&
GIZI
PROSES METABOLISME
NUTRIEN OKSIGEN
INTAKE REQUIREMENT
ASUPAN KEBUTUHAN PANKREAS
INSULIN
GLUKAGON
CO2
KARDIOVASKULER
KULIT GINJAL
SEL-SEL TUBUH
METABOLISME:
UREA N
KATABOLISME
AIR & PANAS ANABOLISME KREATININ
AIR & ELEKTROLIT
MAKANAN
KEBUTUHAN VS PEMAKAIAN
REQUIREMENT EXPENDITURE
ENERGI
PROTEIN
LEMAK
KARBOHIDRAT
VITAMIN
MINERAL
AIR
ZAT BIOAKTIF
ENERGI:
MEMPERTAHANKAN BERBAGAI FUNGSI TUBUH
Respirasi, Sirkulasi, Aktivitas fisik, Menjaga suhu tubuh
Glycolysis Gluconeogenesis
Glycogenesis Glycogenolysis
Lipogenesis Lipolysis
Protein synthesis Ketogenesis
Protein breakdown
Kondisi normal:
Otak hanya menggunakan glukosa
Glukosa
SITOPLASMA
Glukosa
Siklus MITOKONDRIA
Cori Piruvat Piruvat
Siklus ATP
Asetil CoA Krebs
Laktat
Laktat
METABOLISME ASAM LEMAK
Kapiler
SITOPLASMA
Trigliserid
Asam Lemak
karnitin
MITOKONDRIA
Asam
Lemak Asam Lemak Siklus
ATP
Krebs
+
+ β Oksidasi
high-insulin/low-glucagon:
saat makan sampai beberapa jam
(absorptive, postprandial or fed state)
low-insulin/high-glucagon:
antara 6 - 12 jam setelah makan:
(postabsorptive state)
Setelahnya: starvation
fed postabsorptive gluconeogenic prolonged
Exogenous
40 (glucose
Glucose from diet)
glucose from
Used 30 gluconeogenesis
g/hr glucose from (lactate + amino acids) glucose from
liver glycogen gluconeogenesis
20
(mostly lactate)
10
0
4 8 12 16 2 7 42
HOURS DAYS
OTO
T
Alanin / Piruvat
Glucose
OTAK
Glutamine Glisero Glukoneogenesis
Ketone Urea
s
NH3
GINJAL
USU
S 16
STARVASI LANJUT
OTOT
Alanin / Piruvat
Glukosa
OTAK
Glukoneogenesis
Glutamine Glisero
l
Ketogenesis
fat Keton
AG HAT
L Ureagenesis
I
Ketone Urea
s
NH3
GINJAL
USU
S
SAKIT KRITIS & STRES METABOLIK
SAKIT KRITIS
sepsis, luka bakar, trauma dan kondisi inflamasi akut lainnya
Glucagon
menginduksi glikolisis otot dan glukoneogenesis
glikolisis meningkatkan laktat dan alanin dalam serum
di hati diproduksi glukosa endogen melalui siklus Cori dan siklus Alanin
Protein visceral yang paling pertama terkena, terjadi penurunan kadar prealbumin,
transferrin, retinol-binding protein dan albumin
Peningkatan pemecahan protein otot sedang sintesis protein relatif stabil, sehingga terjadi
balans protein negatif dan peningkatan kadar asam amino bebas
Peningkatan asam amino bebas terutama alanin dan glutamin ini dialirkan ke hati untuk
proses glukoneogenesis dan sintesis protein fase akut (seperti C-reactive protein, CRP)
metabolisme anabolik
SMA DAN KEBUTUHAN ENERGI (Gambaran pada anak)
Peningkatan counter-regulatory hormones menginduksi resistensi insulin
dan Growth hormone, sehingga proses pertumbuhan anak tidak terjadi
Total Energy Expenditure
Anak dengan sakit kritis level aktivitas fisiknya sangat berkurang
basal metabolic rate
Dalam kondisi anak yang menggunakan ventilator, maka kebutuhan thermic effect of food
energi untuk pernafasan juga berkurang.
physical activity
Bila diberi energi berdasarkan prediksi kebutuhan anak sehat dapat thermoregulation
terjadi overfeeding growth
Overfeeding saat SMA terjadi bila pemberian kalori dan zat gizi melebihi kebutuhan untuk memelihara
homeostasis metabolik.
Stres metabolik tidak dapat diperbaiki dengan memberi makanan berlebih ketika anak sakit kritis.
Overfeeding justru akan memberikan dampak negatif dengan meningkatkan risiko hiperglikemia, dan
menambah beban kerja dari sistem pernafasan dan hati.
Pemberian kalori yang berlebih terbukti dalam penelitian akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Anak yang lebih muda akan lebih terkena dampaknya, karena itu penting untuk menjamin tidak
memberi asupan kalori berlebih selama periode SMA pada bayi dan anak.
ASESMEN NUTRISI TERHADAP RESPONS SMA
Penilaian nutrisi harus memperhatikan dampak respons SMA, dengan melakukan pengukuran serial dari:
1.Protein visceral seperti prealbumin
2.Protein fase akut seperti CRP
3.Energi expenditure menggunakan indirek kalorimetri
Albumin tidak dapat digunakan untuk melihat perubahan katabolik dan anabolik akut karena mempunyai
waktu paruh yang panjang.
Dalam waktu 12 – 24 jam setelah injuri, akan diikuti dengan penurunan kadar prealbumin yang
menggambarkan proses katabolik.
Kadar CRP akan meningkat oleh karena tubuh memprioritaskan sintesis protein fase akut oleh hati sebagai
respons terhadap injuri.
Selama periode SMA ini, pemberian kalori harus sesuai dengan energi expenditure yang diukur oleh indirek
kalorimetri, jika alat tidak tersedia, pemberian kalori harus sesuai dengan perhitungan energi basal
Kadar prealbumin menurun dan kadar CRP meningkat secara proporsional sesuai
derajat berat injuri, dan akan kembali ke keadaan normal bila injuri membaik.
Karena itu, perlu pengukuran secara serial untuk mengetahui pola respons SMA.
MENENTUKAN PERHITUNGAN
KEBUTUHAN ENERGI & ZAT GIZI
36
Schofield equation untuk estimasi BMR (kcal/hari)
Ht = height (cm)
Wt = weight (kg)
Anak sakit kritis direkomendasikan menggunakan berat badan aktual, baik untuk anak
underweight maupun overweight.
Direkomendasikan memakai Schofield equation tanpa secara rutin menggunakan faktor stres
dalam perhitungan energinya.
YANG DIHITUNG
KEBUTUHAN ENERGI
KEBUTUHAN PROTEIN
KEBUTUHAN AIR
KEBUTUHAN BEBERAPA ELEKTROLIT (untuk parenteral)
MIKRONUTRIEN:
SESUAI RDA (Recommended Dietary Allowance)
TENTUKAN RUTE:
ORAL – ENTERAL - PARENTERAL
KEBUTUHAN ENERGI
Atau
Anak dengan sakit kritis level aktivitas fisiknya sangat berkurang thermic effect of food
physical activity
Bila diberi energi berdasarkan prediksi kebutuhan anak sehat dapat
thermoregulation
terjadi overfeeding
growth
Energi yang sesuai adalah berdasarkan BASAL METABOLISME RATE
FAO/WHO/UNU equation untuk estimasi REE (kcal/hari)
Schofield equation untuk estimasi BMR (kcal/hari)
0 – 2 tahun 2 – 3 g/kg/hari
2 – 13 tahun 1,5 – 2 g/kg/hari
13 – 18 tahun 1,5 g/kg/hari
DEWASA
50
DRI:
Men
EER = 662 – (9.53 X age [y]) + PA X { (15.91 X weight [kg]) + (539.6 X height [m]) }
Women
EER = 354 – (6.91 X age [y]) + PA X { (9.36 X weight [kg]) + (726 X height [m]) }
PASIEN SAKIT AKUT
52
KEBUTUHAN ENERGI
Rule of Thumb
25 – 30 Kcal/kgBB
KEBUTUHAN PROTEIN
0,8 g/kgBB/hari
Critically ill