

Lesi primer berupa tumor yang kotor, berbau dan sering mengalami

infeksi, ulserasi serta perdarahan. Dalam hal ini pasien biasanya dating terlambat

karena malu, takut dan merasa berdosa karena menderita penyakit seperti itu.

Kadang-kadang didapatkan pembesaran kelenjar limfe inguinal yang nyeri karena

infeksi atau pembesaran kelenjar limfe subklavia. 12,13

Diagnosis ditegakkan melalui :

1. Ananmesis

Keluhan utama yang paling banyak dikeluhkan pasien adalah lesi pada

penis. Lesi tersebut sebagai sebuah area dengan indurasi atau kemerahan,

ulserasi atau nodul kecil. Gejala lain yang dikeluhkan pasien adalah nyeri,

adanya discharge dan perdarahan.

10
2. Pemeriksaan Fisik

Lesi terdapat pada penis. Lesi primer harus diperiksa ukuran, lokasi dan

kemungkinan terkenanya corpora. Lakukan pula palpasi pada daerah

inguinal secara hati-hati karena pada lebih dari 50% pasien terdapat

pembesaran kelenjar getah bening inguinal. Pembesaran ini mungkin

hanya sekunder karena terjadinya inflamasi pada penis atau bias pula

berasal dari metastase. 12,13

Gambar 2.1 Kanker Penis

11
a. Inspeksi : 14,15

- Tampak adanya bengkak pada penis

- Tampak adanya perubahan warna pada penis

- Tampak adanya kutil pada kulit penis

- Tampak adanya lesi pada penis

- Tampak adanya massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan

(hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal metastases.

- Tampak adanya nekrosis pada preputium dan berbau tak sedap.

- Klien tampak meringis akibat nyeri

- Apabila kanker sampai metastase jauh maka klien tampak kurus dan

lemah.

- Klien tampak pucat.

b. Palpasi : 14,15

- Adanya massa pada daerah inguinal.

- Nyeri tekan pada daerah inguinal

3. Pemeriksaan Laboratorium16

- Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus (specific) atau petanda

tumor (tumor markers) pada kanker penis.

- Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan

kimia dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function

tests), dan penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal,

sangat membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga.

- Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis,

dengan leukocytosis dan hypoalbuminemia.

12
- Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan

penyebaran (absence of metastases).

4. Pemeriksaan Tambahan17

Pemeriksaan patologi dari biopsy pada lesi primer. Biopsy diperlukan

untuk menentukan perluasan tumor sehingga dapat direncanakan

pengobatan.

Biopsi Insisional

Untuk biopsi insisional hanya bagian dari jaringan abnormal yang diambil.

Jenis biopsi ini sering dilakukan untuk lesi yang lebih besar, yang ulserasi atau

yang tumbuh dalam ke jaringan. Biopsi ini biasanya dilakukan dengan anestesi

lokal. 18

Biopsi Eksisi

Dalam biopsi eksisi, lesi seluruhnya diambil. Jenis biopsi ini lebih sering

digunakan jika daerah abnormal kecil, seperti nodul (benjolan yang membengkak)

atau plak yaitu satu cm (sekitar 3/8 inci) atau kurang. Jika area yang abnormal

hanya pada kulup, dapat direkomendasikan sirkumsisi sebagai bentuk biopsi

untuk menghilangkan lesi sepenuhnya. 18

a. Imaging Modalitas

Direkomendasikan untuk:

 Mengetahui staging dari penyakit

 Untuk menentukan tindak lanjut pasien

 Untuk menilai penyebaran (metastase) sel kanker

b. USG

USG dilakukan untuk:

13
 Menilai keadaan, luas dan resectability kanker penis.

 Penilaian terhadap kelenjar getah bening.

 Mendeteksi adanya metastase

c. CT SCAN

CT SCAN dilakukan untuk:

 Penilaian kelenjar getah bening

 Limited utilitas di lesi primer

d. MRI

Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI

menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar

rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh

darah pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.

e. Tomography Emisi Positron (PET) scan. 18

PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam

tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien.

Zat ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang menggunakan

energi. Karena kanker cenderung untuk menggunakan energi secara aktif,

menyerap lebih dari zat radioaktif. Scanner kemudian mendeteksi zat ini

untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh. Beberapa dokter

akan menggunakan PET scan untuk mencari bukti penyebaran kanker

penis, meskipun tidak secara khusus disetujui untuk menggunakan ini. Hal

ini diketahui bermanfaat dalam stadium kanker paru-paru skuamosa dan

kerongkongan, dan meningkatkan pengalaman yang pada akhirnya dapat

menjadi alat yang lebih standar dalam mendiagnosis kanker penis. 18

14
Kategori lesi pada penis:

a. Lesi yang jinak (benign lesions)

Misalnya: pearly penile papules, hirsute papillomas, dan coronal papillae.

b. Lesi yang berpotensi menjadi ganas (premalignant)

Ini berhubungan dengan Leukoplakia dan squamous cell

carcinoma. Contoh yang paling umum adalah balanitis xerotica

obliterans.

c. Lesi yang ganas (malignant neoplasm atau malignant carcinoma) ini

termasuk variants dari squamous cell carcinoma seperti: carcinoma in situ

(CIS), erythroplasia of Queyrat, dan Bowen disease.

Penatalaksanaan

Penatalaksaan karsinoma penis dibagi menjadi 2 tahap: 19

1. Menghilangkan lesi primer

Tujuan: Menghilangkan lesi primer secara paripurna, mencegah kekambuhandan

jika mungkin mempertahankan penis agar pasien dapat miksi dengan berdiri atau

dapat melakukan senggama.

Tindakan yang dapat dilakukan:

a. Sirkumsisi.

Untuk tumor-tumor yang masih terbatas pada prepusium penis

b. Penektomi parsial

adalah mengangkat tumor beserta jaringan sehat sepanjang ± 2 cm dari batas

proksimal tumor.Ditujukan untuk tumor-tumor yang terbatas pada glans

penis atau terletak pada batang penis sebelah distalcm dari batas proksimal

tumor. 19

15
c. Penektomi total dan uretrostomi perineal.

Ditujukan untuk tumor-tumor yang terletak disebelah proksimal batang

penis atau jika pada tindakan penektomi parsial ternyata sisa peni tidak

cukup untuk dipakai miksi dengan berdiri dan melakukan penetrasi kedalam

vagina. Setelah itu dibuatkan uretrostomi perineal atau perinostomi sehingga

pasien miksi dengan duduk. 19

d. Terapi laser dengan nd:YAG.

Dilakukan beberapa klinik melakukan eksisi tumor dengan bantuan sinar

laser19

e. Terapi tropikal dengan kemoterapi.

Memakai krim 5 fluoro urasil 5% ditujukan untuk tumor-tumor karsinoma

in situ atau eritroplasia queyart. 19

f. Radiasi.

Meskipun hasil tidak memuaskan , dapat dicoba dengan radiasi ekterna

2. Terapi kelenjar limfe regional (inguinal)

Jika terdapat pembesaran kelenjar inguinal maka beberapa ahli

menganjurkan pemberian antibiotika terlebih dahulu ( setelah operasi pada lesi

primer) selama 4-6 minggu. 20

Jika dalam wakti itu pembesaran inguinal menghilang, sementara tidak

diperlukan diseksi kelenjar inguinal tetapi masih diperlukan observasi lagi akan

kemmungkinan munculnya pembesraan kelenjar akibat metastasis dikemudfian

hari. 20

Jika pembesaran masih menetap, dilakukan diseksi kelenjar limfe inguinal

bilateral. Pada keadaan kelenjar limfe yang sangat besar yang mengakibatkan

16
inoperable dapat dicoba pemberian sitostatika atau radiasi paliatif dengan harapan

ukurannya mengecil (down staging) 20

Penatalaksanaan berdasarkan stadium tumor:21

A. Tumor primer.

1) Sirkumsisi.

Terbatas pada lesi superfisial, noninvasif terbatas pada/di preputium.

2) Partial panectomy.

Pilihan untuk lesi distal (amputasi 2 cm dati tepi tumor).

3) Total panectomy dengan oerineal urethrostomy.

Lesi proximal, ada infiltasi ke profunda.

4) Lymphadenectomy.

Radial ilioinguinal lymphadenectomy pada Ca Penis masih kontroversi.

5) Sentinel node biopsy

Sentinel node terletak 32 jari laterodistal dari tuberculum pubicum pada

pertemuan v. epigastrica superficial dan v. saphena. Bila kelenjar positif

dilakukan Lymphadenectomy.

B. Tumor lanjut dan metastasis.

Bersifat paliatif. 21

Untuk mengatasi nyeri, perdarahan, massa inguinal superfisial.

1) Kemoterapi : Bleomycin, methorexate, cisplatin, 5FU.

2) Radiasi : Bila penderita menolak operasi.

6.000 rad selama 3 – 6 minggu.

Dapat digunakan brakiterapi dengan Iridium 192.

17
Diagnosis banding21

a. Infeksi berat.

b. Lues.

c. Chancroid.

d. Condyloma acuminata.

Komplikasi21

Sedikit komplikasi bedah yang dijumpai pada eksisi tumor primer, penectomy

partial atau complete, misalnya:

a. Infeksi

b. Edema

c. Striktua uretra jika urethral meatus yang baru harus dibuat.

Komplikasi yang berhubungan dengan inguinal node dissections:

a. Komplikasi dini (early complications) misalnya: infeksi luka (wound

infection), seroma, skin flap necrosis, phlebitis, dan emboli paru-paru

(pulmonary embolus) 21

b. Komplikasi lanjutan (late complications)

misalnya: lymphedema pada scrotum dan anggota gerak bagian bawah (kaki).

Komplikasi terapi radiasi:

Biasanya terlihat pada tumor yang berukuran lebih besar dari 4 cm.

a. urethral strictures (pada 50% pasien)

b. urethral fistula

c. penile necrosis

d. edema

e. nyeri pada penis

18
Pembedahan setelah terapi radiasi diperlukan pada 20-60% pasien.

Prognosis

Prognosis pada penderita stadium I dan II masih cukup baik yaitu harapan

hidup 5 tahun mencapai 65-90%, tetapi bila diikiuti dengan metastasis ke kelenjar

limfe, menurun sampai 30-50%. Bila sudah ada metastasis jauh maka harapan

hidup 5 tahun adalah nihil. 21

Pencegahan

Tindakan sirkumsisi dapat menurunkan resiko terkena kanker penis. Pria

yang tidak disirkumsisi pada usia muda pentimng untuk selalu membersihkan

kulit bagian dalam (preputium) sebagai bagian dari hyegine pribadi. Keberihan

diri yang baik dan perilaku sexual yang aman misalnya pantangan berhubungan

sexual, membatasi jumlah pasangan dan menggunakan kondom untuk mencegah

penyakit menular seksual hingga dapat menurunkan resiko berkembangnya

kanker penis. 21

19
BAB III

PENUTUP

Kanker penis merupakan suatu pertumbuhan sel yang sangat ganas pada

jaringan dan atau wilayah diluar daripada penis. Kanker penis merupakan suatu

penyakit yang pada umumnya merupakan kanker yang tumbuh agresif serta

memiliki kecenderungan untuk menyebar. Keganasan ini hampir tidak pernah

ditemukan pada orang yang melakukan sirkumsisi. Insiden tertinggi pada fimosis

termasuk mereka yang disunat secara tidak sempurna sehingga terjadi fimosis.

Pada orang yang tidak disunat tetapi dengan kebersihan preputium dan glans penis

yang baik, insiden karsinoma rendah.

Penatalaksanaan dibagi menjadi dua, yaitu menghilangkan lesi primer

melalui sirkumsisi, panektomi, terapi laser, atau kemoterapi. Selanjutnya

dilakukan terapi pada kelenjar limfe regional. Prognosis tergantung pada stadium,

bila sudah ada metastasis jauh maka harapan hidup 5 tahun adalah nihil.

20

Anda mungkin juga menyukai

  • BAB 3 Tambahan Rev
    BAB 3 Tambahan Rev
    Dokumen14 halaman
    BAB 3 Tambahan Rev
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Desy Bab 3
    Lapsus Desy Bab 3
    Dokumen21 halaman
    Lapsus Desy Bab 3
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Jasa Translate - Obgyn - Puja Agustus 2015 (Terapi Konservatif Menggunakan Metformin Plus Megestrol)
    Jasa Translate - Obgyn - Puja Agustus 2015 (Terapi Konservatif Menggunakan Metformin Plus Megestrol)
    Dokumen17 halaman
    Jasa Translate - Obgyn - Puja Agustus 2015 (Terapi Konservatif Menggunakan Metformin Plus Megestrol)
    Dita Nidya Kartika
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Clear
    Bab 4 Clear
    Dokumen6 halaman
    Bab 4 Clear
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Farmakologifarmakokinetikfarmakodinamik
    Farmakologifarmakokinetikfarmakodinamik
    Dokumen14 halaman
    Farmakologifarmakokinetikfarmakodinamik
    Anni Najiyah
    Belum ada peringkat
  • 6
    6
    Dokumen7 halaman
    6
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Makalah Dower Kateter
    Makalah Dower Kateter
    Dokumen10 halaman
    Makalah Dower Kateter
    Yukawa Itoewahyu
    Belum ada peringkat
  • Punya Kelompok Kita
    Punya Kelompok Kita
    Dokumen35 halaman
    Punya Kelompok Kita
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Sprain - Keseleo
    Sprain - Keseleo
    Dokumen2 halaman
    Sprain - Keseleo
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Hasil Skrining Fito
    Hasil Skrining Fito
    Dokumen5 halaman
    Hasil Skrining Fito
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Aute Kidney Injury
    Aute Kidney Injury
    Dokumen2 halaman
    Aute Kidney Injury
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan
    Pembahasan
    Dokumen3 halaman
    Pembahasan
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Kesimpulan Saran
    Kesimpulan Saran
    Dokumen2 halaman
    Kesimpulan Saran
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Tugas Dr. Edi Daftar Isinya
    Tugas Dr. Edi Daftar Isinya
    Dokumen2 halaman
    Tugas Dr. Edi Daftar Isinya
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Cover + Daftar Isi
    Cover + Daftar Isi
    Dokumen3 halaman
    Cover + Daftar Isi
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal IKM
    Analisis Jurnal IKM
    Dokumen4 halaman
    Analisis Jurnal IKM
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • MATERI Panggul Sempit
    MATERI Panggul Sempit
    Dokumen8 halaman
    MATERI Panggul Sempit
    Hayati Rizki Putri
    Belum ada peringkat
  • Panggul Sempit
    Panggul Sempit
    Dokumen29 halaman
    Panggul Sempit
    Hayati Rizki Putri
    100% (1)