Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANEMIA


DI RUANG KOMODO

OLEH:

EMANUEL WATORASAK
173.111.0132

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

2018
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB) atau
hematokrit (HT) di bawah normal (Bararah dan Jauhar, 2013).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan
hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Smeltzer dan Bare, 2001)
Kriteria anemia menurut WHO

Kelompok Kriteria anemia (HB)


Laki-laki dewasa <13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil <12 g/dl
Wanita Hamil <11 g/dl

2. Klasifiksi
1) Anemia Aplastik
Anemia aplastik disebabkan oleh penurunan sel prekusor dalam sumsum tulang dan penggantian
sumsum tulang dengan lemak.
2) Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah keadaan dimana kandungan besi didalam tubuh turun dibawah
normal. (Besi diperlukan untuk sintesa hemoglobin).
3) Anemia Megablastik
Anemia yang disebabkan karena defisiensi vitamin B 12 dan asam folat menunjukan perubahan
yang sama antara sumsum tulang dan darah tepi, karena kedua vitamin tersebut esensial bagi
sintesis DNA normal (Smeltzer dan Bare, 2001).

3. Etiologi
Anemia terjadi karena menurunnya produksi sel darah merah karena kegagalan dari sumsum
tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah, pendarahan dan rendahnya kadar
eritropoetin (pada gagal ginjal kronis) (Bararah dan Jauhar, 2013).

4. Phatofisiologi

Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah
mengandung hemoglobin yang berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Akibat dari anemia adalah transportasi sel darah merah akan terganggu dan jaringan tubuh si
penderita anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi. Maka tidak
mengeherankan jika gejala anemia ditunjukan dengan merasa cepat lelah, pucat, gelisah, dan
terkadang sesak. Serta ditandai dengan warna pucat di beberapa bagian tubuh seperti lidah dan
kelopak mata.
Penyebab umum dari anemia antara lain kekurangan zat besi, pendarahan usus, pendarahan,
genetik, kekurangan vitamin B12, kekuarangan asam folat, gangangguan sunsum tulang. Gejala
klinis yang muncul yaitu gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan
kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku,
anorexia, serta perkembangan kognitif yang abnormal.
Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5
gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna
pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang
tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau
serangan jantung.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya
melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah
merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar: Hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah dan derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia(Price, 2006).
5. Manifestasi Klinis:
1) Pusing.
2) Lesu.
3) Cepat lelah.
4) Rasa mengantuk.
5) Susah berkonsentrasi.
6) Aktivitas kurang.
7) Prestasi kerja fisik/ pikiran menurun (NIC-NOC, 2015).

6. Komplikasi
1) Gagal jantung.
2) Parestesia.
3) Kejang. (Smeltzer dan Bare, 2001)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes penyaring.
Tes ini dikerjakan padatahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat
dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi
pengkajian pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV dan
MCHC), apusan darah tepi.
b. Pemeriksaan rutin.
Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan
trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan
hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang.
Pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan
diagnosis definitif.
d. Pemeriksaan laboratorium meliputi: faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman
(Bararah dan Jauhar, 2013).

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1) Anemia aplastik: transpalansi sumsum tulang, pemberian terapi imunosupresif, dengan globolin
antitimosit (AGT) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari.
2) Anemia defisiensi besi:
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10
mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5gr %.
3) Anemia megablastik:
- Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila defisiensi disebabkan
oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12
dengan injeksi IM
- Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/
hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi (NIC-NOC, 2015).

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian :
Anamnesa
1. Identitasklien:
a. Nama
b. Usia
c. Jenis kelamin
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah diderita:
3. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama: Pusing, cepat lelah
4. Pemeriksaanfisik
a. Umum: Status kesehatan secara umum
b. Tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
c. Pemeriksaan Fisik:
(B1: Breathing)
Takipnea, dispnea, napas pendek pada saat istirahat ataupun beraktivitas.
(B2: Bleeding)
Perdarahan gastrointestinal, menstruasi, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
(B3: Brain)
Sakit kepala, berdenyut, pusing, ketidakmampuan berkonsentrasi, insomnia.
(B4 : Bladder)
Penurunan frekuensi urine ( gagal ginjal)
(B5: Bowel)
Sindrom malabsorbsi, diare, atau konstipasi.
(B6: Bone)
Keletihan, kelemahan, malaise umum.

2) Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan
3. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien.
3) Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Intoleransi Goal: Manajemen energi
aktivitas b.d Pasien tidak akan mengalami a. Kaji status fisiologis pasien penyebab
ketidakseimba intoleransi aktivitas selama dalam kelelahan sesuai dengan konteks usia
ngan antara masa perawatan. dan perkembangan.
suplai dan Objektif: b. Monitor intake/ asupan nutrisi untuk
kebutuhan Suplai dan kebutuhan oksigen pasien mengetahui sumber energi yang
oksigen akan tercukupi selama dalam masa adekuat.
perawatan. c. Monitor/ catat waktu dan lama
Outcomes: selama dalam masa istirahat/tidur pasien.
perawatan pasien akan menunjukan: d. Bantu pasien untuk menjadwalkan
Noc: periode istirahat.
Daya Tahan: e. Anjurkan untuk istirahat yang cukup
1. Melakukan aktivitas rutin (5) f. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-
2. Aktivitas fisik (5) hari yang teratur sesuai dengan
3. Konsentrasi (5) kebutuhan ( ambulansi, berpindah,
4. Daya tahan otot (5) bergerak dan perawatan diri)
5. Oksigen darah ketika beraktivitas
(5)
6. Hemoglobin (5)
Keterangan:
1) Sangat terganggu.
2) Banyak terganggu.
3) Cukup tergangu.
4) Sedikit terganggu
5) Tidak terganggu.

7. Kelelahan (5)
Keterangan:
1) Berat
2) Cukup berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada
2 Ketidakefektif Goal: NIC : Monitor pernapasan
an pola napas Pola napas pasien akan membaik 1. Monitor kecepatan, irama, kedalam, dan
b.d keletihan selama dalam perawatan kesulitan bernapas
Objektif: 2. Catat pergerakan dada, catat
Pasien tidak akan mengalami keletihan ketidaksimetrisan, penggunaan otot
selama dalam perawatan bantu napas, dan retraksi otot.
Outcomes: selama dalam masa 3. Auskultasi suara napas tambahan
perawatan pasien akan menunjukkan: 4. Monitor pola napas
NOC 5. Palpasi kesimetrisak ekspansi paru
Status pernapasan 6. Monitor kelelahan otot-otot diafragma.
1. Penggunaan otot bantu napas (5) 7. Berikan bantuan oksigen sesuai
2. Retaraksi dinding dada (5) kebutuhan.
3. Dipsneu (5) 8. Berikan/ atur posisi semi fowler.
4. Akumulasi sputum (5)
5. Suara napas tambahan (5)
6. Gangguan ekspirasi (5)
7. Pernapasan cuping hidung (5)
8. Batuk (5)

Keterangan:
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi yang cukup berat dari
kisaran normal
3. Deviasi yang sedang dari kisaran
normal
4. Deviasi ringan dari kisaran
normal
5. Tidak ada deviasi yang cukup
berat dari kisaran normal

3 Nyeri akut b.d. Goal: pasien tidak akan mengalami NIC:


agen cedera nyeri selama dalam perawatan. Manajemen Nyeri
biologis Objektif: pasien tidak akan mengalami 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
agen cedera biologis selama dalam (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
masa perawatan kualitas, intensitas, faktor pencetus)
NOC: 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
Tingkat Nyeri mengenai ketidaknyamanan.
1. Nyeri yang dilaporkan (4) 3. Pantau TTV pasien
2. Wajah meringis (5) 4. Berikan informasi mengenai nyeri
3. Mengeluarkan keringat (5) (penyebab, lama nyeri)
Keterangan: 5. Berikan lingkungan yang nyaman.
1. Berat 6. Anjurkan kepada pasien untuk istirahat
2. Cukup berat yang cukup
3. Sedang 7. Ajarkan teknik manajemen nyeri
4. Ringan nonfarmakologi (relaksasi, distraksi)
5. Tidak ada 8. Kolaborasi pemberian anlgesik.
4. Frekuensi napas (5)
5. Tekanan darah (5)
Keterangan:
6. Deviasi berat dari kisaran
normal
7. Deviasi yang cukup berat dari
kisaran normal
8. Deviasi yang sedang dari
kisaran normal
9. Deviasi ringan dari kisaran
normal
10. Tidak ada deviasi yang cukup
berat dari kisaran normal

4) Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan mengacu pada rencana tindakan yang telah di buat.

5) Evaluasi Keperawatan
Dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi, teratasi sebagian atau tidak
teratasi

DAFTAR PUSTAKA
Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan KeperawatanEdisi Ke-2. Jakarta:
Prestasi Pustaka. Heather, T. Herdman.
2015..NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi& Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Clasification (NIC), 5th IndonesianEdition
Price. (2006). Keperawatan Medikal Bedah dan Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC.

Anda mungkin juga menyukai