Disusun oleh:
M21040002
A. PENGERTIAN
Hipertensi atau Menurut American Sosiety of Hypertension (ASH)
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang
progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan (Nuraini, 2015).
B. KLASIFIKASI
Hipertensi diklasifikasikan berdasarkan penyebab ada 2 macam tipe, yaitu:
1) Hipertensi primer (esensial) Penyebab pasti masih belum diketahui.
Riwayat kelu0arga, obesitas, diit tinggi natrium, lemak jenuh dan penuaan
adalah faktor pendukung (Wulandari, 2011).
2) Hipertensi sekunder Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar
5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 12%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu, misalnya pil KB (infodatin-lansia, 2014).
American Heart Association (AHA, 2014) menggolongkan hasil pengukuran
tekanan darah menjadi:
Tabel 2.1 Kategori Tekanan Darah Berdasarkan American Heart Association
Kategori tekanan darah Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmhg < 80 mmhg
Prehipertensi 120-139 mmhg 80-89 mmhg
Hipertensi stage 1 140-159 mmhg 90-99 mmhg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmhg ≥ 100 mmhg
Hipertensi stage 3 ≥ 180 mmhg ≥ 110 mmhg
(keadaan gawat)
Sumber : American Heart Association (AHA, 2014)
Tabel diatas menggolongkan kategori Tekanan Darah dari kriteria Normal
hingga Hipertensi stage 3, hal ini juga telah diklasifikasikan oleh peneliti
sebelumnya yaitu Triyanto (2014) sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi berdasarkan tekanan darah pada orang dewasa
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85–89 mmHg
Stadium 1 (ringan) 140–159 mmHg 90–99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160–179 mmHg 100–109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180–209mmHg 110–119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg
Sumber : (Triyanto, 2014)
C. TANDA GEJALA
Vasokonstriksi Penyumbatan
Gangguan pembuluh darah
sirkulasi
Otak
Ginjal Pembuluh darah Retina
Resistensi
Suplai O2 Otak Vasokontriksi sistemik
pembuluh darah pembuluh darah
otak meningkat menurun koroner Spasme arteriole
ginjal
vasokonstriksi
Iskemi miokard diplopia
sinkop Blood flow Afterload meningkat
Nyeri Gangguan menurun
kepala pola tidur Nyeri dada Resti injuri
Penururnan
Respon
curah jantung
RAA
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak Rangsangan
aldesteron Retensi Na Edema Kelebihan volume cairan
Tekanan darah tinggi atau hipertensi jika tidak diobati dan di tanggulangi maka
dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh
sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut (Aspiani, 2015).
Komplikasi yang paling sering dipengaruhi hipertensi antara lain:
1) Stroke
Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh, selain daerah otak yang tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke otak yang
diperdarahi berkurang. Arteriotak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah
sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2) Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arterikoroner yang arterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus
yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis
dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik
melintasi 12 ventrikel sehingga disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan.
3) Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke
nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga
tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering
dijumpai pada hipertensi kronis.
4) Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
keruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan
terjadi koma serta kematian.
5) Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita pre-eklampsia. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian
dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau
sebelum proses persalinan.
H. PENATALAKSANAAN
a) Pengaturan diet Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan gaya hidup sehat
dan/atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat
memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang dianjurkan
antara lain:
Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi.
Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem
renninangiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah
asupan natrium yang dianjurkan 50-mmol atau setara dengan 3-6gram garam
per hari.
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat badan
mengurangi tekanan darah kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung
dan volume sekuncup.pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas
behubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi,
penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan
darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat
badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khususnya
karena obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik,
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala
gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
c) Olahraga
2. Diagnosa kperawatan
1) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
2) Penururnan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.
3) Defiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Intervensi dan implementasi
Buss, J.S & Labus, D. (2013). Buku Saku Patofisiologi menjadi sangat mudah (2nd
ed.). EGC.