Anda di halaman 1dari 18

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Segala Rahmat dan Berkah
yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Naskah Refleksi Kasus yang
berjudul Skizofrenia Paranoid (F20.0) tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan
salah satu prasyarat dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik madya di bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Rumah Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi NTB.

Tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik
dari dalam institusi maupun dari luar institusi Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram dan jajaran RSJ Mutiara Sukma. Melalui kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr. Hj.
Elly Rosila Wijaya Sp.KJ., MM selaku pembimbing dan juga seluruh pihak yang
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mataram, April 2018

Penulis

i
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Raden Nasrudin

Umur : 33 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan Terakhir : SMP (Pernah SMA hanya kelas 2)

Pekerjaan : Petani

Status : Belum Menikah

Alamat : Desa Afar-Afar, Bayan, Lombok Utara

RIWAYAT PSIKIATRI
a. Keluhan Utama
Mengamuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa ia mendengar suara-suara bisikan dari
disekitar telinganya mengatakan kata-kata seperti “belet” “ahm” yang
mengganggu secara terus menerus. Pada saat pasien berjalan disekitar
tanaman pasien juga mengatakan sering mendengar suara Adzan dan
berbicara hal-hal baik, jika mendengar hal tersebut pasien dapat menjadi lebih
baik dan hal buruk dalam dirinya hilang. Pasien juga mengatakan bahwa
pernah merasa ingin dibunuh sehingga membawa parang dan pisau
kemanapun ia pergi untuk tujuan membela diri. Pasien mengatakan bahwa
terkadang ia merasa ada yang memegang saat tertidur.

1
c. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Pasien mengaku sudah pernah dibawa kemari oleh keluarganya,
karena dia marah-marah dan kabur dari rumah karena takut disakiti oleh
keluarganya. Pasien mengaku membuang obatnya ke laut dan tidak mau
meminumnya. Pasien menyangkal pernah mengkonsumsi alkohol.
d. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku pernah berobat dirumah sakit jiwa dan pernah di
rawat inap dirumah sakit, tetapi pasien tidak ingat tahun berapa ia dirawat.
e. Aloanamesis pada Keluarga pasien
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dibawa ke RSJ Mutiara Sukma karena pasien mengamuk.
Pasien sering marah, merusak tanaman, bicara sendiri terkadang berbicara
dengan tanaman, sulit tidur dan berbicara kacau sejak 3 bulan lalu. Pasien
juga dikatakan sering merusak tanaman yang akan panen dan ditanami oleh
tanaman lain yang menurut keluarga tidak dapat tumbuh ditanah terkait.
Keluarga juga mengatakan bahwa sebelum menanamkan tanaman, pasien
mencium atau mendoakan tanaman itu agar hal-hal buruk dalam dirinya
hilang dan hal tersebut dilakukan karena pasien bercerita bahwa diajarkan
oleh orang dan keluarga pasien menganggap orang itu tidak nyata.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dibawa ke rumah sakit sekitar tahun 2013 karena
marah-marah dan pasien dikatakan merasa curiga akan keluarganya sendiri
akan menyakitinya. Pasien pernah memiliki riwayat pasung selama kurang
lebih 1 bulan dengan mengikat menggunakan tali. Riwayat trauma dan kejang
disangkal.

2
Riwayat pengobatan
Pasien pernah mendapatkan perawatan dengan rawat inap 1 kali dan
riwayat kontrol obat tetapi pasien putus obat karena pasien dikatakan tidak
mau meminum obat.
f. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Masa prenatal dan perinatal
Pasien adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Menurut keluarga,
pasien lahir normal dibantu oleh dukun yang ada didesaknya
kemudian tumbuh seperti biasa tidak ada gangguan.
b. Masa kanak-Kanak
Pada masa pertumbuhan pasien tidak ada gangguan dan
tumbuh sesuai dengan sodara-sodara lainnya. Pada masa persekolahan
pasien dikatakan anak baik dan sering mendapatkan juara dikelasnya.
c. Masa Remaja
Pada masa remaja menurut keluarga, pasien cukup pendiam
dan berteman baik dengan teman sekolahnya. Pada kelas 2 SMA
pasien berhenti sekolah dengan alasan kesal dengan pihak sekolah
yang tidak memberikan izin untuk bertemu orang tuanya yang akan
berangkat haji.
d. Dewasa
Pasien bekerja menjadi petani di kebun coklat semenjak berenti
sekolah. Keluarga mengatakan pasien mulai megalami perubahan
sikap pada saat kematian ayahnya menjadi lebih pendiam, penyendiri
dan kurang bersemangat bekerja. Sikap pasien semakin berubah saat
pasien mengalami permasalahan sengketa tanah yang mengakibatkan
pasien kehilangan tanahnya, setelah itu pasien mulai cepat marah dan
tersinggung kemudian terkadang merasa curiga dengan keluarga
membicarakannya.

3
g. Riwayat keluarga
Keluarga pasien menyangkal adanya keluhan serupa pada anggota
keluarganya yang lain.

Genogram Keluarga

Keterangan:
= Laki – Laki. =Keluarga laki-laki yang
telah wafat.
= Perempuan.
=Keluarga perempuan
yang telah wafat.
= Pasien.

= Tinggal satu rumah.

4
Situasi Sosial Ekonomi
Sebelum pasien masuk kerumah sakit, pasien tinggal bersama dengan
ibu kandung dari pasien sekitar rumah pasien adalah rumah keluarga pasien.
Pasien masih dapat merawat diri.
h. Persepsi dan Harapan keluarga
Keluarga pasien berharap pasien dapat segera sembuh dan kembali
kemudian menjalankan kehidupan seperti biasanya dan mau taat dalam
minum obat.
i. Persepsi dan Harapan pasien
Pasien memiliki harapan segera pulang dan dapat bekerja kembali
karena pasien mengatakan bahwa dirinya sudah baik-baik saja dan tidak sakit.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PASIEN

Pemeriksaan status mental dilakukan pada tanggal 27 April 2018 di Bangsal Mawar.

a. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien berpenampilan cukup rapi dengan perawatan diri yang cukup
baik.
b. Kesadaran
Jernih
c. Aktifitas psikomotor
Normoaktif
d. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif dan terdapat kontak mata yang baik serta tenang saat
wawancara berlangsung.
e. Pembicaraan
Suara jelas dan intonasi jelas, tetapi pembicaraan pasien terkadang
kacau

5
b. Suasana Perasaan dan emosi
a. Mood
Eutimia
b. Afek
Serasi
c. Pikiran
a. Bentuk pikir
Tidak nyata ( Non-realistik)
b. Arus Pikir
Koheren
c. Isi Pikir
Terdapat waham bizarre (+), Pernah mengalami waham kejar (+)
d. Persepsi
a. Halusinasi Auditorik : Positif
b. Halusinasi Taktil (Sentuhan) : Positif
c. Halusinasi Visual : Positif
e. Kognisi
a. Orientasi
i. Waktu : Baik, dapat menyebutkan waktu saat
wawancara.
ii. Tempat : Baik, dapat menjelaskan tempat
dilaksanakannya wawancara.
iii. Orang : Baik, dapat menyebutkan dengan siapa pasien
berbicara.
b. Daya Ingat
i. Jangka Panjang : Baik, pasien dapat menyebutkan teman-
teman sekolah dasarnya.
ii. Jangka sedang : Kurang baik, pasien tidak ingat kapan masuk
rumah sakit.

6
iii. Jangka Pendek : Kurang baik, karena tidak ingat makan yang
dimakan dari pagi hingga siang sebelum wawancara.
iv. Daya Ingat Segera : Kurang baik, karena pasien kurang mampu
menyebutkan secara lengkap 3 benda yang disebutkan
sebelumnya.
c. Konsentrasi dan Perhatian
Cukup baik. Pasien terlihat serius dalam melakukan wawancara.
d. Kemampuan berhitung
Cukup baik, karena pasien mampu menjawab pengurangan secara acak
dengan cukup baik. Contohnya seperti 100-9 = 91-3 = 88
e. Kemampuan membaca dan menulis
Baik. Pasien dapat menulis nama-nama teman Sekolah Dasarnya.
f. Kemampuan Visuospasial
Cukup baik, pasien dapat membuat arah jarum jam pada jam yang
hanya berisi angka dengan baik tetapi tidak dapat membuat jam
dengan baik, jiwa jam dibuat dari awal.
g. Pengendalian Abstrak
Baik karena dapat memberikan persamaan buku dan puplen.
f. Pengendalian Impuls
Baik karena pasien dapat bersikap tenang selama wawancara berlangsung.
g. Daya nilai dan tilikan
a. Daya nilai sosial : Baik
b. Daya Realita : Terganggu
c. Tilikan : Derajat 1 (satu)
h. Taraf dapat dipercaya
Secara keseluruhan pernyataan pasien masih tidak dapat dipercaya
sepenuhnya tetapi terdapat pernyataan pasien yang dapat dipercaya

7
PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Generalis
a. Keadaan : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda Vital :
i. Tekanan Darah : 120/90
ii. Nadi : 85 x/menit
iii. RR : 20 x/menit
iv. Suhu : 36,2 oC
d. Kepala/Leher : Bentuk kepala dalam batas normal.
i. Mata : Tidak didapatkan ikterus, dan tanda
peradangan pada daerah mata, reflek pupil positif.
ii. THT : Bentuk Telinga dalam batas normal, tidak
terdapat adanya jejas pada telinga dan hidung, tidak ada
deviasi septum.
iii. Leher : Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar
getah bening.
e. Thorax : pulmo/cor dalam batas normal
f. Abdomen : semua kuadaran abdomen dalam batas normal
g. Extremitas : Terdapat riwayat patah tulang pada tangan kiri
b. Pemeriksaan Status Neurologis
a. Tanda Rangsang Meningeal : Negatif
b. Refleks Patologis : Negatif
c. Refleks Fisiologis : Normal
d. Gangguan Ekstrapiramidal :
i. Tremor : Negatif
ii. Bradikinesia : Negatif
iii. Rigiditas : Negatif

8
iv. Akatisia : Negatif
v. Distonia : Negatif
vi. Cara Berjalan : Normal
vii. Keseimbangan : Baik

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 33 tahun, datang dibawa pihak


keluarga dengan keluhan mengamuk, berbicara kacau dan sulit tidur. Pasien
mendengar suara-suara bisikan pada telinganya yang hanya dia mendengar hal
tersebut. Keluhan muncul sejak 3 bulan lalu semenjak pasien menolak meminum
obat.

Pada pemeriksaan fisik umum tidak ditemukan adanya gangguan serta tidak
ditemukan adanya tanda gangguan ekstrapiramidal. Hasil pemeriksaan status mental
pada pasien didapatkan penampilan pasien cukup rapi dan cukup terawat dengan
perilaku normoaktif serta sikap yang kooperatif selama wawancara berlangsung.
Pasien berbicara spontan, cukup keras dengan intonasi yang jelas tetapi terkadang
bicaranya kacau. Mood pada pasien eutimia dengan afek serasi dengan proses pikir
yang koheren dan didapatkan waham bizarre. Pada pemeriksaan juga ditemukan
adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik, visual dan taktil. Halusinasi
auditorik dirasakan lebih dari 1 bulan. Atensi pada pasien baik tetapi daya ingat
pasien yang kurang baik. Kemampuan visuospasial pasien cukup baik dan
kemampuan membaca dan menulis pasien baik. Daya nilai realitas pasien terganggu
dengan tilikan pasien derajat 1.

FORMULA DIAGNOSTIK

Berdasarkan hasil anamnesis pada pasien didapatkan adanya gangguan pada


pola perilaku, pikiran dan perasaan yang bermakna sehingga menyebabkan hendaya

9
fungsi dasar kehidupan sehari-hari sehingga saya menyimpulkan bahwa pasien
mengalami gangguan kejiwaan.1

Berdasarkan hasil anamnesis pasien tidak pernah mengalami trauma dan tidak
terdapat riwayat kejang serta tidak adanya riwayat penggunaan obat-obatan atau
alkohol sehingga dapat menyingkirkan gangguan mental organik (F00-F09) dan
penggunaan zat psikoaktif (F10-F19). Pada hasil anamnesis pasien didapatkan pasien
mengalami halusinasi auditorik dan riwayat pernah ingin dibunuh sehingga terjadi
gangguan pada fungsi realita pada pasien yang dapat masuk dalam kriteria skizofrenia
paranoid (F20). Sesuai dengan pedoman bahwa kriteria skizofrenia dapat ditegakkan
dengan menemukan gejala waham atau halusinasi yang menonjol. Berdasarkan
PPDGJ III diagnosis untuk Aksis I adalah Skizofrenia Paranoid (F.20.0) 1

Pada pasien ini tidak dapat menilai gangguan kepribadian sehingga Aksis II
tidak dapat dinilai. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan secara organik
atau medis secara umum sehingga Aksis III tidak terdapat diagnose. Pada pasien
kasus ini ditemukan adanya permasalahan keluarga dan permasalahan putus obat
sehingga Aksis IV dapat ditentukan. Pada waktu wawancara pasien sudah cukup baik
sehingga mendapatkan nilai score GAF (Global Assessment of Functioning) adalah
70-61 dengan disabilitas minimal. 1

EVALUASI MULTI AKSIAL

a. Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)


b. Aksis II : Tidak dapat dinilai
c. Aksis III : Tidak ada diagnosis
d. Aksis IV : Masalah Putus obat, Masalah Primary support group
e. Aksis V : GAF Scale saat di wawancara 70-61

10
DAFTAR MASALAH

a. Organobiologik : Gangguan ketidakseimbangan neurotransmitter.


b. Psikologis dan Perilaku :
 Mengamuk, dan merusak tanaman.
 Halusinasi Auditorik
 Riwayat Waham kejar
 Tilikan derajat 1
c. Lingkungan dan sosioekonomi :
 Pasien saat ini tinggal bersama ibunya. Ibu pasien sudah lanjut usia
sehingga pasien kurang mendapatkan perhatian.

RENCANA PENATALAKSAAN

a. Famakologi Psikofarmaka :
a. Risperidone Tablet 3mg/ hari, 1-2x sehari
Saya menyarankan penggunaan dari risperidon karena Penelitian
preklinik menunjukkan bahwa kemampuannya mengantagonis
dopamin sama kuatnya dengan haloperidol tetapi dalam menginduksi
terjadinya katalepsi lebih tinggi pada haloperidol. maka, efek samping
ekstrapiramidal lebih ringan pada risperidon bila dibandingkan dengan
haloperidol. 2
b. Psikososial :
a. Rehabilitas Psikososial untuk membantu dalam mengembalikan fungsi
dasar dalam kehidupan sehari-hari. Terapi psikososial terdapat
beberapa jenis antara lain family therapy, supported employment,
cognitive remediation, pelatihan keterampilan, cognitive behavioural
therapy (CBT), token economic interventions, dan intervensi
psikososial untuk penggunaan zat dan manajemen berat badan.
(sumber 4 skizofrenia) 3,4

11
c. Psikoedukasi :
a. Edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya dan bagaimana
pentingnya kepatuhan meminum obat dalam proses pengobatannya
agar dapat mencegah terjadinya putus obat.
b. Memberikan edukasi bahwa setiap pemberian obat memilki efek
samping bagi pasien tetapi masih dapat diatasi.
c. Menjelaskan bahwa efek pengobatan lebih besar dari pada efek
samping yang diterima oleh pasien sehingga pasien tidak takut dalam
menjalani pengobatan.
d. Memberikan edukasi bahwa halusinasi suara, visual yang dirasakan
tidaklah nyata sehingga pasien harus belajar untuk mengendalikan atau
mengabaikan halusinasi tersebut.
 Edukasi kepada Keluarga :
1. Memberikan edukasi kepada semua anggota keluarga
mengenai penyakit yang diderita oleh pasien, dan
bagaimana gejala-gejalnya.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa pentingnya
pengontrolan dalam pengobatan dan dukungan keluarga
dalam pengobatan sangat berperan dalam pengobatan.
3. Menjelaskan bahwa rajin kontrol kembali ke Rumah
Sakit setelah pasien dipulangkan sangatlah penting.

PROGNOSIS

Hal yang meringankan prognosis :

1. Pasien sudah terdapat perbaikan.


2. Memilki jaminan kesehatan dan keluarga mendukung pengobatan.
3. Ada keinginan kuat dari pasien ingin pulang.

12
Hal yang memperberat Prognosis :

1. Pasien cukup sulit dalam kepatuhan minum obat.


2. Pasien tidak merasa dirinya sakit (Tilikan derajat 1)

Prognosis Pasien :

1. Qua ad vitam : bonam


2. Qua ad functionam : dubia bonam
3. Qua ad sanationam : dubia malam
DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Skizofrenia adalah suatu gambaran jiwa yang terpecah belah, adanya


keretakan atau disharmoni antara proses pikir, perasaan dan perbuatan (schizos =
pecah-pecah atau bercabang, phren = jiwa). Gejala pada skizofrenia terdiri dari
Gejala primer yang terdiri dari gangguan proses pikir, gangguan emosi, gangguan
kemauan, dan autisme dan Gejala sekunder yang terdiri dari waham, halusinasi, dan
gejala katatonik atau gangguan psikomotor lainnya. Skizofrenia terdapat beberapa
klasifikasi antara lain Skizofrenia Paranoid, Skizofrenia habefrennik, Skizofrenia
katatonik, Skizofrenia tak terinci, Depresi pasca-skizofrenia, Skizofrenia residual,
Skizofrenia simpleks, Skizofrenia lainnya, dan Skizofrenia YTT. 1,2,3

Pendoman dalam diagnostik Skizofrenia yang mengacu pada PPDGJ-III dan


DSM V jika terdapat satu gejala atau lebih jika gejala-gejala terlihat tidak pasti.
Gejala tersebut adalah gangguan isi pikir berupa thought echo, thought insertion or
withdrawal dan thought broadcasting, dan terdapat waham seperti delusion of
control, delusion of influence, delusion of passivity, delusional perception serta
didapatkan gejala halusinasi auditorik dan waham-waham yang menetap. Jika
ditemukan gejala yang belum menonjol maka ditentukan dengan menemukan
minimal dua gejala berikut halusinasi yang menetap dari panca indra manapun, arus
pikir yang terputus, perilaku katatonik, gejala-gejala negatif seperti sikap apatis,

13
bicara jarang, dan respon emosional menumpul. Diagnosis dapat ditegakkan jika
gejala yang timbul tersebut telah muncul selama kurun waktu satu bulan atau lebih
serta terdapat perubahan mutu kehidupan yang konsisten dan bermakna. 1

Pada kasus diatas didapatkan bahwa pasien mengalami halusinasi auditorik


dan terdapat riwayat waham kerja, wahan bizarre yang lebih dari 1 bulan, hal tersebut
merupakan salah satu ciri dari skizofrenia paranoid. Gangguan pasien disebabkan
oleh masalah keluarga serta masalah sosial yang di memperparah adalah keadaan
pasien yang menolak atau tidak patuh dalam meminum obat yang diberikan pada
awal masuk rumah sakit. Pengobatan pada pasien dapat dilakukan dengan pemeberian
obat yang bekerja sebagai antagonis reseptor serotonin dan dopamin. 2

Resperidone merupakan obat yang bekerja sebagai antagonis reseptor


serotonin dan dopamin. Risperidon bekerja sebagai antagonis poten pada serotonin
(terutama 5-HT 2A ) dan dopamin D2 hal tersebut bermanfaat dalam mengatasi
gejala negatif pada skizofrenia. Pada pasien ini saya gunakan 3mg diminum 2 kali
sehari, jadi pasien akan mendapatkan 6mg/ hari untuk resperidone karena biasanya
pasien membutuhkan 4-6mg/hari. Selain terapi psikofarmaka, terapi non farmakologi
juga diperlukan karena akan memberikan rasa aman, dilindungi dan diterima kepada
pasien sehingga pasien dapat memperbaiki gangguan yang dialami dengan baik.
Peran keluarga dalam terapi skizofrenia juga sangat diperlukan guna memberikan
dukungan pertama bagi pasien dan pemberian edukasi kepada keluarga mengenai
penyakit juga penting agar dapat melakukan tindakan secepatnya dalam menghadapi
pasien. 2,5

REFLEKSI KASUS

Berdasarkan kasus yang saya pilih, saya mendapatkan hal yang menarik
berupa gejala terdapat gejala yang timbul lebih awal dan gejala yang timbul lebih
setelahnya. Seperti pada pasien ini memilki riwayat pernah merasa ingin di bunuh,
tetapi saat ini sudah tidak ada lagi, saat ini hanya suara-suara yang dirasakan oleh

14
pasien. Gejala yang menonjol pada saat saya mewancarai adalah halusinasi auditorik.
Pasien kembali ke rumah sakit dikarenakan ketidak patuhan dalam meminum obat
sehingga faktor tersebut juga menjadi bahan pertimbangan saya nantinya untuk
memberikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa kontinuitas dalam pengobatan itu
penting.

Pada kasus ini juga saya dapat mempelajari lebih dan mengetahui bagaiamana
gejala dan tanda dari pasien dengan skizofrenia. Hal ini juga membantu saya dalam
memudahkan mempelajari mendiagnosa sesuai dengan pedoman yang ada sehingga
dapat memberikan tatalaksana dengan cepat dan tepat sehingga memberikan
prognosis yang baik bagi pasien.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari


PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2013. 115 p. Sadock BJ,
Sadock VA, Ruiz P.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Konsensus
Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. 2011
3. Willy F.Maramis, Albert A.Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi.
2. Surabaya: Airlangga University Press, 2009; p259
4. Rafael Penades and Rosa Catalan. Cognitive Remediation Therapy (CRT):
Improving Neurocognition and Functioning in Schizophrenia. Intech.
2012;69–86.
5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar Psikiatri. 2nd ed.
Ed: Elvira S and Hadisukanto G. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Indonesia. 2013.

16

Anda mungkin juga menyukai