Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIK PROFESI NERS

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
1. Bram Surya Widi SN191025
2. Ponsianus Ratu SN191121
3. Laminten SN191084
4. Nur Qolbiatun SN191116
5. Fila Diana Nurhayati SN191055
6. Dyan Kurniasari SN191038
7. Suparmi SN191150
8. Ninik Agustina I. SN191108
9. Widaryati SN191172
10. Wiwien Astiningtyas SN191178

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENGKAJIAN

A. PROFIL RUANGAN
Ruangan Seroja marupakan salah satu ruang rawat inap di RS Bunga
Husada Surakarta merupakan bangsal penyakit dalam dan neurologis baik laki –
laki maupun perempuan.
Ruangan terdiri dari 4 kelas yaitu:
1. kelas utama : 1 kamar dengan kapasitas 1 bed
2. kelas I : 2 kamar dengan kapasitas @ 2 bed
3. kelas II : 2 kamar dengan kapasitas 5 bed (kelas II.A berisi 2 bed dan kelas
II.B berisi 3 bed)
4. kelas III : 1 kamar dengan kapasitas 4 bed
Total ada 6 kamar dengan kapasitas TT 14 bed.
Fasilitas masing – masing ruangan kelas utama terdiri dari 1 tempat tidur
untuk pasien, 1 sofa bed untuk penunggu pasien, 1 kamar mandi, 1 kulkas, 1 AC,
1 meja makan, 1 bedside cabinet, kelas 1 masing – masing ruangan terdiri dari 2
tempat tidur, 1 kamar mandi, 1 AC, 2 kursi, 2 bedside cabinet, 2 meja makan,
kelas II.A masing – masing ruangan terdiri dari 2 tempat tidur, 1 kamar mandi, 1
AC, 2 kursi, 2 meja makan, 2 bedside cabinet, kelas II.B masing – masing
ruangan terdiri dari 3 tempat tidur, 1 kamar mandi, 1 AC, 3 kursi, 3 meja makan,
3 bedside cabinet dan Kelas III masing – masing ruangan terdiri dari 4 tempat
tidur, 1 kamar mandi, 1 AC, 4 kursi, 4 meja makan, 4 bedside cabinet.
Terdapat beberapa ruangan yang terdapat di Ruang Seroja, komposisi
ruangan terdiri dari nurse station, ruang dokter, ruang kelas I, kelas Utama, kelas
II, kelas III, Gudang, almari linen, almari obat, sampah infeksius, safety box,
kamar mandi, tempat sampah non infeksius, handscrub 2 buah.
Ruang Seroja terletak di gedung sayap lantai 5 di sebelah utara dan timur
membentuk huruf L. Batas Ruang Seroja di sebelah Barat berbatasan dengan
Ruang Kenanga rawat inap kasus bedah. Ruang Seroja terhitung ruangan yang
baru di Rumah Sakit Bunga Husada Surakarta.
Jumlah SDM yang bertugas di ruang Seroja ada 10 orang dengan susunan
organisasi yaitu terdiri dari satu orang kepala ruangan, satu wakaru dan 8
perawat pelaksana. Jenjang Pendidikan perawat mulai dari D3 Kep hingga Ners.
Ners sejumlah 2 orang, S1 sejumlah 1 orang dan D3 Kep sejumlah 7 orang.
Tenaga cleaning service di ruang seroja terdapat 1 orang dan belum mempunyai
tenaga administrasi. Ruang Seroja belum memiliki visi misi dan tujuan sendiri.

B. INPUT
1. Man
a. Tenaga kesehatan
Dalam UU Nomor 36 tahun 2014 tentang kesehatan yang
dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan
melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dalam
undang – undang tersebut tenaga kesehatan salah satu diantaranya
adalah tenaga keperawatan yaitu perawat.
Berikut ini adalah tabel nama, jabatan, pendidikan, masa kerja,
dan tenaga lain di Ruang Seroja RS Bunga Husada Surakarta.
Tabel 1.1 Daftar Karyawan Ruang Seroja
No Nama & Jabatan Pendidikan Masa Pelatihan
NIP Terakhir Kerja
1 Mahfud D. Kepala Sarjana 10 Manajemen
Luffy Ruangan Keperawata Tahun bangsal, BHD,
14041 n + Ners Patient Safety.
K3, BTCLS.

2 Rononoa Wakil Sarjana 7 BHD, Patient


Zarwo Kepala Keperawata Tahun Safety, K3, PPI,
14042 Ruangan n + Ners BTCLS.
3 Marshal Perawat Sarjana 6 BHD, PPI,
D. Usop Pelaksana Keperawata Tahun Patient Safety,
14043 Lanjutan n K3.

4 Neko Perawat Diploma 3 5 BHD,


Nami Pelaksana Keperawata Tahun Plebotomy,
14044 n Patient
Safety, K3.
5 Vinsmoke Perawat Diploma 3 5 BHD, Patient
Santi Pelaksana Keperawata Tahun Safety, K3,
14045 n BTCLS.
6 Nico Perawat Diploma 3 4 BHD, Patient
Robin Pelaksana Keperawata Tahun Safety, K3,
14046 n BTCLS.
7 Chistoper Perawat Diploma 3 3 BHD, Patient
Choper Pelaksana Keperawata Tahun Safety, K3,
14047 n BTCLS.
8 Franky Perawat Diploma 3 3 BHD, Patient
Robo Pelaksana Keperawata Tahun Safety, K3,
14048 n BTCLS.
9 Brook Perawat Diploma 3 2 BHD, Patient
Billy Pelaksana Keperawata Tahun Safety, K3,
14049 n BTCLS.
10 Fisherman Perawat Diploma 3 1 BHD, Patient
Jailani Pelaksana Keperawata Tahun Safety, K3,
14050 n BTCLS.
11 Gol D. Cleaning Sekolah 10 BHD, Patient
Roger Service Dasar Tahun Safety, K3.
01001

b. Program pengembangan kinerja staf


Apabila rumah sakit dapat mengembangkan soft kompetensi dengan
menumbuhkan sikap dan perilaku positf pada semua karyawannya
maka akan menciptakan lingkungan kondusif dan memacu motivasi
pada semua karyawanya untuk mau berkembang dan maju. Hal ini
dapat memberi dampak pada tingkat kunjungan pasien yang meningkat
karena kenyamanan dan kepuasan pasien. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendidikan dan pelatihan yang diadakan untuk pengembangan
staff akan memberikan dampak yang luas, tidak hanya dari segi kualitas
pelayanan tetapi juga pada kualitas Rumah Sakit. Kebutuhan
pengembangan tenaga keperawatan (pendidikan dan pelatihan)
mencakup 2 hal berikut.
1) Kajian Teori
Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas dan profesionalitas perawat
dalam melakukan tugas dan fungsinya. Praktek profesional yang
merupakan ciri profesi yang harus tetap dipelihara dan ditingkatkan
dalam rangka mempertahankan akuntabilitas dan standar kinerja
yang tinggi.
Menurut Sutrisno (2009) konsep pengembangan SDM adalah
proses pendidikan jangka panjang yang menggunakan prosedur
sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja manajerial
mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan
umum.
2) Kebutuhan Pengembangan Perawat Di Ruang Seroja
Dari hasil wawancara dengan kepala Ruangan Seroja, serta
data dari program kerja tahunan instalasi rawat inap, maka
didapatkan data bahwa kebutuhan untuk pengembangan perawat
yang berupa pendidikan berkelanjutan maupun pelatihan baik
internal maupun eksternal masih dalam perencanaan dan belum
terealisasi sampai saat ini.
c. Kasus yang sering ditemukan
Pengkajian yang dilakukan di Ruang Seroja RS Bunga Husada
Surakarta terdapat 10 kasus terbanyak yang ditemukan, dari 10 kasus
terbanyak itu sudah ada SAK yang mendukung. 10 kasus terbanyak di
ruang Seroja tersebut yaitu :
Tabel 1.2 Kasus Terbanyak di Ruang Seroja
Jumlah Jumlah
No Jenis Kasus Pasien Keluar Pasien Keluar
Hidup Meninggal
1 Hipertensi 52 8
2 Diabetes Mellitus 46 -
3 Febris 29 -
4 Dengue Hemoragic Fever 22 -
5 Thypoid Fever 20 -
6 Chronic Renal Failure 15 -
7 Vertigo 14 -
8 Anemia 12 -
9 SH 10 4
10 Gasteroenteritis 8 -

d. Jumlah pasien
1) Jumlah pasien hari senin 05 Mei 2020 adalah 10 pasien
2) Jumlah pasien hari selasa 06 Mei 2020 adalah 10 pasien
3) Jumlah pasien hari rabu 07 Mei 2020 adalah 9 pasien
4) Jumlah pasien hari kamis 08 Mei 2020 adalah 10 pasien
5) Jumlah pasien hari jumat 09 Mei 2020 adalah 12 pasien
6) Jumlah pasien hari sabtu 10 Mei 2020 adalah 12 pasien
e. Tingkat ketergantungan pasien
Tingkat ketergantungan pasien dinilai menggunakan metode
Depkes yitu terdiri dari:
1) Asuhan keperawatan minimal
2) Asuhan keperawatan sedang
3) Asuhan keperawatan agak berat
4) Asuhan keperawatan maksimal

Tabel 1.3 Tingkat Ketergantungan Pasien


No Tingkat Ketergantungan Pasien Jumlah
1 Asuhan keperawatan minimal 6
2 Asuhan keperawatan sedang 2
3 Asuhan keperawatan agak berat 4
4 Asuhan keperawatan maksimal 0
Jumlah 12

f. Kebutuhan perawat
Perhitungan jumlah tenaga keperawatan di Ruang Seroja menurut
Depkes (2012) adalah :
1) Jumlah Perawat yang dibutuhkan/ tersedia
A. Jumlah Pasien X Jumlah Jam Perawat Diruang/ Hari
Jam Efektif Perawat
a) Minimal : 6 X 2 jam = 12
b) Sedang : 2 X 3,08 jam = 6,16
c) Agak berat : 4 X 4,15 jam = 16,6
34,76
34,76/ 7 = 4,96
Dibulatkan menjadi 5

2) Perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (Faktor


Koreksi)
a) Hari libur/ cuti/ hari besar (Loss Day)
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x A = B
Jumlah hari kerja efektif dalam setahun

52+12+14X5 =1,36
286
b) Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas – tugas non
keperawatan atau non nursing jobs (kebersihan ruangan,
kebersihan alat – alat dan lain – lain) ditambah 25% dari jam
pelayanan keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan (A)+ Loss Day(B) X 25 = C
100
5 + 1,36 X 25 = 1,59
100
Kebutuhan Tenaga Keperawatan
5 + 1,36 + 1,59 = 7,95 + 1 = 8,95 dibulatkan menjadi 9

2. Money
a. Sumber pemasukan
Tidak ada sumber pemasukan untuk Ruang Seroja karena
pengaturan keuangan dipegang oleh bagian keuangan Rumah Sakit.
Ruangan hanya membuat daftar permintaan sesuai kebutuhan ruangan
dalam 1 bulan terkait peralatan ATK (Alat Tulis kantor) yang
diserahkan kebagian purchasing Rumah Sakit, kemudian bagian
purchasing akan memberikan sesuai permintaan dari ruangan tersebut.
Ruang Seroja hanya fokus pada pelayanan kepada pasien, tetapi tidak
mempunyai kewenangan dalam mengatur keuangan rumah sakit, semua
alokasi dana dan sumber pemasukan diperoleh dan diatur bagian
keuangan Rumah Sakit
b. Pengeluaran
Ruang Seroja tidak mengetahui jumlah anggaran yang dikeluarkan
oleh ruangan karena sistem pemasukan dan pengeluaran yang ada di
ruangan bersifat sentralisasi langsung ke Rumah Sakit
c. Sistem evaluasi anggaran
Ruang Seroja tidak memiliki sistem evaluasi anggaran karena
semua pemasukan dan pengeluaran yang ada dikelola langsung oleh
bagian keuangan Rumah Sakit. Ruangan hanya mendapatkan tugas
untuk menginput biaya tindakan Keperawatan, Medis, dan Obat –
obatan dan bahan habis pakai yang digunakan oleh pasien selama
pasien dirawat di ruang Seroja.
d. Kendala dalam anggaran
Tidak ada kendala dalam anggaran keuangan untuk bahan habis
pakai dan kebutuhan ruangan yang diperlukan semua apabila habis/
terjadi kerusakan pada alat kesehatan, perawat ruang Seroja akan
menghubungi pihak terkait seperti bagian maintenance, gudang farmasi
maupun logistik.
3. Methods
a. Pelaksanaan timbang terima
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sexton (2014)
pelaksanaan timbang terima dengan tatap muka langsung memiliki efek
yang sangat penting terhadap kesinambungan perawatan pasien.
Penelitian terkait juga dilakukan oleh Adam (2016) di Central Coast
Rumah Sakit Distrik California menyatakan bahwa komunikasi saat
timbang terima antar perawat merupakan hal yang sangat penting
sehingga dapat mengantisipasi bahaya keselamatan pasien di Rumah
sakit. Menurut Wendy (2016) timbang terima keperawatan yang
dilakukan secara kontinyu dapat meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan yang terstruktur dan informatif yang didukung dengan
adanya acuan berupa Standar Operasional Prosedur (SOP).
Timbang terima pasien berdasarkan SOP dilaksanakan setiap
pergantian shift. Perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dan mengkaji secara komprehensif tentang masalah keperawatan
pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal –
hal penting lainya yang perlu dilimpahkan.
Hasil observasi secara langsung selama 1 minggu 05 – 10 Mei
2020, didapatkan data Hand over dilakukan oleh perawat shift
sebelumnya dengan perawat shift selanjutnya (shift pagi, siang, dan
malam), waktu hand over dilakukan pada akhir kegiatan shift, tidak
semua perawat melakukan hand over, hanya sebagian perawat yang ikut
hand over, laporan yang disampaikan hanya berupa diagnose medis dan
implementasi yang sudah dilakukan, dalam penyampaian hand over
belum ada ketua tim, perawat pemberi hand over bisa dilakukan oleh
perawat siapa saja.
b. Metode penugasan
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu
kerangka kerja yang mendefinisikan 4 unsur yaitu : standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MPKP (Nursalam,
2011).
Tujuan MAKP adalah:
1) Menjaga konsistensi askep
2) Mengurangi konflik tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan
askep oleh tim keperawatan
3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan askep
4) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan
5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan askep bagi
setiap anggota tim keperawatan
Bentuk MAKP adalah:
1. Metode fungsional
2. Metode tim
3. Metode keperawatan primer
4. Metode kasus
5. Metode moduler
6. Managemen kasus
7. Partnership model
8. Patient care centre ( pelayanan berfokus pada pasien)
Berdasarkan hasil observasi secara langsung selama 1 minggu 05 –
10 Mei 2020, didapatkan data metode penugasan yang dilakukan di
ruangan Seroja adalah penugasan fungsional, ini terbukti dengan
pembagian kerja perawat berdasarkan pekerjaan yang dilakukan
seperti ada perawat yang bertugas injeksi, ada yang melakukan
perawatan luka sendiri dan ada yang memberikan kolaborasi obat
sendiri dan seterusnya.

c. Alur penerimaan pasien


Berdasarkan pengkajian selama 1 minggu 05 – 10 Mei 2020,
didapatkan bahwa alur penerimaan pasien yang baru sudah sesuai SOP
yang sudah ditetapkan oleh Rumah Sakit. Pasien masuk rawat inap
dapat melalui IGD maupun poli, perawat mengantarkan pasien ke ruang
rawat inap dan melakukan serah terima dengan perawat ruangan dengan
menggunakan form transfer.
d. Pendokumentasian asuhan keperawatan
Model dokumentasi yang dipakai di Ruang Seroja yaitu SOR
(Source-Oriented-Record) merupakan model dokumentasi yang
berorientasi pada sumber informasi. Hal ini diketahui melalui cara
penempatan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang
mengelola pendokumentasian, catatan dan laporan dicatat sendiri-
sendiri berdasarkan disiplin ilmu. Pendokumentasian risiko jatuh belum
dilakukan diasuhan keperawatan pasien sedangkan untuk alergi dan
DNR dicatat di pengkajian status pasien.
Model dokumentasi SOR menempatkan catatan atas dasar disiplin
orang atau sumber yang mengelola pencatatan. Dokumentasi dibuat
dengan cara setiap anggota tim kesehatan membuat catatan sendiri dari
hasil observasi. Kemudian, semua hasil dokumentasi dikumpulkan
menjadi satu. Sehingga masing-masing anggota tim kesehatan
melaksanakan kegiatan sendiri tanpa bergantung dengan anggota tim
kesehatan yang lain. Misalnya, kumpulan dokumentasi yang bersumber
dari dokter dimana dokter menggunakan lembar untuk mencatat
instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, bidan
menggunakan catatan kebidanan, perawat, fisioterapi, ahli gizi, dan
lain-lain mempunyai catatan masing-masing.
Model ini dapat diterapkan pada pasien rawat inap, yang
didalamnya terdapat catatan pesan Dokter yang ditulis oleh Dokter, dan
riwayat keperawatan yang ditulis oleh perawat. Namun demikian,
secara umum catatan ini berupa pesan Dokter. Model dokumentasi SOR
ini dapat dibuat dengan formulir grafik, format pemberian obat, format
catatan perawat termasuk riwayat penyakit klien, riwayat perawatan dan
perkembangan pasien, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
diagnostik, formulir masuk Rumah Sakit dan formulir untuk tindakan
operasi yang ditandatangani oleh pasien dan keluarga.
Model dokumentasi SOR terdiri dari 5 kompnen, yaitu:
1) Lembar penerimaan berisi biodata.
2) Lembar instruksi Dokter.
3) Lembar riwayat medis atau penyakit.
4) Catatan perawat.
5) Catatan dan laporan khusus.

Tabel 1.4 Format Model Dokumentasi SOR


Tanggal Waktu Sumber Catatan Perkembangan
Tanggal/ Waktu P/ D/ F/ G Meliputi:
Bulan/ Tahun Intervensi Pengkajian Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tindakan Keperawatan
Evaluasi Keperawatan

Sumber : P : Perawat
D : Dokter
F : Fisioterapi
G : Ahli Gigi

Keuntungan model dokumentasi SOR (Source-Oriented-Record)


adalah:
1) Menyajikan data yang berurutan dan mudah di identifikasi.
2) Memudahkan perawat melakukan cara pendokumentasian.
3) Proses pendokumentasian menjadi sederhana.

Kerugian model dokumentasi SOR (source-oriented-record)adalah:


1) Sulit untuk mencari data sebelumnya.
2) Waktu pelaksanaan asuhan keperawatan memerlukan waktu yang
banyak.
3) Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk
menentukan masalah dan intervensi yang akan diberikan kepada
klien.
4) Perkembangan klien sulit dipantau.

Tabel Diagram Pelaksanaan Pendokumentasian Keperawatan


Di ruang Seroja RS Husada Surakarta
Pendokumentasian Keperawatan
101%
100% 100% 100% 100%
100%
99%
98%
97%
96%
96%
95%
95%
94%
93%
92%
n a n si as
i s i
aj
ia os na
a ta lu ta
gk gn ca en a en
n Di
a n e m Ev m
Pe re pl ku
Pe Im Do

Series 1

Dari hasil observasi dan wawancara terhadap perawat pada tanggal 5-


10 mei 2020 didapatkan data sebesar 96% pengkajian rekam medik
pasien sudah dilengkapi sesuai SOP. Perencanaan asuhan keperawatan
95% menunjukan sudah sesuai SOP (terutama dalam hal
ketidaktepatan dalam tujuan perawatan), penetapan permecahan
masalah, menentukann tujuan keperawatan untuk mengatasi masalah
pasien. Diagnosa keperawatan 100% sudah disesuaikan dengan SOP
serta diagnosa prioritas, implementasi keperawatan, evaluasi
keperawatan dan dokumentasi keperawatan juga sudah 100% sesuai
SOP.
e. Discharge planning
Tujuan dilakukanya Discharge planning sangat baik untuk
kesembuhan dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit.
Menurut Nursalam (2011) tujuan Discharge planning antara lain
sebagai berikut :
1) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3) Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien
4) Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5) Mebantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien
Hasil observasi dan wawancara pada tanggal 5-10 Mei 2020
menunjukkan bahwa perawat telah menuliskan rencana kepulangan
pasien pada formulir pasien pulang yang berisi data pasien, nama,
alamat, pemeriksaan vital sign, diagnosa medis, keluhan, diet, aktivitas obat,
dan jadwal kontrol yang di isi ketika pasien akan pulang . Perencanaan
pulang belum ditulis di lembar khusus untuk discharge planning.
Sementara pasien pulang hanya diberi kartu kontrol serta obat pulang
tetapi tidak ada format discharge planning yang dibawa pulang.

f. Ronde keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksankan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer/ konselor, kepala ruangan, perawat
asosiet, bidan asosiet yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
(Nursalam, 2011)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bahwa kegiatan
Ronde keperawatan belum pernah dilakukan serta banyak perawat yang
belum paham mengenai hal tersebut.

g. Komunikasi efektif dan terapeutik


Pada struktur komunikasi bertujuan untuk mencapai status praktek
komunikasi yang dapat direncanakan dan dapat diterapkan pada
kelompok kerja, meliputi pelaksanaan, prinsip – prinsip asuhan
keperawatan kepada pasien, keterampilan yang baik dan dapat
membantu pelaksanaan dalam penyelesaian masalah suatu organisasi.
Komunikasi terapeutik dalam keperawatan bukan hanya sekedar
komunikasi biasa, komunikasi ini dilakukan oleh perawat untuk
membantu/ mendukung proses penyembuhan pasien.
Dari hasil observasi perawat, Perawat ruang Seroja sudah
melakukan komunikasi efektif dan terapeutik baik kepada pasien,
dokter maupun PPA(Profesional Pemberi Asuhan) lain, ini dibuktikan
dengan perawat selalu melakukan identifikasi pasien setiap kali
melakukan tindakan dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien
kemudian dicocokkan dengan gelang pasien, perawat selalu
memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan setiap kali
akan melakukan tindakan keperawatan. Setiap kali melaporkan kondisi
pasien kepada dokter, perawat selalu melakukan read back saat
mendapatkan instruksi secara lisan.

h. Cara memperkenalkan ruangan kepada pelanggan


Dari hasil observasi perawat, Perawat ruangan setelah menerima
pasien baru akan melakukan pengkajian awal keperawatan,
mengorientasikan pasien terkait jam berkunjung, jam makan, jam visite
dokter, letak nurse station, menjelaskan hak dan kewajiban pasien,
menjelaskan fasilitas yang ada dikamar dan yang ada di RS serta
mengajarkan cuci tangan kepada pasien dan keluarga sesuai SOP yang
berlaku kemudian mendokumentasikan pada form yang sudah
disediakan oleh RS.

i. Penjamin mutu
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP), pada minggu
pertama awal bulan selalu mengumpulkan laporan mutu dan selalu
melaporkan setiap kali ada kejadian baik itu KNC, KPC, KTC, KTD,
maupun sentinel . Di ruang Seroja didapatkan bahwa ada 1 orang yang
bertanggung jawab dalam bidang penjaminan mutu yaitu bapak Ns.
Mahfud D. Luffy, S. Kep.

j. SOP
Menurut Tipto Atmoko (2011) dalam teorinya mengatakan bahwa
standar operasional prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan
alat penilaian kerja instansi pemerintah berdasarkan indikator –
indikator teknis, administratif, dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur
kerja, dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan selama 1 minggu 05 – 12
Mei 2020, Ruang Seroja sudah memiliki SOP yang terkait untuk
tindakan keperawatan, namun ada beberapa SOP yang masih belum di
miliki ruangan seperti SOP Hand Over SBAR, Pre Conference, Post
Conference, Ronde Keperawatan, dan Dokumentasi Keperawatan, serta
Ruang Seroja juga belum memiliki Form formulir SBAR, ringkasan
pasien pulang, DNR, Resiko jatuh, Surveilen Hais, Form CPPT,
supervisi, Kuesioner kepuasan pasien, stiker gelang untuk alergi, stiker
gelang untuk pasien DNR dan stiker gelang untuk risiko jatuh.

Daftar Standart Operasional Prosedur (SOP)


Di Ruang Seroja RS Husada Surakarta.
Nomor Dokumen SPO
RSHS/SOP/YANKEP/008 Membantu Buang Air
Kecil (BAK) Pasien
Wanita
RSHS/SOP/YANKEP/009 Membantu Buang Air
Kecil (BAK) Pasien Pria
RSHS/SOP/YANKEP/012 Memberi Makan Melalui
Nasogastric Tube (NGT)
RSHS/SOP/YANKEP/013 Memandikan Pasien
RSHS/SOP/YANKEP/014 Melakukan Oral Higiene
RSHS/SOP/YANKEP/015 Menggatikan Linen Kotor
Dengan Pasien
RSHS/SOP/YANKEP/016 Mencuci Rambut Pasien
RSHS/SOP/YANKEP/017 Memotong Kuku
RSHS/SOP/YANKEP/024 Memasang Kateter
Menetap pada Pasien
Wanita
RSHS/SOP/YANKEP/025 Memasang Kateter
Menetap pada Pasien Pria
RSHS/SOP/YANKEP/026 Memasang Kondom
Kateter
RSHS/SOP/YANKEP/027 Menyiapkan Sampel Urine
untuk Pemeriksaan
RSHS/SOP/YANKEP/028 Irigasi Kandung Kemih
Continous
RSHS/SOP/YANKEP/029 Memberikan Oksigen
Nasal Kanul
RSHS/SOP/YANKEP/030 Menghisap Lendir Suction
RSHS/SOP/YANKEP/031 Memberikan Obat Inhalasi
RSHS/SOP/YANKEP/032 Melatih Nafas Dalam
RSHS/SOP/YANKEP/033 Melatih Batuk Efektif
RSHS/SOP/YANKEP/034 Pasang Infus
RSHS/SOP/YANKEP/035 Perawatan Kolostomi
RSHS/SOP/YANKEP/036 Memberikan Tranfusi
Darah
RSHS/SOP/YANKEP/037 Memberikan Huknah
RSHS/SOP/YANKEP/044 Memberikan Obat Oral
RSHS/SOP/YANKEP/045 Memberikan Injeksi
Intracutan
RSHS/SOP/YANKEP/046 Memberikan Injeksi
Subcutan
RSHS/SOP/YANKEP/049 Memberikan Obat
Supositoria
RSHS/SOP/YANKEP/051 Latihan ROM (Range Of
Motion) Ekstremitas Atas
RSHS/SOP/YANKEP/052 Latihan ROM (Range Of
Motion) Ekstremitas
Bawah
RSHS/SOP/YANKEP/053 Irigasi Lambung
RSHS/SOP/YANKEP/054 Alih Posisi
RSHS/SOP/YANKEP/055 Fisioterapi Dada
RSHS/SOP/YANKEP/056 Mengukur Suhu Badan
RSHS/SOP/YANKEP/057 Menghitung Nadi dan
Pernafasan
RSHS/SOP/YANKEP/058 Mengukur Tekanan Darah
RSHS/SOP/YANKEP/060 Pemasangan NGT
RSHS/SOP/YANKEP/061 Pemasangan Kasur Anti
Dekubitus
RSHS/SOP/YANKEP/063 Membimbing Relaksasi
Progresif
RSHS/SOP/YANKEP/064 Perawatan Luka dengan
Warna Dasar Merah
RSHS/SOP/YANKEP/065 Perawatan Luka dengan
Warna Dasar Hitam dan
atau Kuning
RSHS/SOP/YANKEP/066 Perawatan Luka Bakar
RSHS/SOP/YANKEP/067 Perawatan Insisi Bedah
RSHS/SOP/YANKEP/068 Pengangkatan Jahitan Luka
RSHS/SOP/YANKEP/071 Memberikan Kompres
Hangat Basah
RSHS/SOP/YANKEP/077 Pengambilan darah arteri
RSHS/SOP/YANKEP/078 Memberikan obat salep
RSHS/SOP/YANKEP/079 Memberikan obat tetes
RSHS/SOP/YANKEP/081 Perekaman EKG
RSHS/SOP/YANKEP/084 Serah terima jaga perawat
RSHS/SOP/YANKEP/085 Pemakaian countinous
suction
RSHS/SOP/YANKEP/086 Pelayanan spiritual pasien
sakaratul maut
RSHS/SOP/YANKEP/087 Merawat jenazah
RSHS/SOP/YANKEP/089 Pemakaian infus pump
RSHS/SOP/YANKEP/090 Menyiapkan sample
sputum untuk pemeriksaan
RSHS/SOP/YANKEP/091 Memasang oksigen dengan
masker
RSHS/SOP/YANKEP/093 Memberikan injeksi insulin
RSHS/SOP/YANKEP/096 Penggantian cairan infus
RSHS/SOP/YANKEP/098 Pemasangtan
Oropharingeal Tube
RSHS/SOP/YANKEP/099 Mengitung cairan masuk
dan keluar
RSHS/SOP/YANKEP/131 Assesment ulang perawat
dengan SOAP
RSHS/SOP/YANKEP/132 Tujuh bener pemberian
obat
RSHS/SOP/YANKEP/134 Melakukan kolaborasi
dengan TIM kesehatan lain
RSHS/SOP/YANKEP/136 Melakukan observasi
tanda-tanda reaksi transfusi
RSHS/SOP/YANKEP/140 Bladder training pada
pasien terpasang DC
(Douwer Cuteter)
RSHS/SOP/YANKEP/141 Guided Imagery
RSHS/SOP/YANKEP/143 Mengukur tingkat
kesadaran pasien dengan
GCS (Glasgow Coma
Scale)
RSHS/SOP/YANKEP/144 Mengukur kadar gula
darah dengan Glucometer
RSHS/SOP/YANKEP/157 Pemberian obat melalui IV
line / three way
RSHS/SOP/YANKEP/159 Identifikasi pasien
RSHS/SOP/YANKEP/164 Pelayanan ambulance
home visit untuk
mengantar pasien pulang
RSHS/SOP/YANKEP/202 Mengganti cairan infus

4. Materials
a. Denah ruangan

Kelas III

Ruang Perawat

Kelas II Kelas II Bersih NS

Kelas I Kelas I Utama Depo Kotor

Keterangan :
: Kelas III : Linen Bersih
: Kelas II : Linen Kotor
: Kelas I : Depo Obat
: Kelas Utama : Ruang Perawat
: Nurse Station

b. Komposisi ruangan
1) Ruangan Sisi Kiri
a) Kelas III
b) Kelas II Pria dan Wanita
c) Kelas I Pria dan Wanita
2) Ruangan Sisi Kanan
a) Kelas Utama
b) Nurse Station
c) Linen Bersih
d) Linen Kotor
e) Depo Obat
f) Ruang Perawat

c. Inventaris ruangan
Tabel 1.5 Daftar Peralatan Medis Ruang Seroja
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Bak Instrumen Besar 4 Baik
2 Bak Instrumen Kecil 4 Baik
3 Bengkok 4 Baik
4 EKG 1 Baik
5 Blood Warmer 2 Baik
6 Ambubag 2 Baik
7 Infuse Pump 4 Baik
8 Syringe Pump 4 Baik
9 Korentang 2 Baik
10 Manometer Digital 1 Baik
11 Meja Injeksi 2 Baik
12 Pispot 12 Baik
13 Tensimeter Air Raksa 1 Baik
14 Tensimeter Digital 1 Baik
15 Termometer Digital 4 Baik
16 Nebulizer 2 Baik
17 Stetoskop 4 Baik
18 Papan RJP 2 Baik
19 Lampu Tindakan 2 Baik
20 Gunting Tindakan 2 Baik
21 Guntig Verband 2 Baik
22 Kom Kecil 4 Baik
23 Kom Besar 4 Baik
24 Pinset Anatomis 4 Baik
25 Pinset Cirugis 4 Baik
26 Tongspatel 5 Baik
27 Trolly Kecil 3 Baik
28 Trolly Sedang 3 Baik
29 Tiang Infus 20 Baik
30 Urinal 12 Baik
31 Sputum Pot 5 Baik
32 Troli Emergency 1 Baik

Tabel 1.6 Daftar Peralatan Non Medis Ruang Seroja


No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Tempat Tidur 15 Baik
2 Kursi Pasien 24 Baik
3 Lemari Pasien 12 Baik
4 Kursi Perawat 5 Baik
5 Meja Kantor 4 Baik
6 Lemari Linen 2 Baik
7 Lemari ATK 1 Baik
8 Lemari Alkes 1 Baik
9 Komputer 3 Baik
10 Lampu Emergency 4 Baik
11 Apar 1 Baik
12 Jam Dinding 3 Baik
13 Sofa Pasien 1 Baik
14 Kulkas 3 Baik
15 AC 7 Baik
16 Tong Sampah Medis 8 Baik
17 Tong Sampah Biasa 8 Baik
18 Meja makan 14 Baik
19 bedside cabinet 14 Baik

d. Sterilisasi alat
Sterilisasi Alat di Ruang Seroja dilakukan di CSSD (Central Sterile
Supply Departemen) sebelum dikirim ke CSSD alat di cuci terlebih
dahulu. Perawat mencuci alat perawatan luka sesuai dengan jumlah
perawatan yang dilakukan

e. Fasilitas kamar pasien


1) Kelas utama terdiri dari 1 tempat tidur untuk pasien, 1 sofa bed
untuk penunggu pasien, 1 kamar mandi, 1 kulkas, 1 AC, 1 meja
makan, 1 bedside cabinet.
2) Kelas 1 masing – masing ruangan terdiri dari 2 tempat tidur, 1 kamar
mandi, 1 AC, 2 kursi, 2 bedside cabinet, 2 meja makan
3) Kelas II.A masing – masing ruangan terdiri dari 2 tempat tidur, 1
kamar mandi, 1 AC, 2 kursi, 2 meja makan, 2 bedside cabinet
4) Kelas II.B masing – masing ruangan terdiri dari 3 tempat tidur, 1
kamar mandi, 1 AC, 3 kursi, 3 meja makan, 3 bedside cabinet
5) Kelas III masing – masing ruangan terdiri dari 4 tempat tidur, 1
kamar mandi, 1 AC, 4 kursi, 4 meja makan, 4 bedside cabinet

f. Fasilitas staf
Tabel 1.7 Fasilitas Staff
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Kursi 6 Baik
2 Komputer 3 Baik
3 Pesawat Telepon 3 Baik
4 Handphone 1 Baik
5 Jam Dinding 3 Baik
6 Meja Pelayanan 1 Baik
7 Cermin 2 Baik
8 Rak Sepatu 2 Baik
9 Loker 1 Baik
10 TV 1 Baik
11 Wastafel 1 Baik
12 Meja Kantor 1 Baik
13 Meja Makan 1 Baik
14 Dispenser 1 Baik
15 Kulkas 1 Baik
16 Setiap staf 1 bulan mendapatkan cuti 1 hari cuti dan 1 periode
akan mendapatkan 1 hari ekstra libur.

5. Machine
Di Ruang Seroja RS Bunga Husada Surakarta jumlah kamar pasien
yang terdapat 4 kelas dengan perincian :
a) Seroja Utama
Kamar SO 01 yang terletak di depan Nurse Station ruang sebelah kanan
b) Seroja Kelas I
Kamar SO 02 A (Pria) dan SO 03 (Wanita) yang terletak berseberangan
pada ruangan sebelah kiri
c) Seroja Kelas II
Kamar SO 03 A (Pria) dan SO 04 (Wanita) yang terletak berseberangan
pada ruangan sebelah kiri
d) Seroja Kelas III
Kamar SO 05 di samping Seoja Kelas II pada ruangan sebelah kiri

C. PROSES
1. Planning
a. Visi, misi, tujuan dan moto
Visi Ruang Seroja RS Bunga Husada yaitu :
“Menjadikan ruangan perawatan pasien yang produktif siap
kembali ke keluarga dan masyarakat”
Visi Ruang Seroja RS Bunga Husada adalah :
1) Memberikan layanan asuhan keperawatan secara holistik
dengan menggali kemampuan positif yang dimiliki klien sesuai
standar.
2) Melibatkan sistem pendukung yang ada dengan
membudayakan kerja sama, komunikasi aktif, terapeutik
antara petugas dan keluarga.
3) Memperbaiki dan mempertahankan suasana lingkungan kerja
yang nyaman dan harmonis.
4) Meningkatkan mutu dan jumlah SDM sesuai perkembangan
ilmu keperawatan dan teknologi

Moto Ruang Seroja RS Bunga Husada adalah :


“Keselamatan, Kesembuhan, dan Kepuasan Anda Menjadi
Kebahagiaan Kami”

b. Pre conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim.
Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi preconference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim dan PJ
tim.
Dari hasil Observasi didapat hasil bahwa kepala ruang sudah
mempunyai rencana harian, seperti melaksanakan hand over dan
kegiatan pre conference. Namun, kegiatan preconference tidak
pernah dilakukan perawat yang bertugas dalam setiap shiftnya.

c. Bimbingan mahasiswa
Di Ruang Seroja terdiri dari 1 pembimbing/ CI mahasiswa.
Bimbingan mahasiswa dilakukan oleh satu preseptor untuk setiap
stase keperawatan dari 1 institusi. Bimbingan tersebut
diantaranya : orientasi, program kerja, pelayanan asuhan
keperawatan dan evaluasi.

d. Jadwal shif
Jadwal dinas dibuat 1 bulan sekali oleh kepala ruangan
kemudian disetujui oleh kepala bidang keperawatan. Jadwal dinas
dibuat dalam tiga shift yaitu pagi (07.00 – 14.00 WIB), siang
(14.00 – 21.00 WIB), dan malam (21.00 – 07.00 WIB). Kepala
ruangan hanya dinas pagi hari.

e. Rapat
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, terdapat 2
model rapat yaitu insidental dan terencana. Rapat bulanan untuk
Ruang Seroja dilakukan 1 bulan sekali yang dihadiri oleh staf
perawat yang berdinas di ruang Seroja, terakhir dilaksanakan 01
Mei 2020.

f. Rotasi pegawai
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, pegawai
yang ditempatkan di Ruang Seroja sudah permanen, karena
sebelum ditempatkan diruangan para pegawai menjalani masa
orientasi selama 6 bulan yang mewajibkan rotasi di semua ruang
perawatan lainya.

2. Organizing
a. Struktur organisasi

Kepala Ruangan
Ns. Mahfud D. Luffy, S. Kep

Wakil Kepala Ruangan


Ns. Roronoa Zarwo, S.Kep, Ners

Perawat Pelaksana
Perawat
Perawat pelaksana
pelaksana
Marshal D. Usop, S.Kep
NekoVinsmoke Santi,
Nami, Amd. Kep AMK
Christoper Choper, AMK
b. Sistem NicoBilly
RobinBrooks,
Amd.Amd.Kep
Kep
Franky Robo, Amd.Kep
Fisherman Jailani, AMK
organisasi
dan job description
Sistem organisasi yang digunakan Ruang Seroja menggunakan
metode penugasan fungsional. Metode ini menggunakan prinsip
dimana organisasi yang mendasarkan kepada keahlian. Model
pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas
dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan
tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang
dirawat di suatu ruangan.
Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi
pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu pada setiap anggota
staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi
keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misal seorang perawat
bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seseorang lain
untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur
pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan
pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada
perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang
pasien. Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer
perawat. Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pelaksana pada tindakan keperawatan.
Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria
efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan
masing – masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah.
Kepala ruang terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan
tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung
jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini
merupakan metode praktek keperawatan paling tua yang
dilaksanakan oleh perawat.
Metode ini dibagi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada
bagian tersebut secara umum :

a) Kepala ruang, tugasnya :


 Merencanakan pekerjaan.
 Membuat penugasan.
 Melakukan supervise.
 Menerima instruksi dokter.
b) Perawat Staff
 Melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien.
 Membantu supervise asuhan keperawatan.
c) Perawat Pelaksana
 Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep
sedang, pasien dalam pemulihan kesehatan dan pasien
dengan penyakit kronik dan membantu tindakan
sederhana.
d) Pembantu perawat
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri
untuk membenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun
bersih.

e) Tenaga administrasi ruangan


 Menjawab telepon.
 Menyampaikan pesan.
 Memberikan informasi.
 Mengerjakan administrasi ruangan.
 Mencatat pasien masuk dan pulang.
 Membuat permintaan laboratorium, obat-obatan,
persediaan yang diperlukan atas instruksi kepala ruang.

Diruang seroja RS Husada Surakarta tidak ada tenaga pembantu


perawat dan tenaga administrasi ruangan, sehingga semua
dilakukan oleh perawat pelaksana.

Kepala Ruang

Wakil Kepala
Ruang

Perawat Perawat
Perawat
Pemasang Pemberi
Perawatan Luka
infus obat
c. Pergantian staf
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Seroja,
sistem pergantian staff di Ruang Seroja dilakukan oleh bagian
yang mengelola SDM dengan periode waktu sesuai kebutuhan.

d. Cara meminimalisir ketidakhadiran pegawai


Cara meminimalisir ketidakhadiran pegawai di Ruang Seroja
dengan cara mengevaluasi absensi staff dari printout finger print
dengan akumulasi jam serta keterangan jam datang dan jam
pulang. Sehingga setiap pegawai yang melakukan keterlambatan
diberikan peringatan secara lisan oleh atasan masing- masing,
apabila tidak memperbaiki kehadiran absensi maka masing-
masing pegawai akan diberikan teguran secara langsung dan
pemotongan gaji, bahkan terjadi pemutusan hubungan kerja.

Tabel Diagram Kedisiplinan Pegawai


Di ruang Seroja RS Husada Surakarta

Series 1
120%
100%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Disiplin Tidak disiplin

Series 1

Dari hasil pengkajian, didapatkan bahwa 100% pegawai di ruang


seroja disiplin dalam waktu bekerja.

3. Actuacting
a. Reward
Reward dalah istilah dalam bahasa ingris yang artinya pahala
atau hadiah, tergantung dari konteks pembicaraannya. Dalam
konsep manajemen reward merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan motivasi para pegawai. Metode ini bisa
mengasiosasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan
perasaan bahagia, senang dan biasanya akan membuat mereka
melakukan ssuatu perbuatan yang baik secara berulang – ulang.
Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi
giat lagi usahanya untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi
yang telah dicapainya (Santosa, 2010)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Seroja,
bahwa kepala ruangan sudah melakukan pengawasan terhadap
kinerja perawat yang ada di Ruang Seroja, sebagai Perawat
Teladan dan mendapat kesempatan mengembangkan
kemampuanya dengan mendapatkan reward berupa promosi,
seminar maupun pelatihan diluar Rumah Sakit.
b. Punishment
Punishment sebagai bentuk reinforcment yang negatif, tetapi
kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang
pada sesorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat.
Jadi, hukuman yang dilakukan harus bersifat pedagogies, yaitu
untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik
(Santosa, 2010)
Punishment yang diberikan kepala ruangan selaku koordinator
ruangan dan sebagai pengontrol mutu pelayanan keperawatan
kepada pegawai yang melakukan pelanggaran diruangan, seperti
keterlambatan kedatangan kerja, bolos kerja, dan sebagainya.
Punishment yang diberikan berupa teguran 3x secara lisan oleh
kepala ruangan. Jika dari teguran lisan tidak ada perubahan, akan
diberikan sanksi secara tertulis, dan jika masih tidak ada perubahan
kepala ruangan akan melaporkan kepada kepala instalasi rawat
inap. Apabila pegawai ingin ijin tidak masuk kerja harus
melampirkan surat baik surat sakit atau surat keterangan tidak
masuk kerja.

c. Motivasi
Motivasi kerja pegawai adalah penghasilan pegawai yang
sesuai dengan yang diharapkan. Kepala ruang selalu memberikan
motivasi kepada pegawai ruang Seroja dengan berbagai cara dan
disetiap kesempatan agar motivasi dalam bekerja tetap tumbuh
dan terjaga

d. Wewenang kepala ruang dalam mengambil keputusan


Dalam menjalankan tugasnya kepala ruangan mempunyai
wewenang sebagai berikut:
1) Meminta informasi dan pengarahan kepada atasan
2) Memberi petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas staf
keperawatan
3) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan
tenaga keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan
diruang perawatan
4) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi
wewenang kepala ruangan
5) Menghadiri rapat berkala dengan kepala instalasi/ Kasi/
Kepala Rumah Sakit untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan
keperawatan

Diagram pelaksanaan Tugas Kepala Ruang


di ruang Seroja RS Husada Surakarta

Pelaksanaan tugas kepala ruang


80%
70%
70%

60%

50%

40%
30%
30%

20%

10%

0%
DILAKSANAKAN TIDAK DILAKSANAKAN

Series 1

Dari hasi kuesioner didapatkan data bahwa 70% tugas kepala


ruang sudah dilaksanakan.

e. Konflik dan cara mengatasi


Howard Ross mendefinisikan manajemen konflik
sebagai langkah-langkah yang diambil pelaku atau pihak

ketiga yang bertujuan untuk mengarahkan perselisihan

ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak

menghasilkan akhir berupa penyelesaian konflik, dan

mungkin atau tidak menghasilkan ketenangan, hal

positif, kreatif, bermufakat atau agresif (Muhamad R,

2014).
Menurut Stevenin dalam Handoko, terdapat lima langkah
meraih perdamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya,
lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi
kesulitan:
a). Pengenalan.
Kesenjangan antara keadaan yang ada atau yang teridentifikasi
dan bagaimana keadaan yang seharusnya.Satu-satunya yang
menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak
mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah
padahal sebenarnya tidak ada).
b). Diagnosis.
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah
diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana
berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah
utama dan bukan pada hal-hal sepele.
c). Menyepakati suatu solusi.
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang
memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di
dalamnya.Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan
atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan
cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
d). Pelaksanaan.
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian.
Namun hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu
mempengaruhi pilihan dan arah pada kelompok tertentu.
e). Evaluasi.
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian
masalah baru.Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil,
embalilah ke langkah -langkah sebelumnya dan cobalah lagi.

Hasil observasi didapatkan cara yang dilakukan kepala


ruangan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut ialah
dengan mengajak seluruh pegawai di Ruang seroja untuk
berdiskusi menyelesaikan permasalahan yang ada dan kepala
ruang selalu jadi penengah dalam memberikan solusi untuk
memecahkan konflik yang terjadi diruangan.

4. Controlling
a. Kinerja perawat
Hasil observasi ditemukan bahwa kinerja perawat di Ruang
Seroja belum optimal, meskipun penilaian kinerja perawat sudah
dilakukan secara berkala baik oleh kepala ruangan maupun
bidang keperawatan.
Hasil observasi juga ditemukan semua perawat bekerja sesuai
perannya masing – masing, pembagian kerja perawat berdasarkan
pekerjaan yang dilakukan seperti ada perawat yang bertugas
injeksi, ada yang melakukan perawatan luka sendiri dan ada yang
memberikan kolaborasi obat sendiri dan seterusnya, sehingga
profesionalisme kerja perawat belum dapat ditunjukkan secara
optimal.

b. Supervisi
Supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk
menyelesaikan tugas – tugas keperawatan. Supervisi adalah
merencanakan, mengarahakan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, dan
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan
sabar, adil, serta bijaksana.
Hasil wawancara yang dilakukan pada kepala ruangan yaitu
belum pernah dilakukan supervisi dan hanya menginduk pada
kontrol perawat oleh bidang keperawatan

D. OUTPUT
1. Pasien safety
Pasien safety merupakan satu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak pada
pelayanan kesehatan.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan di Ruang Seroja
ditemukan bahwa sebagai tindakan safety yang sudah diterapkan
adalah dengan pemberian gelang biru untuk pasien pria dan gelang
pink untuk perempuan, perawat selalu melakukan identifikasi
sebelum melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan untuk resiko
jatuh, alergi dan DNR masih belum ada. Resiko jatuh belum
dilakukan pencatat di asuhan keperawatan dan DNR dicatat di
pengkajian status pasien.

2. Perawatan Diri

Diagram Perawatan Diri Pasien


di ruang Seroja RS Husada Surakarta

Perawatan Diri Pasien


90% 84%
80%

70%

60%

50%

40%

30%

20% 16%

10%

0%
BAIK KURANG

Series 1

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data bahwa 84% pasien


perawatan dirinya baik, dan 16% perawatan dirinya kurang. Namun
kejadian ISK yang ditemukan ada 1 pasien dalam kurun waktu 2
minggu. Hal ini terjadi karena belum ada pemantauan terkait
pemasangan alat-alat invasif
3. Kepuasan pasien
Diagram Kepuasan Pasien
di ruang Seroja RS Husada Surakarta

Kepuasan Pasien
100%
80%
80%
60%
40%
20%
20%
0%
PUAS TIDAK PUAS

Series 3

Berdasarkan hasil observasi di Ruang Seroja 80% pasien


mengalami puas, dan 20% pasien mengalami tidak puas dalam
pelayanan diruang seroja RS Husada Surakarta.

4. Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu reaksi pertama yang muncul/ yang
dirasakan oleh pasien atau keluarganya disaat pasien harus dirawat
mendadak/ tanpa terencana begitu mulai masuk rumah sakit.
Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya dalam
setiap tindakan keperawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.

Diagram Kecemasan Pasien


di ruang Seroja RS Husada Surakarta

Kecemasan Pasien
100% 90%
80%
60%
40%
20% 10%
0%
TIDAK CEMAS CEMAS

Series 3

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada pasien dan


keluarga pasien di Ruang Seroja didapatkan bahwa 90% pasien tidak
mengalami kecemasan, dan 10% mengalami kecemasan. Pasien
merasa aman terhadap asuhan yang dilakukan perawat karena setiap
kali sebelum melakukan tindakan, perawat selalu menjelaskan tujuan
dan prosedur tindakan keperawatan sesuai dengan SOP.

5. Kenyamanan
Diagram Kenyamanan pasien
di ruang Seroja RS Husada Surakarta

Chart Title
80%
70% 67%
60%
50%
40%
30% 25%
20%
8%
10%
0%
NYERI NYERI NYERI
RINGAN SEDANG BERAT

Series 3

Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan sesorang yang


merasa nyaman berdasarkan presepsi masing – masing individu.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap pasien di Ruang
Seroja RS Bunga Husada Surakarta didapatkan data bahwa pasien
nyeri ringan 67%, nyeri sedang 25%, dan nyeri berat 8%.

6. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2013) pengetahuan merupakan hasil
“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Jadi pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas
pancaindra yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan,
dan indra pengecap sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui
mata dan telinga.
Diagram Pengetahuan pasien
di ruang Seroja RS Husada Surakarta
Pengetahuan Pasien
120%

100% 100% 100% 100% 100%


100%

80%

60%

40%

20%

0%
Hipertensi DM Febris DHF Thypoid

Column2

Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan data bahwa


100% pasien mengetahui tentang penyakit hipertensi, DM, Febris,
DHF, Thypoid. Semua pasien sudah merasakan jelas dengan
kondisinya karena selalu di informasikan dan selalu diedukasi setiap
perkembangan penyakitnya oleh perawat yang bertugas.
BAB III. ANALISA MASALAH
A. Identifikasi masalah
1. Analisis SWOT

PENG SUB SWOT


KAJI ITEM
AN
INPUT Man Strenght : Weakness :
1. Sudah terdapat 1. Pengembangan kinerja
struktur organisasi. staf perawat Seroja masih
2. Sudah terdapat dalam perencanaan.
tenaga keperawatan 2. Tidak ada tenaga
dengan pendidikan administrasi.
S1 Kep Ns : 2 orang.
S Kep : 1 orang.
D3 Kep : 7 orang.
SD : 1 orang.
Opportunity : Threatened :
1. Dalam Tuntutan masyarakat
pengembangan terhadap mutu pelayanan
kinerja staf dan kesehatan mulai tinggi
pegawai fungsional, sehingga perawat dan tenaga
sering diikut sertakan fungsional harus lebih
dalam seminar atau professional.
pelatihan sehingga
perawat lebih
berkompeten dalam
pelayanan kesehatan.
2. Terdapat mahasiswa
praktek untuk
membantu perawat
dalam melakukan
pelayanan kesehatan.
Money Strenght : Weakness :
1. Tenaga keperawatan 1. Tidak ada sumber
fokus untuk pemasukan untuk Ruang

memberikan asuhan Seroja karena pengaturan

kepada pasien keuangan dipegang oleh


bagian keuangan Rumah
Sakit.
2. Alur permintaan barang
untuk kebutuhan ruangan
terlalu panjang
1.

Opportunity : Threatened :
Pengajuan permintaan Dengan alur permintaan
barang dibuat 3x yang panjang memperlambat
kebutuhan setiap kelancaran pekerjaan
bulannya perawat.

Methods Strenght : Weakness :


1. Koordinasi antar 1. Hand Over tidak
bidang medis, lengkap.
perawat dan non 2. Pre conference belum
medis sudah terjalin pernah dilakukan.
dengan baik dan 3. Post Conference belum
sistematis. pernah dilakukan.
2. Alur penerimaan 4. Metode penugasan masih
pasien dari IGD dan metode fungsional.
poliklinik sudah 5. Pendokumentasian
sesuai SOP. asuhan keperawatan
3. Petugas sudah dengan metode SOR
memperkenalkan (Source-Oriented-
ruangan kepada Record) dan belum
pelanggan. terintegrasi.
4. Sudah ada yang 6. Discharge planning diisi
bertanggung jawab ketika pasien akan
untuk penjaminan pulang.
mutu. 7. Ronde keperawatan
5. Komunikasi efektif belum pernah dilakukan.
dan terpeutik sudah 8. Resiko jatuh dan DNR
dilakukan sesuai belum dilakukan
SPO pencatatan di asuhan
keperawatan pasien.
9. Belum ada penanda pada
gelang pasien terkait
Alergi, risiko jatuh dan
DNR.
10. Belum ada SOP yang
dimiliki ruang seroja
(SOP Hand over, Pre
Conference, Post
Conference, Ronde
keperawatan,
Dokumentasi
keperawatan).
11. Belum ada formulir yang
dimiliki ruang seroja
(Form SBAR, ringkasan
pasien pulang, DNR,
Resiko jatuh, Surveilen
HAiS, Form CPPT,
Supervisi, Kuesioner
kepuasan pasien).
Opportunity : Threatened :
1. Dengan adanya SOP Banyak tindakan yang belum
dan SAK yang dilakukan secara prosedur
lengkap diharapkan sedangkan masyarakat mulai
tindakan berfikir kritis.
keperawatan dapat
berjalan dengan baik.
Materials Strenght : Weakness :
1. Denah ruangan Belum ada ruang isolasi yang
mendukung standar.
kebutuhan pasien.
2. Fasilitas alat sudah
lengkap untuk
menunjang
kebutuhan pelayanan
kesehatan.
3. Sterilisasi alat sudah
di CSSD.
4. Pembuangan sampah
infeksius sudah
sesuai standart
5. Jumlah tempat tidur
terdiri dari 14 bed
Opportunity : Threatened :
1. Dengan fasilitas Kamar isolasi sudah
yang lengkap disediakan diruangan lain
diharapkan dapat
meningkatkan
pelayanan yang
optimal.
Machine Strenght : Weakness :
1. Kamar pasien laki- Belum ada ruang isolasi yang
laki dan perempuan standar.
sudah dibedakan.
Opportunity : Threatened :
1. Dengan adanya Belum terdapatnya ruang
ruangan yang isolasi di ruang seroja.
lengkap di harapkan
pasien terhindar dari
resiko infeksi.
2. Privacy pasien
terjaga.
PROS Planning Strenght : Weakness :
ES 1. Adanya visi, misi, 1. Hand over sudah
tujuan, dan moto dilakukan tetapi tidak
ruangan. lengkap.
2. Adanya penjadwalan 2. Pre conference belum
shift yang dibuat pernah dilakukan.
oleh kepala ruang. 3. Post Conference belum
3. Adanya rapat rutin pernah dilakukan
bulanan yang di 4. Metode penugasan masih
pimpin oleh kepala metode fungsional.
ruang. 5. Pendokumentasian
4. Bidang keperawatan asuhan keperawatan
dan ruang dengan metode SOR
mendukung adanya (Source-Oriented-
kegiatan ronde Record) dan belum
keperawatan. terintegrasi.
6. Form discharge planning
belum ada
7. SPO ronde keperawatan
belum ada.
8. Sosialisasi ronde
keperawatan belum
dilakukan
9. Resiko jatuh dan DNR
belum dilakukan
pencatatan di asuhan
keperawatan pasien.
10. Stiker penanda Alergi,
risiko jatuh dan DNR
belum ada
11. Belum ada SOP yang
dimiliki ruang seroja
(SOP Hand over, Pre
Conference, Post
Conference, Ronde
keperawatan,
Dokumentasi
keperawatan).
12. Belum ada formulir yang
dimiliki ruang seroja
(Form SBAR, ringkasan
pasien pulang, DNR,
Resiko jatuh, Surveilen
HAiS, Form CPPT,
Supervisi, Kuesioner
kepuasan pasien).
Opportunity : Threatened :
1. Adanya kesempatan 1. Adanya tuntutan yang
kepala ruang untuk lebih tinggi dari
mengadakan masyarakat untuk
perbaikan system mendapatkan pelayanan
manajemen keperawatan yang
khususnya professional dan bermutu.
perencanaan di 2. Meningkatkan kesadaran
dalam ruangan. masyarakat tentang
tanggung jawab dan
tanggung gugat tentang
perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan.
Organizing Strenght : Weakness :
1. Adanya struktur 1. Perawat belum
organisasi. melakukan tugas sesuai
2. Adanya uraian tugas uraian tanggungjawab
dan wewenang yang dan wewenang yang
jelas bagi masing- sudah ditentukan
masing jabatan.
3. Adanya penjadwalan
yang dibuat oleh
kepala ruang.
Opportunity : Threatened :
Perawat dapat Sering terjadi human eror
mengaplikasikan dan pada setiap tanggung jawab
melaksanakan semua dan uraian jabatan yang
tindakan keperawatan. sudah diberikan.
Actuacting Strenght : Weakness :
1. Adanya reward bagi 1. Belum ada SOP yang
perawat teladan. dimiliki ruang seroja
2. Adanya punishment (SOP Hand over, Pre
bagi perawat yang Conference, Post
melanggar aturan. Conference, Ronde
3. Adanya pembinaan keperawatan,
dan diskusi dalam Dokumentasi
ruang untuk keperawatan).
mengatasi konflik. 2. Belum ada formulir yang
dimiliki ruang seroja
(Form SBAR, ringkasan
pasien pulang, DNR,
Resiko jatuh, Surveilen
HAiS, Form CPPT,
Supervisi, Kuesioner
kepuasan pasien).
3. Belum ada pre
conference.
4. Belum ada post
conference.
5. Belum ada ronde
keperawatan.
Opportunity : Threatened :
1. Adanya kesempatan 1. Adanya tuntutan yang
dari kepala ruang lebih tinggi dari pasien
untuk mengadakan untuk mendapatkan
perbaikan system pelayanan keperawatan
manajemen yang professional.
diruangannya.
2. Adanya mahasiswa
ners yang praktik
manajemen
keperawatan untuk
meningkatkan
system manajemen
diruangan.

Controlling Strenght : Weakness :


1. Sudah ada penilaian 1. Belum ada supervise
kinerja perawat baik yang dilakukan oleh
oleh kepala ruang kepala ruang.
mauapun bidang 2. Pengawasan terhadap
keperawatan sistematika
2. Waktu pemberian pendokumentasian belum
asuhan keperawatan dilaksanakan secara
selama 24 jam. optimal.
3. Adanya supervisi 3. Ketidakseimbangan
yang dilakukan oleh jumlah perawat dengan
bidang keperawatan. pasien seingga dalam
pemberaian asuhan tidak
maksimal.
Opportunity : Threatened :
1. Adanya mahasiswa 1. Adanya tuntutan yang
ners yang praktik lebih tinggi dari
manajemen masyarakat untuk
keperawatan. mendapatkan pelayanan
2. Adanya kerja sama keperawatan yang
yang baik antara professional dan bermutu
mahasiswa yang 2. Tuntutan pasien dan
praktik dengan keluarga pasien tentang
perawat ruangan tanggung jawab dan
dalam melakukan tanggung gugat perawat
tindakan sebagai pemberi asuhan
keperawatan. keperawatan.
OUTP Strenght : Weakness :
UT 1. Keselamatan pasien 1. Ada keselamatan pasien
sudah dilakukan yang belum diterapkan di
diruang seroja, ruang seroja antara lain
diantaranya pemantauan resiko jatuh,
pemakaian gelang pernyataan pasien yang
biru pada pasien DNR, dan belum adanya
laki-laki, dan gelang stiker penanda alergi,
warna pink untuk risiko jatuh dan DNR.
pasien perempuan. 2. Belum adanya kuesionar
2. Perawat selalu kepuasan pasien.
melakukan 3. Belum ada form surveilen
identifikasi sebelum HaiS
melakukan tindakan
denganmenanyakan
nama dan tanggal
lahir
3. Perawatan hygiene
pasien baik.
4. Pasien dan keluarga
tidak mengalami
kecemasan.
5. Pasien merasa
nyaman dengan
pelayanan yang
diberikan.
6. Pasien dan keluarga
sudah mengetahui
perkembangan
penyakitnya.
Opportunity : Threatened :
Perawat sudah 1. Adanya tuntutan yang
memahami dan sudah lebih tinggi dari
menerapkan sasaran masyarakat untuk
keselamatan pasien, mendapatkan pelayanan
dengan menerapkan keperawatan yang
budaya keselamatan professional dan bermutu.
pasien akan menjamin 2. Tuntutan pasien dan
mutu pelayanan keluarga pasien tentang
keperawatan di rumah tanggung jawab dan
sakit. tanggung gugat perawat
sebagai pemberi asuhan
keperawatan.

2. Analisis data

NO Data Fokus Problem


1 Data Subyektif : Kurang tepatnya pemilihan
1. Kepala ruang mengatakan pre Metode asuhan keperawatan
conference dan post conference belum profesional yang diterapkan di
dilakukan untuk setiap shift nya. ruang Seroja RS Bunga Husada
2. Kepala ruang mengatakan ronde Surakarta (metode fungsional)
keperawatan belum pernah dilakukan.
3. Perawat mengatakan bahwa perawat
tidak melakukan operan keliling ke
pasien,
4. Kepala ruang mengatakan bahwa
penugasan keperawatan dilakukan
dengan metode fungsional.

Data Obyektif :
1. Pre conference dan post conference
belum dilakukan.
2. Ronde keperawatan belum dilakukan.
3. Hand over dilakukan tetapi belum
lengkap.
4. Kualitas operan belum maksimal.
2 Data Subyektif : Belum optimalnya penerapan 6
1. Kepala ruang mengatakan diruang sasaran keselamatan pasien.
seroja belum melakukan pemantauan
resiko jatuh.
2. Perawat mengatakan belum
mengetahui cara memantau resiko
jatuh setiap shift.
3. Perawat mengatakan bahwa ada
sebagian pasien yang dirawat di ruang
seroja beresiko jatuh terutama yang
ketergantungan agak berat.
4. Perawat mengatakan kejadian ISK
yang ditemukan 1 pasien dalam waktu
2 minggu.

Data obyektif :
1. Belum dilakukan tindakan
pemantauan resiko jatuh.
2. Belum ada tanda segitiga resiko jatuh
pada pasien.
3. Tidak ada edukasi perawat ke
keluarga pasien dan pasien tentang
resiko jatuh.
4. Tidak ada tanda gelang kuning (resiko
jatuh), gelang merah (alergi) dan
gelang ungu (DNR).
5. Belum ada pemantauan terkait
pemasangan alat invasif (surveilen
HaiS)
3 Data Subyektif : Belum optimalnya
1. Perawat mengatakan bahwa pendokumentasian asuhan
pendokumentasian asuhan keperawatan secara
keperawatan menggunakan model komprehensif.
dokumentasi Source-Oriented-Record
(setiap multidisiplin memiliki catatan
masing-masing).
2. Perawat mengatakan sudah ada
perekapan untuk 5 kasus terbesar
setiap bulannya.
3. Perawat belum mendokumentasikan
hand over dalam formulir SBAR.
4. Perawat belum mendokumentasikan
discharge planning pada formulir
discharge planning.
5. Perawat belum mendokumentasikan
risiko jatuh pada form pemantauan
risiko jatuh
6. Perawat belum mendokumentasikan
pasien DNR diform DNR

Data Obyektif :
1. Perawat di ruang seroja sudah
melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan tetapi belum maksimal.
2. Formuir pendokumentasian asuhan
keperawatan tidak terisi lengkap
(etiologi, intervensi, implementasi,
dan evaluasi).
3. Formulir SBAR belum ada.
4. Formulir Discharge planning belum
ada.
5. Formulir pemantauan risiko jatuh
belum ada
6. Formulir DNR belum ada
7. Formulir Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi (CPPT) belum ada

4 Data Subyektif : Belum optimalnya tindakan


1. Perawat mengatakan bahwa belum controlling oleh kepala ruang.
pernah dilakukan supervise oleh
kepala ruang.
2. Perawat mengatakan supervisi hanya
dilakukan oleh bidang keperawatan.
3. Perawat mengatakan mereka bekerja
sesuai kebutuhan pasien.

Data Obyektif :
1. Belum ada formulir supervise kepada
perawat.
2. Supervisi hanya dilakukan oleh
bidang keperawatan.
5 Data Subyektif : Belum optimalnya mutu
1. Kepala ruang mengatakan tidak kepuasan pasien .
pernah mengetahui kepuasan pasien.
2. Kepala ruang mengatakan bahwa
ALOS ruang Seroja adalah 5 hari.
3. Perawat mengatakan bahwa pasien
merasa nyaman dengan pelayanan di
ruang Seroja dan pasien tidak
mengalami kecemasan.

Data Obyektif :
1. Belum ada formulir kuesioner yang
mengukur kepuasan pasien
2. Pasien mengatakan nyaman dengan
pelayanan di ruang seroja RS Husada
Surakarta.
Identifikasi penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan diagram tulang ikan ( fish bone diagram ).

Man : :
Money
Materials :
Keuanganbelum
Perawat
Belum ada tanda segitiga
ruang seroja
melaksanakan
resiko jatuh.
dikelola resiko
pemantau
langsung oleh
jatuh
Belum
manajemenada RS
stiker alergi,
DNR dan risiko jatuh
Problem :
Belum ada form
Belum optimalnya
penerapan
surveilence 6HAis
sasaran
Tidak ada edukasi perawat
keselamatan pasien.
tentang resiko jatuh ke
Machine :
pasien dan keluarga
Belum ada form
Perawat belum melakukan
pemantauan resiko
pemantauan pemasangan
jatuh.
alat invasif
Identifikasi penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan diagram tulang ikan ( fish bone diagram ).

Belum ada form handover


Perawat belum Keuangan SBAR, Form CPPT, DNR,
melaksanakan ruang seroja supervisi, questioner
MAKP sesuai dikelola kepuasan pasien
regulasi langsung oleh
manajemen RS
Problem :

Belum optimalnya
penerapan Model
Belum dilakukan
Asuhan Keperawatan
handover SBAR, pre
Profesional Belum ada SPO
conference, post
handover, pre
konference, ronde
conference, post
keperawatan, survei
conference,
kepuasan pasien,
dokumentasi, ronde
supervisi keperawatan,
keperawatan
dokumentasi asuhan
belum terintegrasi
B. Prioritas Masalah
Penetapan prioritas masalah sebagai berikut:

No Masalah Aspek Yang Dinilai Total


M S Mn Nc Af
skor
1 Belum optimalnya 5 5 5 4 4 2000

penerapan 6 sasaran
keselamatan pasien
2 Kurang optimalnya 5 4 4 5 4 1600

pelaksanaan model
asuhan keperawatan
profesional di ruang
Seroja RS Bunga Husada
Surakarta.
3 Belum optimalnya 4 3 5 3 5 900

pendokumentasian
asuhan keperawatan
secara komprehensif.
4 Belum optimalnya 4 3 3 3 3 324

tindakan controlling oleh


kepala ruang.
5 Belum optimalnya mutu 3 3 3 3 3 243

kepuasan pasien .

Penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas dilakukan penghitungan


dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan. Proses
memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan pembobotan yang
memperhatikan aspek sebagai berikut:
1. Magnitude (M) / prevalensi masalah adalah apabila kecenderungan
dan seringnya terjadinya masalah (prevalensinya tinggi).
2. Severity (S) / akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang
ditimbulkan suatu masalah lebih serius.
3. Manageable (Mn) /bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada
diyakini dapat terpecahkan(menemukan jalan keluar).
4. Nursing consern (Nc) / keterlibatan perawat yaitu jika masalah
tersebut akan selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan
perawat.
5. Affordability (Af) / ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber
daya yang mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu masalah.
Rentang penilaian adalah 1 – 5, yaitu
Nilai 5 = sangat penting,
Nilai 4 = penting,
Nilai 3 = cukup penting,
Nilai 2 = kurang penting,
Nilai 1 = sangat kurang penting.
Dimana yang menjadi prioritas adalah masalah dengan jumlah
nilai/skor paling besar.
Skor akhir dirumuskan dengan cara: M x S x Mn x Nc x Af

BAB IV. PERENCANAAN


A. Perencanaan

No Masalah Rencana Tindakan


1 Belum optimalnya penerapan 6 1. Buat form pemantauan resiko
sasaran keselamatan pasien jatuh
2. Buat segitiga risiko jatuh untuk
bed pasien, stiker gelang risiko
jatuh, stiker alergi dan stiker
DNR
3. Lakukan sosialisasi cara
mengisi pemantauan resiko
jatuh.
4. Berikan segitiga resiko jatuh
dan stiker gelang resiko jatuh
pada pasien yang beresiko
jatuh.
5. Lakukan tindakan sesuai SPO
6. Buat form surveilens HaiS
7. Lakukan sosialisasi cara
pengisian dan pemantauan
pemasangan alat invasif
8. Buat form DNR dan sosialisasi
cara pengisiannya.
9. Berikan stiker gelang warna
merah untuk alergi dan stiker
gelang warna ungu untuk
pasien DNR.
2 Kurang tepatnya pemilihan Metode 1. Buat SOP hand over SBAR, pre
asuhan keperawatan profesional yang conference, post conference,
diterapkan di ruang Seroja RS Bunga dan ronde keperawatan, dan
Husada Surakarta (metode cara dokumentasi keperawatan.
fungsional) 2. Sosialisasikan SOP hand over
SBAR, pre conference, post
conference, dan ronde
keperawatan, dan cara
dokumentasi keperawatan.
3. Rubah metode penugasan
fungsional menjadi penugasan
metode TIM.
4. Lakukan pre conference dan
post conference.
5. Optimalkan simulasi ronde
keperawatan secara rutin
dengan jadwal yang teratur.

3 Belum optimalnya pendokumentasian 1. Buat form CPPT supaya catatan


asuhan keperawatan secara keperawatan terintegrasi.
komprehensif oleh perawat 2. Dokumentasikan hand over di
formulir SBAR.
3. Buat form discharge planning.
4. Sosialisasi cara pengisian form
discharge planning dan CPPT
5. Sosialisasikan asuhan
keperawatan yang benar.

4 Belum optimalnya tindakan 1. Sosialisasikan model praktik


controlling oleh kepala ruang keperawatan profesional
(MPKP) terutama peran dan
fungsi kepala ruang dalam
MPKP terutama fungsi
controling.
2. Buat form supervisi untuk
supervisi kepala ruang, katim,
dan perawat pelaksana.
3. Sosialisasikan cara pengisian
form supervisi kepala ruang,
katim, perawat pelaksana.
4. Jadwalkan kegiatan supervisi
setiap bulan minimal 2x.

5 Belum optimalnya mutu kepuasan 1. Buat kuesionar untuk kepuasan


pasien pasien dan keluarga pasien.
2. Sosialisasikan cara pengisian
kuesioner kepada pasien dan
keluarga pasien.
3. Implementasikan form
questioner kepada semua
pasien yang akan pulang
4. Rekap hasil kuesioner dalam 1
bulan untuk menentukan
kepuasan pasien dalam
menerima pelayanan di ruang
seroja rs Husada Surakarta.

B. Seleksi Alternatif Perencanaan Penyelesaian Masalah


Seleksi perencanaan penyelesaian masalah dengan membuat kriteria
matrik dengan menggunakan pembobotan CARL yaitu:
1. C (Capability) : Kemampuan melaksanakan alternatif.
2. A (Accessability) : Kemudahan dalam melaksanakan alternatif.
3. R (Readiness) : Kesiapan dalam melaksanakan alternatif.
4. L (Leverage) : Daya ungkit alternatif tersebut dalam
menyelesaikan masalah.
Rentang penilaian adalah 1 – 4, dengan ketentuan sebagai berikut:
Nilai 1 = tidak mampu
Nilai 2 = cukup mampu
Nilai 3 = mampu
Nilai 4 = sangat mampu

No Perencanaan Penyelesaian C A R L Skor


Masalah
1 Buat form pemantauan resiko jatuh 4 4 3 4 15
2 Sosialisasikan cara pengisian form 4 3 4 4 15
pemantauan resiko jatuh
3 Buat form DNR dan sosialisasikan 4 4 3 4 15
cara pengisiannya
4 Buat SOP Hand over SBAR, Pre 4 3 4 4 15
conference, post conference, ronde
keperawatan dan cara dokumentasi
keperawatan.
5 Sosialisasikan SOP Hand over 4 3 4 4 15
SBAR, Pre conference, post
conference, ronde keperawatan dan
cara dokumentasi keperawatan
6 Rubah metode penugasan 4 3 4 4 15
fungsional menjadi metode TIM
7 Lakukan pre conference dan post 4 3 4 4 15
conference.
8 Optimalkan simulasi ronde 4 3 4 4 15
keperawatan secara rutin dengan
jadwal yang teratur.
9 Buat form CPPT 4 4 3 4 15
10 Dokumentasikan hand over di 4 4 3 4 15
formulir SBAR
11 Buat form discharge planning 4 4 3 4 15
12 Sosialisasi cara pengisian form 4 3 4 4 15
discharge planning.
13 Sosialisasikan asuhan keperawatan 4 3 4 4 15
yang benar
14 Sosialisasikan model praktik 4 3 4 4 15
keperawatan profesional (MPKP)
terutama peran dan fungsi kepala
ruang dalam MPKP terutama
fungsi controling.
15 Buat form supervisi untuk 4 4 3 4 15
supervisi kepala ruang, katim,
perawata pelaksana.
16 Sosialisasikan cara pengisian form 4 3 4 4 15
supervisi kepala ruang, katim,
perawat pelaksana.
17 Jadwalkan kegiatan supervisi 4 3 4 4 15
setiap bulan minimal 2x
18 Buat kuesioner untuk kepuasan 4 4 3 4 15
pasien dan keluarga pasien
19 Buat form surveilan HAiS dan 4 4 3 4 15
sosialisasi cara pengisiannya
20 Berikan gelang warna merah untuk 3 3 4 4 14
pasien yang alergi dan gelang
warna ungu untuk pasien yang
DNR
21 Berikan gelang warna merah untuk 3 3 4 4 14
pasien yang alergi dan gelang
warna ungu untuk pasien yang
DNR
22 Rekap hasil kuesioner dalam 1 4 3 3 3 13
bulan untuk menentukan kepuasan
pasien dan keluarga pasien dalam
menerima pelayanan di ruang
seroja RS Husada Surakarta
C. Rencana Kegiatan Penyelesaian Masalah
Rencana kegiatan penyelesaian masalah dibuat dalam bentuk Plan Of Action
(POA) yang sudah disusun

Masalah Tujuan Strategi Sasaran Kegiatan Waktu Kriteria evaluasi

Belum optimalnya penerapan 6 1. Mengidentifikasi pasien 1. Buat form pemantauan Karu, Katim, 1. Membuat form Evaluasi Struktur
sasaran keselamatan pasien yang berisiko jatuh, resiko jatuh perawat pemantauan resiko Adanya pasien,keluarga
alergi dan pasien dengan 2. Buat segitiga risiko jatuh pelaksana, jatuh pasien, perawat, form
kebutuhan khusus (DNR) untuk bed pasien, stiker mahasiswa 2. Membuat segitiga pemantauan risiko jatuh,
2. Mengurangi pasien risiko gelang risiko jatuh, stiker risiko jatuh untuk bed Segitiga penanda risiko
jatuh alergi dan stiker DNR pasien, stiker gelang jatuh, stiker gelang warna
3. Menurunkan infeksi 3. Lakukan sosialisasi cara risiko jatuh, stiker kuning, merah dan ungu,
akibat pemasangan alat mengisi pemantauan alergi dan stiker DNR form surveilen HaiS
invasif resiko jatuh. 3. Melakukan sosialisasi
4. Berikan segitiga resiko cara mengisi Evaluasi Proses
jatuh dan stiker gelang pemantauan resiko Menjelaskan dan
resiko jatuh pada pasien jatuh. mendemonstrasikan cara
yang beresiko jatuh. 4. Memberikan segitiga pengisian form pemantauan
5. Lakukan tindakan sesuai resiko jatuh dan stiker risiko jatuh dan form
SPO gelang resiko jatuh surveilen HaiS, memberikan
6. Buat form surveilens HaiS pada pasien yang segitiga risiko jatuh pada bed
7. Lakukan sosialisasi cara beresiko jatuh. pasien, memberikan stiker
pengisian dan pemantauan 5. Melakukan tindakan risiko jatuh, alergi dan DNR
pemasangan alat invasif sesuai SPO
(HaiS) 6. Membuat form Evaluasi Hasil
surveilens HaiS Perawat dapat
7. Melakukan sosialisasi mendokumentasikan pada
cara pengisian dan form risiko jatuh dan
pemantauan surveilen HaiS, perawat
pemasangan alat invasif dapat melakukan
pemantauan pada pasien
yang terpasang alat invasif,
perawat dapat
mengidentifikasi dengan
jelas pasien-pasien yang
alergi, berisiko jatuh dan
pasien yang mempunyai
kebutuhan khusus (DNR)
pasien pasien dapat terhindar
dari risiko jatuh
Kurang tepatnya pemilihan Metode 1. Kegiatan handover 1. Buat SOP hand over Karu, Katim, 1. Membuat SOP hand Evaluasi Struktur
asuhan keperawatan profesional SBAR, pre conference, SBAR, pre conference, perawat over SBAR, pre Menyiapkan SOP hand over
yang diterapkan di ruang Seroja dan post conference post conference, dan pelaksana, conference, post SBAR, pre conference, post
RS Bunga Husada Surakarta dapat dilakukan di ruang mahasiswa conference, dan ronde
ronde keperawatan, dan conference, dan
(metode fungsional) Seroja setiap pergantian keperawatan, berkoordinasi
cara dokumentasi ronde keperawatan,
shift dengan bidang keperawatan
keperawatan. dan cara dokumentasi
2. Ronde keperawatan dapat dalam membuat konsep
2. Sosialisasikan SOP hand keperawatan.
diterapkan diruang MAKP metode Tim,
Seroja RS Bunga Husada
over SBAR, pre 2. Mensosialisasikan
berkoordinasi dengan bidang
Surakarta conference, post SOP hand over keparawatan dalam
3. MAKP dapat diterapkan conference, dan ronde SBAR, pre menentukan Tim ronde
dengan metode TIM keperawatan, dan cara conference, post keparawatan
4. Meningkatkan kepuasan dokumentasi conference, dan
pasien terhadap keperawatan. ronde keperawatan, Evaluasi Proses
pelayanan keperawatan 3. Rubah metode dan cara dokumentasi Pengusulan SOP hand over
5. Memberikan pelayanan SBAR, pre conference, post
penugasan fungsional keperawatan.
keperawatan yang conference, dan ronde
menjadi penugasan 3. Merubah metode
bermutu dan profesional keperawatan, dan simulasi
metode TIM. penugasan fungsional
ronde berjalan dengan baik
4. Lakukan pre conference menjadi penugasan
dan post conference. metode TIM. Evaluasi Hasil
5. Optimalkan simulasi 4. Melakukan pre Perawat dapat

ronde keperawatan conference dan post mengimplemementasikan


SOP hand over SBAR, pre
secara rutin dengan conference.
conference, post conference,
jadwal yang teratur. 5. Mengptimalkan
dan ronde keperawatan
simulasi ronde
dengan baik, MAKP metode
keperawatan secara
Tim dapat diterapkan dengan
rutin dengan jadwal baik
yang teratur
Belum optimalnya 1. Dokumentasi form 1. Buat form CPPT supaya Karu, Katim, 1. Membuat form CPPT Evaluasi Struktur
pendokumentasian asuhan Asuhan dapat dilakukan catatan keperawatan Perawat supaya catatan Adanya , form pemantauan
keperawatan secara komprehensif sesuai standar terintegrasi. pelaksana keperawatan risiko jatuh, Segitiga
oleh perawat 2. Dokumentasi Asuhan 2. Dokumentasikan hand over terintegrasi. penanda risiko jatuh, stiker
yang dilakukan oleh PPA di formulir SBAR. 2. Mendokumentasikan gelang warna kuning, merah
(Profesional Pemberi 3. Buat form discharge hand over di formulir dan ungu, form surveilen
Asuhan ) dapat planning. SBAR. HaiS
terintegasi 4. Sosialisasi cara pengisian 3. Membuat form
3 Proses Handover dapat form discharge planning discharge planning. Evaluasi Proses
dilakukan secara dan CPPT 4. Mensosialisasikan cara Menjelaskan dan
lengkap 5. Sosialisasikan asuhan pengisian form mendemonstrasikan cara
keperawatan yang benar discharge planning dan pengisian form pemantauan
CPPT risiko jatuh dan form
5. Mensosialisasikan surveilen HaiS, memberikan
asuhan keperawatan segitiga risiko jatuh pada bed
yang benar pasien, memberikan stiker
risiko jatuh, alergi dan DNR

Evaluasi Hasil
Perawat dapat
mendokumentasikan pada
form risiko jatuh dan
surveilen HaiS, perawat
dapat melakukan
pemantauan pada pasien
yang terpasang alat invasif,
perawat dapat
mengidentifikasi dengan
jelas pasien-pasien yang
alergi, berisiko jatuh dan
pasien yang mempunyai
kebutuhan khusus (DNR)
pasien pasien dapat terhindar
dari risiko jatuh
Belum optimalnya tindakan 1. Monitoring pelaksanaan 1. Sosialisasikan model Karu, katim 1. Mensosialisasikan Evaluasi Struktur
controlling oleh kepala ruang asuhan keperawatan praktik keperawatan model praktik Adanya , form supervisi,
secara profesional (MPKP) keperawatan adanya jadwal supervisi
berkesinambungan terutama peran dan fungsi profesional (MPKP)
2. Evaluasi asuhan untuk kepala ruang dalam MPKP terutama peran dan Evaluasi Proses
berbaikan mutu terutama fungsi controling. fungsi kepala ruang Menjelaskan dan
pelayanan asuhan 2. Buat form supervisi untuk dalam MPKP terutama mendemonstrasikan cara
keperawatan supervisi kepala ruang, fungsi controling. pengisian form supervisi,
katim, dan perawat 2. Membuat form menjelaskan cara melakukan
pelaksana. supervisi untuk supervisi
3. Sosialisasikan cara supervisi kepala ruang,
pengisian form supervisi katim, dan perawat Evaluasi Hasil
kepala ruang, katim, pelaksana. Kepala ruang dapat
perawat pelaksana. 3. Mensosialisasikan cara melakukan supervisi secara
4. Jadwalkan kegiatan pengisian form berkala dan dapat
supervisi setiap bulan supervisi kepala ruang, mendokumentasikan hasil
minimal 2x. katim, perawat supervisi pada form
pelaksana. supervisi yang untuk
4. Menjadwalkan selanjutnya akan dilaporkan
kegiatan supervisi kepada managemen RS
setiap bulan minimal Bunga Husada Surakarta
2x.

Belum optimalnya mutu kepuasan 1. Mengetahui tingkat 1. Buat kuesionar untuk Karu, katim, 1. Membuat kuesionar Evaluasi Struktur
pasien kepuasan pasien selama kepuasan pasien dan pasien, untuk kepuasan pasien Adanya perawat, pasien,
pasien mendapatkan keluarga pasien. keluarga dan keluarga pasien. keluarga pasien, form
asuhan keperawatan di 2. Sosialisasikan cara 2. Mensosialisasikan cara kuestioner kepuasan pasien
pasien
ruang Seroja pengisian kuesioner pengisian kuesioner
2. Evaluasi perbaikan mutu kepada pasien dan kepada pasien dan Evaluasi Proses
pelayanan keperawatan keluarga pasien. keluarga pasien. Menjelaskan dan
3. Implementasikan form 3. Mengimplementasikan mendemonstrasikan cara
questioner kepada semua form questioner kepada pengisian form kuestioner
pasien yang akan pulang semua pasien yang kepuasan pasien
4. Rekap hasil kuesioner akan pulang
dalam 1 bulan untuk 4. Merekap hasil Evaluasi Hasil
menentukan kepuasan kuesioner dalam 1 Perawat ruang Seroja yang
pasien dalam menerima bulan untuk bertugas selalu meminta
pelayanan di ruang seroja menentukan kepuasan pasien/keluaraga untuk
rs Husada Surakarta. pasien dalam menerima mengisi kuestioner kepuasan
pelayanan di ruang pasien sebelum pasien
seroja rs Husada pulang
Surakarta

BAB V. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Masalah Program Waktu Hasil Dukungan Hambatan


Belum optimalnya penerapan 6 sasaran 1. Membuat form pemantauan
keselamatan pasien resiko jatuh
2. Membuat segitiga risiko jatuh
untuk bed pasien, stiker gelang
risiko jatuh, stiker alergi dan
stiker DNR
3. Melakukan sosialisasi cara
mengisi pemantauan resiko
jatuh.
4. Memberikan segitiga resiko
jatuh dan stiker gelang resiko
jatuh pada pasien yang beresiko
jatuh.
5. Melakukan tindakan sesuai
SPO
6. Membuat form surveilens
HaiS
7. Melakukan sosialisasi cara
pengisian dan pemantauan
pemasangan alat invasive
Kurang tepatnya pemilihan Metode asuhan 1. Membuat SOP hand over
keperawatan profesional yang diterapkan di SBAR, pre conference, post
ruang Seroja RS Bunga Husada Surakarta conference, dan ronde
(metode fungsional) keperawatan, dan cara
dokumentasi keperawatan.
2. Mensosialisasikan SOP hand
over SBAR, pre conference,
post conference, dan ronde
keperawatan, dan cara
dokumentasi keperawatan.
3. Merubah metode penugasan
fungsional menjadi
penugasan metode TIM.
4. Melakukan pre conference
dan post conference.
5. Mengptimalkan simulasi
ronde keperawatan secara
rutin dengan jadwal yang
teratur
Belum optimalnya pendokumentasian asuhan 1. Membuat form CPPT supaya
keperawatan secara komprehensif oleh perawat catatan keperawatan
terintegrasi.
2. Mendokumentasikan hand over
di formulir SBAR.
3. Membuat form discharge
planning.
4. Mensosialisasikan cara
pengisian form discharge
planning dan CPPT
5. Mensosialisasikan asuhan
keperawatan yang benar
Belum optimalnya tindakan controlling oleh 1. Mensosialisasikan model
kepala ruang praktik keperawatan
profesional (MPKP) terutama
peran dan fungsi kepala ruang
dalam MPKP terutama fungsi
controling.
2. Membuat form supervisi untuk
supervisi kepala ruang, katim,
dan perawat pelaksana.
3. Mensosialisasikan cara
pengisian form supervisi kepala
ruang, katim, perawat
pelaksana.
4. Menjadwalkan kegiatan
supervisi setiap bulan minimal
2x.

Belum optimalnya mutu kepuasan pasien 1. Membuat kuesionar untuk


kepuasan pasien dan keluarga
pasien.
2. Mensosialisasikan cara
pengisian kuesioner kepada
pasien dan keluarga pasien.
3. Mengimplementasikan form
questioner kepada semua
pasien yang akan pulang
4. Merekap hasil kuesioner dalam
1 bulan untuk menentukan
kepuasan pasien dalam
menerima pelayanan di ruang
seroja rs Husada Surakarta
BAB VII.
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan
1. Ruang seroja sudah memiliki struktur organisasi dan pembagian
tanggungjawab yang jelas
2. Sudah memiliki visi, misi dan moto yang digunakan sebagai falsafah
ruangan
3. SDM, fasilitas ruangan, dan peralatan kesehatan sudah cukup lengkap
dan sudah memenuhi standar yang dibutuhkan
4. Sudah memiliki SAK 10 kasus terbanyak dan sudah memiliki SPO
meskipun belum lengkap
5. MAKP yang diterapkan menggunkan metode fungsional, handover
sudah dilakukan tetapi masih belum sesuai standar, pre conference, post
conference dan ronde keperawatan belum dilakukan
6. Pengembangan staff berkelanjutan belum dilaksanakan
7. Sistem pendokumentasian menggunakan SOR sehingga belum
terintegrasi
8. Staffmeeting sudah rutin dilakukan setiap sebulan sekali
9. Peran dan fungsi kepala ruang sudah berjalan dengan baik namun
controling terhadap mutu pelayanan keperawatan belum dilakukan,
terbukti belum adanya supervisi dari kepala ruang dan belum
dilakukannya survei kepuasan pasien
10. Penerapan sasaran keselamatan pasien belum dilakukan secara
menyeluruh
11. Pelaporan insiden keselamatan pasien sudah rutin dilakukan setiap
bulan/setiap kali ada kejadian
12. Reward dan punishment sudah diterapkan untuk semua perawat diruang
Seroja
13. Proses pelaksanaan penerimaan pasien baru dan orientasi pasien sudah
dilakukan sesuai SPO
Saran
1. Pengembangan staff berkelanjutan dalam bentuk seminar, workshop
maupun pelatihan baik inhouse training atau exhouse training
sebaiknya dapat dilakukan
2. MAKP sebaiknya dirubah dari metode fungsional menjadi metode Tim
3. Berkoordinasi dengan bidang keperawatan untuk pembuatan SPO yang
belum ada diruangan (Handover, Pre conference, post conference, rone
keperawatan)
4. Sosialisasi SPO tersebut kemudian implementasi dan lakukan
monitoring evaluasi
5. Rubah sistem pendokumentasian supaya terintegrasi dengan semua
PPA
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sutrisno. (2009). MenejemenSumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana Prenada


Media.

Sexton Al. (2014). Nursing Handovers : do we really need them? Jounar of


Nursing Management, 12.

Wendy, etal. (2009). Bedside Handover Quality Improvement Strategy to


“Transform Care at the Bedside”.

Santoso, Budi. (2010). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja


Mengajar Guru, Pengelolaan Fasilitas Pembelajaran, dan Proses
Pembelajaran terhadap Mutu Kompetensi Lulusan SMK Bidang Keahlian
Manajemen dan Bisnis di Kota Bandung. Repository: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Rusli muhammad. (2014). Sistem Penanganan Konflik. Yogyakarta: UII Press

Anda mungkin juga menyukai