Makalah Tren Isu Di Gangguan Sistem Muskuloskeletal Integument, Persepsi Sensori Dan Persarafan Kelompok I-1
Makalah Tren Isu Di Gangguan Sistem Muskuloskeletal Integument, Persepsi Sensori Dan Persarafan Kelompok I-1
Disusun Oleh
Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan rahmatdan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini tentang
“Tren dan Isu Gangguan Sistem Muskuloskeletal, Integument, dan Persepsi
Sensori” hingga selesai. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.3 Tujuan.............................................................................................................. .2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 42
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Tren dan Isu?
2. Apa Tren dan Isu gangguan Muskuloskeletal?
3. Apa Tren dan Isu gangguan Integumen?
4. Apa Tren dan Isu gangguan Persepsi Sensori?
5. Apa Tren dan Isu gangguan Persarafan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahuai Definisi Tren dan Isu
2. Mengetahui Tren dan Isu gangguan Muskuloskeletal
3. Mengetahui Tren dan Isu gangguan Integumen
4. Mengetahui Tren dan Isu gangguan Persepsi Sensori
5. Mengetahui Tren dan Isu gangguan Persarafan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun
1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di
negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan (standar, bentuk praktik
keperawatan, lisensi).
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya
tujuan kesehatan “sehat untuk semua pada tahun 2020 “, maka solusi yang harus
ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan. Sistem pendidikan tinggi
keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional,
pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan
keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang
keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM
pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan sistem pelayanan perawatan professional Depertemen
Kesehatan RI saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi
praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan
professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan
untuk menjaminkepuasan konsumen/ klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan Organisasi profesi keperawatan
memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan
mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi
dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan
manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat
guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan
akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.
4
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik
secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai
professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari :
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif
2. Nilai komitmen moral Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep
altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp &
Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan
integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik. Aspek moral yang harus
menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience : Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan
keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone,
1994)
b. Fair : Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social
budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien
sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang
dimiliki.
c. Fidelity : Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin
membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang
memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual
klien.
5
pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi pengaturan
atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan,
harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran,
fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat
bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap
klien.
6
2. Penyakit yang berlangsung seumur hidup dan menyebabkan disabilitas
atau kecacatan.
Gejala tersebut dapat dirasakan pada seluruh organ muskuloskeletal, seperti leher,
bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggang, kaki, lutut, dan telapak kaki.
Keluhan gangguan muskuloskeletal dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,
seperti berjalan atau mengetik. Kemampuan gerak penderita juga menjadi
terbatas, dan penderita mengalami kesulitan dalam melakukan rutinitasnya.
7
2.2.3 Jenis-Jenis Gangguan Muskuloskeletal
Cakupan gangguan muskuloskeletal sangatlah luas. Beberapa jenis gangguan
muskuloskeletal meliputi:
1. Gangguan sendi
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang sendi dapat berupa:
a. Osteoarthritis
Osteoarthritis merupakan kondisi ketika jaringan tulang lunak yang
melindungi sendi mengalami kerusakan seiring bertambahnya usia.
b. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan
peradangan pada sendi, terutama sendi tangan, pergelangan tangan,
dan lutut.
c. Ankylosing spondylitis
Ankylosing spondylitis adalah salah satu jenis arthritis (radang sendi)
yang menyebabkan nyeri dan kaku pada tulang belakang.
d. Psoriasis arthritis
Psoriasis arthritis merupakan radang sendi yang terjadi pada pasien
dengan penyakit kulit psoriasis.
e. Penyakit asam urat (gout)
Penyakit asam urat atau gout adalah radang sendi yang disebabkan
oleh kadar asam urat berlebih di dalam darah. Sendi yang terkena
biasanya adalah sendi pada ibu jari kaki.
2. Gangguan pada tulang punggung
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang tulang punggung ditandai
dengan nyeri punggung. Nyeri punggung paling sering dirasakan pada
tulang punggung bagian bawah.
8
3. Gangguan tulang
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang tulang bisa berupa osteopenia
dan osteoporosis. Osteopenia merupakan kondisi pengeroposan tulang.
Bila sudah parah, kondisi ini akan menjadi osteoporosis. Osteopenia dan
osteoporosis dapat dibedakan dari kadar kalsium dalam tulang yang diukur
dengan pemeriksaan bone mineral density (BMD).
4. Patah tulang
Patah tulang dapat disebabkan oleh cedera atau kondisi medis lain pada
tulang.
5. Gangguan pada otot
Salah satu gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada otot adalah
sarkopenia. Sarkopenia merupakan kondisi yang ditandai dengan
hilangnya massa dan fungsi otot.
6. Gangguan pada sistem bagian tubuh
Salah satu penyakit sistemik yang dapat menyebabkan gangguan
musculoskeletal adalah lupus. Lupus merupakan penyakit autoimun, yakni
sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh pasien. Sebagai
akibatnya, peradangan dan nyeri pada banyak organ tubuh (termasuk
sistem muskuloskeletal) bisa terjadi.
9
7. Faktor risiko gangguan muskuloskeletal umumnya meliputi:
Jarang melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga
Berat badan berlebih atau obesitas
Merokok
Kurang gizi
Pengaruh penuaan
Pekerjaan
Tingkat aktivitas
Riwayat keluarga dengan gangguan musculoskeletal
10
3. Penanganan lain
Langkah penanganan gangguan muskuloskeletal lainnya bisa berupa:
a. Penggunaan splint untuk membatasi gerak sendi yang terlibat dan
membantu pemulihan
b. Terapi panas atau dingin
c. Mengurangi beban kerja dan banyak istirahat
d. Mengurangi stres dengan teknik relaksasi, seperti yoga dan meditasi
e. Akupuntur atau acupressure
f. Pemberian obat anestesi atau obat antiinflamasi nonsteroid melalui
suntikan pada area yang nyeri
g. Olahraga untuk menguatkan organ musculoskeletal
h. Olahraga peregangan musculoskeletal
i. Terapi chiropractic
Pasien Ny. N
Umur : 65 Tahun
11
Definisi dan Ringkasan
Radang sendi adalah salah satu masalah kesehatan yang memiliki banyak
variasi. Terdapat lebih dari 100 jenis radang sendi atau arthritis yang penyebab
dan perawatannya berbeda satu sama lain. Tergantung jenisnya, problem
kesehatan ini bisa menyerang siapa saja dan dapat berkembang menjadi masalah
yang lebih serius hingga mengganggu kehidupan sehari-hari.
Radang sendi, yang lebih dikenal dengan istilah arthritis dalam dunia
medis, adalah kondisi peradangan yang menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada
sendi. Kondisi ini dapat mempengaruhi satu atau lebih sendi. Masalah sendi yang
membatasi jangkauan gerakan dan berdampak pada kehidupan sosial serta
fungsional ini diketahui menyerang jutaan orang di seluruh dunia. Jika dibiarkan
tanpa perawatan memadai, peradangan ini bisa menghambat gerakan sepenuhnya.
Dari ratusan jenis arthritis , dua jenis yang paling umum adalah
osteoarthritis dan rheumatoid arthritis alias rematik. Osteoarthritis adalah penyakit
sendi degeneratif di mana rasa nyeri atau peradangan terjadi karena habisnya
tulang rawan secara bertahap. Penyakit ini menyerang orang berusia lanjut,
khususnya setelah berusia 50 tahun.
Hampir semua sendi di tubuh bisa terkena osteoarthritis. Tapi umumnya
peradangan terjadi pada sendi yang sehari-hari berfungsi menahan beban, seperti
lutut dan pinggul. Jari dan sendi lain yang pernah mengalami cedera akibat
trauma, infeksi, atau pembengkakan juga bisa terkena. Osteoarthritis muncul
secara bertahap dan pada tahap awal tak memiliki efek melemahkan yang serius,
tapi bisa mengubah bentuk dan tampilan sendi.
Adapun rematik bisa terjadi pada segala usia, sebagian besar pada usia
30-50 tahun. Populasi muda, dengan usia 12-18 tahun, juga bisa mengalami
rematik. Dibanding pada pria, prevalensi rematik pada wanita dua-tiga kali lipat
lebih tinggi. Sendi yang terkena peradangan ini akan terasa sakit, nyeri, kaku, dan
bengkak. Gejalanya bisa berkembang secara bertahap ataupun tiba-tiba. Masalah
pada kekebalan tubuh atau sistem imun berkaitan dengan jenis radang sendi ini.
12
Siapa Saja yang Berisiko Terkena Radang Sendi?
Radang sendi tak kenal usia dan jenis kelamin. Semua orang bisa mengalaminya.
Tapi ada risiko lebih tinggi pada beberapa kalangan tertentu yang memiliki faktor
risiko, misalnya:
Kelebihan berat badan atau obesitas. Makin berat seseorang, makin banyak
beban yang harus disangga pinggul, punggung, dan kaki.
Sering mengonsumsi makanan yang diproses secara berlebihan, seperti gula
dan tepung, bisa membuat berat badan meningkat dan mempengaruhi kerja
sendi.
Kerap mengetik pesan dengan telepon seluler atau memegang ponsel dalam
posisi yang sama dalam waktu lama.
Sering mengenakan sepatu berhak tinggi yang menyebabkan sendi kaki
tertekan dan ototnya kencang.
Pernah mengalami cedera. Orang yang pernah cedera lutut saat remaja tiga
kali lipat lebih mungkin terkena osteoarthritis pada lutut yang cedera itu ketika
dewasa dibanding orang yang tak pernah mengalami cedera lutut.
13
Penyebab
Karena ada banyak jenis, penyebab radang sendi pun berlainan, tergantung jenis
artritis yang dialami. Penyebab itu antara lain:
Cedera
Metabolisme abnormal
Riwayat keluarga
Infeksi
Sistem kekebalan yang terlalu aktif
14
Sinovektomi: operasi untuk mengangkat pembungkus sendi yang
meradang
Osteotomi: bedah untuk mengurangi beban pada tulang
Penggantian sendi seluruhnya
15
2.3 Tren dan Isu Ganguan Integumen
Agus Suharto, S.Kep.Ners – Perawatan luka telah mengalami perkembangan
sangat pesat terutama dalam 2 (dua) dekade terakhir, ditunjang dengan kemajuan
teknologi kesehatan. Di samping itu, isu terkini manajemen perawatan luka
berkaitan dengan perubahan profil pasien yang makin sering disertai dengan
kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik. Kondisi tersebut biasanya
memerlukan perawatan yang tepat agar proses penyembuhan bisa optimal.
Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini
ditunjang dengan makin banyaknya inovasi terbaru produk-produk perawatan
luka. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan
pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), dan keamanan (safety).
Pengertian Luka
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan.
Luka bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan, dan lama penyembuhan. Berdasarkan sifat, yaitu : abrasi, kontusio,
insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dan lain-lain.
Penyembuhan Luka
Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Penyembuhan primer (healing by primary intention).
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan
yang hilang. Biasanya terjadi setelah suatu insisi, berlangsung dari internal
ke eksternal.
2. Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention).
Sebagian jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya.
16
3. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, sering disertai infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.
Berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi akut dan kronis. Luka
dikatakan akut jika penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka
kronis adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda-tanda sembuh dalam jangka
lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses
penyembuhan berlangsung sesuai dengan proses penyembuhan normal, tetapi bisa
juga dikatakan luka kronis jika penyembuhan terlambat (delayed healing) atau
jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.
17
dan proliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat. Pada luka akut,
moisture balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines, dan
chemokines yang mempromosi pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks
jaringan luka. Jadi, luka harus dijaga kelembabannya. Lingkungan yang terlalu
lembab dapat menyebabkan maserasi tepi luka, sedangkan kondisi kurang lembab
menyebabkan kematian sel, tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks.
Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci
luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan
menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa balutan lama, debridement
jaringan nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka.
Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa pembalut luka,
sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip menjaga kelembaban luka
dengan menggunakan bahan seperti hydrogel.
Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembab, melunakkan serta
menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian
terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen
autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama 3-5 hari, sehingga tidak
sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat penggantian balutan.
Jenis modern dressing lain, yakni Ca Alginat, kandungan Ca-nya dapat membantu
menghentikan perdarahan. Kemudian ada hidroselulosa yang mampu menyerap
cairan dua kali lebih banyak dibandingkan Ca Alginat. Selanjutnya adalah
hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri, dapat
digunakan untuk balutan primer dan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing
disesuaikan dengan jenis luka. Untuk luka yang banyak eksudatnya dipilih bahan
balutan yang menyerap cairan seperti foam, sedangkan pada luka yang sudah
mulai tumbuh granulasi, diberi geluntuk membuat suasana lembab yang akan
membantu mempercepat penyembuhan luka.
Prinsip dan kaidah balutan luka (wound dressings) telah mengalami
perkembangan sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Teori yang mendasari
perawatan luka dengan suasana lembab antara lain :
18
1. Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat
dihilangkan lebih cepat oleh neutrofil dan sel endotel dalam suasana
lembab.
2. Mempercepat angiogenesis. Keadaan hipoksia pada perawatan luka
tertutup akan merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat.
3. Menurunkan risiko infeksi; kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah
jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan growth factor. Growth factor berperan pada
proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum korneum dan
angiogenesis.
5. Mempercepat pembentukan sel aktif.
19
elastomers. Indikasi : luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat
minimal. Kontraindikasi : luka terinfeksi atau luka grade III-IV.
4. Calcium Alginate
Digunakan untuk dressing primer dan masih memerlukan balutan
sekunder. Membentuk gel di atas permukaan luka; berfungsi menyerap
cairan luka yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah.
Terbuat dari rumput laut yang berubah menjadi gel jika bercampur dengan
cairan luka. Indikasi : luka dengan eksudat sedang sampai berat. Kontra
indikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering. Tersedia dalam bentuk
lembaran dan pita, mudah diangkat dan dibersihkan.
5. Foam / absorbant dressing
Balutan ini berfungsi untuk menyerap cairan luka yang jumlahnya sangat
banyak (absorbant dressing), sebagai dressing primer atau sekunder.
Terbuat dari polyurethane; non-adherent wound contact layer, highly
absorptive. Indikasi : eksudat sedang sampai berat. Kontra indikasi : luka
dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam.
6. Dressing Antimikrobial
Balutan mengandung silver 1,2% dan hydrofiber dengan spektrum luas
termasuk bakteri MRSA (Methicillin-Resistant Staphy-Lococcus Aureus).
Balutan ini digunakan untuk luka kronis dan akut yang terinfeksi atau
berisiko infeksi. Balutan antimikrobial tidak disarankan digunakan dalam
jangka waktu lama dan tidak direkomendasikan bersama cairan NaCl
0,9%.
7. Antimikrobial Hydrophobic
Terbuat dari diakylcarbamoil chloride, non-absorben, non-adhesif.
Digunakan untuk luka bereksudat sedang – banyak, luka terinfeksi, dan
memerlukan balutan sekunder.
8. Medical Collagen Sponge
Terbuat dari bahan collagen dan sponge. Digunakan untuk merangsang
percepatan pertumbuhan jaringan luka dengan eksudat minimal dan
memerlukan balutan sekunder.
20
2.3.1 Contoh Tren dan Isu Ganguan Sistem Integumen
Pasien laki-laki, Tn. T,39 th, datang ke Puskesmas Ulak Pandan dgn
keluhan luka tersayat bambu. Luka robek di pergelangan tangan.
Vulnus Laceratum adalah luka yang mengakibatkan robekan pada kulit
yang memiliki dimensi panjang, lebar, dan dalam. Itulah mengapa jenis luka ini
juga disebut luka robek atau laserasi.
Vulnus laceratum biasanya disebabkan karena terjatuh, atau terkena benda
tajam seperti pisau, pecahan kaca, dan lain-lain. Bila tidak segera diobati, luka
robek bisa menyebabkan perdarahan yang serius hingga membahayakan nyawa.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara menangani vulnus laceratum di
sini. Vulnus laceratum termasuk dalam kategori luka terbuka yang melibatkan
kerusakan jaringan di luar kulit dan juga di bawahnya. Namun, tidak seperti luka
lecet (abrasi), tidak ada kulit yang hilang. Bila vulnus laceratum menyebabkan
robekan yang tidak terlalu dalam, atau hanya di permukaan kulit saja, cara
menanganinya bisa dengan melakukan perawatan luka biasa. Namun, luka robek
yang dalam atau panjang bisa menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat,
sehingga perlu dijahit oleh dokter.
2.4.1 Pengertian
Gangguan persepsi sensori merupakan perubahan persepsi terhadap
ransangan yang bersumber dari internal (pikiran, perasaan) maupun stimulus
eksternal yang disertai denganrespon yang berkurang, berlebihan, atau terdistorsi
(SDKI, 2017).
Isu global yang saat ini tengah dibahas diberbagai kesempatan ialah terkait
COVID-19. Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh coronavirus yang baru ditemukan. Virus corona baru serupa
dengan keluarga virus yang menyebabkan SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) yang terjadi pada tahun 2013 dan sejumlah influensa biasa.
21
Mayoritas orang yang terinfeksi dengan virus COVID-19 akan mengalami
penyakit pernapasan ringan sampai sedang dan pulih tanpa memerlukan perlakuan
khusus.Orang tua dengan masalah medis yang mendasari seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih
memungkinkan untuk terkena penyakit yang lebih serius akibat terinfeksi
coronavirus.
Mayoritas orang yang terinfeksi dengan virus COVID-19 akan mengalami
penyakit pernapasan ringan sampai sedang dan pulih tanpa memerlukan perlakuan
khusus.Orang tua dengan masalah medis yang mendasari seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih
memungkinkan untuk terkena penyakit yang lebih serius akibat terinfeksi
coronavirus. Angka kejadian positif terjangkit coronavirus skala Dunia telah
mencapai 1.214.466 ribu kasus sesuai pendataanWHO pada 7 April 2020. Telah
dikonfirmasi terdapat 67.767 orang yang telah meninggal, dan tersebar di 211
negara termasuk Indonesia. Di Indonesia telah mencapai 2.491 kasus positif
terjangkit coronavirus dengan 218 kasus baru, 209 orang dinyatakan meninggal,
dan 192 orang dikabarkan sembuh.
22
Bila gejala di atas belum menunjukkan perbaikan, pengidap harus mulai
mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit. Pada waktu ini,
khususnya yang memiliki masalah kesehatan bawaan akan merasakan
gangguan pernapasan akut karena paru-paru dipenuhi cairan
d. Hari Kesepuluh
Di waktu ini kategori kasus bukan lagi ringan, namun berat bila gejala
corona bertambah parah. Pengidap akan mendapatkan perawatan di ruang
ICU
e. Hari Ketujuh belas
Pada fase ini, gejala corona akan berangsur-angsur hilang, pengidap bisa
keluar dari rumah sakit dan dinyatakan sembuh setelah 2,5 minggu
memperoleh perawatan medis secara intens
23
penyebaran virus corona ke hidung.Menurut Dr. Jonathan Overdevest, asisten
profesor rinologi dan bedah dasar tengkorak di Universitas Columbia, jawaban
pastinya tetap sulit dipahami.“Kita tahu bahwa kehilangan penciuman karena
Covid-19 lebih dari mekanisme sederhana yangterjadi pada infeksi saluran
pernapasan musiman, di mana gejala umum hidung tersumbat dan pilek
mengakibatkan aliran udara yang buruk dan berkurangnya pengiriman bau ke
daerah hidung yang bertanggung jawab pada bau,” katanya.
Studi yang terbit bulan Januari ini menganalisis data yang dilaporkan 2.581 pasien
Covid-19 di 18 rumah sakit Eropa. Para peneliti menemukan, hampir 55 persen
pasien dengan gejala Covid-19 ringan mengalami beberapa tingkat anosmia. Rata-
rata, hilangnya penciuman berlangsung sekitar 22 hari. Sementara pasien Covid-
19 dengan gejala sedang hingga berat yang mengalami anosmia sekitar 37 persen.
Sementara pasien yang sembuh dari Covid-19 berat hingga kritis melaporkan
kehilangan penciuman paling sedikit, hanya 6,9 persen. Ditanya mengapa
kehilangan penciuman mungkin lebih umum terjadi pada kasus Covid-19 ringan
daripada parah, Overdevest mengatakan sejumlah besar kasus ringan mungkin ada
hubungannya dengan itu. “Kejelasan asosiasi ini dibatasi oleh sejumlah faktor
perancu. Namun, batasan utama untuk menarik kesimpulan ini adalah bias dan
statistik,” katanya. “Di mana banyaknya kasus Covid-19 yang lebih ringan
dibandingkan dengan kasus yang parah memberikan populasi individu yang lebih
luas untuk mengalami perubahan bau.” Sebagian besar pasien dengan anosmia
sembuh Hampir 25 persen orang yang terkena anosmia mengatakan, mereka tidak
dapat memulihkan indra penciuman hingga 60 hari. “Menurut penelitian, sebagian
besar orang memulihkan indra penciumannya dalam waktu 3 minggu,” kata Dr.
Robert Glatter, seorang dokter darurat di Lenox Hill Hospital di New York.
“Tetapi 15 persen pasien Covid-19 dengan anosmia memerlukan waktu
pemulihan hingga 2 bulan, dan 5 persen pasien butuh waktu hingga 6 bulan."
Glatter menekankan, sebagian besar anosmia pada pasien Covid-19 sembuh.
24
"Namun, kita masih perlu memantau pasien yang terus kehilangan penciuman,"
katanya memperingatkan. Menurut Glatter, virus pernapasan lainnya seperti virus
flu (rhinoviruses) atau virus corona umum lainnya dapat menyebabkan hilangnya
indera penciuman dan rasa untuk sementara hingga satu minggu. Dilansir dari
Eurekalert, 19 Januari 2021, Alexander Wieck Fjaeldstad mengatakan bahwa
penting untuk menyadari gejala anosmia. Menurut Fjaeldstad yang merupakan
profesor di bidang penciuman dan pengecapan di Universitas Aarhus, rata-rata
hilangnya indra penciuman adalah 79,7 pada skala 0-100.
25
Petunjuk pemanfaatan tanaman herbal sebagai obat tradisional antara lain:
1. Ramuan 1
Bahan : Jahe merah 2 ruas ibu jari, jeruk nipis 1 buah, kayu manis 3 jari,
gula merah secukupnya, dan air 3 cangkir
Cara pembuatan : Cuci bersih semua bahan, jahe merah dicuci bersih dan
digeprek. Rebus air hingga mengeluarkan banyak uap, kecilkan api dan
rebus semua bahan yang sudah disiapkan bersama dengan gula merah
selama 15 menit. Kemudian saring dalam keadaan dingin.
Cara pemakaian : Ramuan diminum 1 kali sehari sebanyak 1½ cangkir
2. Ramuan 2
Bahan : Kunyit 1 ruas ibu jari, lengkuas 1 ruas ibu jari, jeruk nipis 1 buah,
air 3 cangkir, gula merah secukupnya.
26
Cara pembuatan : Cuci bersih semua bahan, kunyit dan lengkuas digeprek.
Kemudian rebus air hingga mendidih, kecilkan api dan masukan semua
bahan, tunggu kira-kira hingga setengahnya dan matikan, saring dalam
keadaan dingin.
Cara pemakaian : Ramuan diminum 2 kali sehari sebanyak 1½ cangkir
3. Ramuan 3
4. Ramuan 4
Bahan : Kencur 50 gram, beras 100 gram, daun pandan 3 lembar, gula aren
secukupnya, air 2300 ml.
Cara pembuatan : Sangrai beras hingga kekuningan. Haluskan beras,
kencur dan gula. Masukan ke air sampai mendidih, tambahkan pandan
kemudian disaring.
Cara pemakaian : Ramuan diminum 2 kali sehari sebanyak 1 cangkir
5. Ramuan 5
6. Ramuan 6
27
Bahan : Bawang putih tunggal (lanang) 2 butir, air hangat 1 gelas, madu
secukupnya
Cara pembuatan : Bawang putih dicuci bersih dan dimemarkan sampai
halus, kemudian campurkan kedalam air hangat dan tambahkan madu,
aduk hingga larut
Cara pemakaian : Ramuan diminum 2 kali sehari sebanyak 1 cangkir
2.5.1 Pengertian
Sistem Saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus
dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sistem tubuh yang pentng ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system
tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis.
Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami,
belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja
integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah
laku individu. Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong)
serta Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan
terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
28
Hal ini dilakukan oleh alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga,
kulit dan lidah. Dengan adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah
mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.
2. Sebagai Alat Pengendali Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat
tubuh, sehingga dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan
pengaturan oleh saraf, semua organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan
dan ritme kerja yang akurat.
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan Saraf merupakan pusat pengendali
atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi tubuh terhadap
perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau pengatur
kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada seluruh pada
seluruh alat-alat tubuh kita.
29
2. Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP (Sistem Saraf Pusat) ke
efektor.
3. Neuron konektor ditemukan seluruhnya dalam SSP (Sistem Saraf Pusat)
Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau
menyampaikan informasi ke interneuron lain.
30
b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel glia yang
bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel
ini mempunyai lapisan dengan subtansi lemak mengelilingi penonjolan
atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung myelin
4. Selaput Myelin
Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi
tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran Natrium dan Kalium melintasi
membran neuronal dengan hamper sempurna. Selubung myelin tidak kontinu
di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat celah-selah yang tidak memiliki
myelin, dinamakan nodus ranvier, Tonjolan saraf pada sumsum saraf pusat
dan tepi dapat bermielin atau tidak bermielin. Serabut saraf yang mempunyai
selubung myelin dinamakan serabut myelin dan dalam sistem saraf pusat
dinamakan massa putih (substansia Alba). Serabutserabut yang tak bermielin
terdapat pada massa kelabu (subtansia Grisea). Myelin ini berfungsi dalam
mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di sepanjang serabut yang tak
bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari nodus ke nodus
lain di sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan
konduksi saltatorik. Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi
di sebaut saraf dapat terlihat dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi
terdapat myelin disana. Pada orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan
myelin yang mengelilingi serabut saraf menjadi hilang. Sejalan dengan hal itu
31
orang tersebut mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot-otonya
dan akhirnya menjadi tidak mampu sama sekali.
32
Stroke merupakan kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya,
karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan
yang cepat dan tepat dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah
kemungkinan munculnya komplikasi.
33
3. Kolesterol tinggi.
4. Obesitas.
5. Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi
jantung, atau aritmia.
6. Sleep apnea.
7. Pernah mengalami transient ischemic attack TIA atau serangan jantung
sebelumnya.
Sementara itu, beberapa kondisi yang termasuk dalam faktor risiko lainnya
adalah:
1. Faktor keturunan.
Seseorang dengan anggota keluarga yang pernah mengalami stroke memiliki
risiko lebih tinggi mengalami penyakit yang sama.
2. Faktor usia
Semakin bertambah usia, risiko seseorang mengidap stroke juga lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
34
lebih turun dan pengidap tidak mampu tersenyum karena mulut atau mata tampak
terkulai.
Pengidap tidak mampu mengangkat salah satu lengan karena terasa lemas
atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang berada pada sisi yang sama
dengan lengan juga mengalami kelemahan.
Ucapan menjadi tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama
sekali meski pengidap terlihat sadar. Sementara itu, gejala dan tanda stroke
lainnya adalah:
1. Mual dan muntah.
2. Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan
pusing seperti berputar (vertigo).
3. Mengalami penurunan kesadaran.
4. Sulit menelan (disfagia) sehingga mengakibatkan tersedak.
5. Mengalami gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
6. Mengalami hilang penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.
35
Kemudian, dokter juga akan merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan
penunjang seperti:
1. Pemeriksaan darah
Tes ini dilakukan untuk mengecek ada atau tidaknya infeksi, kadar gula
darah, risiko pembekuan darah, dan mengetahui keseimbangan elektrolit
dalam darah.
2. CT scan
Untuk mengetahui kondisi otak lebih detail. Selain itu, CT scan juga
membantu dokter mengetahui ada atau tidaknya tumor atau perdarahan pada
otak
3. MRI
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran otak pengidap secara
lebih mendetail. Tes ini juga bisa membantu dokter menemukan jaringan pada
otak yang mengalami kerusakan karena perdarahan atau stroke iskemik.
4. Elektrokardiografi
Pemeriksaan yang dilakukan guna mengetahui aktivitas listrik pada organ
jantung. Tes ini dapat membantu dokter menemukan kelainan detak jantung,
adanya indikasi penyakit jantung koroner yang bisa terjadi bersama penyakit
stroke.
5. Ekokardiografi
Pemeriksaan dilakukan guna mendeteksi sumber gumpalan pada jantung
sekaligus mengecek fungsi dari pompa jantung. Sebab, gumpalan dapat
bergeser dari pembuluh darah jantung ke bagian otak yang memicu terjadinya
stroke.
6. USG doppler karotis
Pemeriksaan dilakukan dengan memanfaatkan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar aliran darah, di dalam pembuluh arteri karotis di leher
secara lebih mendetail. Tujuannya yaitu mendeteksi adanya plak atau
penumpukan lemak dan keadaan di dalam aliran darah tersebut.
36
Pengobatan Stroke
1. Pengobatan stroke iskemik
Penanganan awal akan berfokus untuk menjaga jalan napas, mengontrol
tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
2. Pengobatan stroke hemoragik
Sementara pada kasus stroke hemoragik, pengobatan awal bertujuan untuk
mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa
bentuk pengobatan yang dilakukan, antara lain konsumsi obat-obatan dan
operasi.
3. Pengobatan TIA
Pengobatan TIA bertujuan untuk menurunkan faktor risiko yang dapat
memicu timbulnya stroke, sehingga penyakit jantung dapat dicegah. Dalam
beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi karotis diperlukan jika
terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.
Pencegahan Stroke
Cara utama mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Berbagai
tindakan pencegahan stroke, antara lain:
1. Menjaga pola makan
2. Rutin berolahraga
3. Berhenti merokok
4. Hindari konsumsi minuman beralkohol
5. Hindari penggunaan NAPZA
BAB III
PENUTUP
2.5 Kesimpulan
37
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara
terus menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga
pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup
masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan
tersebut.
Tren adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren juga dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan
masyarakat. Tren adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.
Issue Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari
kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya.
2.6 Saran
Diharapkan pada Mahasiswa PSIK Bina Husada Palembang dapat
mengetahui Trend an Isu keperawatan dan dapat memberikan pengetahuan
tersebut pada masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
38
Kane D. Chronic Wound Healing and Chronic Wound Management. In : Krasner
D, Rodeheaver, Editors. Health Management Publications; 1990.
Wayne PA, Flanagan. Managing Chronic Wound Pain In Primary Care. Practice
Nursing; 2006; 31:12.
Theoret CL. Clinical Techniques In Equine Practice. 3rd ed. 2004. Chapter 2,
Update On Wound Repair; p.110-22.
Halodoc.31 Agustus 2022. Ini 6 Cara Penanganan Vulnus Laceratum atau Luka
Robek. Diakses pada 19 Oktober 2023,dari : https://www.halodoc.com/artikel/ini-
6-cara-penanganan-vulnus-laceratum-atau-luka-robek
39
PrimarayaHospital. 5 November 2021.Radang Sendi: Penyebab dan Cara
Mengatasinya.19Oktober 2023,dari: https://primayahospital.com/ortopedi/radang-
sendi/
Detikhealth.17 Oktober 2023. Riset Sebut Kasus Stroke Bakal Naik Drastis
Beberapa Tahun ke Depan, Ini Gegaranya. 19 Oktober 2023, dari:
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6986081/riset-sebut-kasus-stroke-
bakal-naik-drastis-beberapa-tahun-ke-depan-ini-gegaranya.
40