Anda di halaman 1dari 10

KonselingGizi

MenurutKamusBesarBahasa Indonesia (KBBI 2013)


konselingadalahpemberiannasihatatauarahan yang dilakukanolehahlikepada orang
yang membutuhkanadvisatassuatumasalah. Konselinggiziadalahsuatu proses
komunikasiduaarahantarakonselordanpasienatauklienuntukmembantupasienatauklienm
engenalidanmengatasimasalahgizi (kamusgizi 2009). Menurut PPSDM Kemenkes 2018
Konselinggiziadalahsuatu proses memberibantuankepada orang lain
dalammembuatsuatukeputusanataumemecahkansuatumasalahmelaluipemahamanfakt
a-fakta, harapan, kebutuhandanperasaanklien. MenurutSupariasa (2011)
konselingadalahsuatu proses komunikasi interpersonal
atauduaarahantarakonselordanklienuntukmembantuklienmengatasidanmembuatkeputu
san yang benardalammengatasimasalahgizi yang dihadapi.
Dalamkonselinggiziadaduaunsur yang terlibatyaitukonselordanklien.
Konselorgiziadalahahligizi yang bekerjauntukmembantu orang lain (klien)
mengenalidanmengatasimasalahgizi yang
dihadapisertamendorongklienuntukmencaridanmemilihcarapemecahanmasalahgiziseca
raefektifdanefisien (Supariasa 2011).
Manfaat KonselingGizi
Menurut Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kemenkes 2018 manfaat
konseling gizi adalah sebagai berikut :

Membantu klien untuk mengenali permasalahan kesehatan dan gizi yang dihadapi.
Membantu klien mengatasi masalah.
Mendorong klien untuk mencari cara pemecahan masalah.
Mengarahkan klien untuk memilih cara yang paling sesuai.
Hubungan antara Obesitas dengan Hipertensi
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Penderita obesitas mempunyai
risiko mengalami hipertensi 2,2 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang
mempunyai IMT normal (Natalia, 2015). Hasil penelitian menemukan bahwa lebih dari
separuh penderita hipertensi mengalami obesitas (56,6%) dan obesitas sentral (54,9%)
(Sulastri, Elmatris, Ramadhani, 2012). Hubungan antara obesitas dan hipertensi telah
lama diketahui namun mekanisme bagaimana terjadinya hipertensi akibat obesitas
hingga saat ini belum jelas. Sebagian peneliti menitikberatkan patofisiologi tersebut
pada tiga hal utama yaitu danya gangguan sistem autonom, resistensi insulin serta
abnormalitas struktur dan fungsi pembuluh darah. Patogenesis obesitas sehingga
mengakibatkan suatu hipertensi merupakan hal yang kompleks karena penyababnya
multifaktor dan saling berhubungan. Leptin, asam lemak babas dan insulin serta
obstructive sleep apnea yang meningkat pada anak obes akan menyebabkan konstriksi
dan aktifitas sistem saraf simpatis. Resistensi insulin dan disfungsional endothelial juga
menyebabkan vasokonstriksi. Peningkatan aktifitas saraf simpatis ginjal, resistensi
insulin dan hiperaktifitas sistem renin angiotensi menjadikan reabsorbsi natrium pada
ginjal meninggi. Semua faktor diatas akan mengakibatkan terjadinya hipertensi
(Soetjningsih, Ranuh, 2014). Peningkatan obesitas disertai dengan peningkatan ko-
morbiditas yang berpotensi menjadi penyakit degeneratif di kemudian hari misalnya
penyakit jantung koroner, DM tipe 2 dan hipertensi (Lumoindong, 2013). Obesitas
dikaitkan dengan peningkatan aliran darah, vasodilatasi, cardiac output, dan hipertensi.
Meskipun indeks jantung (cardiac output dibagi dengan berat badan) tidak meningkat,
curah jantung dan laju filtrasi glomerulus dapat meningkat. Faktor yang secara umum
dianggap bertanggung jawab atas perubahan terkait obesitas pada kurva tekanan-
natriuresis meliputi peningkatan pola simpatik, aktivasi sistem renin-angiotensin (RAS),
hiperinsulinemia, perubahan struktur ginjal, dan elaborasi adipokines (hormon yang
diproduksi oleh lemak itu sendiri) seperti leptin. Blokade simpatis (gabungan alpha dan
beta blokade) mencegah hipertensi yang berhubungan dengan obesitas pada hewan
percobaan dan pada pasien. Demikian pula leptin, hormon yang diproduksi lemak yang
menghasilkan rasa kenyang dan penurunan berat badan dengan mengurangi asupan
kalori dan dengan mengaktifkan sistem saraf simpatik untuk meningkatkan
thermogenesis, dapat menyebabkan hipertensi. hipertensi yang diinduksi oleh leptin
atau yang disebut leptin-induced hypertension juga dicegah oleh blokade simpatik. Ini
dan temuan lainnya sangat menyarankan bahwa leptin berkontribusi pada kejadian
hipertensi obesitas terutama melalui aktivasi simpatik. Efek aktivasi simpatis pada
hipertensi obesitas tampaknya terkait dengan aktivasi lalu persarafan ginjal dan
perubahan selanjutnya dari hubungan tekanan-natriuresis, seperti denervasi renal
mencegah perkembangan hipertensi pada beberapa model hewan hipertensi terkait
obesitas. Juga, jalur hipotalamus leptin-melanocortin adalah modulator penting dari
berat badan, dan stimulasi hyperleptinemia dari jalur hipotalamus proopiomelanocortin
ini cenderung memberikan kontribusi untuk peningkatan aliran simpatis (Richard, 2009).

Definisi penyakit
Definisi Hipertensi
merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak pada
tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M.,
2012).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik
sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,
tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah
dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.

Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-
menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik
yang bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang
bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi
merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu
dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau
rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur,
telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.

Definisi Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan dari akumulasi lemak tubuh yang berlebihan di jaringan
lemak dan dapat menimbulkan beberapa penyakit. Obesitas pada dewasa berkaitan
dengan sindroma metabolik, sedangkan obesitas serta sindroma metabolik yang
berkembang pada masa anak dapat berlanjut sampai dewasa (Indriati, 2010). Obesitas
sebagai suatu keadaan kelebihan lemak di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-
bagian tertentu.

Obesitas merupakan keadaan peningkatan total lemak dalam tubuh yang


mengakibatkan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita(Ganong,
2003).

Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan,terlalu sedikitnya


aktivitas atau latihan fisik , maupun keduanya (Misnadierly, 2007). Dengan demikian tiap
orang perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan dan cairan (disesuaikan
dengan kebutuhan tenaga sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih
besar mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan berasal
dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang
melakukan olahraga, serta emosionalnya labil.

Riwayat penyakit
Hipertensi

Pada dasarnya hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang timbul akibat berbagai
interaksi faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko yang mendorong timbulnya
kenaikan.3 Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah kapiler,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
kapiler.3 5 Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi
sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan
tekanan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer
akan mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi, faktor genetik,
stres, obesitas, faktor endotel. Selain curah jantung dan tahanan perifer sebenarnya
tekanan darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunyai
banyak pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha
untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem yang
bereaksi dengan cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf, reflek
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis otot polos. Dari sistem pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh
sistem pengendalian yang bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol hormon angiotensin dan
vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka
panjang misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh
sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ.
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer dipengaruhi oleh beberapa faktor
genetik yang menimbulkan perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf
simpatis dan renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan
natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel. Akibat
yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri yang membawa
darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan otak kekurangan oksigen
akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan akan mengakibatkan
kematian pada bagian otak yang kemudian dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain
yaitu rasa sakit ketika berjalan kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata
yang dapat mengakibatkan kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit
bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan
kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari
telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar.
Obesitas
Etiologi obesitas bersifat kompleks dan masih belum sepenuhnya dipahami. Faktor yang
berperan adalah faktor genetik, lingkungan, dan psikologis. Namun, secara sederhana
obesitas adalah gangguan keseimbangan energi. Kedua sisi persamaan energi, asupan
dan pengeluaran, dikendalikan secara cermat oleh mekanisme neural dan hormonal
sehingga berat badan dipertahankan dalam rentang sempit selama bertahun-tahun.
Tampaknya keseimbangan yang baik ini dipertahankan oleh suatu titik patokan (set
point) intemal, atau "lipostat", yang dapat mendeteksi jumlah simpanan energi (jaringan
adiposa) dan mengatur asupan makanan serta pengeluaran energi agar sesuai (Kumar,
2012). Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang
masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi
tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak
(Sherwood, 2012). Menurut Fauci, (2009), obesitas dapat disebabkan oleh peningkatan
masukan energi, penurunan pengeluaran energi, atau kombinasi keduanya. Obesitas
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain genetik, lingkungan, psikis, kesehatan, obat-
obatan, perkembangan dan aktivitas fisik (Sherwood, 2012)

Saat awal pembentukan obesitas, sel-sel lemak yang sudah ada membesar. Seorang
dewasa rata-rata memiliki sekitar 40 milyar sampai 50 milyar adiposit. Setiap sel lemak
dapat menyimpan maksimal sekitar 1,2 pg trigliserida. Jika selsel lemak yang sudah ada
terisi penuh, maka jika yang bersangkutan terus mengonsumsi lebih banyak kalori
daripada yang dikeluarkan, maka akan terbentuk lebih banyak adiposit (Sherwood,
2012)
5. Tanda dan gejala penyakit

a. Hipertensi
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi : 1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang
spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur. 2) Gejala
yang lazim Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : a) Mengeluh sakit kepala, pusing b) Lemas,
kelelahan c) Sesak nafas d) Gelisah e) Mual f) Muntah g) Epistaksis h) Kesadaran
menuru

Anda mungkin juga menyukai