Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mencegah terjadinya KLB gizi buruk
di beberapa wilayah, terutama di wilayah rawan pangan dan gizi, pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan dengan melakukan Respon Cepat Penanggulangan Gizi
Buruk. Langkah ini sebagai salah satu upaya untuk lebih mengaktifkan kembali
surveilans gizi terutama dalam pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk di seluruh Indonesia. Dalam rangka respon cepat
penanggulangan gizi buruk, Direktorat Bina Gizi Masyarakat perlu menjabarkan
kebijakan dan langkah terpadu seluruh instansi terkait di dalam Pedoman Pelaksanaan
Respon Cepat Penanggulangan Gizi Buruk.
B. LATAR BELAKANG
Gizi buruk merupakan akibat dari kekurangan gizi tingkat berat yang bila tidak
ditangani secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan kematian. Pada
kenyataannya di lapangan, kasus gizi buruk sering ditemukan terlambat dan atau
ditangani tidak tepat.
Masalah gizi tidak terbatas pada gizi buruk, namun juga gizi kurang. Masalah
gizi sering terjadi pada anak-anak khususnya balita. Sebagian besar balita yang
menderita masalah gizi kurang, cenderung cepat berkembang menjadi gizi buruk
setelah disapih atau pada masa transisi. Sehingga tidak hanya balita gizi buruk yang
perlu dilakukan pelacakan namun juga pada balita gizi kurang.
C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
TUJUAN UMUM
Semua kasus gizi buruk ditemukan secara dini dan ditangani sesuai tata
laksana
balita gizi buruk secara cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya kematian
TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengetahui tanda tanda klinis balita gizi buruk.
2. Untuk mengetahui penyakit penyerta atau komplikasi pada balita gizi buruk
Balita Gizi buruk ( berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus,
kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor )