Anda di halaman 1dari 17

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM GIZI – BOK

KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2017

I. Pendahuluan

Masalah gizi khususnya kekurangan gizi,di Kabupaten Probolinggo masih


merupakan masalah kesehatan masyarakat. Terjadinya masalah gizi disebabkan oleh
banyak faktor, baik penyebab secara langsung , tidak langsung maupun penyebab dasar
(akar masalah). Berbagai masalah (kemiskinan, ketidak tahuan, pola asuh, bencana
alam, ketersediaan pangan dan ketersediaan pelayanan kesehatan yang bverakar pada
kebijakan ekonomi dan politik merupakan masalah utama dan mendasar. Masalah
tersebut berdampak pada masalah konsumsi gizi ( malnutrition) bukan hanya masalah
kelebihan gizi (overmalnutrition) atau dikenal dengan gizi ganda (double burden).

Berdasarkan laporan perkembangan gizi buruk pada tiap tahunnya mengalami


peningkatan Hal ini terlihat pada tahun 2014 terdapat kasus 112 kasus (0.08%), tahun
2015 sebanyak 116 kasus (0.09%) dan tahun 2016 mengalami penurunan sebanyak 76
kasus (0.06%). Untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk dan mengetahui penyebab
terjadinya gizi buruk diperlukan sistim surveilans gizi yang berkelanjutan, salah satu
bentuk kegiatannya melalui pelacakan kasus. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor
1209/Menkes/X/1998 tanggal 19 Oktober 1998 menyatakan untuk memperlakukan
kasus kurang gizi berat sebagai kejadian Luar Bias (KLB), sehingga setiap kasus gizi buruk
harus (a) dilaporkan 1x24 jam; (b) ditangani sesuai dengan tatalaksana gizi buruk yang
standar baik rawat inap atau rawat jalan; (c) melakukan penyelidikan epidemiologis atau
pelacakan kasus gizi buruk yang mendapat dukungan dana melalui BOK.

II. Tujuan

1. Terpantaunya status gizi balita & peningkatan partisipasi masyarakat ke posyandu


dalam pemantauan pertumbuhan melalui baik oleh kader / petugas kesehatan
2. Terlaksanya surveilan dan pelacakan kasus gizi buruk
3. Penanganan / Penanggulangan gizi buruk pada balita melalui peningkatan
penanganan gizi buruk, pemberian PMT Pemulihan balita gizi kurang dari keluarga
miskin .
4. Perbaikan gizi untuk ibu hamil KEK / anemi melalui pemberian PMT.Pemulihan
5. Pematauan dan pendampinganTablet Tambah Darah (TTD) Mandiri di sekolah
6. Pemantauan kasus gizi buruk / gizi kurang yang dapat intervensi
7. Pemantauan Pertumbuhan bayi baru lahir dan IMD
8. Pendampingan ASI Eksklusif.
III. Sasaran
a. Sasaran Pelaksana : Petugas Gizi, Bikor / Pet Puskesmas , Bidan Desa dan Kader
b. Sasaran kegiatan : Balita gizi buruk BB/TB ( <-3 SD)
Balita kurus
Ibu hamil KEK
Posyandu
IV. Jumlah Dana
Jumlah Anggaran Kegiatan Gizi BOK sebagai berikut : Terlampir

V. kerangka Acuan dan Dipa terlampir

V . Penutup

Demikian petunjuk pelaksanaan kegiatan program gizi BOK Puskesmas Lumbang


Tahun 2017 sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan.

Probolinggo, 24 Februari 2016


Mengetahui
Kepala Puskesmas Lumbang Koordinator Gizi

AWI, SKM, MSi Taufan Angga dewantara

1
PEMATAUAN PERTUMBUHAN KESEHATAN BALITA DALAM RANGKA TIMBANGAN
SERENTAK

A. Latar Belakang
Pemantauan pertumbuhan balita dalam rangka timbangan serentak merupakan
sarana untuk menemukan kasus gizi buruk BB/U,BB/TB dan TB/U di wilayah
puskesmas. Dengan meningkatnya atau terpenuhinya target balita tertimbang 100% ,
maka kasus gizi buruk bisa terdeteksi dan ditemukan sedini mungkin.
B. Tujuan
- Peningkatan tingkat partisipasi masyarakat di posyandu (D/S) 100%
- Ditemukan kasus gizi buruk BB/U, BB/TB, TB/U dan dengan tanda klinis
- Diketahuinya status gizi balita
- Diketahuinya arah pertumbuhan balita
C. Sasaran
Sasaran kegiatan adalah bayi dan balita di 2146 posyadu
D. Waktu Pelaksanaan
- Jadwal pelaksanaan : 1 kali di bulan Oktober
- Pelaksana 2 orang : - 1 orang Petugas Puskesmas ( Petugas Gizi/ Bikor/
Petugas lain ) yang terkait posyandu
- 1 orang bidan di desa (BDD)
E. Output
- Penemuan kasus gizi buruk
- Ditemukan balita yang mengalami gangguan pertumbuhan dan penanganan
- Peningkatan status gizi balita
F. Indikator Keberhasilan
- 100% balita terpantau melalui penimbangan/pengukuran (D/S)
- 100% gizi buruk ditemukan
G. Biaya dan SPJ
 Biaya : bantuan transport :
2166 psy x 1 kl x 2 org x Rp 60.000 = Rp 257.520.000,-
 SPJ : Kwitansi, tanda terima, surat tugas , laporan hasil / pendukung hasil
pemant pertumbuhan timba.serentak sesuai format, rekap puskesmas dan daftar
balita gizi buruk yang ditemukan (BB/U, BB/TB, TB/U)

2
KEGIATAN SURVEILANS & PELACAKAN KASUS GIZI BURUK

A. Latar Belakang
Untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk dan mengetahui penyebab terjadinya
gizi buruk diperlukan sistim surveilans gizi yang berkelanjutan, salah satu bentuk
kegiatannya melalui pelacakan kasus. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor
1209/Menkes/X/1998 tanggal 19 Oktober 1998 menyatakan untuk memperlakukan
kasus kurang gizi berat sebagai kejadian Luar Bias (KLB), sehingga setiap kasus gizi buruk
harus (a) dilaporkan 1x24 jam; (b) ditangani sesuai dengan tatalaksana gizi buruk yang
standar baik rawat inap atau rawat jalan; (c) melakukan penyelidikan epidemiologis atau
pelacakan kasus gizi buruk. Berdasarkan laporan perkembangan gizi buruk pada tiap
tahunnya mengalami peningkatan Hal ini terlihat pada tahun 2013 terdapat kasus 112
kasus (0.08%), tahun 2014 sebanyak 116 kasus (0.09%) dan tahun 2015 mengalami
penurunan sebanyak 76 kasus (0.06%).
Selanjutnya sesuai Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor 347/Menkes/IV/2008
tanggal 10 April 2008, suatu wilayah dinyatakan KLB gizi buruk apabila di wilayah
kabupaten / kota : (a) ada peningkatan jumlah balita dengan berat badan dibawah gari
merah (BGM) pada KMS sebanyak 50% atau jumlah balita gizi buruk meningkat 2 kali
lipat pada 4 bulan sebelumnya ; (b) ada perubahan pola konsumsi makanan pokok yang
biasa dikonsumsi masyarakat baik jenis,jumlah maupun frekuensi makan. Semakin Aktif
pelaksanaan surveilans gizi, maka semakin banyak kasus gizi buruk ditemukan dan
dirujuk serta dilaporkan.

B. Tujuan
- Untuk megetahui kasus gizi buruk yang ditemukan secara tepat dan akurat
- Untuk mengetahui penyebab kejadian kasus gizi buruk & factor resiko
- Menentukan jenis penanganan secara cepat, tepat dan efisien

C. Sasaran
Sasaran : Balita gizi buruk BB/TB, BB/U dan TB/U dan dengan tanda klinis
di 284 desa/kelurahan
D.Waktu Pelaksanaan
- Jadwal Kegiatan : 9 kali yang (Maret - November 2016)
- Petugas : 2 orang yang terdiri dari :
* 1 orang petugas gizi
* 1 orang petugas puskesmas
( bisa bikor anak, Kesling,prokes,perawat/dokter umum ) sesuai
permasalahan kasus yang dihadapi
E.OUTPUT
Terlacaknya , terpantaunya , terolahnya dan ter-analisanya kasus gizi buruk yang
ditemukan di 38 Puskesmas.

F.INDIKATOR KEBERHASILAN
- 100 % kasus gizi buruk yang ditemukan terlacak dan teridentifikasi serta
terlaporkan secara akurat sebagai pelaksanaan sistim surveilans
- 100 % gizi buruk mendapat penanganan secara dini.
G.Biaya & SPJ
Rincian anggaran kegiatan sbb :
 Bantuan transport petugas :
2 org x 284 desa x 9 kl = Rp 306.720.000,-
 SPJ : kwitansi, surat tugas, tanda terima, laporan hasil pelacakan dengan format
pelacakan dan disertai dengan dokumen kasus & lingk.rumah.
3
PEMATAUAN PERTUMBUHAN KESEHATAN BALITA OLEH KADER

A. Latar Belakang
Salah satu upaya mengurangi peningkatan kasus balita gizi kurang dan gizi buruk
melalui pemantauan pertumbuhan dengan menimbangkan / pengukuran secara
antropometri di posyandu .Pematauan pertumbuhan kesehatan balita merupakan
cara yang efisien untuk mengetahui tingkat kesehatan balita serta sebagai upaya
deteksi dini gangguan pertumbuhan yang bisa dilakukan oleh orang tua, kader
maupun petugas kesehatan. Yang perlu diperhatikan dalam pemantauan
pertumbuhan adalah arah pertumbuhan hasil penimbangan & pengukuran apakah
sesuai dengan arah pertumbuhan yang diharapkan dan kenaikan BB sesuai dengan
KBM ( Kenaikan Berat Minimal) sesuai umur serta status gizinya.
B. Tujuan
- Mengetahui arah pertumbuhan balita ( N1,N2,T1,T2,T3) dan BGM
- Mengetahui status gizi balita
- Mengetahui tumbuh kembang /deteksi dini gangguan pertumbuhan dan
perkembangan ( sesuai / penyimpangan)
- Peningkatan tingkat partisipasi masyarakat di posyandu
C. Sasaran
Sasaran kegiatan adalah bayi dan balita di 2146 posyadu
D. Waktu Pelaksanaan
- Jadwal pelaksanaan : selama 9 bulan ( Maret – November )
- Pelaksana : Kader posyandu ( 2 org / posyandu )
E. Output
- Terpantaunya pertumbuhan balita
- Ditemukan balita yang mengalami gangguan pertumbuhan dan penanganan
- Peningkatan status gizi balita
F. Indikator Keberhasilan
- 85% balita terpantau melalui penimbangan/pengukuran (D?S)
- Menurunnya kasus gizi buruk/ gizi kurang
G. Biaya dan SPJ
 Bantuan transport kader :
2146 psy x 9 kl x 2 org x Rp 30.000 = Rp 1.158.840.000,-
 SPJ : Kwitansi, tanda terima, surat tugas , laporan hasil / pendukung hasil
pemant pertumbuhan sesuai format

4
PEMBERIAN PMT PEMULIHAN GIZI BURUK & GIZI KURANG

A. Latar Belakang
Kekurangan Gizi secara langsung maupun tidak langsung akan menurunkan
tingkat kecerdasan anak, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak
serta menurunkan produktivitas. Masalah Gizi Buruk mempunyai dimensi yang
sangat luas, baik konsekuensinya terhadap penurunan kualitas SDM maupun
penyebabnya. Dari aspek penyebab, gizi buruk terkait dengan kemampuan daya
beli keluarga, ketersediaan panganditingkat rumah tangga, pendidikan dan pola
asuh keluarga serta sulitnya akses pelayanan kesehatan. Mengingat penyebab yang
komplek maka penanganan gizi buruk harus dilaksanakan secara komprehensip,
artinya penanganan diawali dengan penyebab yang mendasar seperti infeksi /
penyakit penyerta diatasi lebih dahulu baik melalui rawat jalan , rawat inap maupun
perkesmas.
Berdasarkan laporan perkembangan gizi buruk pada tiap tahunnya mengalami
peningkatan Hal ini terlihat pada tahun 2013 terdapat kasus 112 kasus (0.08%),
tahun 2014 sebanyak 116 kasus (0.09%) dan tahun 2015 mengalami penurunan
sebanyak 76 kasus (0.06%). Sedangakan balita gizi kurus berdasarkan BB/TB )
sebanyak 1.126 anak . Jika hal tidak segera diatasi maka akan terjadi peningkatan
kasus bahkan bisa terjadi KLB gizi buruk .Dengan pemberian intervensi gizi
diharapkan akan terjadi penurunan prevalensi gizi buruk , mencegah KLB ,sehingga
status gizi balita mengalami perbaikan.

B.Tujuan
Penanganan kasus gizi buruk melalui PMT Pemulihan bertujuan :
1. Memperbaiki status gizi balita gizi buruk sebagai upaya penurunan angka kematian
balita
2. Pemberdayaan keluarga yaitu keluarga mengetahui jenis makanan tambahan dalam
bentuk formula 100 / makanan kudapan /minuman yang memenuhi standar gizi balita
(pabrikan) untuk mengatasi masalah gizi kurang dan mau melaksanakan/ meneruskan
dalam keluarga
3. Mendidik kemandirian masyarakat / keluarga dalam mengatasi masalah gizi sehinggga
tidak bergantung pada bantuan baik pemerintah / swasta.
4. Terwujudnya keluarga mandiri sadar gizi ( Kadarzi)

C.Sasaran
Sasaran kegiatan : - gizi buruk BB/TB : 76 kasus
- Balita kurus (BB/TB) : 497 anak

D.Waktu Pelaksanaan
 Jadwal Kegiatan : bulan Mei, Juni, Juli 2016
 Pelaksana : Pelaksana gizi dibantu BDD dan Kader

E. OUTPUT
- 76 balita gizi buruk dan 497 balita gizi kurus mendapat PMT-Pemulihan selama 90
hari
- Keluarga kasus mengetahui cara pembuatan PMT Pemulihan sebagai makanan
selingan dalam keluarga (khususnya balita yang mengalami kurang gizi)

F. INDIKATOR KEBERHASILAN
- Kasus Gizi buruk dan balita gizi kurus mengalami peningkatan status gizi
- Tidak terjadi KLB gizi buruk.
- Tercapainya keluarga mandiri sadar gizi

II. Biaya
Rincian anggaran kegiatan sbb :
 Belanja bahan material lainnya
- Gizi buruk : 76 ks x 90 hr x Rp 7000 = Rp 47.880.000,-
- Gizi Kurus :497 ks x 90 hr x Rp 7000= Rp 313.110.000,-
 SPJ : kwitansi, nota pembelian, rincian menu / perhit kebut bahan makanan PMT,
bukti penerima PMT.P (tanda terima yang diperjelas jumlah diterima),
5
PEMBERIAN PMT PEMULIHAN IBU HAMIL KEK

A. Latar Belakang

Kurang Energi Kronik (KEK) merupakan masalah gizi pada ibu hamil di Kabupaten
Probolinggo.Berdasarkan hasil survey pada remaja putrid di tahun 2013
menunjukan…….%, dan berdasarkan laporan puskesmas bahwa ibu hamil yang
menderita Kurang Energi Kronik (KEK) sebesar …..%.
Ibu hamil KEK merupakan ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi karena dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan janin serta terhadap status gizi ibunya. Dampak
tersebut diantaranya bayi lahir BBLR (lahir <2500 gram), yang akan memerlukan
perhatian lebih dalam perawatannya karena pertumbuhan dan perkembangannya tidak
sama dengan bayi yang lahir normal >2500 gram. Disamping itu juga membahayakan
jiwa ibu ketika persalinan maupun masa nifas.
Sebagai upaya penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan penurunan Gizi buruk, maka
dilakukan Pemberian Makanan Tambahan pemulihan selama 90 hari agar pertumbuhan
pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dapat optimal.

B.Tujuan
Penanganan kasus gizi buruk melalui PMT Pemulihan bertujuan :
1 .Memperbaiki status gizi ibu hamil KEK sebagai upaya penurunan angka kematian ibu
2. Mencegah terjadinya anak lahir BBLR
3. Mendidik kemandirian masyarakat / keluarga dalam mengatasi masalah gizi ibu hamil
sehinggga tidak bergantung pada bantuan baik pemerintah / swasta.
4.Terwujudnya keluarga mandiri sadar gizi ( Kadarzi)

C.Sasaran
Sasaran kegiatan : - ibu hamil KEK dari keluarga miskin : 800 orang
- Jika sasaran ibu hamil KEK GAKIN di suatu wilayah maka bisa
diambilkan dari ibu hamil yang menderita anemia ( Hb < 10 mg )

D.Waktu Pelaksanaan
 Jadwal Kegiatan : bulan Mei, Juni, Juli 2016
 Pelaksana : Pelaksana gizi dibantu BDD dan Kader

E. OUTPUT
- 800 balita ibu hamil KEK mendapat PMTPemulihan selama 90 hari
- Keluarga kasus mengetahui cara pembuatan PMT Pemulihan sebagai makanan
selingan dalam keluarga (khususnya ibu hamil yang mengalami kurang energy kronik )

F. INDIKATOR KEBERHASILAN
- Ibu Hamil KEK mengalami peningkatan status gizi
- Penurunan bayi lahir dengan berat badan rendah (< 2500 gram ).
- Tercapainya keluarga mandiri sadar gizi

III. Biaya
Rincian anggaran kegiatan sbb :
 Belanja bahan material lainnya
- Ibu hamil KEK : 800 ks x 90 hr x Rp 7000 = Rp 504.000.000
 SPJ : kwitansi, nota pembelian, rincian menu / perhit kebut bahan makanan PMT,
bukti penerima PMT.P (tanda terima yang diperjelas jumlah diterima), daftar
ibu hamil KEK sebelum diintervensi (lengakp identitas dan kondisi awal ibu
hamil meliputi : BB,lila, hamil ke, Hb dst).
6.
PEMANTAUAN GIZI BURUK DAN GIZI KURANG

A.Latar Belakang
Untuk optimalisasi dampak pemberian makanan pemulihan bagi gizi buruk
maupun gizi kurang, maka perlu adanya pemantauan pertumbuhan sebagai evaluasi.
Pemantauan tersebut sebagai upaya dalam mengetahui bagaimana pertumbuhannya dan
pekembangannya satus gizi sebelum diberi PMT dan setelah mendapat PMT dalam kurun
waktu tertentu.Selain itu pemantauan juga diarahkan untuk mengetahui pola konsumsi
PMT yang diberikan dan kondisi kesehatan anak.
B.Tujuan
1. Mengetahui perkembangan status gizi dan arah pertumbuhan
2. Mengetahui pola konsumsi makanan khususnya dalam pemberian PMT.P
3. Mengetahui kondisi kesehatan kasus
4. Konseling / motivasi serta melakukan tindakan jika kasus mengalami sakit
C.Sasaran
 Sasaran kegiatan : - gizi buruk BB/TB : 76 kasus
- Balita kurus (BB/TB) : 497 anak
- Ibu Hamil KEK : 800 orang
 Lokasi : 284 desa
D.Waktu Pelaksanaan
 Jadwal Kegiatan : bulan Juni, Juli, Agustus 2016
 Pelaksana : Pelaksana gizi dan BDD
E. OUTPUT
- 76 balita gizi buruk , 497 balita gizi kurus dan ibu hamil KEK mendapat PMT-
Pemulihan dipantau
- Keluarga kasus mengetahui perkembangan dan pertumbuhan setelah mendapatkan
PMT.P
- Keluarga kasus mendapatkan motivasi/konseling
F. INDIKATOR KEBERHASILAN
- Penurunan kasus gizi buruk,gizi kurang dan ibu hamil KEK
- Tidak terjadi KLB gizi buruk.
- Tercapainya keluarga mandiri sadar gizi
G. Biaya
Rincian anggaran kegiatan sbb :
 Bantuan transport petugas
2 org x 284 desa x 3 kl x Rp 60.000,- = Rp102.240.000,-
 SPJ : kwitansi, surat tugas, laporan hsl kunjungan yang dilampiri hasil pemantauan
sesuai format

7
PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BAYI BARU LAHIR DAN IMD

A. Latar Belakang

Di Kabupaten Probolinggo, persoalan dan tantangan yang sering dihadapi adalah belum
banyak rumah sakit ataupun bidan yang mengakomodasi proses inisiasi menyusui dini ini.
Oleh karenanya, untuk dapat menerapkan proses ini, penting bagi para calon ibu untuk
mendapatkan pendampingan ketika menghadapi persalinan. World Health Organizations
(WHO) merekomendasikan proses inisiasi menyusui dini dijalankan selama 1 jam pertama
kehidupan awal bayi. Proses tersebut dilaksanakan dengan cara menempatkan bayi di
dada ibunya segera setelah sang bayi keluar dari jalan lahir. Bayi ini kemudian akan secara
alami, tanpa dibantu, mencari puting ibunya untuk menyesap ASI. Berikut beberapa
manfaat yang bisa didapatkan dengan menjalankan proses IMD:

 Memberi kesempatan pada bayi untuk mendapatkan kolostrum, yaitu tetes ASI
pertama ibu yang kaya nutrisi dan membantu mencegah penyakit. Cairan pertama dari
ASI ini biasanya berwarna kuning, sangat padat, dan hanya sebanyak kira-kira satu
sendok teh.
 Proses ini juga menunjang keberhasilan ASI eksklusif hingga setidaknya 4 bulan
selanjutnya. ASI eksklusif mengandung arti bahwa makanan bayi hanyalah ASI, tanpa
cairan atau makanan padat lain termasuk air mineral. ASI eksklusif ini umumnya
diterapkan di usia bayi 0 sampai 6 bulan.
 Bukti menunjukkan bahwa kulit bayi yang bersentuhan langsung dengan kulit ibunya
(skin-to-skin contact) segera setelah ia lahir ke dunia dapat membangun keintiman
dengan sang ibu menjadi lebih dalam. Proses ini juga membantu membuat bayi tetap
merasa hangat setelah keluar dari rahim. Lebih jauh, kulit tubuh bayi yang
bersentuhan langsung dengan kulit tubuh ibunya merupakan cara efektif untuk
dilakukan tidak hanya saat proses inisiasi menyusui dini, tapi bisa kapan saja, untuk
menenangkan bayi saat sakit dan membuat sang ibu lebih nyaman.
 Bayi menjadi lebih tenang dan relatif tidak terlalu sering menangis.
 Mengurangi angka kematian bayi baru lahir.
 Meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dan daya tahan tubuh bayi, terutama di usia 0
– 1 tahun.
 Lebih menstabilkan napas bayi, terutama setelah dilahirkan.
 Membantu ibu untuk pulih lebih cepat setelah proses persalinan.

B.Tujuan
1. Mengetahui / meningkatkan cakupan IMD
5. Mengetahui pertumbuhan dan kesehatan bayi baru lahir
6. Mengurangi angka kematian bayi baru lahir
7. Konseling / motivasi ASI Ekslusif

C.Sasaran
Sasaran kegiatan : Ibu hamil yang sedang melaksanakan proses persalinan atau ibu nifas
(pasca persalinan) dengan kunjungan neonatus ( usia bayi maximal
7 hari)

D.Waktu Pelaksanaan
 Jadwal Kegiatan : Maret – November 2016
 Pelaksana : 1 orang Pelaksana gizi
1 Orang petugas lain : Bikor ibu / bikor anak / BDD

E. OUTPUT
- Terpantaunya pertumbuhan dan IMD bayi baru lahir
- Ibu bersalin mendapatkan motivasi/konseling

F. INDIKATOR KEBERHASILAN
- Meningkatnya cakupan IMD dan ASI Eksklusif
- Tercapainya keluarga mandiri sadar gizi
G. Biaya
Rincian anggaran kegiatan sbb :
 Bantuan transport petugas
2 org x 9 kl x Rp 60.000,- = Rp 41.040.000,-
 SPJ : kwitansi, surat tugas, laporan hsl kunjungan yang dilampiri hasil pemantauan
sesuai format

8
PENDAMPINGAN ASI EKSKLUSIF

A.Latar Belakang

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan
tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih,sampai bayi berumur
6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI
sampai bayi berumur dua tahun.

Bayi yang diberikan ASI secara esklusif cenderung lebih sering pemberian ASI-nya daripada
pemberian pada bayi yang minum susu formula. Bayi yang baru lahir biasanya setiap 2
sampai 3 jam disusui oleh ibunya. Semakin bertambah usianya, waktu atau jarak antara
menyusui akan meningkat karena kapasitas perut mereka menjadi lebih besar. Sebaliknya,
bayi baru lahir yang hanya mengenal susu formula akan memulai minum susu formula kira-
kira setiap 3 sampai 4 jam selama beberapa minggu pertama kehidupan.
Sehubungan hal tersebut, maka dipandang perlu ibu bersalin setelah mendapatkan IMD agar
selalu didampingi petugas untuk mendapakan eksklusif sampai usia 6 bulan.

B.Tujuan
1. Meningkatkan cakupan ASI Eksklusif
2. Mencegah /penanggulangan balita gizi buruk
3. Mengurangi angka kematian bayi
4. Konseling / motivasi managemen lakstasi
C.Sasaran
 Sasaran kegiatan : bayi usia 0-6 bulan
D.Waktu Pelaksanaan
 Jadwal Kegiatan : sebanyak 9 kali ( Maret – November 2016)
 Pelaksana : 1 orang Pelaksana gizi
1 orang petugas lain : Bikor ibu / bikor anak / BDD
E.OUTPUT
- Terlaksnanya pendampingan ASI Eksklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan
- Meningkatnya cakupan ASI Eksklusif
- Keluarga mendapatkan motivasi/konseling
G.INDIKATOR KEBERHASILAN
- Cakupan ASI Eksklusif mencapai target 80%
- Tercapainya keluarga mandiri sadar gizi
H.Biaya
Rincian anggaran kegiatan sbb :
 Bantuan transport petugas
2 org x 9 kl x Rp 60.000,- = Rp 41.040.000,-
 SPJ : kwitansi, surat tugas, laporan hsl kunjungan yang dilampiri hasil pemantauan
sesuai format
9
PEMANTAUAN DAN PENDAMPINGAN TTD MANDIRI DI SEKOLAH

A.Latar Belakang
Anemia banyak terjadi di kehidupan para remaja, khususnya remaja putri. Hal ini dapat
terjadi karena kamu para remaja putri sedang berada pada masa pubertas maka
kebutuhan zat besi untuk menyeimbangkan perkembangan tubuh semakin besar. Selain
itu, beban ganda yang kamu emban adalah mengalami menstruasi, berarti juga memiliki
kebutuhan untuk menggantikan zat besi hilang bersama darah haid. Berdasarkan hasil
survey di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013 menunjukan bahwa 50% remaja putrid
mengalami anemia gizi besi. Hal ini sangat berdampak terhadap produktifitas dan prestasi
belajar, serta akan berpengaruh pada kehidupan berikutnya ketika mengalami kehamilan.
Terkait hal tersebut maka status gizi dan kesehatan remaja putri di sekolah perlu
mendapat bimbingan dan perhatian melalui sosialisi pemanfaatan tablet tambah darah
secara mandiri serta merasa bahwa tablet tambah darah merupakan kebutuhan yang
harus dikonsumsi.
B.Tujuan
1. Mengetahui pemanfaatan tablet tambah darah di sekolah
2. Mengetahui cakupan remaja putrid di sekolah yang mengkonsumsi tablet tambah
darah mandiri
3. Mengetahui ketersediaan TTD mandiri (outlet) di sekolah
4. Menurunnya penderita anemia pada remaja putri
C.Sasaran
 Sasaran kegiatan :
- Remaja putrid di sekolah
- Setiap puskesmas 3 Sekolah ( SLTA,SLTP,Madrasah Stanawiyah/MTS, Madrasah
Aliyah /MAN)
 Lokasi : 114 sekolah
D.Waktu Pelaksanaan
 Jadwal Kegiatan : September 2016
 Pelaksana 3 orang : 1 orang Pelaksana gizi
1 orang Petugas UKS
1 orang Petugas Promkes atau yang terkait

E.OUTPUT
- Terlaksnanya pemantauan dan pendampingan TTD Mandiri di sekolah
- Meningkatnya pengetahuan remaja putrid tentang TTD
- Kesadaran remaja putrid untuk konsumsi TTD Mandiri

G.INDIKATOR KEBERHASILAN
- Cakupan TTD mandiri sesuai target 30%
- Tersedianya outlet TTD Mandiri di sekolah-sekolah

H.Biaya
Rincian anggaran kegiatan sbb :
 Bantuan transport petugas
3 org x 3 sekolah x Rp 60.000,- = Rp 20.520.000,-
 SPJ : kwitansi, surat tugas, laporan hsl kunjungan yang dilampiri hasil pemantauan
sesuai format

Anda mungkin juga menyukai