Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Penglihatan merupakan salah satu indra yang paling kuat dan paling bernilai.
Penglihatan binocular berperan penting dalam perkembangan, independent, kualitas
hidup dan keamana perorangan. Cedera okuli merupakan penyebab hilangnya fungsi
penglihatan tersering dan dapat dicegah. Prevalensi dari berbagai jenis trauma okuli
adalah 19.8%. Cedera mata memiliki tingkat keparahan yang bervariasi, mulai dari
abrasi kornea yang kecil hingga trauma tembus yang berat.1

Kornea merupakan umpulan sel dan protein yang memiliki tiga fungsi yaitu
sebagai dinding pelindung, filtrasi sinar ultraviolet dari matahari, dan refraksi.
Kornea harus bersifat transparan untuk dapat merefraksikan cahaya dengan benar.
Selain itu, kornea tidak memilliki pembuluh darah sehingga nutrisinya berasal dari air
mata, oksigen, dan aquous humour di bilik mata depan. fungsi kornea sebagai
pelindung menyebabkan kornea rentan untuk terkena trauma.2

Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf
mata, dan rongga orbita. Kerusakan mata dapat mengakibatkan atau memberikan
penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Bentuk-bentuk trauma yang dapat
mengenai mata antara lain trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia,
dan trauma radiasi. Selain itu, trauma pada mata dapat dibagi menjadi closed globe
injury dan open globe injury. Pada open globe injury karena trauma tumpul, dapat
menyebabkan beberapa kelainan jaringan mata di antaranya ruptur kornea dan
katarak traumatik.3,4

Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat
terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan
yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi
berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang
sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan
nomor dua di Indonesia.
1
BAB II

LAPORAN KASUS

I. SUBJEKTIF
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Usia : 37 tahun
Jenis kelamin : Lai-laki
Alamat : Pemenang , Lombok Utara
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMA
Tanggal pemeriksaan : 17 Oktober 2017
RM : 597827

B. ANAMNESIS
a) Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan kabur
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari RSUD Tanjung dengan OD trauma
tumpul komplikasi ruptur kornea dan hipopion. Pasien mengeluhkan
penglihatanya kabur setelah terkena serpihan kayu saat menebang pohon
sejak 3 hari sebelum MRS. Pasien mengaku jika serpihan kayu tersebut
sempat tertinggal di mata pasien, lalu dicabut oleh anggota keluarga sendiri
di rumah. Pasien mengaku jika kayu yang ada pada mata berbentuk seperti
jarum dengan panjang sekitar 0.5 cm. Saat terkena serpihan kayu, pasien
merasa matanya nyeri namun tidak hebat, pandangan kabur yang semakin
lama terasa semakin berat, mata terasa gatal dan berwarna kemerahan, dan
muncul selaput berwarna putih pada manik mata setelah serpihan kayu
diangkat. Keluhan disertai dengan mata berair, silau saat melihat cahaya
dan terasa seperti terdapat benda asing pada mata, belekan disangkal.

2
Pasien mengaku pada saat terkena kayu, mata sempat berdarah dimana
sumber perdarahanya disebutkan oleh pasien berasal dari bagian sudut
mata (daerah yang berwarna putih pada mata).

c) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan mata yang lain sebelumnya.
Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-), penggunaan kacamata
sebelumnya (-)

d) Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada di keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat
hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-)

e) Riwayat Pengobatan
Sebelum dirujuk ke RSUP NTB, pasien sempat rawat inap di RSUD
KLU selama 2 hari namun tidak dirasakan adanya perbaikan. Beberapa
terapi yang didapat pasien adalah :
IVFD RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2x1 gram
Injeksi ketorolac 3x1 ampul
Levofloxacin eyedrop @ 2 jam
Lyters eyedrop @ 2 jam

f) Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat (-), makanan (-) dan minuman (-)

3
II. OBJEKTIF
A. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
Tanda vital :
o Tekanan darah : 120/80 mmHg
o Frekuensi napas : 20 x/menit
o Frekuensi nadi : 88x/menit
o Suhu aksila : 37 o C

B. STATUS LOKALIS

OD OS
Deskripsi: Lesi kekeruhan berupa infiltrat berwarna putih keabuan pada
permukaan kornea pars sentralis, berukuran 5mm, berbatas tidak tegas,
permukaan tidak rata.
Hipopion (+) pada pukul 6.
Didapatkan adanya laserasi pada skleras pars nasalis dengan ukuran 4 mm

Pemeriksaan Mata kanan Mata kiri


Visus 1/300 6/6
Posisi Bola Mata: Hirschberg Sulit dievaluasi Orthoforia
Cover-uncover Sulit dievaluasi Orthotropia
Normal pada segala
Lapang Pandang (Konfrontasi) Tidak dapat dievaluasi
arah

4
Gerakan lancar, Gerakan lancar,
jangkauan penuh, nyeri jangkauan penuh,
(-) nyeri (-)

Pergerakan bola mata

Palpebra Superior :
Enteropion (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Pseudoptosis (-) (-)

Edema (+) ringan (-)

Hiperemi (-) (-)

Skuama (-) (-)

Palpebra Inferior :
Enteropion (-) (-)
Trikiasis (-) (-)
Pseudoptosis (-) (-)

Edema (-) (-)

Hiperemi (-) (-)

Skuama (-) (-)

Konjungtiva Palpebra Superior:


Hiperemi (+) (-)
Folikel/papil (-) (-)
Sikatriks (-) (-)

Konjungtiva Palpebra Inferior :


Hiperemi (+) (-)
Folikel/papil (-) (-)

5
Sikatriks (-) (-)
Konjungtiva Bulbi :
Injeksi konjungtiva (+) (-)
Injeksi siliar (+) (-)
Pterigium (-) (-)

Kornea Lesi kekeruhan berupa Cembung, jernih


infiltrat putih keabuan,
berukuran 5mm,
berbatas tidak tegas,
permukaan tidak rata.
Refleks kornea (+)
COA : Kesan dalam Kesan dalam
Hifema (-) (-)
Hipopion (+) (-)
Iris :
Sinekhia (-) (-)
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Bentuk Sulit dievaluasi Regular

Pupil :
Sulit dievaluasi Normal
Ukuran
Sulit dievaluasi (+)
Refleks langsung
Sulit dievaluasi Tidak dapat
Refleks tidak langsung
dievaluasi
Lensa Sulit dievaluasi Jernih
TIO :
Palpasi Tidak dievaluasi Kesan Normal

Funduskopi Reflek Fundus (-), Reflek Fundus(+)


Fundus Okuli tidak - Papil

6
dapat dilakukan. berbatas
tegas, bentuk
oval,
berwarna
peach.
- Pembuluh
darah tampak
normal.
- Retina tidak
tampak pucat
maupun
perdarahan..

C. GAMBAR MATA PASIEN

7
Gambar 1. Tampak mata kanan dari depan Gambar 2. Tampa mata kanan dari samping

Gambar 3. Konjungtiva tarsal superior OD Gambar 3. Konjungtiva tarsal inferior OD

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah
Subjektif :
1. Penurunan penglihatan progresif pada mata kanan
2. Nyeri pada mata kanan
3. Mata merah disertai rasa gatal, berair, berpasir dan silau saat melihat
cahaya.

Objektif :
1. Visus naturalis OD 1/300
2. Terdapat infiltrat putih keabuan pada kornea kanan
3. Injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+)
4. Hipopion (+)

B. Analisa Kasus
Pada laporan kasus ini, laki-laki usia 37 tahun datang ke poliklinik
mata RSUP NTB dengan keluhan mata kanan kabur sejak 3 hari yang lalu
setelah mata kanan pasien terkena serpihan kayu saat sedang menebang pohon
di hutan. Selain kabur, hal tersebut juga menyebabkan munculnya rasa nyeri,
mata merah dan keluhan tidak nyaman lainya padamata kanan pasien. Jika
dilihat dari keluhan utama dan keluhan penyerta pasien, maka kondisi pasien
saat ini dapat digolongkan ke dalam penyakit mata merah dengan visus turun.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah glaucoma akut, keratitis,
ulkus kornea, endolftalmitis dan panoftalmitis. Adanya riwayat terkena
serpihan kayu pada pasien maka pasien ini mengalami trauma tumpul.trauma
pada pasien maka dapat dipikirkan bahwa keluhan yang muncul pada pasien
disebabkan karena adanya benda asing pada mata pasien.3
Trauma mata terbagi menjadi dua macam, yaitu closed globe injury
dan open globe injury. Closed globe injury merupakan cedera yang
terpenetrasi dalam kornea atau disebut partial-thickness corneal wound,

9
sedangkan open globe injury merupakan cedera yang terpenetrasi sampai
dalam bola mata atau disebut full-thickness corneal wound. Pada pasien ini,
dicurigai adanya close globe injury karena dari pemeriksaan fisik didapatkan
bilik mata depan kesan dalam sehingga belum menyebabkan terjadinya
kebocoran pada BMD.4
Close globe injury terdiri atas contusion dan lamellar laceration.
Namun, pada kasus close globe injury akibat benda tumpul yang
menyebabkan terjadinya penetrasi maka dapat disebut sebagai rupture.5 Maka
pada kasus ini jenis close globe injury yang terjadi adalah rupture.
Dari anamnesis pasien ini, didapatkan adanya keluhan mata merah,
nyeri, penglihatan kabur, berair, dan silau. Adanya kelainan kornea dicurigai
karena adanya trias nyeri, berair, dan silau pada mata yang terkena. Kelainan
kornea yang dapat terjadi antara lain keratitis, ulkus kornea, dan ruptur
kornea. Pada keratitis, ditemukan gejala dan tanda berupa mata merah, rasa
silau, merasa kelilipan, kekeruhan berupa bercak pada permukaan kornea, dan
kedalaman bilik mata depan normal. Pada ulkus kornea, didapatkan gejala dan
tanda berupa mata merah, nyeri, penglihatan kabur, fotofobia, penipisan
kornea, dan jika diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau pada daerah
defek epitel. Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah adanya trauma ringan
yang merusak epitel kornea. Sedangkan pada ruptur kornea, didapatkan gejala
dan tanda yang hampir sama dengan ulkus kornea ditambah dengan bilik mata
depan yang tampak dangkal serta tes Seidel yang menunjukkan hasil
positif.1,3,4
Kondisi lain yang dapat terjadi pada mata merah dengan penurunan
visus adalah uveitis, endolftalmitis dan panoftalmitis. Untuk panuveitis
kemungkinan disini dapat disingkirkan. Karena pada pemeriksaan fundoskopi
psien dengan panuveitis masih dapat menunjukan reflek fundus positif,
sedangkan pada pasien ini refleks fundus negative. Endhoptalmitis dapat
dijadikan salah satu diagnosis banding mengacu pada pemeriksaan fundoskopi
dengan refleks fundus negative. Pada suatu kondisi terjadi defek pada epitel
kornea hingga stroma, sehingga akan terlihat terjadinya penipisan dan

10
perubahan dari permukaan kornea. Pemeriksaan bilik mata belakang tidak
bisa dilakukan karena pupil terhalangi oleh infiltrate, untuk itu perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang yakni USG B-scan untuk melihat apakah
terdapat kekeruhan vitreus atau tidak.
Pada glaucoma akut terdapat anamnesis yang khas sekali berupa nyeri
pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan
membaik jika pasien istirahat, serta melihat pelangi (halo). Selain itu pada
glaucoma akut juga pasien sering mengeluhkan nyeri hebat di kepala, mual
muntah, bradikardia, mata menunkjukkan tanda tanda kongestif (peradangan)
dengan kelopak mata bengkak, tekanan bola mata yang sangat tinggi, papil
saraf optic hiperemis, edem dan lapang pandang turun secara bermakna.
Keadaan ini tidak sesuai dengan kondisi pasien untuk itu diagnosis glaucoma
akut dapat disingkirkan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita ini menunjukan
adanya ulkus pada bagian sentral dari kornea yang dapat disebabkan oleh
jamur maupun bakteri. Pada penderita ini dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik perlu dibedakan dengan ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri dan
virus. Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri dan virus keluhan yang
didapatkan oleh pasien hampir sama dengan ulkus kornea yang disebabkan
oleh jamur. Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur, kemerahannya
lebih minimal dan terdapat riwayat trauma pada mata akibat terkena
tumbuhan. Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh virus nyeri yang
ditimbulkan minimal karena terjadi anestesi pada kornea. Pada ulkus kornea
yang disebabkan oleh bakteri dapat ditemukan adanya hipopion dan riwayat
trauma. Ulkus kornea juga sering berulang terutama yang diakibatkan oleh
virus herpes simplek.
Pada pemeriksaan fisik penderita ini mengarah ke ulkus kornea susp
jamur. Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur infiltratnya berwarna
abu-abu dikellilingi infiltrat halus (fenomena satelit). Pada ulkus kornea yang
disebabkan virus lesi biasanya berbentuk ulkus dendritik yang memiliki pola
percabangan linear khas dengan tepian kabur memiliki bulbus bulbus

11
terminalis pada ujungnya. Dapat juga berupa ulkus geografik dimana biasanya
lesi dendritik berbentuk lebih lebar dan tepian ulkus tidak kabur dan terjadi
penurunan sensibilitas dari kornea. Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh
bakteri biasanya bersifa lebih purulen dan diawali dari daerah sentral kornea
lalu menyebar ke perifer. Karena gejala yang tida terlalu khas oleh kedua
kausa tersebut maka dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti KOH untuk
pemeriksaan jamur dan swab untuk kultur bakteri.

Assessment

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien mengarahkan pada OD close globe injury dengan rupture kornea
terepitelisasi dan ulkus kornea DD endoftalmitis.

Pemeriksaan Penunjang
USG B-Scan
Pemeriksaan KOH 10% dan swab

Planning Tatalaksana

- Natamycin 5% 8 x 1 tetes
- Cendo LFX 6 x 2 tetes per hari
- Sulfas atropin 1% 3x1 tetes per hari
- Injeksi Ceftriaxon 2x1 gram

KIE

- Pasien diberikan informasi bahwa yang dialami pasien adalah kelainan pada
struktur kornea yakni berupa luka dan telah terjadi infeksi.
- Pasien diberikan informasi bahwa pasien harus menjaga kebersihan
tangannya, pasien harus mencuci tangannya sebelum dan sesudah menyentuh
mata kanannya.

12
- Pasien diberikan informasi apabila pasien ingin membersihkan mata kanannya
gunakan kain yang bersih, dan jangan menggunakan kain yang sama untuk
anggota keluarga yang lain.
- Pasien diberi informasi untuk meminum dan meneteskan obat dengan teratur,
karena telah terjadi infeksi pada mata kanan pasien.
- Pasien diberi informasi mengenai kemungkinan komplikasi yang terjadi yakni
adanya jaringan parut di kornea yang tidak bisa hilang.
- Apabila pasien berpergian keluar diberi informasi untuk menggunakan
sunglasses atau eye patch untuk melindungi mata kanannya.

Prognosis

Quo ad functionam
Prognosis pengelihatan pasien dubia ed malam.
Quo ad vitam
Prognosis nyawa pasien bonam.

13
BAB IV
KESIMPULAN

Pada laporan kasus ini, laki-laki usia 37 tahun datang ke poliklinik mata RSUP
NTB dengan keluhan mata kanan kabur sejak 3 hari yang lalu setelah mata kanan
pasien terkena serpihan kayu saat sedang menebang pohon di hutan. Selain kabur, hal
tersebut juga menyebabkan munculnya rasa nyeri, mata merah dan keluhan tidak
nyaman lainya padamata kanan pasien.
Pada pemeriksaan status lokalis mata pasien, visus naturalis OD 1/300 dan visus
naturalis OS 6/6. Terdapat infiltrat berwarna putih keabuan pada kornea, berbentuk
ireguler oval, permukaan tidak rata, dengan ukuran 5mm, Pasien ditatalaksanai
dengan pemberian sulfas atropin 3x1 tetes per hari, Cendo LFX 6 x 2 tetes per hari,
injeksi ceftriaxon 2x1 gram per hari. Prognosis pengelihatan pasien dubia ed malam.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata, Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia, 2014.
2. Kuhn, F and Pieramici, DJ. Ocular Trauma: Principles and Practice. Thieme
Publishers Series. 2002.
3. Acerra, JR. Globe Rupture. 2017. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/798223-overview
4. Bernfeld, E and Queen, JH. Corneal Epithelial Defect. 2014. Available from
http://aao.org/Corneal_Epithelial_Defect

15

Anda mungkin juga menyukai