Anda di halaman 1dari 10

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG

DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK DAN


KELUARGA BERENCANA
PUSKESMAS TUJUH BELAS
Jalan raya Dawar No.02 Kecamatan Tujuh Belas KP 79284
Email: puskesmastujuh17@gmail.com No Hp. 081352297082

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL

(PMT-LOKAL) BALITA GIZI KURANG

I. PENDAHULUAN

Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya pada


Bab VIII tentang Gizi, pada pasal 141 ayat 1 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi
masyarakat ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat,
antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi
dan peningkatan akses mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan
ilmu serta teknologi. Upaya pembinaan dan intervensi gizi yang dilakukan oleh
pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan yaitu dengan program Pemberian
Makanan Tambahan Bebasis Pangan Lokal (PMT-Lokal) Balita Gizi Kurang.

II. LATAR BELAKANG

Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama 1000 Hari Pertama
Kehidupan sangat pesat, demikian pula perkembangan kognitifnya. Ibu hamil dan Balita
merupakan kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian khusus dikarenakan
dampak jangka Panjang yang ditimbulkan apabila mereka menderita kekurangan gizi
akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin, kelahiran bayi berat rendah
(BBLR), selanjutnya berisiko balita mengalami masalah gizi kurang atau stunting.

Program perbaikan gizi masyarakat merupakan program pokok untuk


mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Masalah gizi merupakan
masalah yang penanganannya harus dilaksanakan secara terpadu dengan berbagai
sektor, bukan hanya dengan pendekatan medis. Masalah gizi berkaitan erat dengan
masalah ekonomi dan perilaku serta pengetahuan masyarakat. Kurangnya kesadaran
masyarakat tentang kesehatan dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pengetahuan
masyarakat akan pentingnya kesehatan dan dampak kedepan jika kesehatan
terabaikan. Keadaan gizi masyarakat yang optimal, dapat meningkatkan produktifitas
dan angka harapan hidup masyarakat.

Besaran masalah gizi pada balita berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia
(SSGI) 2021: prevalensi balita gizi kurang 7.1% dan prevalensi balita stunting 24.4%.
berdasarkan sumber yang sama, proporsi makan beragam pada baduta sebesar 52,5%
dengan proporsi mulai konsumsi MPASI <6 bulan sebesar 55,3%, balita menderita
diare sebesar 9,8% dan ISPA sebesar 24,1% (SSGI, 2021). Faktor lain yang turut
berkontribusi pada masalah gizi kurang pada balita adalah pola asuh yang kurang
baik, kurangnya pengetahuan, penyakit infeksi berulang , rendahnya akses ke fasilitas
pelayanan Kesehatan, serta kondisi social ekonomi yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap akses makan makanan bergizi seimbang.

Demikian pula bilamana ditemukan balita dengan kenaikan berat badan tidak
adwekuat /weight faltering, berat badan kurang dan gizi kurang baik di posyandu
maupun di fasilitas Kesehatan, maka perlu dilakukan tatalaksana dengan pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk menidentifiksi dan mengatasi
penyebab yang mendasarinya serta kondisi yang memperberat.

Weight faltering, berat badan kurang, dan gizi kurang dapat disebabkan rendahnya
protein energi ratio (PER) paada makanan yang di konsumsi. Studi Kekalih A, (2015)
yang menganalisis data Riskesdas 2010 menunjukan bahwa konsumsi pangan hewani
pada anak usia 6-24 bulan hanya 38.2%. Data Rikesdas 2010, menunjukan bahwa
angka balita dengan berat badan kurang 17.9% dan gizi kurang 7.3%. Hal ini
merupakan landasan perlunya asupan protein hewani yang cukup untuk balita. Oleh
karena itu, pencegahan weight faltering, berat badan kurang, dan gizi kurang harus
menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan protein hewani pada balita sesuai dengan
ketersedian sumber protein hewani local, sebagai contoh telur, ikan, ayam, dan
sebagainya.

Kemandirian keluarga dalm penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan


potensi pangan local dan edukasi pola konsumsi makanan bergizi diharapkan akan
mendorong keluarga dan masyarakat agar mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang dan berlansung secara berkelanjutan. Indonesia merupakan negara erbesar
ketiga didunia dalam keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber
karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, dan
110 jenis rempah dan bumbu-bumbuan (Badan Ketahanan Pangan, 2020). Terdpat
juga 7 kelompok pangan hewani yaitu ikan laut udang, ikan air tawar, ikan asin,
daging, telur dan susu. Hal tersrebut menunjuksn bahwa potensi pemanfaatan pangan
local sangat terbuka luas untuk penyediaan pangan keluarga, termasuk untuk pebaikan
gizi balita dan ibu hamil. Dari hasil studi, LMT berbasis earifan local lebih efektif
(Amalia, 2021), dengan konseling gizi dan pendampingan.

sebagai tindak lanjut maka puskesmas sebagai lini terdepan dari strkutur jajaran
kementrian kesehatan menjadi penggerak utama di masyarakat dalam penanggulangan
masalah gizi serta mengajak semua lapisan masyarakat untuk berperan aktif dalam
kegiatan penganggulangan masalah gizi. Kekurangan gizi yang terjadi pada
kelompok balita di wilayah kerja UPTD. Puskesmas I Pekutatan diatasi dengan
menyelenggarakan Pemberian Makanan Tambahan Pangan Lokal (PMT-Lokal).
III. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Meningkatnya status gizi balita melalui pemberian makanan tambahan berbasis


pangan local sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Khusus

a. Menurunkan prevalensi balita berat badan tidak naik

b. Menurunkan prevalensi berat badan kurang

c. Menurunkan prevalensi gizi kurang


IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Pengadaan bahan makanan Pemberian Makanan Tambahan Pangan Lokal (PMT-


Lokal) dan mendistribusikannya kepada sasaran balita bermasalah.

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Pangan Lokal (PMT-Lokal) dilakukan


dengan cara :

1. Tatalaksana Balita gizi kurang

a. Di Puskesmas, balita di konfirmasi status gizi dan pemeriksaan Kesehatan,


termasuk di cari red flag

b. Bila ada red flag : dan tidak dapat ditangani di puskesmas : rujuk ke RS

c. Bila tidak ada red flag , Balita Gizi Kurang dengan atau ta npa
stunting:

 Dirawat jalan di Puskesmas

 Diberi edukasi dan konseling polaa makan da n


pencegahan infeksi

 Diberi PMT local selama 4-8 minggu.

 Stimulasi perkembangan

 Dipantau berat setiap minggu oleh tenaga Kesehatan

d. Bila kemudian BB naik adekuat, BB/U diatas -2SD dan BB/ T B


diatas -2SD, PMT dapat dilanjutkan dan rujuk balik ke
posyandu

e. Bila BB naik tidak adekuat setelah 14 hari atau red flag tida k
bisa ditangani di Puskesmas, maka rujuk ke RS

f. Jika BB naik adekuat tapi masih gizi kurang, evaluasi ul a ng


dan bila ditemukan red flag maka harus rujuk

2. Tatalaksana Balita dengan Berat Badan Kurang


a. Di Puskesmas, balita di konfirmasi status gizi dan pemeriksaan Kesehatan,
termasuk di cari red flag

b. Bila ada red flag : dan tidak dapat ditangani di puskesmas : rujuk ke RS

c. Bila tidak ada red flag, Balita Berat Badan Kurang tanpa stunting atau tanpa
keduanya :

 Dirawat jalan di Puskesmas

 Diberi edukasi dan konseling pola makan dan pencegahan infeksi

 Diberi PMT local selama 2-4 minggu

 Stimulasi perkembangan

 Dipantau berat setiap minggu oleh tenaga Kesehatan

d. Bila kemudian BB naik adekuat , BB/U diatas -2SD dan BB/TB diatas -2SD
dan BB/TB diatas -2SD PMT dapat dilanjutkan dan rujuk balik ke posyandu

e. Bila BB naik tidak adekuat setelah 14 hari atau red flag tida k
bisa ditangani di Puskesmas maka rujuk ke RS.

3. Tatalaksana Balita dengan Berat Badan Tidak Naik (T)

a. Di Puskesmas, balita di konfirmasi status gizi dan pemeriksaan


Kesehatan, termasuk di cari red flag

b. Bila ada red flag : dan tidak dapat ditangani di puskesmas : rujuk ke RS

c. Bila tidak ada red flag, Balita Tidak Naik dengan BB/U normal :

 Dirawat jalan di Puskesmas

 Diberi edukasi dan konseling pola makan dan pencegahan infeksi

 Diberi PMT Lokal selama 2-4 minggu

 Stimulasi perkembangan

 Dipantau berat setiap minggu oleh tenaga Kesehatan

d. Bila kemudian BB naik adekuat, BB/U diatas -2SD dan BB/TB diatas -
2SD, PMT dapat dilanjutkan dan rujuk balik ke posyandu

e. Bila BB naik tidak adekuat setelah 14 hari atau red flag tidak bisa
ditengani puskesmas, maka rujuk ke RS
VI. SASARAN

Sasaran Pemberian Makanan Tambahan berbasis Panganan Lokal (PMT-Lokal) dari


anak usia 6-59 bulan bermasalah yaitu :

a. Balita berat badan kurang 39 orang

b. Balita gizi kurang 31 orang


VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan dilaksanakan dimulai dari bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2023.

VIII. ANGGARAN KEGIATAN


Pelaksanaan kegiatan ini memerlukan anggaran biaya dalam rangka
pencapaian keluaran (output) melalui anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) Non
Fisik Bidang Kesehatan Kabupaten Bengkayang pada Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) Puskesmas Tujuh Belas Tahun 2023 sebesar Rp. 109.920.000,-
(Seratus sembilan juta sembilan ratus dua puluh ribu ) dengan rincian
anggaran biaya (RAB) per puskesmas yaitu:

No Rincian Menu Kegiatan Kebutuhan


Biaya Rp.
1 Penyediaan bahan makanan tambahan berbasis pangan lokal bagi 87.936.000
Balita Berat Badan Kurang dan Gizi Kurang
2 Pengolahan bahan makanan 16.488.000

3 Manajemen 5.496.000

Jumlah 109.920.000
Rincian Anggaran Biaya (RAB) terlampir

IX. MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN

Monitoring dan evaluasi pada sasaran balita diidentifikasi melalui pengukuran


rutin, dikonfirmasi masuk kriteriadan ditangani sesuai tata laksana, kemudian
dilakukan monitoring evaluasi harian, mingguan, bulanan, Adapun aspek monev
yang dilakukan adalah konsumsi MT local harian pada balita, peningkatan BB
balita dan perbaikan status gizi balita. Kegiatan monitoring evaluasi ini di
laksanakan oleh Tim pelaksana (puskesmas), Pengelola program di Dinkes
Kab/Kota, Dinkes Provinsi, Pusat (berjenjang).
Kartu Kontrol Konsumsi Makanan Tambahan untuk balita

Formular ini dengan memberikan tanda centang (v) pada setiap kolom yang
tersedia setiap kali anak menerima dan mengkonsumsi makanan tambahan
Nama Anak :
Nama ibu/Orang tua :
Usia anak :
Jangka Waktu penerimaan MT : ………..hari

Bulan 1 Bulan 2

Minggu 1 Minggu 1

Minggu 2 Minggu 2

Minggu 3 Minggu 3

Minggu 4 Minggu 4

Bulan 3

Minggu 1

Minggu 2

Minggu 3

Minggu 4

MONEV MINGGUAN : Catatan PMT local dan Pemantauan BB Balita

N N Al N Tan Pemeberian ke- Berat Badan (kg)


o a a I ggal
(isi kolom dengan paraf)
m m K pert
a at ama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 d a Mi Mi Mi d

pem 0 s w nn ng ng s

beri t a gu gu gu t

an l 1
2 3
FORMULIR PEMANTAUAN BULANAN KEPADA SASARAN BALITA (IBU BALITA)
(Diisi oleh Petugas kesehatan)

Provinsi : Nama anak :


Kabupaten : Nama ibu :
Kecamatan : Umur anak : bulan
Puskesmas :
Desa :
Posyandu :

No PERTANYAAN JAWABAN
Apakah balita ibu mendapat MT?
1 Ya/tidak
Sejak kapan balita ibu menerima MT?
2 Sebutkan
Jenis MT apa yang ibu terima ?
3 Makanan lengkap Sebutkan
Makanan kudapan
Keduanya
Dimana tempat ibu diberi MT?
4 Posyandu Sebutkan
Kelas ibu balita
Rumah
Lainya
Berapa kali MT dilakukan dalam 1 bulan ?
5 Setiap hari dalam sebulan Sebutkan
Tidak setiap hari dalam sebulan
Apakah ibu menyukai MT yang diberikan
6 (Aspek, organoleptic,rasa, penyajian dll)? Ya/tidak
Dinilai dan habis atau tidaknya MT
tersebut dimakan
Alasan jika tidak menyukai MT :
7 Tidak suka Sebutkan
Tidak nafsu makan
Sudah kenyang
Sedang sakit
Lainnya
Apakah ada keluhan ibu pada saat dan setelah mengonsumsi MT dan
8 bagaimana cara mengatasinya ? Ada/tidak
Jika ada sebutkan misalnya : muntah,
diare, sembelit dll.
Apakah ibu mendapat penyuluhan gizi seimbang pada saat pemberian MT?
9 ya
tidak
Pesan apa yang disampaikan pada kegiatan pemberian makanan tambahan
10 bertahan pangan local ?
Apakah ibu mengerti tentang pesan yang disampaikan ?
11 ya
tidak
Apakah ibu dapat mempraktikan pesan yang disampaikan di rumah ?
12 ya
tidak

………….., ……… 2003


Petugas pemantau

( )
X. PENCATATAN DAN PELAPORAN KEGIATAN
 Pencatatan hasil pengukuran BB, PB atau TB dan makanan tambahan pada ibu
hamil akan dicatat pada buku KIA dan laporkan secara elektronik melalui sigizi
terpadu pada menu pemantauan PMT.
 Saat ini sedang dikembangkan Aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK) dimana
pencatatan oleh kader melalui aplikasi dan watshaap chatbot akan langsung
terhubung pada dhasboard SATUSEHAT.
 Tim Pelaksana mencatat hasil Kegiatan PMT melalui formulir Monev PMT dan
pemantauan berat badan pada balita.
 Tim Pelaksana mencatat dan melihat isian kartu control konsumsi PMT oleh
sasaran sebagai self-monitoring dan tindak lanjutnya misalnya menanyakan apakah
sasaran menyukai makanan tambahan yang diberikan, ada tidaknya keluhan setelah
mengonsumsi, serta memberikan edukasi.
 Tim Pelaksana melaporkan hasil kegiatan PMT mulai dari tingkat Puskesmas, lalu
dilaporkan Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, dan Pusat secara berjenjang.

Mengetahui, Tujuh Belas, 1 Januari 2023


Kepala UPTD Puskesmas Tujuh Belas Pelaksana Kegiatan,

Sapari, A.Md, KL, S.K.M Novia Putri Tanjung, S.Tr.Gz


NIP. 1NIP.199840826 200902 1 004 NIP. 199711032022032014
2023

KERANGKA ACUAN
PEMBERIAN PMT LOKAL
BALITA GIZI KURANG

UPTD PUSKESMAS TUJUH BELAS

Anda mungkin juga menyukai