Anda di halaman 1dari 26

REFLEKSI KASUS

KANKER VULVA

Oleh

AULANNISA HANDAYANI
H1A013010

PEMBIMBING :
dr. Gede Made Punarbawa, Sp.OG (K)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUP
PROVINSI NTB
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada
waktunya. Laporan kasus yang berjudul “Kanker Vulva” ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.

1. dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku Kepala Bagian/ SMF Obstetri
dan Ginekologi RSUP NTB.
2. dr. H. Doddy Aryo Kumboyo, Sp.OG(K), selaku supervisor.
3. dr. Gede Made Punarbawa, Sp.OG(K), selaku supervisor dan pembimbing.
4. dr. I Made Putra Juliawan, Sp.OG selaku supervisor
5. dr. I Md W. Mahayasa, SpOG(K) selaku supervisor
6. dr. Ario Danianto, Sp.OG, selaku supervisor
7. dr. Windiana Rambu, Sp.OG, selaku supervisor
8. dr. Ratih Barirah, Sp.OG, selaku supervisor
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
Penulisan laporan kasus ini mungkin masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan


pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan
praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.

Mataram, 2 Oktober 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker saluran genitalia bagian bawah (serviks, vulva, dan vagina)

merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas pada wanita. Kanker pada

vulva merupakan penyakit jarang yang hanya meliputi 5% dari penyakit tumor

ganas dari organ genitalia wanita. Pada tahun 1998 karsinoma vulva

dilaporkan terjadi pada 3200 wanita yang mengakibatkan kematian sampai

800 orang.1,2

Secara epidemiologi karsinoma vulva terhitung sebanyak 4–5% dari

semua neoplasma ganas saluran genitalia wanita dan kurang dari 1% kanker

pada wanita. Insiden bervariasi dari 1 hingga 3,6 kasus per 100.000 wanita,

dengan insidens puncak pada usia 70-79 tahun.3

Faktor pencetus yang jelas sebagai penyebab penyakit ini belum

ditemukan. Pada studi retrospektif wanita dengan karsinoma vulva didapatkan

hubungan yang siginifikan secara statistik antara pasien usia kurang dari 45

tahun dengan infeksi HPV (Risk Ratio 11,34), dan riwayat merokok (RR

2,83). Faktor pencetus lain seperti jumlah pasangan seksual lebih dari dua,

hubungan seksual pada usia muda dan status ekonomi rendah tidak

berpengaruh secara signifikan.1

Meskipun karsinoma vulva termasuk penyakit jarang, sangat penting

utnuk melakuka deteksi dini pada kelainan ini. Diagnosis ditegakkan berdasar

pemeriksaan histologi. Setelah penegakkan diagnosis, tumor ganas vulva

diklasifikasikan berdasarkan Federation Internatonal of Gynecologic and


Obstetric (FIGO). Terapi pada penyakit ini adalah pembedahan, dengan tujuan

membuang seluruh bagian dari tumor.1

Prognosis penyakit ini berkaitan dengan status kelenjar getah bening dan

stadium penyakit. Sekitar 90% pasien dapat bertahan hidup jika terdeteksi

lebih awal dan tanpa keterlibatan kelenjar getah bening.1


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vulva


Vulva merupakan genitalia eksterna wanita, yang meliputi : labia majora
dan minora, klitoris, vestibulum, introitus vagina, dan meatus uretra. Vulva
berfungsi untuk mengarahkan aliran urin, mencegah benda asing memasuki
saluran urogenital, serta menjadi organ sensorik untuk gairah seksual.
Vaskularisasis vulva dialiri oleh arteri pudenda interna dan eksterna. Inervasi
vulva dipersarafi oleh saraf ilioinguinal dan genitofemoral pada bagian
anterior vulva, sedangkan bagian posterior dipersarafi oleh cabang perineum
dari saraf kutaneus posterior. Drainase limfatik labia mayor dari vulva
bermuara pada kelenjar getah bening inguinalis superfisial, sedangkan
drainase limfatik klitoris dan labia minora anterior juga bermuara langsung ke
kelenjar getah bening inguinal atau iliaka interna.4,5
1. Mons Veneris
Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis
dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada
perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas
simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha
2. Labia Mayora (bibir besar) (Sarwono, 2010)
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan
yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora
bertemu dan membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog
dengan skrotum pada pria.
3. Labia Minora (bibir kecil)
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah
dalam bibir besar. Ke depan kedua labia mayor bertemu yang diatas
klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris
membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang kedua labia mayor juga
bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi labia
minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujung saraf
yang menyebabkan labia minor sangat sensistif.
4. Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis
dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yang
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan
yang dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat
sensitif.
5. Vestibulum
Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora,
anterior oleh klitoris dan dorsal oleh faurchet. Pada vestibulum juga
bermuara uretra dan 2 buah kelenjar skene dan 2 buah kelenjar bartholin,
yang mana kelenjar ini akan mengeluarkan sekret pada waktu koitus.
Introitus vagina juga terdapat disini. Vestibulum berbentuk lonjong
dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan dibatas di depan oleh
klitoris, kanan dan kiri oleh kedua labia minor dan di belakang oleh
perineum (fourchette).
6. Kelenjar Bartolini
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan
mudah sobek. Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir
yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila himen tertutup
menimbulkan gejala klinik setelah mendapat mentruasi.
7. Hymen (selaput dara)
Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina, biasanya berlubang
membentuk semilunaris, anularis, tapisan, septata, atau fimbria. Bila tidak
berlubang disebut atresia himenalis atau hymen imperforata. Hymen akan
robek pada koitus apalagi setelah bersalin (hymen ini disebut karunkulae
mirtiformis). Lubang-lubang pada hymen berfungsi untuk tempat
keluarnya sekret dan darah haid.
Gambar 1. Genitalia Eksterna

2.2 Kanker Vulva


2.2.1 Definisi

Sampai saat ini karsinoma pada vulva dibagi menjadi 2 tipe. Tipe
pertama vulvar intraepithelial neoplasia (VIN) yang disebabkan oleh
infeksi Human papilloma virus (HPV) dan banyak ditemui pada wanita
muda. Tipe kedua banyak menyerang wanita yang lebih tua
dikarenakan kelainan epitel non neoplasma yang disebabkan karena
peradangan kronik.1

2.2.2 Epidemiologi
Secara epidemiologi karsinoma vulva sering terjadi pada usia 65–
75 tahun, namun dapat terjadi pada usia yang lebih muda berkisar 15%
kasus. Pada pasien usia muda terjadi peningkatan hampir 20% dalam 20
tahun terakhir dengan karsinoma vulva pada kelompok usia muda
berasal dari VIN yang berbentuk verukosa dan dapat bersifat invasif.
Prevalensi VIN pada wanita muda dikaitkan dengan infeksi HPV
terutama tipe 16 dan 18, hal ini dibuktikan pada 48 pasien dengan
tumor ganas vulva yang dilakukan pemeriksaan PCR untuk mencari
DNA virus HPV ditemukan sebanyak 48%, terutama tipe 16 dan 18.1

2.2.3 Etiologi

Belum ditemukan faktor pencetus yang jelas sebagai penyebab


penyakit ini. Pada studi retrospektif wanita dengan karsinoma vulva
didapatkan hubungan yang siginifikan secara statistik antara pasien usia
kurang dari 45 tahun dengan infeksi HPV (Risk Ratio 11,34), dan
riwayat merokok (RR 2,83). Faktor pencetus lain seperti jumlah
pasangan seksual lebih dari dua, hubungan seksual pada usia muda dan
status ekonomi rendah tidak berpengaruh secara signifikan.1

2.2.4 Manifestasi Klinis

Gejala kanker vulva yang paling sering digambarkan adalah


riwayat pruritus yang lama. Gejala tidak umum yang sering dilaporkan
termasuk pendarahan vulva, disuria, discharge, dan nyeri. Manifestasi
paling jelas dari kanker vulva adalah benjolan atau massa vulva, yang
dapat menyebabkan ulkus, adanya leukoplakia, dan terkadang
berbentuk kutil.4
Diagnosis kanker vulva sering tertunda dikarenakan tidak
menunjukkan tanda dan gejala spesifik, dan pasien yang lebih tua
biasanya tidak memeriksa vulva mereka secara preventif dan
melaporkan gejala mereka. Kanker vulva mungkin asimtomatik, tetapi
sebagian besar pasien datang dengan nodul atau ulkus vulva. Tanda-
tanda seperti itu mungkin disertai dengan rasa nyeri, tetapi mungkin
juga tidak ada. Pruritus yang berlangsung lama sering terjadi dan
mungkin berhubungan dengan distrofi vulva. Sekresi dan perdarahan
adalah gejala yang kadang-kadang hadir, serta dispareunia dan sensasi
terbakar. Bau busuk karena nekrosis jaringan juga dapat menjadi
diagnostik. Pembesaran kelenjar getah bening, terutama di daerah
inguinal, menunjukkan penyakit pada tahap selanjutnya. Sebuah studi
mengenai diagnosis kanker vulva yang tertunda menunjukkan bahwa
pada 88% pasien gejala sudah ada selama sekitar 6 bulan dan di 28%
selama lebih dari 5 tahun.3

2.2.5 Diagnosis

Penegakan diagnosis kanker vulva meliputi anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan biopsi. Gambaran klinis yang secara kuat
menunjukkan kanker vulva termasuk massa yang tidak teratur,
fungating, ulkus tidak teratur atau nodus pangkal paha yang membesar.
Pasien tersebut harus dirujuk segera ke pusat kanker tanpa menunggu
biopsi.6

Setiap perubahan pada epitel vulva pada wanita pascamenopause


membutuhkan biopsi. Perubahan ini meliputi: pembengkakan, polip
atau benjolan, ulkus, perubahan warna (pemutihan atau penumpukan
pigmen), elevasi atau ketidakteraturan kontur permukaan. Setiap 'kutil'
pada wanita pascamenopause atau kutil permanen pada wanita
premenopause harus dibiopsi. Pada wanita premenopause semua tanda
dan gejala vulva lainnya harus dikelola seperti pada wanita
pascamenopause kecuali ada infeksi yang dikonfirmasi.6

Kanker vulva dapat muncul di setiap bagian vulva, lokasi tersering


adalah labia (80%), klitoris (10%), dan frenulum (10%). Kebanyakan
tumor bersifat unilateral, akan tetapi dapat juga bilateral atau
multisentrik (Gambar 1, 2, dan 3). Setiap lesi neoplastik ganas yang
melibatkan vagina dan vulva harus diklasifikasikan sebagai kanker
vulva.3
Gambar 2. Karsinoma sel skuamosa dari daerah vulva - klitoris dengan
keterlibatan labia minora dan majora.

Gambar 3. (a) Karsinoma sel skuamosa vulva dengan destruksi anatomi


vulva. (B) Karsinoma vulva terkait dengan lichen sclerosus Kehadiran area
putih, retakan, makula, plak, kulit tipis dan hipokromik, dan tumor
infiltrasi di sebelah klitoris.

Pemeriksaan vulva, yakni vulvoskopi dan kolposkopi secara teliti


merupakan poin penting dalam penegakan diagnosis kanker vulva.
Penyebaran kanker vulva dapat melalui berbagai cara: invasi lokal
jaringan yang sekitar; embolisasi ke kelenjar getah bening regional, dan
melalui hematogen. Keterlibatan kelenjar getah bening adalah faktor
prognostik yang paling penting, dan embolisasi limfatik adalah rute
utama penyebaran.3

Evaluasi pasien dengan kanker vulva dimulai dengan pemeriksaan


fisik, palpasi kelenjar getah bening inguinal dan supraklavicular,
pemeriksaan vagina, dan pemeriksaan colok dubur. Sitologi serviks
onkologi, kolposkopi serviks dan vagina (karena hubungan dengan lesi
intraepitel skuamosa), tes hematologi / biokimia, dan rontgen dada rutin
dilakukan. Sistoskopi dan sigmoidoskopi diindikasikan pada kasus
dugaan invasi kandung kemih atau rektum. Scan Computed
Tomography (CT Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan
urografi intravena dapat digunakan untuk mengevaluasi kemungkinan
penyakit metastasis di kelenjar getah bening panggul atau perencanaan
bedah.3

Meskipun karsinoma vulva termasuk penyakit jarang, deteksi dini


kelainan ini sangat penting. Setelah penegakkan diagnosis, tumor ganas
vulva diklasifikasikan berdasarkan TNM (Tumour Node Metastation)
maupun FIGO (Federation Internatonal of Gynecologic and Obstetric)
pada Tabel 1.1,3

Tabel 1. Stadium kanker vulva berdasarkan FIGO


Tabel 2. Stadium kanker vulva (FIGO dan UICC (TNM))

2.2.6 Tatalaksana

Terapi pembedahan merupakan gold standar terapi saat ini.


Meskipun tingkat kematian telah berkurang hingga 40% sejak tahun
1970-an, reseksi vulva radikal berhubungan dengan morbiditas yang
signifikan seperti luka yang tidak sembuh, infeksi, lymphoedema dan
konsekuensi psikoseksual.7
Secara historis, gold standar untuk pembedahan kanker vulva
adalah radikal vulvektomi dengan pengangkatan tumor primer dengan
margin yang lebar diikuti oleh reseksi en bloc dari inguinal dan,
kelenjar getah bening pelvis. Vulvektomi radikal yakni pengangkatan
seluruh vulva hingga fasia profunda paha, periosteum pubis, dan fasia
inferior diafragma urogenital. Margin bebas tumor ≥ 1 cm diperlukan
karena margin yang lebih kecil dikaitkan dengan peningkatan risiko
rekurensi lokal. Hal ini ditunjukkan dalam serangkaian retrospektif 135
pasien yang menemukan tingkat kekambuhan lokal yang lebih rendah
dalam kasus dengan margin jaringan normal sebesar ≥ 1 cm
dibandingkan < 8 mm (0% versus 50%). Vulvektomi radikal sering
dilakukan sehubungan dengan diseksi inguinal unilateral atau bilateral.
Dalam beberapa kasus, vulvektomi radikal yang dimodifikasi (termasuk
hemivulvektomi) dapat dilakukan, yang berarti hanya bagian anterior,
posterior, kiri, atau kanan vulva yang dihilangkan. Lesi T2 dengan
ekstensi ke struktur perineum yang berdekatan harus ditangani oleh
vulvektomi radikal atau hemivulvektomi.7
Untuk manajemen stadium I dan II (berdasarkan FIGO), penelitian
saat ini telah menganjurkan kebijakan Wide Local Excision (WLE)
untuk mengurangi morbiditas yang signifikan terkait dengan
vulvektomi radikal dan tingkat kekambuhan yang rendah. Disarankan
bahwa tumor harus dipotong, idealnya dengan margin eksisi 2 cm ke
bawah ke fasia inferior dari diafragma urogenital dan fasia atas simfisis
pubis. Studi menunjukkan bahwa margin eksisi mikroskopis lebih dari
8 mm terkait dengan tingkat kekambuhan yang rendah, sementara
margin kurang dari 8 mm membawa tingkat kekambuhan sekitar 50%.7

Hacker et al (2015) menyelidiki korelasi antara kedalaman invasi


dan keterlibatan limfonodi. Bukti menunjukkan bahwa wanita dengan
kanker vulva stadium awal (FIGO Ia) berada pada risiko keterlibatan
nodal yang sangat rendah jika kedalamannya kurang dari 1 mm dan
WLE sendiri sesuai dalam kelompok ini. Wanita dengan Tahap IB
FIGO dan di atas memiliki risiko signifikan selangkangan metastasis
limfonodi, oleh karena itu direkomendasikan untuk dilakukan reseksi
bilateral. Biopsi kelenjar getah bening sentinel (SLN) masih merupakan
pengobatan baru, belum digunakan secara standar, yakni menyelidiki
kelenjar getah bening yang berpotensi metastasis. Biopsi SLN
direkomendasikan pada pasien yang memiliki stadium awal kanker
vulva untuk menghindari morbiditas operatif yang disebabkan oleh
inguinofemoral lymphadenectomy, seperti komplikasi luka atau
lymphedema. Biopsi SLN dapat digunakan pada stadium tumor awal (I
atau II).4,7

Berdasarkan hasil surgical staging, dapat dikategorikan sebagai


berikut:4
1. Stadium awal didefinisikan sebagai stadium I atau II. Pasien-pasien
ini harus menjalani operasi eksisi termasuk perawatan adjuvant
berdasarkan temuan pada saat operasi.
2. Stadium lokal stadium lanjut didefinisikan sebagai stadium III atau
IVA. Perawatan operatif lebih disukai jika memungkinkan. Pasien
yang bukan kandidat bedah harus menerima kemoradiasi primer.
3. Stadium IVB termasuk wanita dengan metastasis jauh - kemoterapi
primer dianjurkan.

2.2.7 Prognosis

Prognosis sangat berkaitan dengan status kelenjar getah bening dan


stadium penyakit. Kelenjar getah bening positif menunjukkan korelasi
langsung dengan kedalaman dan luasnya invasi. FIGO menunjukkan
tingkat ketahanan hidup 5 tahun sebesar 90,4% untuk stadium I, 77,1%
untuk stadium II, 51,3% untuk stadium III, dan 18% untuk stadium IV.
Studi lain dari Gynecologic Oncology Group (GOG) menunjukkan
tingkat kelangsungan hidup 5 tahun sebesar 97,9% untuk tumor dengan
diameter <2 cm dengan limfonodus negatif. Pasien dengan kanker
vulva diklasifikasikan menjadi 4 kelompok menurut temuan bedah
histopatologi (ukuran tumor dan luasnya metastasis kelenjar getah
bening) (Tabel 3).

Tabel 4. Grup risiko dan kelangsungan hidup menurut GOG

Lebih dari 80% pasien dapat bertahan hidup 5 tahun dalam kasus
tanpa keterlibatan kelenjar getah bening. Akan tetapi persentase
tersebut akan turun menjadi kurang dari 50% jika nodus inguinal
terlibat dan 10–15% jika nodus pelvis iliaka atau pelvis lainnya
terlibat.6
BAB III

REFLEKSI KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Umur : 38 tahun

Agama : Islam

Suku /Bangsa : Sasak

Alamat : Tanjung, Kabupaten Lombok Utara

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tgl MRS : 24 September 2018

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama

Nyeri pada bagian vagina

Riwayat Penyakit Sekarang

Awalnya pasien mengeluhkan terdapat luka pada bagian vagina sebelah kiri
(labia mayor kiri) disertai rasa nyeri sejak 1 tahun yamg lalu. Setelah itu,
lama kelamaan muncul benjolan seperti jerawat disertai rasa gatal dan bercak
putih (seperti panu). Benjolan yang semula seukuran jerawat membesar
seperti kacang tanah. Riwayat keluar cairan atau nanah dari benjolan
disangkal. Riwayat penurunan berat badan yang signifikan disangkal. Pasien
mengatakan baru mulai berobat ke RS KLU sejak ± 1 bulan sebelum MRS di
RSUP NTB. Di RSUD KLU, pasien dibiopsi dengan hasil : Papillary
Carcinoma. Karena hasil dari biopsy merupakan keganasan, akhirnya pasien
dirujuk ke RSUP NTB untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, riwayat HT, DM,
asma disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa dalam keluarga disangkal, riwayat keluarga dengan


kanker disangkal, riwayat HT, DM, asma disangkal.

Riwayat Sosial

Pasien merupakan ibu rumah tangga, menikah 1x. Suami berprofesi sebagai
petani dan merupakan perokok aktif.

Riwayat Alergi

Alergi makanan (-), obat-obatan (-)

Riwayat KB

Pasien mengaku menggunakan KB suntik selama 10 tahun.

Riwayat Obstetri

1. Perempuan/aterm/tunggal/SCTP/RS Kota/Dokter/±2000gr/12 tahun


2. Laki-laki/aterm/tungga/SCTP/RS KLU/Dokter/2000gr/5 tahun

3.3 Pemeriksaan Fisik (24/09/2018)

Keadaan umum : Baik


Kesadaran: Compos mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 88 x/menit
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,4oC
Pemeriksaan Fisik Umum

- Mata : Anemis(-/-), ikterus (-/-)


- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
- Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Ekstremitas : edema - - akral teraba hangat + +
- - + +

STATUS GINEKOLOGI

Abdomen :

 Inspeksi : Abdomen tak tampak mengalami pembesaran, tidak ada


tanda peradangan, bekas operasi (+), massa (-)
 Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), massa (-).
 Auskultasi : BU (+)

Genitalia :

Pemeriksaan luar :

 Inspeksi : Tampak scar pada vulva sinistra, tampak bintik-bintik


berwarna putih
 Palpasi : teraba benjolan pada vulva (labia mayor) ukuran 2 cm x 2
cm, rapuh (-), nyeri tekan (+)

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium (21/09/18)

HGB : 13,5 g/dl


RBC : 4,36/uL

HCT : 39 %

WBC : 6050/uL

PLT : 265000/uL

GDS : 131 mg/dl

Kreatinin : 0,9 mg/dl

Ureum : 25 mg/dl

SGOT : 17 mg/dl

SGPT : 16 mg/dl

3.4. Diagnosis Kerja

Ca Vulva sinistra stadium I

3.5 Tatalaksana

Diagnostik :
- Pemeriksaan laboratorium (DL, Fungsi ginjal, funsgi hati, GDS)
- Ro Thorax

Terapi
- Pro Operasi hemivulvektomy radikal
- MRS
- IVFD RL 20 tpm

3.6 Tindakan Intra Operasi (25/09/2018) :

- Litotomy dalam Subarachniod Block (SAB)


- Dilakukan limfadenektomy kiri dan kanan. Tidak terdapat pembesaran
limfonodi. pasang drain.
- Dilanjutkan dengan hemivulvektomy kiri. Tumor dan jaringan dicauter
- Perdarahan dirawat, luka dijahit lapis demi lapis.
- Luka dijahit satu-satu.
- Operasi selesai

2.6 Instruksi Post Operasi :


- Diet TKTP
- Ceftriaxone 1 gr/8 jam
- Paracetamol infus 3 x 500 mg
- Kalnex supp 3 x 1
- Rawat luka
- Cek DL 6 jam post operasi

2 JAM POST OPERASI

S/ Keluhan: nyeri luka operasi (+), perdarahan aktif (-), mual (-) muntah (-)

O/ KU : Baik

Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,7oC

Urin tamping : 100 cc

A/ Ca vulva stadium I Post hemivulvektomy radikal sinistra dan limfadenektomy

bilateral
Follow Up

Tanggal/jam Subjektif Objektif Assasment Planning

26/09/2018 Nyeri (+) KU : Baik Ca vulva Observasi KU


Kes : CM stadium I Post dan TTV
09.00 TD : 120/70mmHg hemivulvektomy
N : 82x/menit radikal sinistra Anjurkan
R : 20x/menit dan mobilisasi
T : 36,5oC limfadenektomy
K/L : mata : an -/-, ikt -/- bilateral Hari ke KIE menjaga
Thoraks : dbn 2 kebersihan bekas
Abd : distensi (-), nyeri operasi
tekan (-) suprapubic, BU Aff DC
(+) N, hepar dan lien tak
teraba. Kaltrofen supp/
Genitalia : rektal
Perdarahan (-), nyeri bekas
operasi (+). Paracetamol iv

luka bekas operasi Inj. Cefotaxime


terawatt. 1gr

DC: 500 cc

Drain : ± 3cc

27/09/18/2018 Nyeri (+) KU : Baik Ca vulva Observasi KU


Kes : CM stadium I Post dan TTV
11.00 TD : 130/90mmHg hemivulvektomy
N : 80x/menit radikal sinistra KIE menjaga
R : 20x/menit dan kebersihan bekas
T : 36,3oC limfadenektomy operasi
K/L : mata : an -/-, ikt -/- bilateral hari ke
Thoraks : dbn 3 Aff infus
Abd : distensi (-), nyeri Aff drain
tekan (-) suprapubic, BU
(+) N. BPL
Ekstremitas: Edema (-),

V/V : Perdarahan (-),


nyeri bekas operasi (+)

Akral : hangat
BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang wanita berusia 38 tahun datang ke Poli Kandungan RSUD


Provinsi NTB rujukan RSUD KLU dengan Ca vagina. Awalnya pasien
mengeluhkan terdapat luka pada bagian vagina sebelah kiri (labia mayor kiri)
disertai rasa nyeri sejak 1 tahun yamg lalu. Setelah itu, lama kelamaan muncul
benjolan seperti jerawat disertai rasa gatal dan bercak putih (seperti panu).
Benjolan yang semula seukuran jerawat membesar seperti kacang tanah.4

Penegakan diagnosis kanker vulva meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,


dan biopsi. Kanker vulva dapat muncul di setiap bagian vulva, lokasi tersering
adalah labia (80%), klitoris (10%), dan frenulum (10%). Keluhan yang sering
dijumpai berupa gatal yang lama, sedangkan gejala lain lebih jarang dijumpai
adalah pendarahan, keputihan, disuria dan nyeri area vulva. Gambaran klinis yang
paling sering ditemui berupa benjolan atau massa di area vulva ukuran bervariasi
dapat bertangkai. Lesi dapat berbentuk verukosa, ulcerasi dan leukoplakia. Lesi
berbentuk verukosa dapat menyerupai lesi kondilomata akuminata. Kasus
karsinoma vulva sering unifokal dan terjadi pada area labia mayor sedangkan
sisanya sebanyak 5% multifokal dan terletak pada labia minor. Pada pasien ini lesi
muncul berbentuk verukosa pada area labia mayor tunggal, bertangkai dengan
permukaan verukosus disertai dengan keluhan gatal yang lama disertai rasa nyeri
namun tidak rapuh dan tidak mudah berdarah.1,3,4

Diagnosis pasti ca vulva pada pasien ini ditegakkan berdasarkan hasil


biopsi pasien yang dilakukan di RSUD KLU menunjukkan hasil papillary
carcinoma yang menunjukkan keganasan pada vulva. Secara teori penegakan
diagnosis tumor ganas vulva didasarkan hanya dari biopsi sehingga semua lesi
pada area vulva harus dilakukan pemeriksaan histologi.6
Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu tindakan operatif dengan prosedur
radical vulvectomy dan dissection of bilateral groin nodes. Kedua tindakan
tersebut merupakan terapi standar untuk kebanyakan pasien. Terapi ini bertujuan
membuang lesi primer dengan batas 1 cm dari tepi tumor dan membuang kelenjar
getah bening di sekitar tumor Pembedahan berfungsi membuang semua sel tumor
ganas dan mengidentifikasi progresivitas penyakit untuk menentukan stadium
tumor ganas dan terapi. Dari hasil staging carnimoma vulva menurut FIGO,
pasien ini didiagnosis dengan carcinoma vulva grade IA, yakni terdapat lesi ≤ 2
cm tanpa adanya infasi ke limfonodus sekitar lesi, sehingga pada kasus ini
dilakukan tindakan radical hemivulvectomy di area labia mayor dan groin node
dissection oleh dokter spesialis Obstetri dan Gynecology subspesialis onkologi
serta dilakukan pemeriksaan histopatologi ulangan dari hasil operasi. Akan tetapi,
hingga saat ini belum terdapat hasil dari histopatologi tersebut.
BAB V

KESIMPULAN

-
Pada kasus ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Diagnosa yang tepat pada kasus ini adalah kanker vulva grade IA
2. Tatalaksana yang diberikan pada kasus ini sudah tepat yaitu dengan
tindakan operatif berupa hemivulvektomy radikal dan limfadenektomy
bilateral.
DAFTAR PUSTAKA

1. Walangare T, Brahmanti H, Prayitno A, Basuki S. Karsinoma Epidermoid

Vulva yang Menyerupai Kondilomata Akuminata ( Epidermoid

Carcinoma in Vulva Resembling Candyloma Accuminatum ). (318):67–

71.

2. Vair B, Altman AD, Nelson G. Time to Surgery and the Risk of Cancer

Progression in Patients With Gynaecologic Cancers of the Lower Genital

Tract. J Obstet Gynaecol Canada [Internet]. 2015;37(4):338–44.

Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S1701-2163(15)30284-X

3. Anschau F, Afonso M, Gonçalves G. Cancer of the Vulva — A Review.

In: Gynecologic Cancers - Basic Sciences, Clinical and Therapeutic

Perspectives. INTECH; 2016. p. 316–28.

4. Alkatout I, Schubert M, Mundhenke C, Günther V. Vulvar cancer :

epidemiology , clinical presentation , and management options.

2015;305–13.

5. Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo ; 2010.

6. Guidelines for the Diagnosis and Management of Vulval Carcinoma.

2014;(May).

7. Platt SL, Manley KM, Murdoch JB, Platt SL, Manley KM, Murdoch JB.

World Journal of Obstetrics and Gynecology © 2016. 2016;5(1):97–102.


8. Hacker NF, Eifel PJ, Velden J Van Der. International Journal of

Gynecology and Obstetrics Cancer of the vulva.

2016;131(December):76–83.

Anda mungkin juga menyukai