Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gambaran prevalensi status gizi Balita diperoleh dari hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang menjadi salah satu dasar untuk menetapkan
kebijakan berbasis bukti hanya dilakukan 3-5 tahun sekali. Hasil yang berhasil
dipotret adalah prevalensi gizi kurang/kekurangan gizi (underweight) pada
anak usia di bawah lima tahun (Balita) serta prevalensi pendek dan sangat
pendek (stunting) pada anak usia di bawah dua tahun (Baduta).
Untuk mengawal upaya perbaikan gizi masyarakat sejak tahun 2014
telah dilaksanakan surveilans gizi berupa Pemantauan Status Gizi (PSG) pada
34 provinsi, sebagai alat untuk monitoring dan evaluasi kegiatan dan dasar
penentuan kebijakan dan perencanaan kegiatan berbasis bukti yang spesifik
wilayah. PSG sebagai upaya monitoring dan evaluasi keberhasilan progam
perbaikan gizi guna memberikan petunjuk apakah program yang dijalankan
sudah berdampak pada penurunan masalah gizi seperti yang diharapkan yaitu
menurunkan prevalensi stunting, underweight dan wasting.
PSG 2016 menyediakan data dan informasi status gizi Balita, remaja,
dewasa, WUS, ibu hamil dan nifas serta konsumsi Ibu hamil secara cepat,
akurat, teratur, dan berkelanjutan untuk penyusunan perencanaan dan
perumusan kebijakan program gizi. Balita yang memiliki tinggi badan dan
berat badan ideal (TB/U normal dan BB/TB normal) jumlahnya 61,1%. Masih
ada 38,9% Balita di Indonesia yang masing mengalami masalah gizi, terutama
Balita dengan tinggi badan dan berat badan (pendek – normal) sebesar 23,4%
yang berpotensi akan mengalami kegemukan.
Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada Balita, terdapat 3,4%
Balita dengan gizi buruk dan 14,4% gizi kurang. Masalah gizi buruk-kurang
pada Balita di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
masuk dalam kategori sedang (Indikator WHO diketahui masalah gizi buruk-
kurang sebesar 17,8%).Prevalensi Balita pendek cenderung tinggi, dimana
terdapat 8,5% Balita sangat pendek dan 19,0% Balita pendek. Masalah Balita
pendek di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat masuk dalam
kategori masalah kronis (berdasarkan WHO masalah Balita pendek sebesar
27,5%).Prevalensi Balita kurus cukup tinggi dimana terdapat 3,1% balita yang
sangat kurus dan 8,0% Balita yang kurus. Masalah Balita kurus di Indonesia
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masuk dalam kategori akut
(berdasarkan WHO diketahui masalah Balita kurus sebesar 11,1%.
Hasil pemeriksaan garam berdasarkan kandungan Iodium di rumah
tangga menunjukkan hasil yang baik, dimana 90,8% garam yang digunakan di
rumah tangga mengandung iodium. Persentase Balita yang datang dan
ditimbang di posyandu minimal 4 kali dalam 6 bulan terakhir cukup baik yaitu
72,4%. Balita yang memiliki KMS atau buku KIA sebesar 69,5%. Persentase
Ibu yang sama sekali tidak melakukan IMD masih cukup besar yaitu 48,2%.
Persentase konsumsi hanya ASI saja pada bayi 0-5 bulan hanya 29,5%. Dan
terdapat 71,5% bayi 0-5 bulan yang telah diberi makanan lain selain ASI.
Persentase Balita umur 6 – 59 bulan yang mendapatkan Vitamin A sebesar
90,1%. Dari angka tersebut, Balita yang mengkonsumsi kapsul Vitamin A
warna biru pada bayi 6-11 bulan dalam 6 bulan terakhir adalah 69,1%.
Sedangkan persentase konsumsi kapsul Vitamin A warna merah pada bayi 12-
59 bulan dalam 6 bulan terakhir adalah 93,2%. Persentase ibu nifas yang
menerima/minum kapsul vitamin A cukup besar yaitu 71,8%. Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) yang didapatkan oleh balita kurus persentasenya
63%. Persentase remaja puteri yang mendapatkan tablet tambah darah masih
sangat rendah yaitu hanya 10,3%. Menunjukan masih banyak remaja puteri
yang mengalami anemia dan akan menghasilkan generasi penerus yang
mengalami masalah gizi apabila tidak dicegah sejak masa remaja. Dari seluruh
ibu hamil yang ada, Ibu hamil yang mendapatkan TTD lebih dari 90 tablet
yaitu hanya 40,2% yang mendapatkan TTD. Ibu hamil yang memiliki risiko
kurang energy kronis ( KEK) sebesar 16,2%. Persentase Ibu hamil KEK yang
mendapatkan makanan tambahan sebesar 79,3%.Ibu hamil yang mengalami
defisit energi sebesar 53,9%, sedangkan yang defisit protein sebanyak 51,9%.
Persentase konsumsi energi dan zat gizi (Protein, karbohidrat, dan lemak)
secara nasional: energi (73,6%), protein (86,4%), karbohidrat (76,8%) dan
70% lemak.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Terselenggaranya kegiatan Survelains gizi di Wilayah Puskesmas
Baiturrahman Kota Banda Aceh
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui masalah gizi yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Baiturrahman Kota Banda Aceh
b. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi
di wilayah kerja Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh
c. Mengetahui jenis program gizi yang telah dilakukan dan hasil
Evaluasi program gizi di Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh
BAB II
METODE PENGUMPULAN DATA

2.1 Tempat Pengumpulan Data


Tempat Praktek Kerja Surveilens Gizi di Puskesmas Baiturrahman Kota
Banda Aceh yang dilaksanakan mulai tanggal 27 – 1 November 2017.

2.2 Bahan dan Alat


A. Bahan
Form Penimbangan

B. Alat

- Micro toise
- Timbangan injak
- Infantometer
- Pita Lila
- Baby Scale
- Metlin

2.3 Cara Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data dapat dilakukan secara deskriptif maupun analitik,
yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, atau bentuk penyajian
informasi lainnya. Pengolahan data dapat dilakukan secara manual maupun
komputerisasi. Hasil pengolahan berupa cakupan masing indikator
Pembinaan Gizi Masyarakat, sedangkan analisis data dilakukan dengan 2
(dua) pendekatan yaitu analisis deskriptif dan analitik
1. Analisa Deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum
tentang data cakupan kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Tujuannya
adalah untuk menetapkan daerah prioritas untuk pembinaan wilayah dan
menentukan kecendrungan antar waktu.
a) Menetapkan daerah prioritas untuk pembinaan wilayah
Analisis deskriptif untuk membandingkan antar wilayah dilakukan
dengan membandingkan hasil cakupan antar wilayah dengan target
yang harus dicapai. Wilayah yang cakupannya rendah harus mendapat
prioritas pembinaan.
b) Membandingkan Kecenderungan antar Waktu Analisis deskriptif
untuk membandingkan kecenderungan antar waktu di suatu wilayah
dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan dalam satu periode
waktu tertentu dengan target yang harus dicapai.
2. Analisis Analitik
Analisa analitik dimaksudkan untuk memberikan gambaran hubungan
antar 2 (dua) atau lebih indikator yang saling terkait, baik antar indikator
gizi maupun indikator gizi dengan indikator program terkait lainnya.
Tujuan analisis ini antara lain untuk menentukan upaya yang harus
dilakukan bila terdapat kesenjangan cakupan antara dua indikator.
Tahap-tahap mengolah data
1.Pengumpulan data yang akan diolah
2. Menganalisis data tersebut
3. Lalu buat tabel
4. Lalu tambahkan pencapaian presentase dengan menggunakan rumus
5. Hasil pencapaian presentase dibandigkan dengan nilai target
2.4 Penyajian Data
1. Tabel
a. Tabel satu arah (one-way table)
b. Tabulasi silang (lebih dari satu arah ‘two-way table’, dll)
c. Tabel Distribusi Frekuensi
2.Grafik Batang (Bar Graph)
Bermanfaat untuk merepresentasikan data kuantitatif maupun kualitatif yang
telah dirangkum dalam frekuensi, frekuensi relative, atau persen distribusi
frekuensi.
Cara:
- Pada sumbu horizontal diberi label yang menunjukkan kelas/kelompok.
- Frekuensi, frekuensi relatif, maupun persen frekuensi dinyatakan dalam
sumbu vertikal yang dinyatakan dengan menggunakan gambar berbentuk
batang dengan lebar yang sama/tetap.

Untuk gizi buruk ditampilan dalam bentuk tabel dan diagram batang.
Dengan menyajikan ada indikator yang masih dirawat, sudah meninggal,
yang sudah sembuh. Data disajikan per bulan dan beberapa indikator.
BAB III
HASIL SURVEILENS GIZI

3.1 SURVELEINS AKTIF (SCREENING GIZI)


1. Latar Belakang
Menurut WHO, praktek survailans gizi dilakukan dengan
melakukan pengamatan keadaan gizi, dalam rangka untuk membuat
keputusan yang berdampak pada perbaikan gizi penduduk dengan
menyediakan informasi yang terus menerus tentang keadaan gizi
penduduk, berdasarkan pengumpulan data langsung sesuai sumber yang
ada, termasuk data hasil survei dan data yang sudah ada.
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam
Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, bertujuan
untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain
melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi,
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi. Diawali dengan berbagai survei dasar,
disusun strategi dan kebijakan yang pada umumnya melibatkan berbagai
sektor terkait. Keberhasilan program perbaikan gizi dinilai berdasarkan
laporan rutin dan juga survey berkala melalui survei khusus maupun
diintegrasikan pada survei nasional seperti Susenas, Survei Kesehatan
Rumah Tangga dan lain-lain (Direktorat Gizi, 2010).
Untuk mencapai sasaran pada tahun 2014, upaya perbaikan gizi
masyarakat yang lakukan adalah peningkatan program ASI Ekslusif, upaya
penanggulangan gizi mikro melalui pemberian Vit. A, Taburia, tablet besi
bagi bumil, dan iodisasi garam, serta memperkuat penerapan tata laksana
kasus gizi buruk dan gizi kurang di fasilitas kesehatan. (Rakerkesnas
2011).
Secara nasional, prevalensi status gizi balita pada 2010 adalah 17,9% yang
terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0 gizi kurang. Bila dibandingkan
dengan pencapaian MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat
kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4% dalam
periode 2011 sampai 2015. Dari 33 provinsi di Indonesia, 18 provinsi
masih memiliki prevalensi gizi kurang diatas angka prevalensi nasional
yaitu berkisar antara 18,5% di provinsi Banten sampai 30,5% di NTB
(Riskesdas 2010).
Puskesmas diseluruh Indonesia tahun 2013 ada 497 puskesmas
(4,97%), untuk provinsi Aceh ada 325 puskesmas (3,25%), dan untuk
wilayah kota Banda Aceh ada 11 puskesmas (1,1%). Untuk wilayah Banda
Aceh yang melakukan kegiatan surveilans gizi dengan baik ada dua
puskesmas yaitu puskesmas Baiturrahman dan puskesmas Kopelma
Darussalam.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
bidang Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan salah satu sasaran
pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi
kurang menjadi setinggi-tingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita
pendek menjadi setinggi-tingginya 32%. Untuk mencapai sasaran RPJMN
tersebut, dalam Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah
ditetapkan 8 indikator kinerja, yaitu: (1) balita ditimbang berat badannya;
(2) balita gizi buruk mendapat perawatan; (3) balita 6-59 bulan mendapat
kapsul vitamin A; (4) bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif; (5) ibu
hamil mendapat 90 tablet Fe; (6) rumah tangga mengonsumsi garam
beriodium; (7) kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi; dan (8)
penyediaan stok cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI) untuk daerah bencana.
Untuk memperoleh informasi pencapaian kinerja pembinaan gizi
masyarakat secara cepat, akurat, teratur dan berkelanjutan, perlu
dilaksanakan kegiatan surveilans gizi di seluruh wilayah provinsi dan
kabupaten/kota. Pelaksananan surveilans gizi akan memberikan indikasi
perubahan pencapaian indikator kegiatan pembinaan gizi masyarakat.
Selain itu, pelaksanaan surveilans gizi diperlukan untuk memperoleh
tambahan informasi lain yang belum tersedia dari laporan rutin, seperti
konsumsi garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT), pemantauan status gizi anak dan ibu hamil
risiko Kurang Energi Kronis (KEK) atau studi yang berkaitan dengan
masalah gizi mikro, dll. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi ini
dimaksudkan sebagai acuan petugas kesehatan di provinsi dan
kabupaten/kota dalam melaksanakan surveilans gizi untuk meningkatkan
efektifitas kegiatan pembinaan gizi masyarakat dengan mempertajam
upaya penanggulangan masalah gizi secara tepat waktu, tempat, sasaran
dan jenis tindakannya ( Kemenkes, 2010).
Pembuatan makalah ini ada hubungannya dengan mata kuliah Surveilans
Gizi karena dimana setiap indikator Surveilans Gizi belum dilaksanakan
sepenuhnya oleh petugas Surveilans yang ada di Puskesmas. Selain itu
Surveilans Gizi juga merupakan salah satu kegiatan yang dapat diandalkan
untuk mendukung pencapaian tujuan kegiatan pembinaan gizi masyarakat.

2. Tujuan
a. Mengumpulkan data untuk keperluan surveilans gizi.
b. Untuk memahami bagaimana pelaksanaan surveilans gizi di
Puskesmas dengan diteliti.
c. Agar memahami dan mampu membuat laporan hasil pengumpulan
data tentang pelaksanaan surveilans gizi.
d. Agar memahami secara luas definisi, tujuan, fungsi dan indikator
pelaksanaan survailans gizi.

3. Metode Skrining
Metode Screening yang digunakan adalah meode MST. MST merupakan
metode skrining gizi yang sederhana, cepat, valid dan fleksibel untuk
mengidentifikasi pasien yang mempunyai risiko malnutrisi. MST
dikembangkan berdasarkan pemilihan pertanyaan-pertanyaan skrining gizi
dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas paling tinggi dibandingkan
dengan skor SGA (Susetyowati, 2013).
4. Hasil Skrining
a. Screening pada bayi

Tabel. Hasil Screening gizi pada bayi

BB
Nama Umur Nama PB
NO JK Alamat (kg LK BB/U Ket BB/TB Ket TB/U ket
Bayi (Bln) ortu (cm)
)
Raisatul Rita 1,2 - 0,12 - 0,47
1 P Setui 3 6,4 60 34 Baik Normal Normal
kamila zahara SD SD SD
Abian Gampong faridah -1,7 0,42 0,72
2 L 6 7,3 66 45 Baik Normal Normal
mufid Baro anum SD SD SD
siti Ateuk 1,08 -1,34 -1,81
3 P 2 nurmiati 5 56,9 32 Baik Normal Normal
maryam Munjeng SD SD SD
M.arda yuni 1,5 1,2 0,64
4 L Setui 5 6,9 64,3 35 Baik Normal Normal
bili rahayu SD SD SD
1,6 -0,63 0,23
5 M.afdal L Peuniti 6 maya 7,5 64,4 45 Baik Normal Normal
SD SD SD
1,7 0,46 -1,23
6 siti hartini P Peuniti 3 jihan 6 61 35 Baik Normal Normal
SD SD SD
Ateuk 1,8 -0,82 -1,91
7 alfathunisa P 4 Turiani 6,8 62,1 33 Baik Normal Normal
Pahlawan SD SD SD
1,9 -0,23 0,52
8 adelia zara P Setui 4 suryani 6,5 62,8 45 Baik Normal Normal
SD SD SD
Kampung desi -2 0,76 -0,23
9 arkan L 5 7 64,3 36 Baik Normal Normal
baru susanti SD SD SD
Neusu cut 1,11 0,45 -1,23
10 aisyah P 2 5 57,3 35 Baik Normal Normal
jaya nova SD SD SD

Dapat dilihat dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 10 bayi yang
dilakukan screenimg tidak ditemukan kasus bayi pendek, kurus maupun buruk.
Hasil screening ini diperolah berdasarkan kunjungan pasien ke posyandu.
b. Screening pada balita

Tabel. Hasil Screening Gizi Pada balita

N Nama Umur Nama BB


JK Alamat TB (cm) LK BB/U Ket BB/TB Ket TB/U ket
O Bayi (Bln) Ortu (kg)
M. Raffa 48
Neusu Dea 0,32 0,3 - 0,23
1 L bulan 15,8 102 34 Baik Normal Normal
Jaya SD SD SD
Gausil 24
Juli -2,57 -0,12 0,72
2 Syarif L Peuniti bulan 10 94 49 Kurang Normal Normal
SD SD SD
M.
30
Alfatih Ika -0,18 -0,21 -0,61
3 L Setui bulan 13 91,3 32 Baik Normal Normal
Aulia SD SD SD

M. Danis 43
Cut nyak Fitri -2,6 -2,82 -1,32
4 Alrafa L bulan 11,6 94 49 Kurang kurus Normal
dhien SD SD SD
Natasya 36
Winda -1,7 -1,6 -1,31
5 Bilqis P Peuniti bulan 11 90 45 Baik Normal Normal
SD SD SD
M. Riski 51
Ika -0,92 -0,42 0,22
6 aulia L Peuniti bulan 16 106,7 35 Baik Normal Normal
SD SD SD
Raisyul 54
Nurhayati -2,78 -2,12 -2,23
7 Qamari L Peuniti bulan 12,2 91,5 45 Kurang Kurus Pendek
SD SD SD
M.Naufal 42
Mardiana -2,4 -2,4 -2,7
8 Anezli L Peuniti 11,4 95 45,5 Kurang Kurus Pendek
bulan SD SD SD

Nur 30
Ateuk Lisnawati -2 0,76 -0,23
9 salsabila P bulan 13,5 64,3 36 Baik Normal Normal
Pahlawan SD SD SD
M. Aqsa 31 Liza
Neusu 0 0,48 -0,34
10 fairuzi L bulan Afriana 13,5 91 35 Baik Normal Normal
jaya SD SD SD

Dari tabel hasil screening pada 10 bayi diatas ditemukan kasus dengan
status gizi kurang, pendek dan berat badan kurang. 4 orang balita yang memiliki
masalah gizi, berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB.

c. Screening pada ibu hamil

Tabel. Hasil Screening Gizi Pada Ibu Hamil


No Nama Ibu Alamat Umur Umur Lila ket BB TB IMT ket
Hamil Kehamilan
1 Multia Setui 26 4,5 bln 19,3 KEK 40 155 16.6 Underweight
2 Loly Yolanda Ateuk Jawo 31 2 bln 29,1 normal 65 160 20.4 normal
3 Hernita Ateuk Deah 24 4 bln 27 normal 68 165 21.6 normal
Tanoh
5 Liza Sukaramai 19 1,5 bulan 26 normal 69 159 21.11 normal
Anandasetui
6 Mulyana Kampung 27 9 bln 28,4 normal 66 158 22 normal
Baru
7 Hulda Setui 25 1 bln 27,9 normal 65 160 21.7 normal
8 Risnawati Peuniti 24 7 bln 27,2 normal 68 158 20.8 normal
9 Ismeini Setui 26 4 bln 28 normal 69 155 21.6 normal
10 Mey hardika 25 6 bln 27,8 normal 70 157 20.5 normal
nur ani
11 Nurul Neusu Aceh 23 3 bln 27,5 normal 72 156 20.3 normal
12 Safiah Ateuk Jawo 34 2 bln 28,2 normal 69 156 20.5 normal
13 Husdariah Setui 25 7 bln 28,8 normal 68 155 21 normal
14 Hernita 24 3 bln 27,6 normal 70 157 21.3 normal
Risaumi
15 Nur Sairah Setui 25 4 bln 28,5 normal 69 160 20.2 normal

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil skreening gizi pada 10 ibu hamil
yang dilakukan mahasiswa PKL gizi di Wilayah UPTD Puskesmas Baiturrahman
ditemukan 1 orang ibu hamil dengan LiLa dibawah normal dan status gizi berat
badan kurang.

d. Screening pada Dewasa

Tabel. Hasil Screening Gizi Pada Dewasa

Umur
No Nama Alamat BB TB IMT ket Keluhan
(Thn)
1 Sukri Setui 40 60 160 23,43 normal Hipertensi
2 Sulastri Ateuk Jawo 44 55 156 22,63 normal Asam Urat
Ateuk Deah Dispepsia +
3 Sartika 53 60 158 24,03 normal
Tanoh Hipertensi
5 Nurdin Sukaramai 53 60 160 23,4 normal Dispepsia
Kampung
6 Fauziah 33 60 160 23,4 normal Dispepsia
Baru
Dispepsia +
7 Yusfawati Setui 47 58 155 24,1 normal
Hipertensi
8 Cut Dewi Peuniti 53 53 145 25 normal Hipertensi
Sari
9 Setui 33 65 160 25,3 normal Hipertensi
Klamawati
Mifnatul
10 Ateuk Jawo 33 80 155 33,3 Obesitas Hipertensi
umma
11 Dosril Neusu Aceh 55 70 162 26,3 Overweight DM
Dyspepsia +
12 Dahliana Wati Ateuk Jawo 37 58 160 22,6 normal
Anemia
Ateuk
13 Nurbaiti 45 63 157 25,6 Overweight DM
Pahlawan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 13 pengunjung dewasa di UPTD
Puskemas Baiturrahman hampir semua datang dengan keluhan Hipertensi dan
dispepsia. Dan 2 orang pengunjung puskesmas menderita Diebetes Milituss
dengan berat badan berlebih.

e. Skreening pada lansia

Tabel. Hasil Screening Gizi Pada Lansia

No Nama Alamat Umur BB TB IMT ket Keluhan


1 Sofyan Neusu Jaya 65 55 173 18,3 Underweight Nafsu makan
menurun
2 Muzni Peuniti 62 70 170 24 normal Asam Urat
3 Nurbaiti Ateuk Deah 63 60 165 22 normal DM
Tanoh
4 Mariana Sukaramai 67 50 154 21,09 normal Hipertensi +
Dispepsia
5 Safrida Kampung 62 52 158 22 normal Migran
Baru
6 Swarni Setui 63 55 160 21.7 normal Sakit Gigi
7 Maryam Peuniti 66 54 158 20.8 normal kelelahan
8 Syarifah Setui 60 51 155 21.6 normal Asam Urat
9 Suarni A.Pahlawan 61 57 157 20.5 normal Sakit kepala

10 Munandar Setui 64 53 160 22,1 normal DM


Hasil screening pada 10 lansia di UPTD Puskesmas Baiturrahmans masih
ditemukan pasien dengan keluhan dispepsia. Dan beberapa pasien dengan keluhan
asam urat. Dan 2 orang pasien dengan riwayat diabetes militus.

5. Kesimpulan dn Rekomendasi
a. Kesimpulan
- Masih ditemukan balita dengan status gizi kurang
- Ibu hamil kek 1 orang dari 15 pengunjung yang datang ke Puskesmas
- Usia dewasa dengan keluhan terbanyak yaitu dispepsia.
- Pada Lansia dengan keluhan DM dan selera makan menurun

b. Rekomendasi

- Dengan meningkatkan peran kader agar ibu hamil mendapatkan


pengetahuan yang lebih baik mengenai pentingnya gizi selama
kehamilan, cara-cara untuk mempertahankan status gizi selama
kehamilan, serta bahaya yang ditimbulkan apabila ibu menderita
KEK. Apabila ada ibu hamil yang tidak datang pada saat posyandu,
maka kader diharapkan lebih aktif untuk mengunjungi ibu hamil
tersebut ke rumahnya.
- Penyuluhan hendaknya lebih gencar dilakukan pada saat posyandu,
dengan meningkatkan peran kader agar mendapatkan pengetahuan
yang lebih baik mengenai pentingnya gizi selama kehamilan
terutama zat besi, sehingga tidak hanya mengandalkan petugas gizi
maupun KIA/KB saja
3.2 SURVAILANS PASIF

1. Cakupan Penimbangan (D/S)


Tabel : Distribusi desa berdasarkan cakupan D/S di Wilayah UPTD
Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2017

Balita
Balita gizi
NO DESA S K D N T 2T O B
BGM kurang
(BB/U)

1 Atuek 523 508 389 204 14 2 149 20 0 1


pahlawan

2 Atuek jawo 272 265 191 102 7 0 71 11 0 0

3 Atuek Deah 120 117 89 57 3 0 25 4 0 0


tanoh

4 Anuek 231 225 167 96 7 1 53 10 0 0


Munjeng

5 Setui 386 377 287 160 10 0 107 10 0 0

6 Sukaramai 458 449 337 186 10 0 128 13 0 1

7 Kampung 317 308 227 123 10 1 82 11 0 1


baru

8 Neusu 408 397 301 164 9 3 111 14 1 0


Aceh

9 neusu jaya 376 366 274 147 9 1 100 17 1 1

10 Peunitii 689 674 492 278 13 3 175 23 1 3

Jumlah 3780 3686 2754 1517 92 11 1001 133 3 7

2. Kasus Balita Gizi Buruk yang Ditangani/Dirawat


Tabel : Distribusi desa dengan kasus gizi buruk berdasarkan BB/U di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh
Tahun 2017

KASUS GIZI BURUK (BB/U)


NO DESA MASIH
DIRAWAT MEMBAIK MENINGGAL JLH
DIRAWAT
Atuek
1 pahlawan 0 0 0 0 0
2 Atuek jawo 0 0 0 0 0
Atuek Deah
3 tanoh 0 0 0 0 0
4 Atuek 0 1 0 0 1
Munjeng
5 setui 0 0 0 0 0
6 Sukaramai 1 1 0 0 0
7 Kampung baru 0 0 0 0 0
8 Neusu Aceh 0 0 0 0 0
9 Neusu jaya 0 0 0 0 0
10 Peuniti 0 0 0 0 0
JUMLAH 1 2 0 0 1

3. Cakupan Balita 6-59 Bulan Mendapatkan Kapsul Vitamin A


Tabel : Distribusi Balita 6-59 bulan yang mendapatkan kapsul Vitamin A
di Wilayah UPTD Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh

PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI 12-59 BULAN


BAYI BALITA BALITA
NO DESA JLH JLH JLH
6 - 11 12-59 6-59
BAYI BALITA BALITA
DAPAT DAPAT DAPAT
6 - 11 12-59 6-59
VIT. A VIT. A VIT. A
1 Atuek pahlawan 65 56 395 286 460 399
2 Atuek jawo 34 28 208 170 442 198
3 Atuek deah tanoh 16 15 91 85 107 100
4 Atuek munjeng 28 23 177 150 374 173
5 Setui 50 43 289 232 625 276
6 Sukaramai 53 43 357 285 761 328
7 kampung Baru 36 30 248 239 530 269
8 Neusu Aceh 50 44 307 247 664 291
9 Neusu jaya 50 42 282 246 610 288
10 peuniti 78 67 459 459 1155 526
  JUMLAH 460 391 2813 2399 5728 2848

4. Cakupan Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe

Tabel : Distribusi Ibu hamil yang mendapatkan 90 Tablet Fe di Wilaah


UPTD Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh

Ibu Ibu
JLH SASARAN hamil hamil Dapat
NO DESA
IBU HAMIL diperiksa Anemia TTD
HB (8-11)
1 Ateuk pahlawan 131 20 3 19
2 Ateuk jawa 61 7 2 6
3 Ateuk Deah tanoh 26 3 1 3
4 Ateuk munjeng 52 6 1 6
5 Setui 89 6 3 6
6 Sukaramai 109 8 3 8
7 Kampung baru 73 11 8 4
8 Neusu aceh 93 5 4 5
9 Neusu jaya 88 8 5 8
10 Peuniti 161 10 6 10
    883 78 36 75

5. Cakupan RT Mengkonsumsi Garam Beriodium

Tabel : Distibusi Rumah Tangga yang mengonsumsi Garam Beryodium di


Wilayah UPTD Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh

JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH SISWA
SEKOLAH
NO DESA SISWA YANG DENGAN
YANG
DIPERIKSA GARAM
DIPERIKSA
BERYODIUM
1 Atuek pahlawan 3 80 26
2 Atuek jawo 1 30 8
3 Atuek Deah tanoh 0 0 0
4 Atuek Munjeng 1 30 16
5 setui 2 59 17
6 Sukaramai 3 81 48
7 Kampung baru 0 0 0
8 Neusu Aceh 1 30 5
9 Neusu jaya 2 59 36
10 Peuniti 4 119 51
JUMLAH 16 498 207
6. Cakupan BUMIL KEK yang mendapatkan PMT

Tabel : Bumil KEK yang mendapatkan PMT

JUMLAH
JLH
SASARAN Fe- DAPAT
NO DESA Fe-90 BUMIL
IBU 30 PMT
KEK
HAMIL
1 Atuek pahlawan 130 16 25 1 1
2 Atuek jawo 59 10 7 0 0
Atuek deah
3 Tanoh 25 5 5 0 0
4 Atuek munjeng 51 8 7 0 0
5 Setui 87 5 14 2 2
6 Sukaramai 107 17 17 2 2
7 Kampung baru 73 10 7 0 0
8 Neusu Aceh 93 15 12 2 2
9 Neusu jaya 85 13 15 1 1
10 Peuniti 158 19 23 2 2
  JUMLAH 868 118 132 10 10
7. Cakupan Balita kurus yang mendapatkan PMT

Tabel : Balita kurus yang mendapatkan PMT dan Jumlah balita


Stunting

JLH BALITA JLH


JLH
BALITA KURUS STUNTING
NO DESA
KURUS DAPAT (PB/U dan
BALITA
(BB/TB) PMT TB/U)
1 Atuek pahlawan 525 0 0 0
2 Atuek jawo 264 0 0 0
3 Atuek Deah tanoh 107 0 0 0
4 Atuek munjeng 226 0 0 1
5 Setui 391 1 1 0
6 Sukaramai 464 0 0 0
7 Kampung baru 317 0 0 0
8 neusu aceh 406 0 0 0
9 Neusu jaya 375 0 0 0
10 peuniti 705 0 0 0
JUMLAH 3780 1 1 1

8. Analisis dan Interpretasi


1. Cakupan Penimbangan D/S

Grafik : Distribusi Desa berdasarkan Cakupan D/S Di Wilayah UPTD


Puskesmas
Baiturrahman
Kota

Banda
Aceh Tahun 2017
Penimbangan bayi atau pemantauan pertumbuhan balita di UPTD
Puskesmas Baiturrahman dilaksanakan setiap bulan sekali di setiap posyandu
yang berjumlah 18 buah. Kegiatan posyandu adalah kegiatan dari, oleh dan untuk
masyarakat dalam memberdayakan masyarakat dan memenuhi kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan dasar.

Peran serta masyarakat dalam posyandu selama ini sudah baik dimana
masyarakat sudah mau datang, mau untuk mendengar dan aktif selama kegiatan
posyandu berlangsung. Indikator yang digunakan untuk pemantauan pertumbuhan
balita adalah SKDN.

Beberapa pengertian yang terkandung dalam SKDN adalah :

S = Jumlah balita yang ada di wilayah kerja puskesmas

K = Jumlah balita yang memiliki KMS ( Kartu Menuju Sehat)

D = Jumlah balita yang ditimbang

N = Jumlah balita yang naik berat badannya

Berdasarkan grafik cakupan SKDN di atas, rata-rata pencapaian D/S tahun


2017 sebesar 74%, . Dan pencapaian D/S terendah di desa Ateuk Jawo sebesar
70%, hal ini berarti cakupan program, partisipasi masyarakat dalam penimbangan
balita setiap bulan, keberhasilan program, persentase balita yang punya KMS dan
mengalami kenaikan berat badan di puskesmas sudah baik

2. Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk yang Ditangani/Dirawat


Grafik : Distribusi kasus gizi buruk yang ditangani/dirawat di wilayah UPTD
Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2017

Dapat dilihat dari grafik bahwa kasus gizi buruk terdapat 2 orang balita
didesa Sukaramai 1 orang balita yang telah membaik dan 1 balita sedang dalam
penanganan puskesmas, di desa Ateuk Munjeng juga ditemukan 1 orang balita
dengn status gizi buruk yang telah membaik.

Temuan kasus kurang gizi dapat berasal dari posyandu, temuan ini
kemudian dilaporkan pada petugas gizi puskesmas. Apabila ada laporan berupa
kasus gizi buruk, petugas gizi akan melakukan pelacakan/kunjungan ke rumah
balita tersebut apabila disertai dengan penyakit maka akan dirujuk ke puskesmas
dan kalau penyakitnya berbahaya akan dirujuk ke RS. Apabila ada laporan gizi
kurang maka puskesmas akan memberikan vitamin dan PMT kepada pasien
tersebut.

Masih adanya balita yang menderita kurang gizi kemungkinan disebabkan


karena pola asuh ibu yang tidak baik terutama dalam hal pemberian makan yang
tidak teratur pada anak balitanya, dan juga karena ada BBLR. Penanganan yang
dilakukan UPTD Puskesmas Baiturrahman dengan memberikan konsultasi
tentang pola konsumsi makanan kepada ibu balita. Dan Balita gizi buruk
dimonitoring/dipantau setiap bulan sekaligus dengan pemberian PMT untuk
mengetahui perkembangan status gizi mereka.

3. Distribusi Balita 5 – 59 bulan yang mendapatkan Vitamin A

Grafik : Distribusi Balita 6 – 59 bulan yang mendapatkan Vitamin A di Wilayah


UPTD Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh 2017

Di Indonesia kekurangan vitamin A merupakan masalah masyarakat,


karena dulu banyak anak Indonesia yang menderita kekurangan vitamin ini Upaya
pencegahan sangat diperlukan, karena kekurangan vitamin A dapat menyebabkan
kebutaan pada anak.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam upaya penanggulangan defisiensi


vitamin A di UPTD Puskesmas Baiturrahman adalah dengan penyuluhan dan
pengadaan obat dengan sasaran balita yang rutin dilaksanakan.

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa balita yang mendapatkan


Vitamin A Tahun 2017 tertinggi di desa Ateuk Deah Tanoh sebesar 93% disusul
Ateuk Pahlawan 81% dan balita yang mendapatkan vitamin A terendah didesa
setui sebesar 57%.
4. Distribusi Ibu Hamil yang mendapatkan 90 Tablet Fe

Grafik : Distribusi Ibu Hamil dapat Tablet Fe pada bulan di Wilayah UPTD
Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh 2017

Grafik diatas menunjukkan pencapaian 90 Tablet Fe pada beberapa desa


sudah mencapai 100%. Di desa Baro pencapaian pemberian 90 Tablet Fe pada ibu
hamil sebesar 36% dan di desa Neusu Aceh pencapaian pemberian 90 Tablet Fe
sebesar 63%, di desa Ateuk jawa hampir sebesar 86% pemberian tablet Fe pada
ibu hamil. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling
sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami defisiensi besi
sehingga hanya memberikan sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada
saat kadar haemoglobin sampai di bawah 11 gr/dl. Selama ini, upaya
penanggulangan terhadap anemia bumil yang dilakukan adalah dengan
memberikan konseling pada ibu hamil mengenai pentingnya gizi selama
kehamilan terutama asupan zat besi serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil.
5. Distribusi Rumah Tangga yang mengonsumsi Garam Beryodium

Grafik : Distribusi Rumah Tangga dengan konsumsi garam beryodium di


Wilayah UPTD Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh 2017

Kekurangan yodium dapat menyebabkan terjadinya gangguan


perkembangan fisik dan susunan syaraf pusat, sehingga berdampak terhadap
perkembangan fisik, kecerdasan, dan perkembangan sosial penderita.

UPTD Puskesmas Baiturrahman selama ini tidak pernah ditemukan


Gangguan Akibat Kekurangan Yodium. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam
upaya pencegahan GAKY salah satunya dengan monitoring garam beryodium
yang dilakukan secara rutin pada anak SD diambil sampel 30 anak secara acak
sebagai sampel. Sebelumnya, anak-anak yang menjadi sampel membawa garam
dari rumahnya yang dipakai sehari-hari sebanyak 2 sendok makan untuk
kemudian diuji kadar yodiumnya. Apabila garam yang dibawa berwarna ungu,
berarti mengandung yodium dan apabila garam tidak berubah warnanya berarti
tidak mengandung garam beryodium.

Dari grafik diatas diperoleh data pencapaian tertinggi penggunaan garam


beryodium di desa Neusu Jaya sebesar 61% dan beberapa desa seperti desa Baro,
Deah Tanoh tidak dilakukan pengambilan sampel. Di desa Neusu Jaya ditemukan
17% rumah tangga yang menggunakan garam beryodium.
Pencegahan GAKY yang selama ini adalah dengan melakukan penyuluhan
terhadap masyarakat baik pada saat posyandu, survey PHBS, pusling maupun
pada saat masyarakat melakukan pengobatan di puskesmas agar sadar untuk
mengonsumsi garam beryodium.

6. Cakupan BUMIL KEK yang mendapatkan PMT

Grafik : Distribusi Bumil KEK yang mendapatkan PMT di Wilayah UPTD


Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh 2017

Kurang energi kronis pada ibu hamil disebabkan karena rendahnya zat
gizi yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Adapun indikator yang digunakan untuk
menentukan ibu hamil terkena kekurangan energi kronis adalah dengan
pengukuran antropometri yaitu pengukuran Apabila LILA ibu hamil < 23,5 cm,
maka ibu hamil tersebut dapat dikategorikan dalam KEK.
Berdasarkan data yang didapatkan dari kader di puskesmas, ditemukan 2
orang Bumil KEK dan telah mendapatkan PMT di desa Setui, Sukaramai, Neusu
Aceh, dan 1 orang Bumil KEK juga mendapatkan PMT didesa Neusu Jaya,
Peuniti, Ateuk Pahlawan. Di desa lainnya di UPTD Puskesmas Baiturrahman
tidak ditemukan ibu hamil KEK karena semua sudah memenuhi target.
Pencegahan yang selama ini dilakukan adalah dengan penyuluhan yang dilakukan
pada saat posyandu.
7. Cakupan Balita kurus yang dapat PMT

Grafik : Distribusi Balita kurus yang dapat PMT di Wilayah UPTD


Puskesmas Baiturrahman Kota Banda Aceh Tahun 2017

Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa balita kurus yang mendapatkan
PMT 1 didesa Setui dengan jumlah balita kurus 1 orang dan didesa lainnya tidak
ditemukan balita kurus. Hal ini menunjukkan bahwa posyandu yang berada
dibawah binaan UPTD Puskesmas Baiturrahman telah berhasil melakukan
pencegahan dan penanggualangan terhadap balita kurus.
Adapun upaya penanggulangan yang dilakukan oleh UPTD Puskesmas
Baiturrahman adalah dengan memberikan konsultasi tentang pola konsumsi
makanan kepada ibu balita. Selain itu, diberikan PMT pemulihan dan vitamin
sesuai dengan anggaran. Adapun PMT tersebut terdiri dari susu, dan biskuit, tetapi
kadang juga diberikan kacang hijau dan telur.

9. Umpan Balik
a. Capaian D/S di Wilayah UPTD Puskesmas Baiturrahman thun 2017
sebesar 74%
b. Cakupan balita yang dirawat/membaik di Wilaya UPTD Puskesmas
Baiturrahman tahun 2017 berjumlah 1 orang
c. Capaian pemberian Vitamin A pada balita 6-59 bulan di Wilayah
Puskesmas Baiturrahman tahun 2017 sebesar 93%
d. Capaian Ibu hamil yang mendapat tablet Fe sebesar 100%
e. Cakupan rumah tangga yang mengonsumsi garam beryodium sebesar
61%
f. Capaian Bumil KEK yang mendapatkan PMT sebesar 100%
g. Capaian balita kurus yang mendapat PMT sebesar 100%

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

- Berdasarkan hasil screening pada 10 balita ditemukan 4 orang balita dengan


masalah gizi berat badan kurang. Dan 1 orang ibu hamil dengan LiLa
dibawah normal dengan berat badan kurang
- Screening pada lansia dan dewasa yang datang mengunjungi puskesmas
dengan keluhan hipertensi dan dispepsia. Dan 4 orang dengan riwayat
Diabetes Militus, 1 orang dengan riwayat Asam Urat.
- Dari hasil pengolahan data yang ada di Wilayah UPTD Puskesmas
Baiturrahman capaian tertinggi yaitu pemberian PMT pada Bumil KEK dan
balita kurus sebesar 100%.

4.2 Saran

- Perlu dilakukan asuhan gizi pada balita dengan status gizi berat badan
kurang.
- Perlu dilakukan konseling gizi pada lansia dengan keluhan hipertensi,
Diabetes Militus, serta Dispepsia
- Perlu menggalakan konsumsi garam beryodium, dari hasil pengolahan
ditemukan beberapa desa dengan konsumsi yodium masih rendah sebesar
17%.

Anda mungkin juga menyukai