Anda di halaman 1dari 7

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PELACAKAN GIZI BURUK

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SUMBERPUCUNG
Email: Pkmsumberpucung2015@gmail.com
Jl. TGP No.02 Sumberpucung Telp. (0341) 385230
MALANG
A. PENDAHULUAN
Masalah gizi buruk mempunyai dimensi yang sangat luas, baik
konsekuensinya terhadap penurunan kualitas sumberdaya manusia maupun
penyebabnya. Gizi buruk secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan
tingkat kecerdasan anak, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak serta
menurunkan produktivitas. Gizi buruk secara langsung disebabkan oleh kurangnya
asupan makanan dan penyakit infeksi dan secara tidak langsung disebabkan oleh
ketersediaan pangan, sanitasi, pelayanan kesehatan, pola asuh,kamampuan daya beli
keluarga, pendidikan dan pengetahuan.

Hasil Susenas menunjukkan adanya penurunan prevalensi balita gizi buruk


yaitu dari 10,1% pada tahun 1998 menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3%
pada tahun 2001. Namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan kembali prevalensi gizi
buruk dari 8,0% menjadi 8,3% pada tahun 2003 dan kembali meningkat menjadi 8,8%
pada tahun 2005. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan seluruh Indonesia terjadi
penurunan kasus gizi buruk yaitu pada tahun 2005 terdata 76.178 kasus kemudian
turun menjadi 50.106 kasus pada tahun 2006 dan 39.080 kasus pada tahun 2007.
Penurunan kasus gizi buruk ini belum dapat dipastikan karena penurunan kasus yang
terjadi kemungkinan juga disebabkan oleh adanya kasus yang tidak terlaporkan
(underreported).

Mencuatnya kembali pemberitaan di media massa akhir-akhir ini mengenai


balita gizi buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukkan sistem surveilans dan
penanggulangan dari berbagai instansi terkait belum optimal. Gizi buruk merupakan
masalah yang perlu penanganan serius. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah
antara lain melalui revitalisasi Posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan
balita, penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah
Sakit, penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
Berkaitan dengan hal tersebut, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Surat
Edaran No. 347/Menkes/IV/2008, Tanggal 10 April 2008 tentang Penanggulangan
Gizi Buruk dan dengan merujuk kepada Peraturan Menteri Kesehatan
No.949/Menkes/SK /VIII/2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD KLB)
Departemen Kesehatan pada tahun 2005 telah melakukan Rencana Aksi
Nasional (RAN) Penanggulangan Gizi Buruk, namun demikian seringkali RAN
penanggulangan gizi buruk tidak dilaksanakan secara tepat dan cepat. Beberapa
masalah yang sering timbul dan dikeluhkan antara lain lemahnya komitmen dari
penentu kebijakan (stakeholders) dan dukungan pembiayaan dari pemerintah pusat,
propinsi dan kabupaten/kota.

Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk
di beberapa wilayah, terutama di wilayah rawan pangan dan gizi, pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan dengan melakukan Respon Cepat Penanggulangan Gizi
Buruk. Langkah ini sebagai salah satu upaya untuk lebih mengaktifkan kembali
surveilans gizi terutama dalam pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk di seluruh Indonesia. Dalam rangka respon cepat
penanggulangan gizi buruk, Direktorat Bina Gizi Masyarakat perlu menjabarkan
kebijakan dan langkah terpadu seluruh instansi terkait di dalam Pedoman Pelaksanaan
Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk.

B. LATAR BELAKANG
Gizi buruk merupakan akibat dari kekurangan gizi tingkat berat yang bila tidak
ditangani secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan kematian. Pada
kenyataannya di lapangan, kasus gizi buruk sering ditemukan terlambat dan atau
ditangani tidak tepat.

Pelacakan balita gizi buruk merupakan rangkaian kegiatan penyelidikan


epidemiologi terhadap balita gizi buruk. Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor :
1209 tanggal 19 Oktober 1998, menginstruksikan agar memperlakukan setiap kasus
gizi buruk sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), sehingga setiap kasus baru harus
dilaporkan dalam 1 (satu) x 24 jam dan segera ditangani.

Masalah gizi  tidak terbatas pada gizi buruk, namun juga gizi kurang. Masalah
gizi sering terjadi pada anak-anak khususnya balita. Sebagian besar balita yang
menderita masalah gizi kurang, cenderung cepat berkembang menjadi gizi buruk
setelah disapih atau pada masa transisi. Sehingga tidak hanya balita gizi buruk yang
perlu dilakukan pelacakan namun juga pada balita gizi kurang.
C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

TUJUAN UMUM
Semua kasus gizi buruk ditemukan secara dini dan ditangani sesuai tata
laksana
balita gizi buruk secara cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya kematian

TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui tanda tanda klinis balita gizi buruk.
2. Untuk mengetahui penyakit penyerta atau komplikasi pada balita gizi buruk

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Pelacakan balita gizi buruk


a. Petugas gizi mengklarifikasi laporan balita gizi buruk yang diperoleh dari
laporan operasi timbang posyandu dengan mendatangi langsung ke rumah
balita didampingi oleh bidan desa.
b. Petugas gizi melakukan konfirmasi status gizi balita gizi buruk dengan
melakukan pengukuran antropometri (BB dan TB) serta mengintrepetasikan
status gizi berdasarkan BB/TB WHO-2005.
c. Petugas gizi mengkonfirmasi status gizi buruk melalui pemeriksaan fisik gejala
klinis (gizi buruk dengan atau tanpa komplikasi).
d. Petugas gizi mengisi Kuisioner Surveilans Pelacakan Kasus Gizi Buruk
dengan metode wawancara orang tua balita dan kroscek KMS balita.
e. Petugas gizi mengambil foto balita gizi buruk (tanpabaju) dari arah depan,
belakang dan samping.
f. Petugas gizi merujuk balita ke puskesmas turen agar mendapatkan rujukan ke
RS dengan menyiapkan hasil pelacakan gizi buruk, foto balita, KK, dan akte
kelahiran sehingga balita gizi buruk dapat ditangani< 24 jam.
g. Petugas gizi juga melaporkan hasil pelacakan gizi buruk dan foto balita gizi
buruk ke dinas kesehatan kabupaten Malang.

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Kegiatan dilaksanakan dengan mendatangi kerumah balita, metode wawancara orang
tua balita serta pengukuran antropometri ( BB dan TB) dan pemeriksaan fisik klinis
balita.
F. SASARAN

 Balita Gizi buruk ( berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus,
kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor )

 Marasmus: adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak


sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan
kulit keriput
 Kwashiorkor: adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan edema
seluruh tubuh terutama di punggung kaki, wajah membulat dan
sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan mata sayu dan rambut
tipis/kemerahan.
 Marasmus-Kwashiorkor: adalah keadaan gizi buruk dengan tanda-
tanda gabungan dari marasmus dan kwashiorkor

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Insidentil apabila ada KLB Gizi Buruk

H. SUMBER DANA
Kegiatan ini bersumber dana dari Dana Operasional Kesehatan

I. MONITORING EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN


PELAPORAN
- Kegiatan monitoring evaluasi dan pelaporan dilakukan setiap ada KLB Gizi
Buruk

J. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


- Laporan pelacakan kasus gizi KLB Gizi Buruk dibuat dengan menggunakan form
pelacakan gizi buruk yang ditandatangani Kepala Puskesmas
- Hasil laporan pelacakan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dan dinas kesehatan
dalam waktu 1x 24 jam
- Evaluasi kegiatan pelacakan meliputi waktu pelacakan dan bagaimana penanganan
KLB gizi buruk pada saat ditemukan kasus KLB gizi buruk
K. TATA NILAI PUSKESMAS SUMBERPUCUNG
 EKSOTIK :
 E : Energik ( sigap dalam penanganan, cepat tanggap dan tepat
melakukan tindakan penatalaksanaan kepada pasien berdasarkan SOP)
 K : Komunikatif ( Menyampaikan informasi secara tegas dan jelas agar
pasien/masyarakat mudah memahami maksud dari apa yang disampaikan
dengan mempertimbangkan kode etik dan menjaga kerahasiaan
pasien/masyarakat dan berdasarkan SOP)
 SO : Sopan ( sopan dalam bertutur kata , sesuai dengan tata krama yang
ada dan berpakaian sesuai ketentuan yang telah ditetapkan Puskesmas)
 TIK : Tulus Iklas ( menggambarkan kesungguhan dan kejujuran dalam
melayani pasien/masyarakat berdasarkan empati kepada pasien dan
keluarga sesuai standart yang telah ditetapkan)

L. PERAN LINTAS PROGAM


Program Peran Lintas Program
KIA Pemberian KIE dan Rujukan penanganan kasus Gizi buruk yang
berhubungan jika ada penyakit penyerta
KESLING Pemberian KIE pada kasus Gizi Buruk yang berhubungan dengan
hiegeine dan sanitasi
PERKESMAS Kunjungan dan home care

Mengetahui, Sumberpucung, 4 Januari 2023


Kepala Puskesmas Sumberpucung Pelaksana Gizi

drg. Rahmawati Daha Naila Syaidah, AMd.Gz


NIP. 19790425 200903 2 006 NIP.19761213 200904 2 002

Anda mungkin juga menyukai