Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

ANEMIA

DI RSUD Dr. H. M. ANSARI SALEH BANJARMASIN

RUANG NILAM

Disusun Oleh:

Vidya Eka Saputri

PO.62.20.1.16.165

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

D IV KEPERAWATAN

REGULER III

2018
KONSEP DASAR ANEMIA

A. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen.

B. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah).
2. Perdarahan.
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker).
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper.

C. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada klien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang
tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung
retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
D. Pathway
ANEMIA

Peningkatan Penurunan produksi SDM


oksigen oleh Hipoksia oleh sumsum tulang
RBC

Aliran darah ke Suplai oksigen/ Kompensasi sumsum


organ vital dan natrium ke tulang memproduksi
jaringan jaringan SDM meningkat
menurun menurun

Pengiriman Pengiriman Kerusakan sumsum tulang


Oksigen dan
nutrisi tidak di oksigen nutrisi
transport terganggu terganggu
secara adekuat

Defisiensi -Nausea
Perfusi Nutrisi
jaringan -BB menurun
terganggu -Turgor kulit
Energi yang jelek
dihasilkan -Mukosa
Perfusi Sirkulasi menurun mulut kering
Perifer Tidak oksigen -Konjungtiva
Efektif terganggu anemis
-Kelemahan
fisik
Sirkulasi darah Pola nafas -Cepat lelah Defisit Nutrisi
ke perifer tidak terganggu -Lemas
mencukupi -Pusing

Dispnea
-Napas pendek Intoleransi
-Pucat
Aktivitas
-Sianosis
-Perifer dingin Pola Napas
-CRT lambat Tidak Efektif

Sirkulasi
Nyeri secara
oksigen Nyeri akut
tiba-tiba
terganggu
E. Tanda dan Gejala
1. Lemah, letih, lesu dan lelah.
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan
Hb, vasokontriksi.
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada).
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang).
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP.
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12,5 – 15,3 g/dl).
2. Kadar Ht menurun (normal 35% - 47%).
3. Peningkatan bilirubin total .
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi.
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak.
6. BMP (Bone Marrow Punction)
Pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat dan
aktivitas pembentukan sel darah.

G. Penatalaksanaan Medis
Tindakan Umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang
membutuhkan oksigen
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi besi


Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
Pemberian preparat fe.
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan.
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12.
3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.

H. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan penyebab, anemia dapat dikelompokkan menjadi beberapa
jenis ternyata.
1. Anemia defisiensi zat besi (Fe)
Adalah anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang
merupakan bahan baku pembuat sel darah dan hemoglobin. Kebutuhan
zat besi untuk anak-anak rata-rata 5 mg/hr. Akan bertambah jika anak
mendapat infeksi sampai 10 mg/hr. Gambaran klinis yang ditimbulkan
anak lemas, jantung berdebar-debar, pucat, sakit kepala.
2. Anemia Megaloblastik (Defisiensi Asam Folat)
Anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat. Asam folat
merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA untuk
metabolisme inti sel dan pematangan sel. gejala anak yang menderita
defisiensi asam folat pucat, letih pusing. sukar tidur.
3. Anemia Pernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12. Tergolong
dalam anemia megaloblastik karena bentuk sel darah yang hampir
sama dengan anemia defisiensi asam folat.

4. Anemia Pasca Perdarahan


Terjadi sebagai akibat perdarahan yang masif seperti kecelakaan,
operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan yang
menahun gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya
darah yang hilang. kehilangan darah sebanyak 12-15% akan
memperlihatkan gejala pucat, transpirasi, takikardia, tekanan darah
menurun.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap
latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : Takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Tubuh tidak
tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan
nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG,
depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T;
takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna)
: pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring,
bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik,
AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk
seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
4. Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom
malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia,
anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas
mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : Lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat
dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit :
buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan
glositis (status defisiensi). Bibir : Selitis, misalnya inflamasi bibir
dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak
mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis.
Mental: tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik :
hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-
lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar,
dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB).
8. Pernapasan
Gejala : Riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sirkulasi oksigen
terganggu.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis.
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidampuan mencena makanan.
C. Intervensi Keperawatan
1. Pola mafas tidak efektif berhubungan dengan sirkulasi oksgien
terganggu.
Tujuan dan krtieria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 7 jam klien menunjukkan keefektifan pola nafas, dengan
kriteria hasil :
- Frekuensi dan bunyi nafas normal.
- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, N:
60-100 x/menit, RR: 16-20 x/menit, S: 36,5-37,2OC).
Intervensi Rasional
1. Mempertahankan jalan 1. Menjaga keadekuatan
napas paten. ventilasi.
2. Posisikan pasien semi 2. Untuk memaksimalkan
fowler. potensial ventilasi.
3. Auskultasi suara nafas 3. Memonitor kepatenan
jalan napas.
4. Monitor pola nafas: 4. Memonitor keadaan
bradypnea, tachypnea, pernapasan klien.
hiperventilasi, respirasi
kussmaul, respirasi
cheyne-stokes dll.
5. Kolaborasi dalam
5. Meningkatkan ventilasi
pemberian oksigen terapi.
dan asupan oksigen.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis.
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah tindakan keperawatan selama 1 x 7
jam diharapkan masalah nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil:
-Klien tampak tenang.
-Nyeri berkurang.
Intervensi Rasional
1. Ajarkan pola istirahat tidur. 1. Untuk mengurangi nyeri.
2. Kaji PQRST. 2. Untuk mengentahuai
keadaan umum klien.
3. Mengidentifikasi tindakan 3. Untuk mengetahui tingkat
nyeri. nyeri klien.
4. Kaji kualitas, lokasi frekuensi 4. Untuk mengetahui sejauh
nyeri. mana nyeri dirasakan.
5. Posisikan klien senyaman 5. Mengurangi rasa nyeri.
mungkin.
6. Ajarkan teknik distraksi dan 6. Membantu klien menjadi
relaksasi. rilek.
7. Kolaborasikan pemberian 7. Untuk mengurangi rasa
analgetik nyeri.
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin.
Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 7 jam diharapkan masalah perfusi perifer tidak efektif
teratasi dengan kriteria hasil :
- CRT < 2 detik, turgor kulit lembab.
- Akral tidak teraba dingin, konjungtiva tidak anemis.
Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital kaji 1. Memberikan informasi
pengisian kapiler, warna tentang derajat/keadekuatan
kulit/membrane mukosa, perfusi jaringan dan
dasar kuku. membantu menetukan
kebutuhan intervensi.
2. Tinggikan kepala tempat 2. Meningkatkan ekspansi paru
tidur sesuai toleransi. dan memaksimalkan
oksigenasi untuk kebutuhan
seluler. Catatan :
kontraindikasi bila ada
hipotensi.
3. Awasi upaya pernapasan; 3. Dispnea, gemericik
auskultasi bunyi napas. menununjukkan gangguan
jajntung karena regangan
jantung lama/peningkatan
kompensasi curah jantung.
4. Hindari penggunaan botol 4. Termoreseptor jaringan
penghangat atau botol air dermal dangkal karena
panas. Ukur suhu air mandi gangguan oksigen.
dengan termometer.
5. Mengidentifikasi defisiensi
5. Kolaborasi pengawasan
dan kebutuhan pengobatan
hasil pemeriksaan
/respons terhadap terapi.
laboraturium.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 7 jam
masalah intoleransi aktivitas teratasi dengan kriteria hasil :
- Klien melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari).
- Klien menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya
nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan ADL 1. Mempengaruhi pilihan
klien. intervensi/bantuan.
2. Kaji kehilangan atau 2. Menunjukkan perubahan
gangguan keseimbangan, neurology karena defisiensi
gaya jalan dan kelemahan vitamin B12 mempengaruhi
otot. keamanan pasien/risiko
cedera.
3. Berikan lingkungan 3. Meningkatkan istirahat
tenang, batasi untuk menurunkan
pengunjung, dan kurangi kebutuhan oksigen tubuh
suara bising, pertahankan dan menurunkan regangan
tirah baring bila di jantung dan paru.
indikasikan.

4. Gunakan teknik 4. Meningkatkan aktivitas


menghemat energi, secara bertahap sampai
anjurkan pasien istirahat normal dan memperbaiki
bila terjadi kelelahan dan tonus otot/stamina tanpa
kelemahan, anjurkan kelemahan. Meingkatkan
pasien melakukan harga diri dan rasa
aktivitas semampunya terkontrol.
(tanpa memaksakan diri).
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidampuan mencena makanan.
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 x 7 jam masalah defisit nutrisi teratasi kriteria hasil :
-Peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium
normal.
-Tidak mengalami tanda mal nutrisi.
-Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk 1. Mengidentifikasi defisiensi,
makan yang disukai. mengawasi masukkan kalori
atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
memudahkan intervensi
2. Observasi dan catat masukkan 2. Mengawasi penurunan berat
makanan klien. Timbang berat badan atau efektivitas
badan setiap hari. intervensi nutrisi.
3. Berikan makan sedikit dengan 3. Menurunkan kelemahan,
frekuensi sering dan atau meningkatkan pemasukkan
makan diantara waktu makan. dan mencegah distensi
gaster.
4. Observasi dan catat kejadian 4. Gejala GI dapat
mual/muntah, flatus dan dan menunjukkan efek anemia
gejala lain yang berhubungan. (hipoksia) pada organ.
5. Kolaborasi pada ahli gizi untuk 5. Membantu dalam rencana
rencana diet. diet untuk memenuhi
kebutuhan individual.
DAFTAR PUSTAKA

Aulawi, K. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Brunner dan Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC.

Tim Pokja SDKI. 2016. Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai