Anda di halaman 1dari 9

Kalbisocio, Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Volume 7, No.

2, Agustus 2020

Pengemasan Isu Stop Rokok Pada Program Talkshow


Teman Sore Di Radio Pelita Kasih
Alvina Eunice Christian1), Nani Kurniasari2)
Ilmu Komunikasi, Fakultas Industri Kreatif Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis
Jalan Pulomas Selatan kav.22, Jakarta 13210
Email: alvinaeunice@gmail.com
1)

2)
Email: nani.kurniasari@kalbis.ac.id
Abstract: The stop smoking issue is an issue which is often to be discussed because it causes many
problems in Indonesian society. Pelita Kasih Radio is one of the media which has a concern to that
issue and bring it up to be a positive information for this society. The objective of this research is to
see how Pelita Kasih Radio cover this issue through the radio program that they launch. The Social
Construction of Reality and 3 Dialectical Moment will be the theory in this research. Qualitative
approach has been used for this research and the framing analysis by Pan and Kosicki has been chosen
to analyze the data. In that framing technique, there are four structures, there are syntatical structure,
script structure, thematic structure, and rhetorical structure which can be used to analyze the content of
the radio broadcast. The result of the research shows that the issue is indeed being constructed through
the concerns that occur due to the consumptions of cigarettes, especially on youth generation, then,
cigarettes is also being depicted terribly until it will cause a “little doom” of Indonesia.
Keywords: dialectical moment, framing, radio, social construction of reality, stop smoking issue
Abstrak: Isu stop rokok menjadi isu yang seringkali diperbincangkan karena mendatangkan banyak
permasalahan pada masyarakat di Indonesia. Radio Pelita Kasih merupakan salah satu media yang
memiliki concern terhadap isu tersebut dan mengangkatnya menjadi sebuah informasi yang positif bagi
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengemasan isu stop rokok yang
dilakukan oleh Radio Pelita Kasih. Konstruksi Realitas Sosial dan 3 Momen Dialektis menjadi teori
yang digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan
menggunakan teknik framing Pan dan Kosicki. Di dalam teknik framing tersebut terdapat 4 struktur,
antara lain: struktur sintaksis, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris untuk menganalisis
salah satu siaran yang dilakukan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa
adanya konstruksi atas kekhawatiran yang terjadi akibat konsumsi rokok, khususnya pada anak muda,
selain itu, rokok juga digambarkan dengan sangat menakutkan hingga dapat menyebabkan “kiamat
kecil” bagi Indonesia.
Kata kunci: framing, isu stop rokok, konstruksi realitas sosial, momen dialektis, radio

I. PENDAHULUAN dihindarkan lagi, termasuk dalam media massa.


Industri rokok menjadi realitas yang seringkali
Di Indonesia, khususnya di kota Jakarta, ada diangkat sebagai sebuah informasi bagi masyarakat
banyak isu yang berkembang pada masyarakat, salah luas. Namun, perlu diketahui bahwa realitas yang
satunya adalah isu tentang rokok. Rokok memang ditampilkan media sudah melewati proses konstruksi
menjadi sumber penghasilan yang cukup besar bagi yang sejalan dengan pemahaman masing-masing
Indonesia, tetapi faktanya rokok juga memiliki media dalam memandang suatu realitas sehingga
banyak dampak negatif bagi masyarakat itu sendiri. produk yang dihasilkan oleh setiap media tentu bisa
Dalam sebuah artikel milik Badan Narkotika Nasional berbeda satu dengan yang lainnya. Salah satunya
(BNN), ditegaskan bahwa rokok termasuk ke dalam adalah Radio Pelita Kasih yang memiliki concern
jajaran zat adiktif dari tiga zat aktif, yaitu narkotika, pada isu pendidikan dan kesehatan yang selalu
psikotropika, dan zat adiktif (bnn.go.id). Hal ini mengangkat konten-konten yang mendidik bagi
membuktikan bahwa rokok menimbulkan bahaya pendengarnya, serta mendatangkan narasumber-
yang mengintai masyarakat, ditambah lagi dengan narasumber yang kompeten untuk membahas tentang
konsumsi rokok di Indonesia yang terus meningkat topik tersebut. Konten yang dipilih pun sudah
setiap tahunnya. disesuaikan dengan pandangan dari Radio Pelita
Keberadaan industri rokok di tengah Kasih terhadap suatu realitas yang ada sehingga
kehidupan masyarakat memang tidak dapat informasi yang disampaikan akan menjadi suatu

87
Kalbisocio, Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Volume 7, No. 2, Agustus 2020

kebenaran yang bisa dipertanggung jawabkan oleh dan kampanye yang dilakukan oleh Radio Pelita
pihak Radio Pelita Kasih. Kasih seputar isu-isu pendidikan dan kesehatan.
Sebagai sebuah radio yang bergerak di bidang Oleh karena itu, isu stop rokok mendapatkan tempat
pendidikan dan kesehatan, isu rokok menjadi salah khusus untuk diperbincangkan selama bulan April
satu isu yang diprioritaskan oleh Radio Pelita Kasih, hingga Mei 2018 pada program talkshow Teman Sore
terutama dalam hal pengedukasian kepada masyarakat sesi Ada Apa Dengan Campus (AADC).
terkait hal tersebut. Sejak 10 tahun lalu, Radio Pelita Dalam penyiaran yang dilakukan oleh Radio
Kasih sudah mengangkat isu stop rokok melalui Pelita Kasih terkait dengan isu stop rokok, tentu saja
talkshow dan radio insertion sehingga menjadikan ada framing yang dilakukan terhadap informasi yang
Radio Pelita Kasih sebagai pelopor dalam hal isu stop disampaikan agar dapat memberikan penekanan pada
rokok ini. Hal ini didasari pada masalah kesehatan bagian yang ingin ditonjolkan atau dianggap lebih
dan kematian akibat rokok yang menjadi perhatian penting, serta membentuk isu tersebut menjadi sebuah
yang cukup serius di Indonesia. Data menunjukkan informasi yang dapat dipercaya oleh masyarakat
bahwa angka kematian akibat rokok di dunia sangat dan bisa menyadarkan masyarakat akan dampak
tinggi, yaitu 6 juta orang per tahun dan pada tahun buruk yang disebabkan oleh rokok. Penelitian ini
2030 diperkirakan mencapai 8 juta orang atau 1 akan berfokus pada pusat organisasi ide atas isu
kematian per 6 detik (www.voaindonesia.com). Oleh stop rokok yang diinformasikan. Pusat organisasi
karena itu, harapan untuk mengedukasi masyarakat, ide merupakan kekhasan yang dimiliki oleh analisis
khususnya pendengar Radio Pelita Kasih dapat framing Pan dan Kosicki. Analisis framing ini
dilakukan melalui talkshow dan radio insertion yang mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural
terkait dengan isu stop rokok. teks berita sebagai perangkat framing. Keempat
Tidak hanya terkait dengan pendengar, isu stop struktur tersebut, antara lain: struktur sintaksis,
rokok pun berdampak ke dalam lingkungan kerja Radio struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris
Pelita Kasih. Yancen Piris, selaku station manager (Sobur, 2009:175).
Radio Pelita Kasih mengatakan bahwa ada tata tertib Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
yang berlaku bagi karyawan untuk tidak merokok pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana
di lingkungan Radio Pelita Kasih, serta bagi calon pengemasan isu stop rokok pada program talkshow
karyawan baru, tidak diperkenankan untuk bekerja di Teman Sore di Radio Pelita Kasih? Dengan demikian,
Radio Pelita Kasih apabila ia adalah seorang perokok tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
atau memiliki riwayat merokok. Dapat terlihat bahwa bagaimana pengemasan isu stop rokok pada program
Radio Pelita Kasih menyuarakan isu stop rokok tidak talkshow Teman Sore di Radio Pelita Kasih. Penelitian
hanya kepada pendengar, tetapi dalam kehidupan ini secara akademis diharapkan dapat menambah
sehari-hari lingkungan kerja Radio Pelita Kasih pun pengetahuan dan wawasan dalam penggunaan analisis
menjadi sebuah pembuktian atas konsistensi dari isu framing untuk mengemas isu-isu sosial bagi penulis,
stop rokok yang disuarakan kepada masyarakat. serta mahasiswa dan mahasiswi. Selain itu, penelitian
Dalam penyiaran isu stop rokok, Radio Pelita ini diharapkan dapat memberikan masukkan mengenai
Kasih tidak membombardir pendengar dengan cara penggunaan framing sebagai model analisis mengenai
“menjelek-jelekkan” rokok, tetapi melalui analogi dan isu stop rokok, disamping itu penelitian ini juga
logika seperti “Anda setiap hari banting tulang untuk menjadi sarana untuk menunjukkan konstruksi yang
bekerja mencari uang, tetapi bukankah itu semua positif. Lalu, secara praktis, penelitian ini diharapkan
menjadi sia-sia bila uang hasil kerja Anda dibakar dapat menjadi sebuah pengetahuan yang baru tentang
hanya untuk kepentingan sesaat dan mudharatnya bagaimana Radio Pelita Kasih sebagai radio yang
seumur hidup?”. Dengan analogi dan logika seperti bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan dapat
itulah diharapkan pendengar dapat mengerti informasi mengemas isu-isu sensitif seperti isu stop rokok,
yang ingin disampaikan oleh Radio Pelita Kasih dan serta diharapkan dapat menjadi referensi bagi media
pendengar dapat memiliki pemahaman yang baik massa lainnya yang ingin mengangkat tentang isu
akan hal itu. stop rokok.
Isu stop rokok diinformasikan oleh Radio Pelita Dalam mengkaji isu stop rokok tersebut, perlu
Kasih lewat program talkshow Teman Sore yang dipahami bahwa realitas yang ditampilkan oleh media,
berlangsung setiap hari Senin sampai Jumat pukul dalam hal ini Radio Pelita Kasih, sudah melewati
17.00 WIB di mana program Teman Sore memang proses konstruksi yang dilakukan sebelumnya.
menjadi program yang sarat akan berbagai concern Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis,

88
Kalbisocio, Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Volume 7, No. 2, Agustus 2020

realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan mengalami proses institusionalisasi; Sedangkan
oleh individu. Namun demikian kebenaran suatu (3) internalisasi, yaitu proses yang mana individu
realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-
konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku lembaga sosial atau organisasi sosial tempat
sosial (Hidayat, 1999, dalam Bungin, 2013: 191). individu menjadi anggotanya. Parera menambakan,
Setiap individu memiliki hak untuk berperilaku dan tiga momen dialektika itu memunculkan suatu
mengaktualisasikan dirinya masing-masing sehingga proses konstruksi sosial yang dilihat dari segi asal
individu itulah yang menciptakan konstruksi atas mulanya merupakan hasil ciptaan manusia, yaitu
realitas yang terjadi di dalam lingkungannya dan buatan interaksi intersubjektif (Bungin, 2013: 197-
kebenaran pun menjadi relatif. 198). Melalui proses dialektika ini, realitas sosial
Pada kenyataannya, realitas sosial tidak berdiri dapat dilihat dari ketiga tahap tersebut. Seperti pada
sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalam Gambar 1.
maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu
memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi
dan dimaknakan secara subjektif oleh individu
lain sehingga memantapkan realitas itu secara
subjektif. Individu mengkonstruksi realitas sosial,
dan merekonstruksikannya dalam dunia realitas,
memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas
individu lain dalam institusi sosialnya (Bungin, 2013:
192-193). Individu menjadi hal yang penting dalam
konstruksi realitas sosial karena individu tersebut
yang menjadi subjek atas terjadinya konstruksi atas Gambar 1 Proses Konstruksi Sosial
realitas sosial yang terjadi di lingkungannya. Media Massa
Berger dan Luckmann (1990:1) memulai Tidak hanya melalui konstruksi sosial, konten
penjelasan realitas sosial dengan memisahkan yang diinformasikan melalui sebuah media pun
pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Realitas memiliki pihak-pihak yang dapat memengaruhi
diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam isi media itu sendiri. Pamela J. Shoemaker dan
realitas-realitas, yang diakui memiliki keberadaan Stephen D. Reese (1996), mengonsepsi lima faktor
(being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita yang memengaruhi isi media. Dalam konteks ini
sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai hubungan antara jurnalis dengan struktur di luarnya
kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan dipertanyakan. Apakah jurnalis di media hanyalah
memiliki karakteristik yang spesifik (Bungin, 2013: sekadar kepanjangan tangan dari struktur di media
195). Perbedaan antara kenyataan dan pengetahuan atau jurnalis merupakan kelompok kekuatan yang
dapat terlihat bahwa kenyataan dinilai sebagai sesuatu bisa bebas menentukan isi media?
hal yang dapat dikonstruksi, sedangkan pengetahuan
itu sendiri sudah menjadi sebuah kepastian yang tidak
dapat diubah kembali.
Pendek kata, Berger dan Luckmann (1990:61)
mengatakan, terjadi dialektika antara individu
menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan
individu. Proses dialektika ini terjadi melalui
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi (Bungin,
2013:195). Frans M. Parera (Berger dan Luckmann,
1990, dalam Bungin, 2013: 197) menjelaskan, tugas Gambar 2 Peta Media Shoemaker
pokok sosiologi pengetahuan adalah menjelaskan Dalam Gambar 2 jelas terlihat ada lima faktor
dialektika antara diri (self) dengan dunia sosiokultural. yang memengaruhi konstruksi realitas media. Pertama
Dialektika ini berlangsung dalam proses tiga momen Individual Level, kedua Media Routines Level, ketiga
simultan, (1) eksternalisasi (penyesuaian diri) Organization Level, keempat Extramedia Level, dan
dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia; kelima Ideological Level (SK, 2014: 15).
(2) objektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi Individual Level menyangkut sisi profesional
dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau jurnalis. Faktor yang melingkupi, antara lain latar

89
Kalbisocio, Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Volume 7, No. 2, Agustus 2020

belakang pendidikan, perkembangan profesional Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti


dan ketrampilan dalam menyampaikan berita secara dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
tepat. Termasuk juga dalam faktor ini adalah perilaku, karena penelitian ini mengupas tentang fenomena
pemahaman terhadap nilai dan kepercayaan, serta yang terjadi di masyarakat, tetapi hasilnya tidak dapat
orientasi profesional jurnalis tersebut, paling tidak digeneralisasikan. Penelitian kualitatif dilakukan
dalam proses sosialisasi terhadap bidang pekerjaannya. pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan
Apakah mereka meletakkan dirinya pada posisi netral sehingga peneliti merupakan instrumen kunci yang
atau partisipan aktif dalam mengembangkan berita? harus memiliki bekal berupa teori dan wawasan yang
(SK, 2014: 15) luas agar dapat menganalisis dan mengkonstruksi
Media Routines Level berkaitan dengan objek yang diteliti. Penelitian ini digunakan untuk
perspektif organisasi media, aturan yang berlaku menekankan makna dan terikat nilai, serta digunakan
menyangkut proses penentuan berita atau bagaimana pada masalah yang belum jelas, mengetahui makna
proses gatekeeping-nya. Rutinitas media dalam istilah yang tersirat, maupun untuk memahami interaksi
Bantz (1980) merupakan prosedur yang diberlakukan sosial, mengembangkan teori, memastikan kebenaran
dalam sebuah news factory (SK, 2014: 15). data, dan juga meneliti sejarah perkembangannya
Organization Level menyangkut faktor struktur (Noor, 2011: 34).
organisasi media. Bagaimana struktur dan proses Penelitian kualitatif tentunya memiliki metode
pengambilan keputusannya, khususnya untuk hal riset yang dapat digunakan selama melakukan
yang di luar rutinitas. Kebijakan apa yang ditetapkan penelitian. Penelitian ini akan menggunakan metode
dalam organisasi media? (SK, 2014: 15) riset framing. Bahan dari penelitian ini adalah
Extra Media Level adalah faktor-faktor di luar hasil transkrip dari produk media, yaitu talkshow
media yang menyangkut tiga faktor utama. Pertama, yang dilakukan pada program Teman Sore sesi
narasumber berita mempunyai kepentingan tertentu, Ada Apa Dengan Campus (AADC) edisi 5 April
yang lewat kampanye public relations dan pressure 2018. Pemilihan talkshow tersebut untuk dijadikan
group dapat memengaruhi proses konstruksi realitas bahan penelitian dikarenakan bulan April dan Mei
di dalam media. Kedua revenue resources atau tahun 2018, Radio Pelita Kasih memfokuskan pada
sumber penghasilan media, berupa iklan, pelanggan, pembahasan terkait isu stop rokok. Melalui talkshow
maupun khalayak melalui sistem rating, mampu ini, peneliti hanya akan meneliti konstruksi realitas
memengaruhi proses konstruksi realitas media. dan pembingkaian yang dilakukan lewat talkshow
Ketiga, lembaga lain di luar media seperti kalangan yang disiarkan. Bahan penelitian diperoleh dari
bisnis, pemerintah, ekonomi, maupun teknologi (SK, dokumentasi siaran milik Radio Pelita Kasih.
2014: 15). Pada penelitian ini, jenis penelitian yang akan
Ideological Level diartikan sebagai kerangka- digunakan adalah jenis deskriptif dimana jenis
kerangka referensi yang terintegrasi di mana masing- penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah
masing individu melihat realitas dan bagaimana deskripsi yang sistematis dan berdasarkan fakta yang
individu-individu tersebut bertindak terhadap realitas ada di lapangan mengenai realitas yang terjadi pada
yang ada. Ideological Level menyoroti pihak yang objek tertentu. Periset sejak awal sudah memiliki
berkuasa di masyarakat, serta bagaimana kekuatan konsep dan kerangka konseptual yang akan digunakan
itu berperan dalam menentukan agenda media (SK, dalam penelitian (Kriyantono, 2012: 69).
2014: 15-16). Data yang akan dikumpulkan penulis adalah
data primer dan data sekunder. Data primer dalam
II. METODOLOGI PENELITIAN penelitian ini berupa transkrip siaran dari siaran yang
dilakukan di Radio Pelita Kasih yang didapatkan
Penelitian ini akan menggunakan paradigma melalui dokumentasi yang disimpan oleh pihak Radio
konstruktivis dimana paradigma ini memiliki Pelita Kasih.
pandangan tersendiri terhadap media dan teks yang Data sekunder didapatkan penulis melalui studi
dihasilkan. Paradigma Konstruktivis memandang literatur yang didapatkan dengan mencari sumber
realitas merupakan hasil dari konstruksi sosial pustaka seperti buku, jurnal ilmiah, tesis, disertasi.
sehingga kebenaran menjadi bersifat relatif Selain itu, wawancara juga menjadi salah satu teknik
(Kriyantono, 2012: 51). Oleh karena itu, paradigma pengumpulan data yang digunakan dimana hasil
konstruktivis berfokus pada bagaimana sebuah wawancara dapat menjadi alat re-checking atau
realitas dikonstruksi oleh media. pembuktian terhadap informasi yang telah diperoleh

90
Kalbisocio, Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Volume 7, No. 2, Agustus 2020

sebelumnya (Noor, 2011: 139). Wawancara dilakukan skrip ini adalah pola 5W + 1H–who, what, when,
dengan informan penelitian yang sudah ditentukan where, why, dan how. Meskipun pola ini tidak selalu
oleh penulis di Radio Pelita Kasih, yaitu John Katapi dapat dijumpai dalam setiap berita yang ditampilkan,
selaku Direktur Utama Radio Pelita Kasih dan Yancen kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh
Piris selaku Station Manager Radio Pelita Kasih. wartawan untuk dilaporkan. Unsur kelengkapan
Penelitian ini menggunakan analisis framing berita ini dapat menjadi penanda framing yang
Pan dan Kosicki untuk menganalisis data yang penting (Eriyanto, 2015: 299-300).
penulis dapatkan pada data primer dan data sekunder. Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita
Framing dari Pan dan Kosicki ini memfokuskan mirip sebuah pengujian hipotesis: peristiwa yang
pada adanya suatu organisasi ide terhadap isu yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang
diangkat. Perangkat framing yang digunakan sebagai diungkapkan–semua perangkat: itu digunakan untuk
teknik analisis data, antara lain: sintaksis, skrip, membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang
tematik, dan retoris. Dapat dilihat pada Gambar 3. dibuat. Tema yang dihadirkan atau dinyatakan secara
tidak langsung atau kutipan sumber dihadirkan
untuk mendukung hipotesis. Pengujian hipotesis ini
kita gunakan untuk menyebut struktur tematik dari
berita. Struktur tematik dapat diamati dari bagaimana
peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan.
Kalau struktur sintaksis berhubungan dengan
pernyataan bagaimana fakta yang diambil oleh
wartawan akan ditempatkan pada skema atau bagan
berita, maka struktur tematik berhubungan dengan
bagaimana fakta itu ditulis. Bagaimana kalimat
yang dipakai, bagaimana menempatkan dan menulis
sumber ke dalam teks berita secara keseluruhan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran (Eriyanto, 2015: 301).
Framing Pan dan Kosicki Retoris. Struktur retoris dari wacana berita
menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih
Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis
oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin
adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam
ditonjolkan oleh wartawan. Wartawan menggunakan
wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian
perangkat retoris untuk membuat citra, meningkatkan
susunan dan bagian berita–headline, lead, latar
kemenonjolan pada sisi tertentu dan meningkatkan
informasi, sumber, penutup–dalam suatu kesatuan
gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Struktur
teks berita secara keseluruhan. Bagian itu tersusun
retoris dari wacana berita juga menunjukkan
dalam bentuk yang tetap dan teratur sehingga
kecenderungan bahwa apa yang disampaikan
membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana
tersebut adalah suatu kebenaran. Ada beberapa
fakta hendak disusun. Bentuk sintaksis paling populer
elemen struktur retoris yang dipakai oleh wartawan.
adalah struktur piramida terbalik–yang dimulai
Yang paling penting adalah leksikon, pemilihan, dan
dengan judul, headline, lead, episode, latar, dan
pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau
penutup. Dalam bentuk piramida terbalik ini, bagian
menggambarkan peristiwa (Eriyanto, 2015: 304-305).
yang di atas ditampilkan lebih penting dibandingkan
dengan bagian bawahnya. Elemen sintaksis memberi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
petunjuk yang berguna tentang bagaimana wartawan
memaknai peristiwa dan hendak ke mana berita Analisis dilakukan peneliti terhadap siaran yang
tersebut akan dibawa (Eriyanto, 2015: 295-296). dilakukan oleh Radio Pelita Kasih berkaitan dengan
Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai isu stop rokok. Isu stop rokok yang kembali diangkat
suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, oleh Radio Pelita Kasih disiarkan melalui program
banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan Teman Sore pada sesi Ada Apa Dengan Campus
hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan (AADC) yang berlangsung pada hari Kamis, 5 April
kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita 2018, dengan narasumber Lisda Sundari dari Yayasan
umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks Lentera Anak bersama dengan Daniel Tanamal
yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca sebagai penyiar dari Radio Pelita Kasih. Tema yang
(Eriyanto, 2015: 299). Bentuk umum dari struktur diangkat pada siaran saat itu adalah Rokok dan
91
Kalbisocio, Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Volume 7, No. 2, Agustus 2020

Usaha Pengendalian Tembakau di Indonesia. Dari isu rokok. Apalagi gitu ya, apalagi Kementrian
hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti Kesehatan, menteri kesehatan dan pemerintah
terhadap salah satu siaran yang terkait dengan isu Jokowi JK pada saat ini, itu menyalurkan Undang-
stop rokok di Radio Pelita Kasih, ditemukan bahwa Undang Kesehatan, nah Undang-Undang Kesehatan
adanya konstruksi atas kekhawatiran yang terjadi itu mencantumkan bahwa ehm rokok itu sebagai
dikarenakan dampak rokok yang begitu berbahaya bagian dari zat adiktif, seperti narkoba, nah ehm
bagi masa depan banga Indonesia, khususnya bagi sehingga dilarang sebenarnya untuk dipromosikan”
anak-anak yang menjadi target sasaran dari industri (Lampiran 5)
rokok saat ini. Di samping itu, rokok digambarkan Selanjutnya, dalam objektivasi, produk sosial
dengan sangat menakutkan, dengan memberikan bukti berada dalam proses institusionalisasi, sedangkan
dari data pendukung bahwa rokok bukanlah sebuah individu dikatakan memanifestasikan diri dalam
isu yang sepele, tetapi dampak dari rokok tersebut produk-produk yang tersedia. Hal ini yang
sampai pada “kiamat kecil” yang kemungkinan akan menyebabkan objektivasi dapat melampaui tatap
dialami oleh masyarakat Indonesia apabila tidak muka karena dapat berlangsung tanpa harus saling
segera membereskan permasalahan ini. bertemu. Dalam penelitian ini, kita dapat melihat
Penelitian ini dapat dikaji dengan 3 Momen bahwa kebenaran-kebenaran yang diyakini oleh
Dialektis, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan Radio Pelita Kasih disebarkan kepada masyarakat
internalisasi. Eksternalisasi berada dalam tahap lewat konten yang disiarkan, lewat produk media
mendasar, yaitu ketika sebuah produk sosial menjadi yang diproduksi oleh Radio Pelita Kasih. Tatap muka
bagian yang penting bagi seorang individu untuk menjadi hal yang tidak diperlukan, karena masyarakat
melihat realitas yang ada di lingkungan tersebut. akan memanifestasikan diri dalam produk-produk
Dalam hal ini, Radio Pelita Kasih memperlihatkan media yang dipublikasikan oleh Radio Pelita Kasih.
bahwa konten seputar pendidikan dan kesehatan Dukungan pernyataan pun diberikan oleh John
merupakan konten-konten yang sangat dibutuhkan Katapi, selaku direktur utama Radio Pelita Kasih
masyarakat, khususnya pendengar Radio Pelita yang menyatakan bahwa Radio Pelita Kasih ingin
Kasih. Banyak sekali masyarakat yang tidak tahu hadir sebagai media yang melengkapi informasi-
mengenai berbagai macam penyakit yang mengintai informasi yang pendengar sudah dapatkan. Beliau
tubuh manusia ataupun kurang memiliki pengetahuan berharap Radio Pelita Kasih bisa menjadi sumber
pada beberapa hal sehingga Radio Pelita Kasih informasi yang terpercaya dan juga ada harapan
hadir dengan mengemas isu-isu yang terkait dengan bagi pendengar untuk kritis dalam berpikir sehingga
pendidikan dan kesehatan untuk disiarkan kepada menjadi pendengar yang aktif, bukan pendengar
masyarakat agar tidak hanya memberikan informasi, yang pasif sehingga dapat mengolah informasi yang
tetapi juga mendidik masyarakat, serta menjadi didapatkan. Oleh karena itu, Radio Pelita Kasih dalam
sebuah produk dari media yang dapat digunakan oleh memproduksi sebuah produk media akan senantiasa
masyarakat dalam melihat realitas yang ada saat ini, menyebarkan kebenaran-kebenaran yang diyakini
khususnya di Indonesia. kepada pendengarnya. John Katapi mengatakan
Radio Pelita Kasih mengambil isu stop rokok bahwa: “Jadi kalau informasi ... melengkapi lah.
dan mengemas itu tersebut karena berkaitan dengan RPK akan melengkapi informasi-informasi yang
pendidikan dan kesehatan yang memang menjadi pendengar sudah dapatkan, terus ehm diharapkan
concern, selain itu, banyak orang yang belum RPK menjadi sumber informasi yang bisa ... salah
mengetahui ataupun belum menyadari betapa satu infor... sumber informasi yang bisa dipercaya,
berbahayanya rokok bagi kesehatan tubuh manusia, begitu ya. Kemudian ehm kami juga supaya ...
khususnya bagi anak-anak. Dalam sebuah wawancara melatih supaya pendengar juga kritis, bisa berpikir.
yang dilakukan oleh peneliti dengan Yancen Piris, Mendengar bukan men... menjadi pendengar yang
selaku station manager Radio Pelita Kasih, beliau aktif ehm pendengar yang pasif, tapi menjadi
mengatakan bahwa sudah banyak sekali dokter- pendengar yang aktif. Mendengar, berpikir, ehm
dokter yang diajak bicara melalui siaran yang me... menelaah, ya mengolah informasi yang mereka
dilakukan di Radio Pelita Kasih dan dokter-dokter dapatkan, terus jadi mereka bisa pegang nih sesuatu
tersebut mengaminkan tentang bahaya rokok itu yang mereka dapatkan dari RPK, kira-kira seperti
sendiri. Yancen Piris mengatakan bahwa: itu.” (Lampiran 3)
“Sudah banyak sekali dokter-dokter yang kita Lalu, yang terakhir ada internalisasi di mana
ajak bicara di udara, mengaminkan tentang bahaya ada proses penafsiran yang dilakukan oleh masing-

92
Kalbisocio, Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Volume 7, No. 2, Agustus 2020

masing individu dari sebuah peristiwa yang objektif. belakang pendidikan, perkembangan profesional, dan
Dapat dilihat bahwa Radio Pelita Kasih mengangkat ketrampilan dalam penyampaian berita. Jika dilihat
sebuah siaran yang terkait dengan isu stop rokok pada dalam konteks siaran program Teman Sore sesi Ada
progam Teman Sore sesi Ada Apa Dengan Campus Apa Dengan Campus (AADC) edisi 5 April 2018,
(AADC) pada tanggal 5 April 2018. Tentu saja ini Daniel Tanamal sebagai penyiar pun memiliki andil
menjadi satu peristiwa yang disampaikan kepada untuk memengaruhi isi berita yang disiarkan pada saat
pendengar, tetapi tidak mungkin setiap pendengar itu. Daniel Tanamal yang berperan sebagai penyiar
memiliki pengertian yang sama dengan apa yang memiliki hak secara individu untuk membawakan
menjadi tujuan dari Radio Pelita Kasih itu sendiri. berita tersebut pada saat siaran yang dilakukan di
Setiap orang akan memiliki pemahaman yang Radio Pelita Kasih.
berbeda-beda karena menyesuaikan dengan latar Dari media routines level, di mana pada level ini
belakang masing-masing individu. terkait dengan perspektif yang dimiliki media dalam
Hal ini juga selaras dengan pernyataan yang rutinitas yang dilalui. Radio Pelita Kasih sebagai
kembali diberikan oleh Yancen Piris, selaku station sebuah media yang memiliki concern pada bidang
manager Radio Pelita Kasih bahwa harapan maksimal pendidikan dan kesehatan memiliki rutinitas untuk
dari Radio Pelita Kasih atas isu stop rokok ini adalah membahas tentang konten-konten yang berkaitan
masyarakat yang dapat berhenti merokok, akan tetapi, dengan kedua hal tersebut.
lewat beberapa interaksi yang dilakukan di Radio Selanjutnya, dalam organization level yang
Pelita Kasih, kebanyakan orang sudah mengerti, berhubungan dengan kebijakan organisasi media
tetapi belum berhenti merokok karena mereka belum dalam mengambil keputusan, hal ini dapat dilihat
sakit. Hal ini yang menjadi perhatian karena dengan pada adanya rapat redaksi yang dilakukan oleh
satu produk media yang disiarkan, akan timbul pihak Radio Pelita Kasih. Rapat redaksi dilakukan
berbagai pandangan dari masyarakat yang sifatnya untuk menentukan konten apa yang akan disiarkan
sangat subjektif. Memang tidak memungkinkan bagi karena perlu disesuaikan dengan hari-hari yang
setiap pendengar Radio Pelita Kasih untuk berhenti berhubungan dengan hari pendidikan maupun hari
merokok saat mendengarkan siaran dengan konten kesehatan yang diakui di Indonesia maupun secara
yang berisi isu stop rokok karena setiap individu global. Selain itu, terkait dengan jadwal penyiar
memiliki pemahaman yang berbeda-beda dengan yang bertugas, khususnya pada program Teman
level yang berbeda pula terkait dengan isu stop rokok Sore. Program Teman Sore yang disiarkan setiap hari
tersebut. Yancen Piris mengatakan bahwa: Senin sampai Jumat memiliki penyiar-penyiar yang
“Harapan maksimal kita, idealnya adalah sudah ditentukan lewat rapat redaksi. Salah satunya
berhenti merokok, mengerti tentang dampaknya. adalah Daniel Tanamal yang bersiaran untuk program
Jadi kalau ehm di RPK ini bisa kita bagi gitu ya. Teman Sore pada hari Kamis, yaitu pada sesi Ada
Ehm selama kita menjalani ... apa menggelontorkan Apa Dengan Campus (AADC) yang pada bulan April
kampanye isu rokok ini, ada yang mengerti tapi tetap hingga Mei 2018 membahas tentang isu stop rokok.
merokok hahahaha ada yang mengerti akhirnya Pengaruh selanjutnya datang dari extra media
berhenti merokok gitu. Itu, ehm apa namanya, dan level di mana ada pihak-pihak luar yang dapat
kebanyakan, kebanyakan orang yang ehm berhen ... memberikan pengaruh terhadap isi berita pada
saya bilang kebanyakan bukan berarti saya pernah Radio Pelita Kasih. Dalam siaran program Teman
survei, engga, tapi kebanyakan karena kan kita Sore sesi Ada Apa Dengan Campus (AADC) edisi 5
berinteraksi ya, berinteraksi. Ini kebanyakan orang- April 2018, extra media level berada pada Yayasan
orang yang mengerti, tapi tidak berhenti merokok Lentera Anak. Yayasan Lentera Anak memang tidak
mereka belum sakit.” (Lampiran 5) memiliki hubungan langsung dengan Radio Pelita
Dalam sebuah pemberitaan yang dilakukan Kasih, tetapi hanya menjadi pihak luar yang turut
oleh media, tentu saja ada banyak pihak yang dapat bekerja sama dengan mendatangkan Lisda Sundari
memengaruhi isi berita yang disiarkan. Di dalam sebagai narasumber pada salah satu siarannya.
hierarchy of influence, ada lima pihak yang dapat Yayasan Lentera Anak yang memiliki latar belakang
memengaruhi isi berita, antara lain: individual level, untuk menjadikan Indonesia negara yang ramah
media routines level, organization level, extramedia untuk anak, serta memfokuskan pada permasalahan
level, dan ideological level. rokok terhadap anak-anak pastinya akan membawa
Pada individual level, faktor-faktor dari latar belakang tersebut melalui siaran yang dilakukan
dalam diri jurnalislah yang berperan, seperti latar bersama dengan Radio Pelita Kasih dan menjadi salah

93
Kalbisocio, Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Volume 7, No. 2, Agustus 2020

satu pihak yang turut memengaruhi isi dari berita Isu stop rokok ini perlu diangkat karena belum
yang ingin disampaikan oleh Radio Pelita Kasih. banyak masyarakat yang sadar akan dampak buruk
Lalu, yang terakhir adalah idelogical level yang dari rokok. Apalagi dengan melihat harga rokok yang
melihat bahwa setiap individu memiliki hak untuk murah dan dengan mudahnya rokok dibeli oleh anak-
menilai sebuah realitas secara subjektif, serta orang- anak. Bisa jadi masa depan bangsa Indonesia ini yang
orang yang memiliki kuasa pada masyarakat pun menjadi ancaman karena sudah banyak anak-anak
dapat ikut memengaruhi isi media. Terkait dengan isu dari generasi muda yang tidak memiliki tubuh yang
stop rokok pada Radio Pelita Kasih, kita dapat melihat sehat dan kuat untuk mengharumkan nama Indonesia
bahwa anak-anak muda saat ini tidak bisa terlepas dalam persaingannya di dunia global.
dari rokok dikarenakan rokok sudah dikenal sejak Penelitian ini mengangkat tema tentang
usianya yang masih sangat muda. Sedari kecil, tidak pengemasan isu stop rokok di Radio Pelita Kasih.
ada pengetahuan yang cukup tentang bahaya rokok Dalam penelitian ini, teori Konstruksi Realitas
sehingga setiap individu memiliki penilaian yang Sosial digunakan untuk melihat realitas tentang
berbeda-beda terhadap suatu berita yang disampaikan rokok yang ada pada masyarakat itu dikonstruksi
oleh Radio Pelita Kasih, dalam hal ini isu stop rokok. oleh Radio Pelita Kasih. Sebagai sebuah radio yang
Isu stop rokok yang diangkat oleh Radio Pelita bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan, tentu
Kasih dikemas dalam sebuah program Teman Sore ada pendekatan yang berbeda dalam mengemas isu
pada sesi Ada Apa Dengan Campus (AADC) di mana stop rokok ini agar menjadi sebuah pengetahuan dan
program tersebut merupakan program talkshow yang sarana kebenaran yang baik bagi masyarakat. Selain
berbentuk one-on-one-show sehingga yang dihasilkan itu, penelitian ini menggunakan metode analisis
adalah sebuah diskusi antara penyiar dan narasumber framing dari Pan dan Kosicki, di mana dari teks yang
mengenai suatu topik, dalam hal ini isu stop rokok. sudah ditranskrip oleh peneliti, pengemasan isu dapat
Di dalam proses produksi program talkshow terlihat dari keempat struktur framing yang disusun
Teman Sore sesi Ada Apa Dengan Campus (AADC) oleh Pan dan Kosicki, antara lain: struktur sintaksis,
tersebut, ada metode yang disebut sebagai HARLEY, struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris.
yaitu Harmony, Actual, Responsible, Leading, Peneliti melakukan analisis pada salah satu
Entertainment, dan Yield. Metode ini juga digunakan siaran program Teman Sore sesi Ada Apa Dengan
Radio Pelita Kasih dalam proses produksinya, di Campus (AADC) edisi 5 April 2018 yang bertemakan
mana ada beberapa kemampuan yang dapat dijadikan Rokok dan Usaha Pengendalian Tembakau di
panduan dalam sebuah talkshow yang sudah Indonesia bersama dengan Lisda Sundari dari
diterapkan Daniel Tanamal sebagai penyiar di Radio Yayasan Lentera Anak. Dari hasil analisis yang telah
Pelita Kasih. dilakukan peneliti, dapat ditemukan bahwa ada nilai-
Dalam hal ini, kemampuan seperti mengambil nilai yang ingin ditanamkan oleh Radio Pelita Kasih
keputusan, menyusun topik pertanyaan dengan cepat, kepada masyarakat. Radio Pelita Kasih mengemas
memotong pembicaraan narasumber yang melenceng, isu stop rokok tersebut dengan menggambarkan
kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan rokok sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan bagi
narasumber, serta memadukan kemasan program masyarakat Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari
secara interaktif sudah dilakukan Daniel Tanamal industri rokok yang menjadikan anak-anak sebagai
saat berdiskusi dengan Lisda Sundari dari Yayasan target untuk melanjutkan bisnisnya. Artinya, industri
Lentera Anak melalui talkshow yang dilakukan pada rokok di Indonesia sudah menyerang anak muda dan
program Teman Sore sesi Ada Apa Dengan Campus banyak anak muda yang bahkan sejak kecil sudah
(AADC) edisi 5 April 2018. mengenal yang namanya rokok.
Penjualan rokok yang masih bebas dijual tanpa
IV. SIMPULAN ada peraturan yang tegas pun menjadi salah satu aspek
yang diangkat. Karena, dengan menjual bebas rokok,
Isu stop rokok menjadi sebuah isu yang cukup
artinya anak-anak memiliki akses yang mudah untuk
mengkhawatirkan bagi masyarakat di Indonesia,
mendapatkannya. Tentu saja hal ini sangat berbahaya
khususnya anak-anak Indonesia. Sedari usia yang
karena dampak rokok pada anak-anak tidak terlihat
masih sangat muda, anak-anak sudah mengenal rokok,
saat ini, tetapi bertahun-tahun ke depan baru terlihat
tanpa mengetahui dampak dari konsumsi rokok yang
dampaknya dan akan berpengaruh terhadap masa
mereka lakukan di kemudian hari. Padahal, rokok
depan bangsa Indonesia. Lewat isu stop rokok yang
termasuk ke dalam golongan zat adiktif yang otomatis
diangkat oleh Radio Pelita Kasih, peneliti melihat
berbahaya untuk dikonsumsi bagi tubuh manusia.
94
Kalbisocio, Jurnal Bisnis dan Komunikasi, Volume 7, No. 2, Agustus 2020

bahwa rokok digambarkan sebagai sesuatu yang Bungin, B. (2009). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma,
sangat berbahaya dan tidak ada nilai positif yang dapat dan Diskursi Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
diambil dari rokok itu sendiri. Sebagai sebuah radio Jakarta: Kencana.
yang bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan, Eriyanto. (2015). Analisis Framing. Yogyakarta: LKiS.
Radio Pelita Kasih memperlihatkan posisinya bahwa Kriyantono, R. (2012). Teknik Praktis: Riset Komunikasi.
Radio Pelita Kasih tidak mendukung industri rokok Jakarta: Kencana.
dengan mengkonstruksikan rokok menjadi sesuatu Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis,
hal yang berbahaya dan patut untuk dijauhi dari Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Prenadamedia
jangkauan anak-anak. Namun, di sisi lain Radio Pelita Group.
Kasih sangat mendukung isu stop rokok yang sering
SK, I. (2014). Media dan Kekuasaan: Televisi di Hari-Hari
didengungkan juga lewat siaran radio yang dilakukan
Terakhir Presiden Soeharto. Jakarta: PT. Kompas
karena Radio Pelita Kasih masih memiliki harapan
Media Nusantara.
untuk melihat Indonesia menjadi negara yang lebih
Sobur, A. (2009). Analisis Teks Media. Bandung: Remaja
baik lagi di kemudian hari.
Rosdakarya.
Radio merupakan sebuah media yang dapat
dijadikan sebagai alat konstruksi realitas sosial. VOA Indonesia. (2017, Januari 8). Pengendalian Tembakau
Salah satunya adalah isu stop rokok menjadi isu yang Perlu Keterlibatan Semua Pihak. Retrieved Juli 30,
dikonstruksi oleh radio. Dalam penelitian ini, jelas 2018, from VOA Indonesia: https://www.voaindonesia.
bahwa Radio Pelita Kasih mengemas isu stop rokok com/a/pengendalian-tembakau-perlu-keterlibatan-
agar banyak orang menyadari dan meninggalkan semua-pihak/3667628.html
perilaku merokok, terutama untuk anak muda.

V. DAFTAR RUJUKAN

Badan Narkotika Nasional. (2013, Mei 6). Rokok Gerbang


Narkoba. Dipetik November 13, 2017, dari Badan
Narkotika Nasional: http://www.bnn.go.id/read/
artikel/10852/rokok-gerbang-narkoba

95

Anda mungkin juga menyukai