Anda di halaman 1dari 3

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat

menyebabkan distosia saat persalinan. Penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu
tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.
1

Penyempitan Pintu Atas Panggul


Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya
(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang
dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering diperkirakan dengan
mengukur konjugata diagonal secara manual yang biasanya lebih panjang 1,5 cm. Dengan
demikian, penyempitan pintu atas panggul biasanya didefinisikan sebagai konjugata
diagonal yang kurang dari 11,5 cm.
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila
melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita
dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga
memiliki kemungkinan janin kecil.
Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian
selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan
kecil dan terdapat resiko prolaps funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat
tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi
inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang
berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul
sempit.
Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah janin biasanya sudah masuk dalam
rongga panggul sebelum persalinan. Adanya penyempitan pintu atas panggul menyebabkan
kepala janin mengapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat menyebabkan
presentasi janin berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat presentasi wajah dan
bahu tiga kali lebih sering dan prolaps tali pusat empat sampai enam kali lebih sering
dibandingkan wanita dengan panggul normal atau luas.

Penyempitan Panggul Tengah


Dengan sacrum melengkung

sempurna,

dinding-dinding

panggul

tidak

berkonvergensi, foramen ischiadicum cukup luas, dan spina ischiadica tidak menonjol ke

dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi
lewatnya kepala janin. Penyempitan pintu tengah panggul lebih sering dibandingkan pintu
atas panggul. Hal ini menyebabkan terhentinya kepala janin pada bidang transversal
sehingga perlu tindakan forceps tengah atau seksio sesarea.
Penyempitan pintu tengah panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti
penyempitan pada pintu atas panggul. Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul
apabila diameter interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tengah adalah
13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang ditetapkan dengan pelvimetri roentgenologik
ialah distansia interspinarum. Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai
kemungkinan kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran diameter sagitalis
posterior pendek.
Kemungkinan adanya penyempitan pintu tengah panggul kadang-kadang dapat
diperkirakan apabila spina-spina menonjol, dinding samping panggul mengalami
3

konvergensi, atau foramen ischiadica yang sempit.


Penyempitan Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul terjadi
bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan pintu
bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.
Apabila disproporsi antara kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu
besar untuk menimbulkan distosia berat, tetapi berperan penting dalam menimbulkan
robekan perineum. Hal ini disebabkan oleh arkus pubis yang sempit, kurang dari 900
sehingga oksiput tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus

iskiopubik sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.


Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa. Misalnya
pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, dan kifosis. Pada wanita dengan tinggi badan yang
kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti
seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dari
anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada
persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul
sempit adalah kecil.

Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh keterangan
tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam dengan tangan dapat diperoleh ukuran kasar
pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun
pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran
yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan pemeriksaan klinis,
yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antarspina iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini
memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi janin sehingga jarang dilakukan.
Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik
dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak ada radiasi, pengukuran panggul
akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang
mahal.
Dari pelvimetri dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang
sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari
bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan dengan
metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan menekan
kepala janin dari atas ke arah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk
menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr
dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga
panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh
kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar
hubungan antara kepala dan simfisis.

Anda mungkin juga menyukai