Aspek gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia,
kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan
mental. Tingginya angka kesakitan dan kematian pada golongan rawan, seperti bayi,
anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui serta rendahnya produktivitas kerja akibat
terjadinya kekurangan gizi.
B. LATAR BELAKANG
Kurang energy protein sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah gizi
utama di Indonesia. Anak disebut KEP bila berat badan anak dibawah normal
dibandingkan rujukan (WHO-NCHS)
Untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk dan mengetahui penyebab terjadinya gizi
buruk diperlukan sistem sistem surveilans gizi yang berkelanjutan, salah satu bentuk
kegiatannya melalui pelacakan kasus. Surat edaran Menteri kesehatan RI Nomor
1209/Menkes/X/1998 tanggal 19 Oktober 1998 menyatakan untuk memperlakukan kasus
kurang gizi berat sebagai kejadian luar biasa (KLB), setiap gizi buruk harus (a) 1x24 jam
(b)ditangani sesuai dengan tatalaksana gizi buruk yang standar baik rawat inap maupun
rawat jalan (C) melakukan penyelidikan epidemologis atau pelacakan kasus gizi buruk.
Berdasarkan laporan perkembangan gizi buruk pada tiap tahunnya mengalami kenaikan.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya kualitas pelayanan gizi melalui standarisasi prosedur pematauan
pertumbuhan balita diposyandu
2. Tujuan khusus
a. Tersedianya alur pemantauan pertumbuhan balita
b. Tersedianya prosedur penimbangan berat badan balita
c. Tersedianya prosedur hasil penimbangan dan tindak lanjutnya
d. Tersedianya prosedur pengukuran panjang atau tinggi badan balita
e. Tersedianya prosedur penilaian status gizi balita
f. Tersedianya daftar tilik pemantauan pertumbuhan balita
F. SASARAN
1. Gizi buruk dan gizi kurang, gizi lebih, stunting (pendek)
2. Bayi dan balita
J. PENUTUP
Kegiatan ini dibebankan oleh biaya operasional keuangan puskesmas kabaena barat