MANAJEMEN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
1. Bram Surya Widi SN191025
2. Ponsianus Ratu SN191121
3. Laminten SN191084
4. Nur Qolbiatun SN191116
5. Fila Diana Nurhayati SN191055
6. Dyan Kurniasari SN191038
7. Suparmi SN191150
8. Ninik Agustina I. SN191108
9. Widaryati SN191172
10. Wiwien Astiningtyas SN191178
A. PROFIL RUANGAN
Ruangan Seroja marupakan salah satu ruang rawat inap di RS Bunga
Husada Surakarta merupakan bangsal penyakit dalam dan neurologis baik laki –
laki maupun perempuan.
Ruangan terdiri dari 4 kelas yaitu:
1. kelas utama : 1 kamar dengan kapasitas 1 bed
2. kelas I : 2 kamar dengan kapasitas @ 2 bed
3. kelas II : 2 kamar dengan kapasitas 5 bed (kelas II.A berisi 2 bed dan kelas
II.B berisi 3 bed)
4. kelas III : 1 kamar dengan kapasitas 4 bed
Total ada 6 kamar dengan kapasitas TT 14 bed.
Fasilitas masing – masing ruangan kelas utama terdiri dari 1 tempat tidur
untuk pasien, 1 sofa bed untuk penunggu pasien, 1 kamar mandi, 1 kulkas, 1 AC,
1 meja makan, 1 bedside cabinet, kelas 1 masing – masing ruangan terdiri dari 2
tempat tidur, 1 kamar mandi, 1 AC, 2 kursi, 2 bedside cabinet, 2 meja makan,
kelas II.A masing – masing ruangan terdiri dari 2 tempat tidur, 1 kamar mandi, 1
AC, 2 kursi, 2 meja makan, 2 bedside cabinet, kelas II.B masing – masing
ruangan terdiri dari 3 tempat tidur, 1 kamar mandi, 1 AC, 3 kursi, 3 meja makan,
3 bedside cabinet dan Kelas III masing – masing ruangan terdiri dari 4 tempat
tidur, 1 kamar mandi, 1 AC, 4 kursi, 4 meja makan, 4 bedside cabinet.
Terdapat beberapa ruangan yang terdapat di Ruang Seroja, komposisi
ruangan terdiri dari nurse station, ruang dokter, ruang kelas I, kelas Utama, kelas
II, kelas III, Gudang, almari linen, almari obat, sampah infeksius, safety box,
kamar mandi, tempat sampah non infeksius, handscrub 2 buah.
Ruang Seroja terletak di gedung sayap lantai 5 di sebelah utara dan timur
membentuk huruf L. Batas Ruang Seroja di sebelah Barat berbatasan dengan
Ruang Kenanga rawat inap kasus bedah. Ruang Seroja terhitung ruangan yang
baru di Rumah Sakit Bunga Husada Surakarta.
Jumlah SDM yang bertugas di ruang Seroja ada 10 orang dengan susunan
organisasi yaitu terdiri dari satu orang kepala ruangan, satu wakaru dan 8
perawat pelaksana. Jenjang Pendidikan perawat mulai dari D3 Kep hingga Ners.
Ners sejumlah 2 orang, S1 sejumlah 1 orang dan D3 Kep sejumlah 7 orang.
Tenaga cleaning service di ruang seroja terdapat 1 orang dan belum mempunyai
tenaga administrasi. Ruang Seroja belum memiliki visi misi dan tujuan sendiri.
B. INPUT
1. Man
a. Tenaga kesehatan
Dalam UU Nomor 36 tahun 2014 tentang kesehatan yang
dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan
melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dalam
undang – undang tersebut tenaga kesehatan salah satu diantaranya
adalah tenaga keperawatan yaitu perawat.
Berikut ini adalah tabel nama, jabatan, pendidikan, masa kerja,
dan tenaga lain di Ruang Seroja RS Bunga Husada Surakarta.
Tabel 1.1 Daftar Karyawan Ruang Seroja
No Nama & Jabatan Pendidikan Masa Pelatihan
NIP Terakhir Kerja
1 Mahfud D. Kepala Sarjana 10 Manajemen
Luffy Ruangan Keperawata Tahun bangsal, BHD,
14041 n + Ners Patient Safety.
K3, BTCLS.
d. Jumlah pasien
1) Jumlah pasien hari senin 05 Mei 2020 adalah 10 pasien
2) Jumlah pasien hari selasa 06 Mei 2020 adalah 10 pasien
3) Jumlah pasien hari rabu 07 Mei 2020 adalah 9 pasien
4) Jumlah pasien hari kamis 08 Mei 2020 adalah 10 pasien
5) Jumlah pasien hari jumat 09 Mei 2020 adalah 12 pasien
6) Jumlah pasien hari sabtu 10 Mei 2020 adalah 12 pasien
e. Tingkat ketergantungan pasien
Tingkat ketergantungan pasien dinilai menggunakan metode
Depkes yitu terdiri dari:
1) Asuhan keperawatan minimal
2) Asuhan keperawatan sedang
3) Asuhan keperawatan agak berat
4) Asuhan keperawatan maksimal
f. Kebutuhan perawat
Perhitungan jumlah tenaga keperawatan di Ruang Seroja menurut
Depkes (2012) adalah :
1) Jumlah Perawat yang dibutuhkan/ tersedia
A. Jumlah Pasien X Jumlah Jam Perawat Diruang/ Hari
Jam Efektif Perawat
a) Minimal : 6 X 2 jam = 12
b) Sedang : 2 X 3,08 jam = 6,16
c) Agak berat : 4 X 4,15 jam = 16,6
34,76
34,76/ 7 = 4,96
Dibulatkan menjadi 5
52+12+14X5 =1,36
286
b) Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas – tugas non
keperawatan atau non nursing jobs (kebersihan ruangan,
kebersihan alat – alat dan lain – lain) ditambah 25% dari jam
pelayanan keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan (A)+ Loss Day(B) X 25 = C
100
5 + 1,36 X 25 = 1,59
100
Kebutuhan Tenaga Keperawatan
5 + 1,36 + 1,59 = 7,95 + 1 = 8,95 dibulatkan menjadi 9
2. Money
a. Sumber pemasukan
Tidak ada sumber pemasukan untuk Ruang Seroja karena
pengaturan keuangan dipegang oleh bagian keuangan Rumah Sakit.
Ruangan hanya membuat daftar permintaan sesuai kebutuhan ruangan
dalam 1 bulan terkait peralatan ATK (Alat Tulis kantor) yang
diserahkan kebagian purchasing Rumah Sakit, kemudian bagian
purchasing akan memberikan sesuai permintaan dari ruangan tersebut.
Ruang Seroja hanya fokus pada pelayanan kepada pasien, tetapi tidak
mempunyai kewenangan dalam mengatur keuangan rumah sakit, semua
alokasi dana dan sumber pemasukan diperoleh dan diatur bagian
keuangan Rumah Sakit
b. Pengeluaran
Ruang Seroja tidak mengetahui jumlah anggaran yang dikeluarkan
oleh ruangan karena sistem pemasukan dan pengeluaran yang ada di
ruangan bersifat sentralisasi langsung ke Rumah Sakit
c. Sistem evaluasi anggaran
Ruang Seroja tidak memiliki sistem evaluasi anggaran karena
semua pemasukan dan pengeluaran yang ada dikelola langsung oleh
bagian keuangan Rumah Sakit. Ruangan hanya mendapatkan tugas
untuk menginput biaya tindakan Keperawatan, Medis, dan Obat –
obatan dan bahan habis pakai yang digunakan oleh pasien selama
pasien dirawat di ruang Seroja.
d. Kendala dalam anggaran
Tidak ada kendala dalam anggaran keuangan untuk bahan habis
pakai dan kebutuhan ruangan yang diperlukan semua apabila habis/
terjadi kerusakan pada alat kesehatan, perawat ruang Seroja akan
menghubungi pihak terkait seperti bagian maintenance, gudang farmasi
maupun logistik.
3. Methods
a. Pelaksanaan timbang terima
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sexton (2014)
pelaksanaan timbang terima dengan tatap muka langsung memiliki efek
yang sangat penting terhadap kesinambungan perawatan pasien.
Penelitian terkait juga dilakukan oleh Adam (2016) di Central Coast
Rumah Sakit Distrik California menyatakan bahwa komunikasi saat
timbang terima antar perawat merupakan hal yang sangat penting
sehingga dapat mengantisipasi bahaya keselamatan pasien di Rumah
sakit. Menurut Wendy (2016) timbang terima keperawatan yang
dilakukan secara kontinyu dapat meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan yang terstruktur dan informatif yang didukung dengan
adanya acuan berupa Standar Operasional Prosedur (SOP).
Timbang terima pasien berdasarkan SOP dilaksanakan setiap
pergantian shift. Perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dan mengkaji secara komprehensif tentang masalah keperawatan
pasien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal –
hal penting lainya yang perlu dilimpahkan.
Hasil observasi secara langsung selama 1 minggu 05 – 10 Mei
2020, didapatkan data Hand over dilakukan oleh perawat shift
sebelumnya dengan perawat shift selanjutnya (shift pagi, siang, dan
malam), waktu hand over dilakukan pada akhir kegiatan shift, tidak
semua perawat melakukan hand over, hanya sebagian perawat yang ikut
hand over, laporan yang disampaikan hanya berupa diagnose medis dan
implementasi yang sudah dilakukan, dalam penyampaian hand over
belum ada ketua tim, perawat pemberi hand over bisa dilakukan oleh
perawat siapa saja.
b. Metode penugasan
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu
kerangka kerja yang mendefinisikan 4 unsur yaitu : standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MPKP (Nursalam,
2011).
Tujuan MAKP adalah:
1) Menjaga konsistensi askep
2) Mengurangi konflik tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan
askep oleh tim keperawatan
3) Menciptakan kemandirian dalam memberikan askep
4) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan
5) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan askep bagi
setiap anggota tim keperawatan
Bentuk MAKP adalah:
1. Metode fungsional
2. Metode tim
3. Metode keperawatan primer
4. Metode kasus
5. Metode moduler
6. Managemen kasus
7. Partnership model
8. Patient care centre ( pelayanan berfokus pada pasien)
Berdasarkan hasil observasi secara langsung selama 1 minggu 05 –
10 Mei 2020, didapatkan data metode penugasan yang dilakukan di
ruangan Seroja adalah penugasan fungsional, ini terbukti dengan
pembagian kerja perawat berdasarkan pekerjaan yang dilakukan
seperti ada perawat yang bertugas injeksi, ada yang melakukan
perawatan luka sendiri dan ada yang memberikan kolaborasi obat
sendiri dan seterusnya.
Sumber : P : Perawat
D : Dokter
F : Fisioterapi
G : Ahli Gigi
Series 1
f. Ronde keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksankan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer/ konselor, kepala ruangan, perawat
asosiet, bidan asosiet yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
(Nursalam, 2011)
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bahwa kegiatan
Ronde keperawatan belum pernah dilakukan serta banyak perawat yang
belum paham mengenai hal tersebut.
i. Penjamin mutu
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP), pada minggu
pertama awal bulan selalu mengumpulkan laporan mutu dan selalu
melaporkan setiap kali ada kejadian baik itu KNC, KPC, KTC, KTD,
maupun sentinel . Di ruang Seroja didapatkan bahwa ada 1 orang yang
bertanggung jawab dalam bidang penjaminan mutu yaitu bapak Ns.
Mahfud D. Luffy, S. Kep.
j. SOP
Menurut Tipto Atmoko (2011) dalam teorinya mengatakan bahwa
standar operasional prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan
alat penilaian kerja instansi pemerintah berdasarkan indikator –
indikator teknis, administratif, dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur
kerja, dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan selama 1 minggu 05 – 12
Mei 2020, Ruang Seroja sudah memiliki SOP yang terkait untuk
tindakan keperawatan, namun ada beberapa SOP yang masih belum di
miliki ruangan seperti SOP Hand Over SBAR, Pre Conference, Post
Conference, Ronde Keperawatan, dan Dokumentasi Keperawatan, serta
Ruang Seroja juga belum memiliki Form formulir SBAR, ringkasan
pasien pulang, DNR, Resiko jatuh, Surveilen Hais, Form CPPT,
supervisi, Kuesioner kepuasan pasien, stiker gelang untuk alergi, stiker
gelang untuk pasien DNR dan stiker gelang untuk risiko jatuh.
4. Materials
a. Denah ruangan
Kelas III
Ruang Perawat
Keterangan :
: Kelas III : Linen Bersih
: Kelas II : Linen Kotor
: Kelas I : Depo Obat
: Kelas Utama : Ruang Perawat
: Nurse Station
b. Komposisi ruangan
1) Ruangan Sisi Kiri
a) Kelas III
b) Kelas II Pria dan Wanita
c) Kelas I Pria dan Wanita
2) Ruangan Sisi Kanan
a) Kelas Utama
b) Nurse Station
c) Linen Bersih
d) Linen Kotor
e) Depo Obat
f) Ruang Perawat
c. Inventaris ruangan
Tabel 1.5 Daftar Peralatan Medis Ruang Seroja
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Bak Instrumen Besar 4 Baik
2 Bak Instrumen Kecil 4 Baik
3 Bengkok 4 Baik
4 EKG 1 Baik
5 Blood Warmer 2 Baik
6 Ambubag 2 Baik
7 Infuse Pump 4 Baik
8 Syringe Pump 4 Baik
9 Korentang 2 Baik
10 Manometer Digital 1 Baik
11 Meja Injeksi 2 Baik
12 Pispot 12 Baik
13 Tensimeter Air Raksa 1 Baik
14 Tensimeter Digital 1 Baik
15 Termometer Digital 4 Baik
16 Nebulizer 2 Baik
17 Stetoskop 4 Baik
18 Papan RJP 2 Baik
19 Lampu Tindakan 2 Baik
20 Gunting Tindakan 2 Baik
21 Guntig Verband 2 Baik
22 Kom Kecil 4 Baik
23 Kom Besar 4 Baik
24 Pinset Anatomis 4 Baik
25 Pinset Cirugis 4 Baik
26 Tongspatel 5 Baik
27 Trolly Kecil 3 Baik
28 Trolly Sedang 3 Baik
29 Tiang Infus 20 Baik
30 Urinal 12 Baik
31 Sputum Pot 5 Baik
32 Troli Emergency 1 Baik
d. Sterilisasi alat
Sterilisasi Alat di Ruang Seroja dilakukan di CSSD (Central Sterile
Supply Departemen) sebelum dikirim ke CSSD alat di cuci terlebih
dahulu. Perawat mencuci alat perawatan luka sesuai dengan jumlah
perawatan yang dilakukan
f. Fasilitas staf
Tabel 1.7 Fasilitas Staff
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Kursi 6 Baik
2 Komputer 3 Baik
3 Pesawat Telepon 3 Baik
4 Handphone 1 Baik
5 Jam Dinding 3 Baik
6 Meja Pelayanan 1 Baik
7 Cermin 2 Baik
8 Rak Sepatu 2 Baik
9 Loker 1 Baik
10 TV 1 Baik
11 Wastafel 1 Baik
12 Meja Kantor 1 Baik
13 Meja Makan 1 Baik
14 Dispenser 1 Baik
15 Kulkas 1 Baik
16 Setiap staf 1 bulan mendapatkan cuti 1 hari cuti dan 1 periode
akan mendapatkan 1 hari ekstra libur.
5. Machine
Di Ruang Seroja RS Bunga Husada Surakarta jumlah kamar pasien
yang terdapat 4 kelas dengan perincian :
a) Seroja Utama
Kamar SO 01 yang terletak di depan Nurse Station ruang sebelah kanan
b) Seroja Kelas I
Kamar SO 02 A (Pria) dan SO 03 (Wanita) yang terletak berseberangan
pada ruangan sebelah kiri
c) Seroja Kelas II
Kamar SO 03 A (Pria) dan SO 04 (Wanita) yang terletak berseberangan
pada ruangan sebelah kiri
d) Seroja Kelas III
Kamar SO 05 di samping Seoja Kelas II pada ruangan sebelah kiri
C. PROSES
1. Planning
a. Visi, misi, tujuan dan moto
Visi Ruang Seroja RS Bunga Husada yaitu :
“Menjadikan ruangan perawatan pasien yang produktif siap
kembali ke keluarga dan masyarakat”
Visi Ruang Seroja RS Bunga Husada adalah :
1) Memberikan layanan asuhan keperawatan secara holistik
dengan menggali kemampuan positif yang dimiliki klien sesuai
standar.
2) Melibatkan sistem pendukung yang ada dengan
membudayakan kerja sama, komunikasi aktif, terapeutik
antara petugas dan keluarga.
3) Memperbaiki dan mempertahankan suasana lingkungan kerja
yang nyaman dan harmonis.
4) Meningkatkan mutu dan jumlah SDM sesuai perkembangan
ilmu keperawatan dan teknologi
b. Pre conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat
pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift
tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim.
Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi preconference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim dan PJ
tim.
Dari hasil Observasi didapat hasil bahwa kepala ruang sudah
mempunyai rencana harian, seperti melaksanakan hand over dan
kegiatan pre conference. Namun, kegiatan preconference tidak
pernah dilakukan perawat yang bertugas dalam setiap shiftnya.
c. Bimbingan mahasiswa
Di Ruang Seroja terdiri dari 1 pembimbing/ CI mahasiswa.
Bimbingan mahasiswa dilakukan oleh satu preseptor untuk setiap
stase keperawatan dari 1 institusi. Bimbingan tersebut
diantaranya : orientasi, program kerja, pelayanan asuhan
keperawatan dan evaluasi.
d. Jadwal shif
Jadwal dinas dibuat 1 bulan sekali oleh kepala ruangan
kemudian disetujui oleh kepala bidang keperawatan. Jadwal dinas
dibuat dalam tiga shift yaitu pagi (07.00 – 14.00 WIB), siang
(14.00 – 21.00 WIB), dan malam (21.00 – 07.00 WIB). Kepala
ruangan hanya dinas pagi hari.
e. Rapat
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, terdapat 2
model rapat yaitu insidental dan terencana. Rapat bulanan untuk
Ruang Seroja dilakukan 1 bulan sekali yang dihadiri oleh staf
perawat yang berdinas di ruang Seroja, terakhir dilaksanakan 01
Mei 2020.
f. Rotasi pegawai
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan, pegawai
yang ditempatkan di Ruang Seroja sudah permanen, karena
sebelum ditempatkan diruangan para pegawai menjalani masa
orientasi selama 6 bulan yang mewajibkan rotasi di semua ruang
perawatan lainya.
2. Organizing
a. Struktur organisasi
Kepala Ruangan
Ns. Mahfud D. Luffy, S. Kep
Perawat Pelaksana
Perawat
Perawat pelaksana
pelaksana
Marshal D. Usop, S.Kep
NekoVinsmoke Santi,
Nami, Amd. Kep AMK
Christoper Choper, AMK
b. Sistem NicoBilly
RobinBrooks,
Amd.Amd.Kep
Kep
Franky Robo, Amd.Kep
Fisherman Jailani, AMK
organisasi
dan job description
Sistem organisasi yang digunakan Ruang Seroja menggunakan
metode penugasan fungsional. Metode ini menggunakan prinsip
dimana organisasi yang mendasarkan kepada keahlian. Model
pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas
dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan
tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang
dirawat di suatu ruangan.
Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi
pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu pada setiap anggota
staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi
keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misal seorang perawat
bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seseorang lain
untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur
pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan
pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada
perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang
pasien. Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer
perawat. Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pelaksana pada tindakan keperawatan.
Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria
efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan
masing – masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah.
Kepala ruang terlebih dahulu mengidentifikasi tingkat kesulitan
tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung
jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini
merupakan metode praktek keperawatan paling tua yang
dilaksanakan oleh perawat.
Metode ini dibagi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada
bagian tersebut secara umum :
Kepala Ruang
Wakil Kepala
Ruang
Perawat Perawat
Perawat
Pemasang Pemberi
Perawatan Luka
infus obat
c. Pergantian staf
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Seroja,
sistem pergantian staff di Ruang Seroja dilakukan oleh bagian
yang mengelola SDM dengan periode waktu sesuai kebutuhan.
Series 1
120%
100%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Disiplin Tidak disiplin
Series 1
3. Actuacting
a. Reward
Reward dalah istilah dalam bahasa ingris yang artinya pahala
atau hadiah, tergantung dari konteks pembicaraannya. Dalam
konsep manajemen reward merupakan salah satu alat untuk
meningkatkan motivasi para pegawai. Metode ini bisa
mengasiosasikan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan
perasaan bahagia, senang dan biasanya akan membuat mereka
melakukan ssuatu perbuatan yang baik secara berulang – ulang.
Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi
giat lagi usahanya untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi
yang telah dicapainya (Santosa, 2010)
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang Seroja,
bahwa kepala ruangan sudah melakukan pengawasan terhadap
kinerja perawat yang ada di Ruang Seroja, sebagai Perawat
Teladan dan mendapat kesempatan mengembangkan
kemampuanya dengan mendapatkan reward berupa promosi,
seminar maupun pelatihan diluar Rumah Sakit.
b. Punishment
Punishment sebagai bentuk reinforcment yang negatif, tetapi
kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang
pada sesorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat.
Jadi, hukuman yang dilakukan harus bersifat pedagogies, yaitu
untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik
(Santosa, 2010)
Punishment yang diberikan kepala ruangan selaku koordinator
ruangan dan sebagai pengontrol mutu pelayanan keperawatan
kepada pegawai yang melakukan pelanggaran diruangan, seperti
keterlambatan kedatangan kerja, bolos kerja, dan sebagainya.
Punishment yang diberikan berupa teguran 3x secara lisan oleh
kepala ruangan. Jika dari teguran lisan tidak ada perubahan, akan
diberikan sanksi secara tertulis, dan jika masih tidak ada perubahan
kepala ruangan akan melaporkan kepada kepala instalasi rawat
inap. Apabila pegawai ingin ijin tidak masuk kerja harus
melampirkan surat baik surat sakit atau surat keterangan tidak
masuk kerja.
c. Motivasi
Motivasi kerja pegawai adalah penghasilan pegawai yang
sesuai dengan yang diharapkan. Kepala ruang selalu memberikan
motivasi kepada pegawai ruang Seroja dengan berbagai cara dan
disetiap kesempatan agar motivasi dalam bekerja tetap tumbuh
dan terjaga
60%
50%
40%
30%
30%
20%
10%
0%
DILAKSANAKAN TIDAK DILAKSANAKAN
Series 1
2014).
Menurut Stevenin dalam Handoko, terdapat lima langkah
meraih perdamaian dalam konflik. Apa pun sumber masalahnya,
lima langkah berikut ini bersifat mendasar dalam mengatasi
kesulitan:
a). Pengenalan.
Kesenjangan antara keadaan yang ada atau yang teridentifikasi
dan bagaimana keadaan yang seharusnya.Satu-satunya yang
menjadi perangkap adalah kesalahan dalam mendeteksi (tidak
mempedulikan masalah atau menganggap ada masalah
padahal sebenarnya tidak ada).
b). Diagnosis.
Inilah langkah yang terpenting. Metode yang benar dan telah
diuji mengenai siapa, apa, mengapa, dimana, dan bagaimana
berhasil dengan sempurna. Pusatkan perhatian pada masalah
utama dan bukan pada hal-hal sepele.
c). Menyepakati suatu solusi.
Kumpulkanlah masukan mengenai jalan keluar yang
memungkinkan dari orang-orang yang terlibat di
dalamnya.Saringlah penyelesaian yang tidak dapat diterapkan
atau tidak praktis. Jangan sekali-kali menyelesaikan dengan
cara yang tidak terlalu baik. Carilah yang terbaik.
d). Pelaksanaan.
Ingatlah bahwa akan selalu ada keuntungan dan kerugian.
Namun hati-hati, jangan biarkan pertimbangan ini terlalu
mempengaruhi pilihan dan arah pada kelompok tertentu.
e). Evaluasi.
Penyelesaian itu sendiri dapat melahirkan serangkaian
masalah baru.Jika penyelesaiannya tampak tidak berhasil,
embalilah ke langkah -langkah sebelumnya dan cobalah lagi.
4. Controlling
a. Kinerja perawat
Hasil observasi ditemukan bahwa kinerja perawat di Ruang
Seroja belum optimal, meskipun penilaian kinerja perawat sudah
dilakukan secara berkala baik oleh kepala ruangan maupun
bidang keperawatan.
Hasil observasi juga ditemukan semua perawat bekerja sesuai
perannya masing – masing, pembagian kerja perawat berdasarkan
pekerjaan yang dilakukan seperti ada perawat yang bertugas
injeksi, ada yang melakukan perawatan luka sendiri dan ada yang
memberikan kolaborasi obat sendiri dan seterusnya, sehingga
profesionalisme kerja perawat belum dapat ditunjukkan secara
optimal.
b. Supervisi
Supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk
menyelesaikan tugas – tugas keperawatan. Supervisi adalah
merencanakan, mengarahakan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, dan
mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan
sabar, adil, serta bijaksana.
Hasil wawancara yang dilakukan pada kepala ruangan yaitu
belum pernah dilakukan supervisi dan hanya menginduk pada
kontrol perawat oleh bidang keperawatan
D. OUTPUT
1. Pasien safety
Pasien safety merupakan satu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak pada
pelayanan kesehatan.
Dari hasil observasi yang telah dilakukan di Ruang Seroja
ditemukan bahwa sebagai tindakan safety yang sudah diterapkan
adalah dengan pemberian gelang biru untuk pasien pria dan gelang
pink untuk perempuan, perawat selalu melakukan identifikasi
sebelum melakukan tindakan keperawatan. Sedangkan untuk resiko
jatuh, alergi dan DNR masih belum ada. Resiko jatuh belum
dilakukan pencatat di asuhan keperawatan dan DNR dicatat di
pengkajian status pasien.
2. Perawatan Diri
70%
60%
50%
40%
30%
20% 16%
10%
0%
BAIK KURANG
Series 1
Kepuasan Pasien
100%
80%
80%
60%
40%
20%
20%
0%
PUAS TIDAK PUAS
Series 3
4. Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu reaksi pertama yang muncul/ yang
dirasakan oleh pasien atau keluarganya disaat pasien harus dirawat
mendadak/ tanpa terencana begitu mulai masuk rumah sakit.
Kecemasan akan terus menyertai pasien dan keluarganya dalam
setiap tindakan keperawatan terhadap penyakit yang diderita pasien.
Kecemasan Pasien
100% 90%
80%
60%
40%
20% 10%
0%
TIDAK CEMAS CEMAS
Series 3
5. Kenyamanan
Diagram Kenyamanan pasien
di ruang Seroja RS Husada Surakarta
Chart Title
80%
70% 67%
60%
50%
40%
30% 25%
20%
8%
10%
0%
NYERI NYERI NYERI
RINGAN SEDANG BERAT
Series 3
6. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2013) pengetahuan merupakan hasil
“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Jadi pengetahuan ini diperoleh dari aktivitas
pancaindra yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan,
dan indra pengecap sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui
mata dan telinga.
Diagram Pengetahuan pasien
di ruang Seroja RS Husada Surakarta
Pengetahuan Pasien
120%
80%
60%
40%
20%
0%
Hipertensi DM Febris DHF Thypoid
Column2
Opportunity : Threatened :
Pengajuan permintaan Dengan alur permintaan
barang dibuat 3x yang panjang memperlambat
kebutuhan setiap kelancaran pekerjaan
bulannya perawat.
2. Analisis data
Data Obyektif :
1. Pre conference dan post conference
belum dilakukan.
2. Ronde keperawatan belum dilakukan.
3. Hand over dilakukan tetapi belum
lengkap.
4. Kualitas operan belum maksimal.
2 Data Subyektif : Belum optimalnya penerapan 6
1. Kepala ruang mengatakan diruang sasaran keselamatan pasien.
seroja belum melakukan pemantauan
resiko jatuh.
2. Perawat mengatakan belum
mengetahui cara memantau resiko
jatuh setiap shift.
3. Perawat mengatakan bahwa ada
sebagian pasien yang dirawat di ruang
seroja beresiko jatuh terutama yang
ketergantungan agak berat.
4. Perawat mengatakan kejadian ISK
yang ditemukan 1 pasien dalam waktu
2 minggu.
Data obyektif :
1. Belum dilakukan tindakan
pemantauan resiko jatuh.
2. Belum ada tanda segitiga resiko jatuh
pada pasien.
3. Tidak ada edukasi perawat ke
keluarga pasien dan pasien tentang
resiko jatuh.
4. Tidak ada tanda gelang kuning (resiko
jatuh), gelang merah (alergi) dan
gelang ungu (DNR).
5. Belum ada pemantauan terkait
pemasangan alat invasif (surveilen
HaiS)
3 Data Subyektif : Belum optimalnya
1. Perawat mengatakan bahwa pendokumentasian asuhan
pendokumentasian asuhan keperawatan secara
keperawatan menggunakan model komprehensif.
dokumentasi Source-Oriented-Record
(setiap multidisiplin memiliki catatan
masing-masing).
2. Perawat mengatakan sudah ada
perekapan untuk 5 kasus terbesar
setiap bulannya.
3. Perawat belum mendokumentasikan
hand over dalam formulir SBAR.
4. Perawat belum mendokumentasikan
discharge planning pada formulir
discharge planning.
5. Perawat belum mendokumentasikan
risiko jatuh pada form pemantauan
risiko jatuh
6. Perawat belum mendokumentasikan
pasien DNR diform DNR
Data Obyektif :
1. Perawat di ruang seroja sudah
melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan tetapi belum maksimal.
2. Formuir pendokumentasian asuhan
keperawatan tidak terisi lengkap
(etiologi, intervensi, implementasi,
dan evaluasi).
3. Formulir SBAR belum ada.
4. Formulir Discharge planning belum
ada.
5. Formulir pemantauan risiko jatuh
belum ada
6. Formulir DNR belum ada
7. Formulir Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi (CPPT) belum ada
Data Obyektif :
1. Belum ada formulir supervise kepada
perawat.
2. Supervisi hanya dilakukan oleh
bidang keperawatan.
5 Data Subyektif : Belum optimalnya mutu
1. Kepala ruang mengatakan tidak kepuasan pasien .
pernah mengetahui kepuasan pasien.
2. Kepala ruang mengatakan bahwa
ALOS ruang Seroja adalah 5 hari.
3. Perawat mengatakan bahwa pasien
merasa nyaman dengan pelayanan di
ruang Seroja dan pasien tidak
mengalami kecemasan.
Data Obyektif :
1. Belum ada formulir kuesioner yang
mengukur kepuasan pasien
2. Pasien mengatakan nyaman dengan
pelayanan di ruang seroja RS Husada
Surakarta.
Identifikasi penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan diagram tulang ikan ( fish bone diagram ).
Man : :
Money
Materials :
Keuanganbelum
Perawat
Belum ada tanda segitiga
ruang seroja
melaksanakan
resiko jatuh.
dikelola resiko
pemantau
langsung oleh
jatuh
Belum
manajemenada RS
stiker alergi,
DNR dan risiko jatuh
Problem :
Belum ada form
Belum optimalnya
penerapan
surveilence 6HAis
sasaran
Tidak ada edukasi perawat
keselamatan pasien.
tentang resiko jatuh ke
Machine :
pasien dan keluarga
Belum ada form
Perawat belum melakukan
pemantauan resiko
pemantauan pemasangan
jatuh.
alat invasif
Identifikasi penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan diagram tulang ikan ( fish bone diagram ).
Belum optimalnya
penerapan Model
Belum dilakukan
Asuhan Keperawatan
handover SBAR, pre
Profesional Belum ada SPO
conference, post
handover, pre
konference, ronde
conference, post
keperawatan, survei
conference,
kepuasan pasien,
dokumentasi, ronde
supervisi keperawatan,
keperawatan
dokumentasi asuhan
belum terintegrasi
B. Prioritas Masalah
Penetapan prioritas masalah sebagai berikut:
penerapan 6 sasaran
keselamatan pasien
2 Kurang optimalnya 5 4 4 5 4 1600
pelaksanaan model
asuhan keperawatan
profesional di ruang
Seroja RS Bunga Husada
Surakarta.
3 Belum optimalnya 4 3 5 3 5 900
pendokumentasian
asuhan keperawatan
secara komprehensif.
4 Belum optimalnya 4 3 3 3 3 324
kepuasan pasien .
Belum optimalnya penerapan 6 1. Mengidentifikasi pasien 1. Buat form pemantauan Karu, Katim, 1. Membuat form Evaluasi Struktur
sasaran keselamatan pasien yang berisiko jatuh, resiko jatuh perawat pemantauan resiko Adanya pasien,keluarga
alergi dan pasien dengan 2. Buat segitiga risiko jatuh pelaksana, jatuh pasien, perawat, form
kebutuhan khusus (DNR) untuk bed pasien, stiker mahasiswa 2. Membuat segitiga pemantauan risiko jatuh,
2. Mengurangi pasien risiko gelang risiko jatuh, stiker risiko jatuh untuk bed Segitiga penanda risiko
jatuh alergi dan stiker DNR pasien, stiker gelang jatuh, stiker gelang warna
3. Menurunkan infeksi 3. Lakukan sosialisasi cara risiko jatuh, stiker kuning, merah dan ungu,
akibat pemasangan alat mengisi pemantauan alergi dan stiker DNR form surveilen HaiS
invasif resiko jatuh. 3. Melakukan sosialisasi
4. Berikan segitiga resiko cara mengisi Evaluasi Proses
jatuh dan stiker gelang pemantauan resiko Menjelaskan dan
resiko jatuh pada pasien jatuh. mendemonstrasikan cara
yang beresiko jatuh. 4. Memberikan segitiga pengisian form pemantauan
5. Lakukan tindakan sesuai resiko jatuh dan stiker risiko jatuh dan form
SPO gelang resiko jatuh surveilen HaiS, memberikan
6. Buat form surveilens HaiS pada pasien yang segitiga risiko jatuh pada bed
7. Lakukan sosialisasi cara beresiko jatuh. pasien, memberikan stiker
pengisian dan pemantauan 5. Melakukan tindakan risiko jatuh, alergi dan DNR
pemasangan alat invasif sesuai SPO
(HaiS) 6. Membuat form Evaluasi Hasil
surveilens HaiS Perawat dapat
7. Melakukan sosialisasi mendokumentasikan pada
cara pengisian dan form risiko jatuh dan
pemantauan surveilen HaiS, perawat
pemasangan alat invasif dapat melakukan
pemantauan pada pasien
yang terpasang alat invasif,
perawat dapat
mengidentifikasi dengan
jelas pasien-pasien yang
alergi, berisiko jatuh dan
pasien yang mempunyai
kebutuhan khusus (DNR)
pasien pasien dapat terhindar
dari risiko jatuh
Kurang tepatnya pemilihan Metode 1. Kegiatan handover 1. Buat SOP hand over Karu, Katim, 1. Membuat SOP hand Evaluasi Struktur
asuhan keperawatan profesional SBAR, pre conference, SBAR, pre conference, perawat over SBAR, pre Menyiapkan SOP hand over
yang diterapkan di ruang Seroja dan post conference post conference, dan pelaksana, conference, post SBAR, pre conference, post
RS Bunga Husada Surakarta dapat dilakukan di ruang mahasiswa conference, dan ronde
ronde keperawatan, dan conference, dan
(metode fungsional) Seroja setiap pergantian keperawatan, berkoordinasi
cara dokumentasi ronde keperawatan,
shift dengan bidang keperawatan
keperawatan. dan cara dokumentasi
2. Ronde keperawatan dapat dalam membuat konsep
2. Sosialisasikan SOP hand keperawatan.
diterapkan diruang MAKP metode Tim,
Seroja RS Bunga Husada
over SBAR, pre 2. Mensosialisasikan
berkoordinasi dengan bidang
Surakarta conference, post SOP hand over keparawatan dalam
3. MAKP dapat diterapkan conference, dan ronde SBAR, pre menentukan Tim ronde
dengan metode TIM keperawatan, dan cara conference, post keparawatan
4. Meningkatkan kepuasan dokumentasi conference, dan
pasien terhadap keperawatan. ronde keperawatan, Evaluasi Proses
pelayanan keperawatan 3. Rubah metode dan cara dokumentasi Pengusulan SOP hand over
5. Memberikan pelayanan SBAR, pre conference, post
penugasan fungsional keperawatan.
keperawatan yang conference, dan ronde
menjadi penugasan 3. Merubah metode
bermutu dan profesional keperawatan, dan simulasi
metode TIM. penugasan fungsional
ronde berjalan dengan baik
4. Lakukan pre conference menjadi penugasan
dan post conference. metode TIM. Evaluasi Hasil
5. Optimalkan simulasi 4. Melakukan pre Perawat dapat
Evaluasi Hasil
Perawat dapat
mendokumentasikan pada
form risiko jatuh dan
surveilen HaiS, perawat
dapat melakukan
pemantauan pada pasien
yang terpasang alat invasif,
perawat dapat
mengidentifikasi dengan
jelas pasien-pasien yang
alergi, berisiko jatuh dan
pasien yang mempunyai
kebutuhan khusus (DNR)
pasien pasien dapat terhindar
dari risiko jatuh
Belum optimalnya tindakan 1. Monitoring pelaksanaan 1. Sosialisasikan model Karu, katim 1. Mensosialisasikan Evaluasi Struktur
controlling oleh kepala ruang asuhan keperawatan praktik keperawatan model praktik Adanya , form supervisi,
secara profesional (MPKP) keperawatan adanya jadwal supervisi
berkesinambungan terutama peran dan fungsi profesional (MPKP)
2. Evaluasi asuhan untuk kepala ruang dalam MPKP terutama peran dan Evaluasi Proses
berbaikan mutu terutama fungsi controling. fungsi kepala ruang Menjelaskan dan
pelayanan asuhan 2. Buat form supervisi untuk dalam MPKP terutama mendemonstrasikan cara
keperawatan supervisi kepala ruang, fungsi controling. pengisian form supervisi,
katim, dan perawat 2. Membuat form menjelaskan cara melakukan
pelaksana. supervisi untuk supervisi
3. Sosialisasikan cara supervisi kepala ruang,
pengisian form supervisi katim, dan perawat Evaluasi Hasil
kepala ruang, katim, pelaksana. Kepala ruang dapat
perawat pelaksana. 3. Mensosialisasikan cara melakukan supervisi secara
4. Jadwalkan kegiatan pengisian form berkala dan dapat
supervisi setiap bulan supervisi kepala ruang, mendokumentasikan hasil
minimal 2x. katim, perawat supervisi pada form
pelaksana. supervisi yang untuk
4. Menjadwalkan selanjutnya akan dilaporkan
kegiatan supervisi kepada managemen RS
setiap bulan minimal Bunga Husada Surakarta
2x.
Belum optimalnya mutu kepuasan 1. Mengetahui tingkat 1. Buat kuesionar untuk Karu, katim, 1. Membuat kuesionar Evaluasi Struktur
pasien kepuasan pasien selama kepuasan pasien dan pasien, untuk kepuasan pasien Adanya perawat, pasien,
pasien mendapatkan keluarga pasien. keluarga dan keluarga pasien. keluarga pasien, form
asuhan keperawatan di 2. Sosialisasikan cara 2. Mensosialisasikan cara kuestioner kepuasan pasien
pasien
ruang Seroja pengisian kuesioner pengisian kuesioner
2. Evaluasi perbaikan mutu kepada pasien dan kepada pasien dan Evaluasi Proses
pelayanan keperawatan keluarga pasien. keluarga pasien. Menjelaskan dan
3. Implementasikan form 3. Mengimplementasikan mendemonstrasikan cara
questioner kepada semua form questioner kepada pengisian form kuestioner
pasien yang akan pulang semua pasien yang kepuasan pasien
4. Rekap hasil kuesioner akan pulang
dalam 1 bulan untuk 4. Merekap hasil Evaluasi Hasil
menentukan kepuasan kuesioner dalam 1 Perawat ruang Seroja yang
pasien dalam menerima bulan untuk bertugas selalu meminta
pelayanan di ruang seroja menentukan kepuasan pasien/keluaraga untuk
rs Husada Surakarta. pasien dalam menerima mengisi kuestioner kepuasan
pelayanan di ruang pasien sebelum pasien
seroja rs Husada pulang
Surakarta
Kesimpulan
1. Ruang seroja sudah memiliki struktur organisasi dan pembagian
tanggungjawab yang jelas
2. Sudah memiliki visi, misi dan moto yang digunakan sebagai falsafah
ruangan
3. SDM, fasilitas ruangan, dan peralatan kesehatan sudah cukup lengkap
dan sudah memenuhi standar yang dibutuhkan
4. Sudah memiliki SAK 10 kasus terbanyak dan sudah memiliki SPO
meskipun belum lengkap
5. MAKP yang diterapkan menggunkan metode fungsional, handover
sudah dilakukan tetapi masih belum sesuai standar, pre conference, post
conference dan ronde keperawatan belum dilakukan
6. Pengembangan staff berkelanjutan belum dilaksanakan
7. Sistem pendokumentasian menggunakan SOR sehingga belum
terintegrasi
8. Staffmeeting sudah rutin dilakukan setiap sebulan sekali
9. Peran dan fungsi kepala ruang sudah berjalan dengan baik namun
controling terhadap mutu pelayanan keperawatan belum dilakukan,
terbukti belum adanya supervisi dari kepala ruang dan belum
dilakukannya survei kepuasan pasien
10. Penerapan sasaran keselamatan pasien belum dilakukan secara
menyeluruh
11. Pelaporan insiden keselamatan pasien sudah rutin dilakukan setiap
bulan/setiap kali ada kejadian
12. Reward dan punishment sudah diterapkan untuk semua perawat diruang
Seroja
13. Proses pelaksanaan penerimaan pasien baru dan orientasi pasien sudah
dilakukan sesuai SPO
Saran
1. Pengembangan staff berkelanjutan dalam bentuk seminar, workshop
maupun pelatihan baik inhouse training atau exhouse training
sebaiknya dapat dilakukan
2. MAKP sebaiknya dirubah dari metode fungsional menjadi metode Tim
3. Berkoordinasi dengan bidang keperawatan untuk pembuatan SPO yang
belum ada diruangan (Handover, Pre conference, post conference, rone
keperawatan)
4. Sosialisasi SPO tersebut kemudian implementasi dan lakukan
monitoring evaluasi
5. Rubah sistem pendokumentasian supaya terintegrasi dengan semua
PPA
DAFTAR PUSTAKA