Anda di halaman 1dari 34

EVALUASI

SURVEILANS
Dosen Pengampu :
Dr. dr. Mahalul Azam, M. Kes.
ANGGOTA KELOMPOK:

1) Ayu Fadilah Wahid (6411420047)


2) Agtika Yasyfa Nur Azizah (6411420058)
3) Diah Puspitasari (6411420094)
4) Haidaria Nur Silvia (6411420077)
5) Nanda Putri Dewanti (6411420063)
6) Safira Rizna Naifa (6411420084)
7) Sita Nofitasari (6411420069)
Pengertian Evaluasi Surveilans
Menurut perhimpunan Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat, Evaluasi adalah
suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah keberhasilan dan usaha pencapaian suatu
tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi surveilans adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk menilai efektifitas program untuk meningkatkan pemanfaatan resources yang ada di
bidang kesehatan secara maksimal melalui pengembangan suatu sistem surveilans yang
efektif dan efisien.
Kegunaan Evaluasi Surveilans

Mengetahui kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem surveilans

Mengetahui peran dan dampak surveilans dalam menunjang tujuan program


kesehatan dan pembuatan kebijakan

Mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem surveilans yang sedang berjalan


Atribut Sistem Surveilans
Kesederhanaan (Simplicity)

Fleksibilitas (Flexibility)

Akseptabilitas (Acceptability)

Sensitivitas (Sensitivity)

Nilai Prediktif Positif (Positive Predictive Value)

Kerepresentatifan (Representativeness)

Ketepatan Waktu (Timeliness)


Atribut Sistem Surveilans
1. Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan mencakup sruktur (rancangan dan besarnya) dan pengoperasiannya.
Penilaian :
• Jumlah dan jenis sumber pelaporan
• Jumlah institusi atau organisasi yang terlibat
• Jenis dan analisis kedalaman data
• Jumlah dan jenis pengguna info
• Cara diseminasi informasi
• Waktu yang dibutuhkan
• Metode pengumpulan data
Atribut Sistem Surveilans
2. Fleksibilitas (Flexibility)
Dapat menyesuaikan diri dengan perubahan infomasi yang dibutuhkan tanpa
peningkatan berarti akan kebutuhan biaya, tenaga, waktu,dan juga dapat menerima
penyakit/masalah kesehatan yang baru diidentifikasi.

3. Akseptabilitas (Acceptability)
Penerimaan dan kesediaan seseorang atau organisasi untuk berpartisipasi dalam
sistem. Indikator :
• Angka keikutsertaan (perorangan/instansi)
• Seberapa cepat tercapai
• Kelengkapan wawancara/penolakan pertanyaan
• Kelengkapan formulir
• Angka pelaporan dari dokter, laboratorium, rumah sakit/fasilitas kesehatan
• Ketepatan waktu pelaporan
Atribut Sistem Surveilans
4. Sensitivitas (Sensitivity)
Sensitivitas dari 2 tingkatan:
• Pelaporan -> proprsi kasus yang terdeteksi oleh surveilans
• Kemampuan dalam deteksi KLB -> kemampuan memonitor perubahan jumlah kasus

5. Nilai Prediktif Positif (Positive Predictive Value)


Nilai prediktif positif adalah proporsi dari populasi yang diidentifikasi sebagai kasus oleh
suatu sistem, dan ternyata memang kasus
• Menggambarkan sensitivitas dan spesifisitas definisi kasus serta prevalensi
• Pengukuran ditekankan pada konfirmasi kasus
Atribut Sistem Surveilans
6. Kerepresentatifan (Representativeness)
Sistem yang representative akan menggambarkan secara akurat :
• Kejadian peristiwa kesehatan dalam periode waktu tertentu
• Distribusi kejadian menurut tempat dan orang

7. Ketepatan Waktu (Timeliness)


Menggambarkan kecepatan atau kelambatan diantara langkah-langkah dalam sistem
surveilans.
Tipe evaluasi surveilans

01 02
Evaluasi tingkat satu Evaluasi tingkat dua

Evaluasi ini untuk menilai Evaluasi ini untuk menilai


apakah masalah kesehatan apakah sstem surveilans
harus berada dalam mencapai objektif dan
pengawasan surveilans. . beroperasi secara efektif.
Masalah kesehatan tersebut Tujuan dari evaluasi ini untuk
dapat dilihat dari suatu mencapai sistem yang paling
perspektif eksternal. sederhana dan paling murah.
Surveilans Ideal
Surveilans yang ideal yaitu:
a. Sistem responsif interaktif
b. Sistem dengan otomatis masuk dari semua (rawat inap dan rawat jalan fasilitas medis)
c. Menggunakan catatan untuk setiap datar kunjungan kantor atau rumah sakit
d. Menggunakan komputer untuk menghasilkan serangkaian peta dengan pola
e. Kondisi yang tidak biasa, bisa mengeluarkan informasi
f. Dapat saling berhubungan dengan menggunakan faks
g. Menerima data yang lebih cepat, merespon situasi lebih cepat
Surveilans Ideal
Kendala sistem surveilans yang ideal:

Meyakini bahwa
data harus
Kurang dihapus
memahami
Hambatan- informasi apa
hambatan politis yang berguna
Sistem rekam dan
medik/sistem administrative
pencatatan medis
Elemen Evaluasi Surveilans

Kepentingan kesehatan 01 02 Objektif


masyarakat

Manfaat system 03 04 System pelaksanaan atau


operasi

Atribut kualitatif 05 06 Atribut kuantitatif


Elemen Evaluasi Surveilans
1. Kepentingan kesehatan masyarakat
Ada enam unsur yang harus dilihat dalam kepentingan kesehatan masyarakat yaitu:
a. Besar masalah yang meliputi jumlah seluruh kasus, insidens, dan prevalens
b. Morbiditas yang meliputi kunjungan ke dokter dan lama rawat di rumah sakit atau
pelayanan kesehatan lainnya
c. Keparahan yang meliputi mortally rate dan case-fatality ratio
d. Mortalitas premature yang meliputi years of potential life lost (YPLL) atau potential
years of life lost (PYLL) yang merupakan perkiraan tahun rata-rata seseorang akan
hidup jika tidak meninggal sebelum waktunya
e. Biaya ekonomik meliputi biaya perawatan kesehatan dan hilangnya produktivitas
f. Preventability atau daya cegah yang meliputi prevented fraction yaitu proporsi dari
kasus dalam populasi yang telah dicegah oleh faktor eksposur
Elemen Evaluasi Surveilans
2. Objektif
a. Menentukan peristiwa kesehatan yang berada dalam pengawasan surveilans dan
mengembangkan definisi kasus yang mencakup:
1) Gambaran klinis (tanda dan gejala)
2) Hasil laboratorium, jika diperlukan
3) Criteria epidemiologis (orang, tempat, dan waktu)
4) Kategori diagnosis (confirmed, probable, dan suspected)
b. Menyatakan tujuan dari system dengan jelas
c. Dampak system surveilans pada kemunculan peristiwa kesehatan
5) Mengurangi dampak pada populasi (morbiditas, severitas, mortalitas, dan biaya)
6) Memuaskan perhatian politik dan public
7) Memenuhi ketentuan-ketentuan WHO
Elemen Evaluasi Surveilans
3. Manfaat system
a. Mendeteksi kecenderungan yang menandakan adanya perubahan dalam kejadian
masalah kesehatan yang diamati
b. Mendeteksi epidemic
c. Menyediakan estimasi morbiditas dan mortalitas
d. Menstimulasi riset epidemiologis yang dapat mengarah kepada pemberantasan dan
pencegahan
e. Mengidentifikasi faktor risiko
f. Memungkinkan dilakukannya penilaian dari efek atau dampak kegiatan pengendalian
g. Mengarah kepada praktek pelayanan klinis yang lebih baik.
Elemen Evaluasi Surveilans
4. System pelaksanaan atau operasi
Pelaksanaan system evaluasi surveilans kesehatan merujuk pada beberapa pertanyaan
yaitu :
a. Siapa yang bertanggung jawab melaporkan suatu kasus?
b. Kepada siapa kasus dilaporkan?
c. Informasi apa yang dikumpulkan?
d. Siapa yang mengumpulkan informasi?
e. Bagaimana data ditransfer atau disampaikan antar berbagai jenjang administratif? Dsb.
Elemen Evaluasi Surveilans
5. Atribut kualitatif
Atribut kualitatif dalam evaluasi surveilans kesehatan meliputi :
a. Simplisitas atau kesederhanaan
b. Fleksibilitas atau keluwesan
c. Akseptibilitas atau penerimaan

6. Atribut kuantitatif
d. Sensitivitas
e. Nilai prediktif positif (NPP)
f. Representative
g. Ketepatan waktu
Langkah-langkah Evaluasi Sistem Surveilans

Menguraikan
pentingnya suatu Menguraikan
peristiwakesehatan resources Yang
dilihat dari segi Menunjukkan digunakan untuk
kesehatan tingkat melaksanakan
masyarakat kemanfaat sistem

Menguraikan Evaluasi Membuat


sistem yang Evaluasi kesimpulan
akan Sistem dan saran
dievaluasi menurut
atribut
Langkah-langkah Evaluasi Sistem Surveilans
1. Menguraikan pentingnya suatu peristiwakesehatan dilihat dari segi kesehatan
masyarakat.
Ada 3 hal utamayangharus diperhatikan,yaitu:
a. Jumlahkasus,insidens,dan prevalens
b. Indikatordaribesarnya masalahkesehatan
c. Preventabilitas(pencegahan) -> primer, sekunder,tersier.
-> Jikapenting -> peristiwakesehatanitu perlu dipantau -> SURVEILANS
Langkah-langkah Evaluasi Sistem Surveilans
2. Menguraikan sistem yang akan dievaluasi,dengan cara :
a. Membuat daftartujuansistem (merumuskan hippotesa)
b. Menguraikan peristiwa kesehatan yang akan diamati -> Definisi kasus
c. Menggambarkan diagram alur dari sistem yang akan dievaluasi
d. Menguraikan komponen-komponen dan pelaksanaan dari system

3. Menunjukkan tingkat kemanfaat dengan :


a.Uraikan tindakan yang telah diambil berdasar informasi dari sistem surveilans
b.Uraikan siapa saja yang telah memanfaatkan data untuk mengambil keputusan dan
mengambil tindakan keputusan
Langkah-langkah Evaluasi Sistem Surveilans
4. Evaluasi Evaluasi Sistem menurut atribut
Atribut Evaluasi sistem surveilans, ada 7, yaitu :
1. Kesederhanaan (simplicity)
2. Fleksibilitas (flexibility)
3. Akseptabilitas (acceptability)
4. Sensitivitas (sensitifity)
5. Nilai Prediktif Positif (Predictive Value Positif )
6. Kerepresentatifan (representativeness)
7. Ketepatan waktu (timeliness)

5. Menguraikan resources Yang digunakan untuk melaksanakan sistem


6. Membuat kesimpulan dan saran
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans

Judul Jurnal Evaluasi dan Implementasi Sistem Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota
Singkawang, Kalimantan Barat, 2010 (Frans Yosep Sitepu, Antonius Suprayogi, 2012).

Penulis Frans Yosep Sitepu, Antonius Suprayogi, Dibyo Pramono

Tujuan Evaluasi Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan, hambatan, tantangan dan
kelemahan-kelemahan sistem surveilans DBD di Kota Singkawang Kalimantan Barat.

Rancangan Evaluasi Rancangan evaluasi sistem surveilans DBD di Kota Singkawang adalah observasional
deskriptif yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara menggunakan alat bantu
kuesioner.

Subjek Evaluasi Subjek penelitian adalah seluruh petugas pengelola program Pencegahan dan
Pemberantasan (P2) DBD di DKK Singkawang dan Puskesmas.
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans

Variabel yang Variabel yang dievaluasi meliputi variabel input, process, dan output dan atribut-atribut
dievaluasi surveilans. Variabel input : tenaga, sarana dan dana, variabel process: aktifitas
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebaran informasi,
variabel output : hasil-hasil dari proses manajemen data seperti adanya tabel, grafik,
dan rekomendasi. Sedangkan atribut sistem surveilans meliputi: akseptabilitas,
sensitivitas, nilai prediktif positif, kerepresentatifan, dan ketepatan waktu.

Alat Ukur Menggunakan kuesioner terstruktur dengan melakukan wawancara dan observasi
langsung kepada subjek penelitian.
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans
Cara Evaluasi  Evaluasi Jangka Pendek, Evaluasi jangka pendek dilakukan dengan cara
melaksanakan pre test dan post test kepada petugas pengelola program P2 DBD DKK
Singkawang dan Puskesmas, bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
rata-rata tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Tingkat
keberhasilan dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan petugas surveilans sebelum
dilakukan review DBD dibandingkan dengan setelah dilakukan review DBD. Kemudian
hasilnya dilakukan analisis dengan menggunakan uji statistik paired t test. Hasil
evaluasi dapat dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan pengetahuan dengan
membandingkan nilai rata-rata (mean) keduanya.
 Evaluasi Jangka Menengah, Evaluasi jangka menengah dilakukan dengan cara
melaksanakan observasi dan wawancara terhadap petugas pengelola program P2
DKK Singkawang dan Puskesmas, kegiatan dilaksanakan setelah 2 (dua) bulan
setelah intervensi dilakukan, dengan tujuan untuk melihat hasil pelaksanaan kegiatan
surveilans di DKK Singkawang dan Puskesmas.
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans
Hasil Evaluasi Variabel a) Ketenagaan. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap subjek penelitian diketahui bahwa
Input pendidikan tertinggi adalah Diploma III (50%), hanya sebesar 33,3% petugas yang
sudah pernah mendapat pelatihan mengenai surveilans DBD, selebihnya (66,7%)
petugas belum pernah mendapatkan pelatihan sama sekali. Sebesar 83,3% petugas
mengerjakan tugas rangkap, hal ini membuat kegiatan surveilans tidak sesuai dengan
semestinya dan menyebabkan waktu mereka menjadi terbagi sehingga menyebabkan
pelaksanaan semua komponen dari sistem surveilans mejadi kurang optimal.
b) Sarana. Ketersediaan larvasida untuk pengendalian jentik nyamuk Aedes aegypti
belum mencukupi kebutuhan. Ketersediaan swingfog mencukupi dimana setiap
Puskesmas terdapat 2 (dua) buah mesin yang dapat dioperasikan dengan baik. Seluruh
Puskesmas dan juga DKK Singkawang telah memiliki semua jenis buku pedoman dan
formulir program P2 DBD. Ketersediaan alat pengolah data (komputer) masih kurang.
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans
Sebanyak 66,7% puskesmas belum memiliki komputer tersendiri untuk pengolahan data
DBD, masih menggunakan komputer Puskesmas yang digunakan oleh semua program.
Ketersediaan sarana transportasi dirasakan masih kurang, hanya petugas pengelola
program P2 DBD di DKK Singkawang dan 1 (satu) buah Puskesmas yang memiliki
sarana transportasi.
c) Dana. Untuk menunjang kegiatan surveilans DBD di Kota Singkawang didanai oleh
APBD Pemerintah Kota Singkawang. Besaran dana belum sesuai dengan yang
dibutuhkan. Dana APBD yang dialokasikan dari tahun ke tahun fluktuatif, dana tersebut
juga lebih banyak diprioritaskan kepada hal-hal teknis berupa peralatan tetapi kurang
kepada pengembangan kemampuan petugas berupa pelatihan-pelatihan.
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans
Hasil Evaluasi Variabel a) Pengumpulan dan pengolahan data
Process Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dengan menggunakan komputer.
Tidak ada software khusus untuk pengolahan data, hanya menggunakan microsoft excel
dan microsoft words. Kelemahan yang terjadi adalah kurangnya koordinasi dan kerja
sama dari RS untuk dapat melaporkan kasus DBD kepada DKK Singkawang, sehingga
sering terjadi keterlambatan penanganan oleh Puskesmas. Penyajian hasil data yang
telah dikumpulkan dan diolah belum baik karena masih terbatas pada tabel dan grafik
saja belum menggunakan spotmap dikarenakan keterbatasan kemampuan petugas
dalam menggunakan software spotmap seperti epi info, belum dilakukan pengolahan
berdasarkan stratifikasi kelurahan DBD, musim penularan, kecenderungan situasi DBD,
grafik maksimal-minimal kasus DBD. Data belum disajikan berdasarkan orang (person),
tempat (place) dan waktu (time).
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans
b) Analisis serta rekomendasi tindak lanjut
Analisis data belum ditampilkan dalam bentuk peta (map) berdasarkan IR menurut area
geografis maupun peta klasifikasi daerah rawan DBD. Petugas surveilans telah
melaksanakan analisis tahunan DBD, namun belum diarahkan kepada transisi
epidemiologi, distribusi kasus, kematian dan hubungannya dengan faktor risiko,
perkembangan program, perubahan lingkungan, dan hasil penelitian/penyelidikan.
Analisis dan interpretasi data oleh petugas masih perlu ditingkatkan agar dapat membuat
rekomendasi tindak lanjut yang lebih tajam.
c) Umpan balik
Dalam hal ini adalah adanya kerja sama antara unit surveilans baik DKK Singkawang
maupun Puskesmas dengan unit terkait untuk melaksanakan validasi data.
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans
Yang terjadi selama ini kurangnya koordinasi dan sharing data antara setiap program
yang ada. Kurangnya umpan balik ini mengakibatkan sistem surveilans DBD berjalan
kurang baik .
d) Distribusi data
Data jumlah kasus DBD telah didistribusikan ke level Puskesmas dan juga kepada Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dengan rutin dalam bentuk laporan bulanan. Masih
belum dilaksanakan penyebarluasan informasi dengan membuat laporan/tulisan dalam
bentuk buletin epidemiologi yang diterbitkan secara berkala minimal 4 (empat) kali
setahun dalam bentuk buletin baik dalam bentuk cetak maupun elektronik.
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans
Hasil Evaluasi Variabel Evaluasi yang dilakukan terhadap variabel output adalah hasil-hasil dari proses
Output manajemen data seperti adanya tabel, grafik, rekomendasi. Berdasarkan hasil evaluasi
diketahui bahwa telah dilaksanakan penyajian dalam bentuk tabel dan grafik DBD
namun untuk hal rekomendasi masih kurang. Penyajian masih dilakukan secara manual
dan juga masih belum dilaksanakan secara maksimal.
Hasil Evaluasi Atribut- a) Akseptabilitas
atribut Sistem Dalam hal akseptabilitas masih perlu ditingkatkan mengingat masih rendahnya informasi
Surveilans mengenai DBD yang diperoleh Puskesmas. Pihak Puskesmas hanya mendapatkan
informasi mengenai kasus DBD berdasarkan laporan dari DKK Singkawang. Informasi
tersebut kemudian ditabulasi dan didesiminasi oleh petugas kepada masing- masing
puskesmas untuk mendapat tindak lanjut.
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans
b) Sensitivitas
Belum memiliki sensitivitas yang baik dalam mengetahui kasus DBD yang terjadi. Kasus
DBD yang terjadi diketahui berdasarkan laporan dari RS, bukan dari hasil pelacakan oleh
petugas surveilans di masyarakat (active case finding). Belum baiknya sensitivitas
surveilans DBD di Kota Singkawang terlihat dengan terjadinya KLB DBD pada tahun
2009 dengan IR: 538,52/100.000 penduduk, CFR : 1,06% padahal bila dilihat dari
pengalaman tahun- tahun sebelumnya pola peningkatan kasus DBD di Singkawang
terjadi setiap 3 (tiga) tahun sekali. Bila memiliki sensitivitas yang baik maka KLB DBD
tersebut dapat diprediksikan sebelumnya sehingga mengalami penanganan yang lebih
baik.
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans
c) Nilai prediktif positif
Nilai prediktif positif sistem surveilans DBD di Kota Singkawang sudah baik.
d) Keterwakilan
Dilihat dari aspek keterwakilan, sistem surveilans DBD di Kota Singkawang masih
banyak data pasien yang kurang lengkap, seperti nama pasien, nama orang tua (ayah),
alamat pasien, tanggal dirawat dan tanggal keluar dari RS. Hal ini mengakibatkan proses
tindak lanjut berupa penyelidikan epidemiologi (PE) yang dilakukan oleh petugas
surveilans Puskesmas terhadap kasus DBD menjadi terkendala dikarenakan kesulitan
menemukan tempat tinggal yang jelas.
e) Ketepatan waktu
Untuk atribut ketepatan waktu diketahui bahwa sudah cukup baik karena laporan baik
dari segi ketepatan maupun kelengkapan yang dilakukan selama ini telah mencapai
100%.
Analisis Jurnal Evaluasi Sistem Surveilans
Sumber Referensi Frans Yosep Sitepu, Antonius Suprayogi, D. P. (2012) ‘EVALUASI DAN IMPLEMENTASI
SISTEM SURVEILANS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SINGKAWANG,
KALIMANTAN BARAT, 2010’, BALABA, Vol. 8(No. 01), pp. 5–10.

Anda mungkin juga menyukai