Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Obesitas atau kegemukan yang berlebih dimaknai berbeda bagi setiap


orang. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan
lemak tubuh yang berlebihan berdasarkan beberapa pengukuran tertentu.
Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak yang ditandai dengan
barat badan di atas rata-rata dari Indeks Massa Tubuhnya (Body Mass Index)
yang di atas normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara
mengalikan berat badan anak kemudian dibagi dengan kuadrat dari besar
tinggi anak. Jika seorang anak memiliki IMT di atas 25 kg/m2, maka anak
tersebut menderita obesitas.

Obesitas pada anak dapat dinilai dari beberapa kriteria selain IMT.
Terkadang seseorang anak terlihat gemuk, namun belum tentu disebut
obesitas. Beberapa metode dan teknik diagnosis dapat dilakukan untuk
menilai apakah anak gemuk sudah memasuki tahap obesitas atau hanya over
weight.

Patokan BMI untuk obesitas pada anak bervariasi sesuai jenis kelamin dan
usia. Ketika anak mencapai usia dewasa, patokan BMI untuk overweight dan
obesitas adalah 25 dan 30.

• Underweight: BMI kurang dari persentil 5 untuk jenis kelamin dan


usia

• Berat badan normal: BMI antara persentil 5-85 untuk jenis kelamin
dan usia

• Overweight: BMI antara persentil 85 dan 95 untuk jenis kelamin dan


usia

1
• Obesitas: BMI persentil 95 atau lebih untuk jenis kelamin dan usia

• Sangat obesitas: BMI lebih dari persentil 99 untuk jenis kelamin dan
usia

(Barlow Se, 2007), (Klein Jd. Sesselberg TS. Johnson MS. 2010).

Di negara dengan keadaan ekonomi yang telah maju, obesitas merupakan


masalah gizi yang penting. Di Indonesia kasus obesitas biasanya terdapat
pada anak dari keluarga yang ekonominya tergolong mampu. Obesitas dapat
terjadi pada semua golongan umur, tetapi tersering pada bayi, anak umur 5-6
tahun dan golongan remaja, terutama pada perempuan. Obesitas pada anak
lebih sering ditemukan pada keluarga dengan kedua orang tua atau salah
seorang (terutama ibu) yang juga menderita obesitas

Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam
tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Prevalensi
overweight dan obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia adalah 6% dan
10%, di Cina adalah 3,6% dan 3,4%, dan di Inggris adalah 22-31% dan 10-
17%, tergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi obesitas pada anak-
anak sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi 19%.

Di Indonesia, prevalensi obesitas pada balita menurut SUSENAS


menunjukkan peningkatan baik di perkotaan maupun perdesaan. Di perkotaan
pada tahun 1989 didapatkan 4,6% lelaki dan 5,9% perempuan. Pada tahun
1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8% untuk perempuan. Prevalensi obesitas
tahun 1995 di 27 propinsi adalah 4,6%.

Di DKI Jakarta, prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya


umur. Pada umur 6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak
remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2%, dan pada umur 17-18 tahun 11,4%.
Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada wanita (10,2%)
dibanding lelaki (3,1%). Pada penelitian Djer 1998, prevalensi obesitas anak

2
di sebuah SD Negeri di kawasan Jakarta Pusat sebesar 9,6%. Penelitian
mutakhir yang dilakukan oleh Meilany 2002, menunjukkan prevalensi
obesitas anak di tiga SD swasta di kawasan Jakarta Timur sebesar 27,5%.
Menurut data rekam medik, kasus baru obesitas yang datang di poliklinik
Gizi Anak Bagian IKA FKUI-RSUPNCM dalam periode tahun 1995-2000
adalah sebanyak 100 pasien, dan 35% di antaranya adalah balita (Staf
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1989).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Murray Rose


Menurut Murray G. Ross, PPM adalah suatu proses ketika suatu
masayarakat berusaha menentukan kebutuhan-kebutuhan atau tujuan-tujuannya,
mengatur atau menyusun, mengembangkan kepercayaan dan hasrat untuk
memenuhinya, menentukan sumber-sumber (dari dalam ataupun dari luar
masyarakat), mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya ini, dan dalam pelaksanaan keseluruhannya,
memperluas dan mengembangkan sikap-sikap dan prakti-praktik kooperatif dan
kolaboratif di dalam masyarakat.
Tujuan utama metode COCD adalah untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta
menekankan pada prinsip partisipasi social.

2.2 Pengembangan Masyarakat


1. Definisi
Pengembangan masyarakat / CD (Community Development) merupakan
pengembangan yang lebih mengutamakan sifat fisik masyarakat. CD
mengutamakan pembangunan dan perbaikan atau pembuatan sarana-sarana sosial
ekonomi masyarakat. Misalnya; pelatihan mengenai gizi, penyuluhan KB, bantuan
hibah, bantuan sekolah dan sebagainya.
Tujuan pengembangan masyarakat adalah menumbuhakan rasa percaya diri,
menimbulkan rasa bangga, semangat, dan gairah kerja, meningkatkan dinamika
masyarakat untuk membangun, meningkatkan kesejahteran masyarakat.

2. Unsur-Unsur Penting dalam Pengembangan Masyarakat


a. Program terencana dan terfokus pada kebutuhan-kebutuhan menyeluruh dari
masyarakat yang bersangkutan

4
b. Mendorong swadaya masyarakat
c. Adanya bantuan teknis dari pemerintah maupun badan-badan swasta atau
organisas- organisasi sukarela
d. Mempersatukan berbagai spesialisasi sepeti kesehatan masyarakat, pertanian,
peternakan, pendidikan dan kesejahteraan keluarga untuk membantu
masyarakat
3. Langkah-langkah Pengembangan Masyarakat
Untuk mengembangkan dan meningkatkan dinamika masyarakat,
hendaknya menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan
b. Pertinggi mutu potensi yang ada
c. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
Pengembangan masyarakat membantu manusia mengubah sikapnya
terhadap masyarakat, membantu menumbuhkan kemampuan untuk berorganisasi,
berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya. Pembangunan ekonomi
terjadi bila masyarakat melaksanakan program-program pembangunan fisik tanpa
mengembangkan kapasitas manusianya.
4. Bentuk-Bentuk Program Pengembangan Masyarakat
Menurut Mezirow, ada 3 (tiga) jenis program dalam usaha pengembangan
masyarakat, yaitu :
a. Program integratif – Memerlukan pemgembangan melalui koordinasi dinas-
dinas teknis
b. Program adaptis – Fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan pada
salah satu kementrian
c. Program proyek – dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah tertentu
dan program disesuaikan khusus kepada daerah yang bersangkutan
Penjabaran secara operasional dari bentuk program pengembangan
masyarakat ini sebagai berikut :

5
· Biarkan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah, baik yang
dihadapi secara perorangan atau kelompok
· Biarkan agar masyarakat sendiri yang membuat analisis untuk selanjutnya
menyusun rencana usaha perbaikan yang akan dilakukan
· Biarkan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk melaksanakan
usaha perbaikan tersebut
· Sedapat mungkin digali dari sumber-sumber yang ada dalam masyarakat
sendiri dan kalau betul-betul diperlukan dimintakan bantuan dari luar.

BAB III

PEMBAHASAN

LANGKAH – LANGKAH PPM

3.1 persiapan petugas


a. Dinamisasi kelompok
Dalam dinamisasi kelompok peran petugas dalam kelompok
sangatlah penting agar terjadinya kerja sama kelompok yang baik
sehingga tujuan yang diharpkana dalam pelaksanaan ppm pada program
pengendalian obesitas pada anak dapat tercapai sesuai rencana , agar
peran petugas dan masyarakat bisa seimbang.
b. Pendekatan lintas sektor
Petugas kesehatan melakukan pendekatan lintas sektor terhadap
pejabat lingkungan sekitar seperti RT, RW, Tokoh agama dan tokoh
masyarakat agar mendukung program yang akan dilaksanakan, sehingga
tenaga kesehatan dapat menjalin kerja sama yang baik agar bisa
menggerak kan masyarakat dalam berpartisipasi dalam pelaksanaan
program pengendalian obesitas pada anak. Karena petugas sangat
membutuhkan peran masyarakat yang sangat besar.

6
c. Penyiapan lapangan
Petugas melakukan penyiapan lapangan sebagai berikut :
1. Petugas kesehatan survey tempat yang akan dilakukan intervensi yaitu
lingkungan rumah tangga dan posyandu yang dapat membantu
2. Petugas harus mencatat sarana dan prasarana yang dibutuhkan
sehingga tepat kebutuhan untuk masyarakat
3.2.Persiapan sosial
a. tahap pengenalan masyarakat
Memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang bahaya dari
obesitas pada anak dan dampak yang dapat ditimbulkan, terutama untuk
pencegahan untuk anak yang normal agar tidak obesitas. Koordinasi
kepada masyarakat tentang program yang akan disampaikan harus di
terapkan dalam masyarakat, sehingga masyarakat dapat memiliki
pengetahuan yang memadai. Pengetahuan tentang pola hidup dan pola
makan juga sangat penting bagi masyarkat awam.

b. Tahapan pengenalan masalah


Memberikan edukasi kepada masyarakat tentang masalah yang
akan timbul apabila memiliki anak dengan berat badan berlebih, terutama
dampak kesehatan jangka panjang yang ditimbulkan. Anak menjadi
beresiko terkena penyakit tidak menular dikemudian hari

Dampak yang timbul dari obesitas pada anak yaitu:

 Penyakit jantung
 Dibetes mellitus tipe II
 Asma

c. Tahap penyadaran masyarakat


Penyadaran masyarakan di laksanakan dengan cara membantu
masyarakat untuk menyadari permasalahan yang mereka hadapi, mencari

7
solusi yang tepat dengan kesepakatan bersama melalui musyawarah antara
masyarakan dan tenaga kesehatan dalam perencanaan pembuatan program
pengendalian obesitas pada anak yaitu dengan upaya pemberian edukasi
makanan yang sehat dan pola hidup anak yang baik. Sehingga masyarakat
dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka dalam pelayanan
kesehatan.

Tahapan Partisipasi masyarakat sangat di butuhkan dalam


penanganan pengendalian obesitas pada anak

1. Masyarakat hanya menerima informasi


2. Masyarakat mulai di ajak untuk berunding
3. Masyarakat dan pihak luar membuat keputusan secara bersama sama
4. Masysrakan mulaimendapatkan wewenang atas kontrol sumberdaya
dan keputusan.

3.3.Pelaksanaan
Setelah selesai menyusun semua rencana, maka di lakukan pelaksanaan
kegiatan program pengendalian obesitas anak yang telah di susun. Akan tetapi
harus tetap melakukan kegiatan dengan adanya keikut sertaan masyarakan dan
pemberian arahan yang sesuai sehingga akan timbul kepercayaan diri
masyarakan dalam keikutsertaan kegiatan tersebut. Dan juga jangan
melewatkan besaran manfaat untuk masyarakat dalam kegiatan tersebut.
 Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pola makan sehat serta
aktivitas yang baik untuk anak kepada masyarakat dan memberitahukan
kepada msyarakat untuk merubah pola piker tentang anak gemuk adalah
anak sehat
 Memeriksa berat badan setiap anak dengan cara bekerjasama dengan
posyandu dan kader maupun ibu PKK yang berada di lingkungan
tersebut

8
 Menjelaskan dampak yang ditimbulkan bila anak memiliki berat badan
yang berlebih yaitu beresiko mengidap berbgai macam penyakit tidak
menular

3.4.Evaluasi
Lakukan penilaian pada kegiatan tersebut, baik penilaian langsung pada
saat kegiatan atau penilaian setelah kegiatan selesai.
a. Penilaian langsung
Memberikan penilaian langsung dengan cara memberitahukan
kepada kader atau masyarakat yang ikut tentang pola hidup dan pola
makan yang baik dan benar
b. Penilaian setelah kegiatan selesai
Mengumpulkan semua data yang ada dari setiap tenaga kesehatan
dan masyarakat yang ikut serta dan mendiskusikan masalah yang
belum terpecahkan dalam kegiatan pengukuran berat badan anak agar
d lakukan kajian pasca evaluasi.

Tabel PPM
No Kegiatan Petugas Masyarakat
1 Persiapan Petugas Nutrisionis Puskesmas dan Kader
Posyandu
- Dinamika kelompok Nutrisionis Puskesmas yang
memimpin dinamika kelompok
- Pendekatan lintas sektor Ka. Puskesmas berkoordinasi
dengan Lurah dan Camat dalam
mensukseskan kebijakan tentang
program pengendalian obesitas
anak
- Penyiapan lapangan Kader Posyandu melakukan
penimbangan berat badan anak

9
pada wilayah kerjanya, jumlah anak
dengan berat normal dan kelebihan
berat, jumlah kader kesehatan,
wawancara dengan orang tua anak
2 Persiapan Sosial
- Pengenalan masyarakat Kader posyandu dan Nutrisionis Kader kesehatan
memandu masyarakat agar saling ikut berpartisipasi
mengenal dan menggali sumber
masalah yang terjadi berkaitan
dengan kualitas makanan dan pola
asuh anak
- Pengenalan masalah Muncul masalah, jaring dan Kader kesehatan,
kerucutkan (peran serta kader Toma/Toga,
posyandu dan nutrisionis) RT/RW
berpartisipasi aktif
- Penyadaran masyarakat Orang tua tau dan paham serta mau Kader kesehatan,
merubah pola asuh yang salah Toma/Toga,
RT/RW
berpartisipasi aktif
3 Penyusunan Rencana 1. Penyuluhan pola makan dan pola Kader kesehatan,
hidup sehat bagi anak Toma/Toga,
2. Pemeriksaan berat badan anak RT/RW
3. Sosialisasi kualitas makanan berpartisipasi aktif
yang baik pada anak
4. Pemberian materi tentang pola
asuh anak yang baik
5. Pembuatan brosur dan fanlflet
sebagai media komunikasi Dinkes
4 Pelaksanaan Realisasi dari rencana Masyarakat ikut
mengawasi

10
jalannya proses
perbaikan kualitas
makanan jajanan
5 Pemantauan dan Evaluasi Jadwal evaluasi dan sidak petugas Masyarakat ikut
berpartisipasi
dalam mengawasi
aktivitas anak dan
makanan anak
produknya
6 Perluasan Para orang tua di DKI Jakarta Peran aktif
memahami pola asuh anak yang masyarakat agar
baik dan tepat program ini terus
berjalan dan
berkelanjutan

11
BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Pola piker yang salah pada masyarakat membentuk opini bahwa


anak yang gemuk mencerminkan status ekonomi yang baik pada keluarga,
sedangkan anak yang kurus menggambarkan ekonomi yang buruk pada
keluarga tersebut. Pendapat ini tidaklah benar karena pola hidup dan pola
makan memiliki dampak yang besar.
Anak yang obesitas rentan terhadap penyakit tidak menular seperti
PJK, Diabetes mellitus tipe II dan lain lain. Dengan memberikan
pengetahuan kepada masyarakat akan masalahnya, membuat masyarakat
berdaya dan mampu mengatasi masalhnya sendiri diharapkan dapat
menekan dampak dari obesitas pada anak

12
DAFTAR PUSTAKA

https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/Permenkes_3_2014.pdf. Di akses
tanggal 5 agustus 2019

http://gigihlardino.blogspot.com/2010/12/pengorganisasian-dan-pengembangan.html
diakses 8 agutus 2019

http://eprints.ums.ac.id/38779/25/BAB%20I.pdf diakses 8 agutus 2019

13

Anda mungkin juga menyukai