Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

“TREN ISU DI GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL,


INTEGUMENT, PERSEPSI SENSORI DAN PERSARAFAN”

Disusun Oleh

EFFLIN HARTI 23142019033.P


RESTI NARULITA 23142019039.P
SHEILA HAIZALLATI 23142019016.P

STIKES BINA HUSADA


PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan rahmatdan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah ini tentang
“Tren dan Isu Gangguan Sistem Muskuloskeletal, Integument, dan Persepsi
Sensori” hingga selesai. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 18 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... ..2

1.3 Tujuan.............................................................................................................. .2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Definisi Tren dan Isu....................................................................................... .6

2.2 Tren dan Isu Gangguan Muskuloskeletal..........................................................6

2.3 Tren dan Isu Gangguan Integumen..................................................................16

2.4 Tren dan Isu Gangguan Persepsi Sensori........................................................21

2.5 Tren dan Isu Gangguan Persarafan …….........................................................28

BAB III PENUTUP............................................................................................. .41

3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 42

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara
terus menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga
pemenuhan dan metodekeperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup
masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan
tersebut. Keperawatan menetapkan diri dari ilmu sosial bidang lain karena
focus asuhan keperawatan bidang lain meluas.
Tren dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah
peserta keperawatan yang menerima Pendidikan keperawatan, baik peserta
didik dari D3 keperawatan, S1 keperawatan atau kesehatan masayrakat
sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2. Tren praktik keperawatan
meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan
sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan
meluasnya fokus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai
profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi : pendidikan, teori,
pelayanan, otonomi, dan kode etik.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan
keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan
kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan pre klinik maupun klinik.
Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk
peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap
saat.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Tren dan Isu?
2. Apa Tren dan Isu gangguan Muskuloskeletal?
3. Apa Tren dan Isu gangguan Integumen?
4. Apa Tren dan Isu gangguan Persepsi Sensori?
5. Apa Tren dan Isu gangguan Persarafan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahuai Definisi Tren dan Isu
2. Mengetahui Tren dan Isu gangguan Muskuloskeletal
3. Mengetahui Tren dan Isu gangguan Integumen
4. Mengetahui Tren dan Isu gangguan Persepsi Sensori
5. Mengetahui Tren dan Isu gangguan Persarafan

2
BAB II
PEMBAHASAN

Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era


globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak
tenaga professional keluardan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi
suatu masa transisi/ pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola
kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju.
Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspekkehidupan
masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisasi,
pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik
yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat
bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup
yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan
kesempatan untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan
pendapatan dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan
menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan
kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu
dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi
bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standar global
internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/ keperawatan, memiliki
kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap
aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan
IPTEK. Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di
Indonesia masih belum menggembirakan, banyak faktor yang dapat menyebabkan
masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :

3
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun
1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di
negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan (standar, bentuk praktik
keperawatan, lisensi).

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya
tujuan kesehatan “sehat untuk semua pada tahun 2020 “, maka solusi yang harus
ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan. Sistem pendidikan tinggi
keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional,
pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan
keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang
keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM
pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan sistem pelayanan perawatan professional Depertemen
Kesehatan RI saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi
praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan
professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan
untuk menjaminkepuasan konsumen/ klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan Organisasi profesi keperawatan
memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan
mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi
dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan
manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat
guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan
akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.

4
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik
secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai
professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari :
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif
2. Nilai komitmen moral Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep
altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp &
Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan
integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik. Aspek moral yang harus
menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience : Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan
keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone,
1994)
b. Fair : Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social
budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien
sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang
dimiliki.
c. Fidelity : Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin
membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang
memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual
klien.

3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat


Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan
secaramandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri
sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka.
Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung
jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiri begitu pula sebagai

5
pengatur dan penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi pengaturan
atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi profesi keperawatan,
harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran,
fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat
bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap
klien.

2.1.2 Definisi Issue


Definisi Issue Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari
kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issue adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya.

2.2 Tren dan Isu Gangguan Muskuloskeletal


Keluhan pada sistem muskuloskeletal telah menjadi tren penyakit terbaru
berkaitan dengan pekerjaan di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun
negara industry (Chung, 2013). Keluhan muskuloskeletal atau Musculoskeletal
Disorder (MSDs) bersifat kronis, disebabkan adanya kerusakan pada tendon, otot,
ligament, sendi, saraf, kartilago, atau spinal disc biasanya menimbulkan rasa tidak
nyaman, nyeri, gatal dan pelemahan fungsi. Keluhan ini dipicu oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah faktor pekerjaan contohnya peregangan otot berlebih,
postur kerja yang tidak alamiah, gerakan repetitif, dan lingkungan seperti getaran,
tekanan dan mikroklimat (Tarwaka, 2013).

2.2.1 Pengertian Gangguan muskuloskeletal


Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi medis yang ditandai dengan masalah
pada otot, tulang, dan sendi. Tingkat keparahannya bervariasi dan bisa meliputi:
1. Gangguan yang terjadi secara tiba-tiba dengan penyembuhannya yang
cepat, misalnya keseleo atau patah tulang

6
2. Penyakit yang berlangsung seumur hidup dan menyebabkan disabilitas
atau kecacatan.

Gangguan muskuloskeletal merupakan kondisi medis yang umum dijumpai.


Risiko kemunculannya akan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada beberapa
kasus, gangguan muskuloskeletal dapat menimbulkan rasa nyeri yang
mengganggu aktivitas sehari-hari penderita. Kondisi ini juga bisa dirasakan pada
semua area tubuh, seperti leher, bahu, punggung, pinggang, tangan, dan kaki.

2.2.2 Tanda dan Gejala


Gejala gangguan muskuloskeletal dapat berupa:
1. Nyeri berulang atau tidak kunjung membaik
2. Nyeri yang terasa tumpul
3. Kaku sendi
4. Pembengkakan
5. Gangguan Tidur
6. Sendi yang tampak kemerahan
7. Kesemutan
8. Kelemahan

Gejala tersebut dapat dirasakan pada seluruh organ muskuloskeletal, seperti leher,
bahu, pergelangan tangan, punggung, pinggang, kaki, lutut, dan telapak kaki.
Keluhan gangguan muskuloskeletal dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,
seperti berjalan atau mengetik. Kemampuan gerak penderita juga menjadi
terbatas, dan penderita mengalami kesulitan dalam melakukan rutinitasnya.

7
2.2.3 Jenis-Jenis Gangguan Muskuloskeletal
Cakupan gangguan muskuloskeletal sangatlah luas. Beberapa jenis gangguan
muskuloskeletal meliputi:
1. Gangguan sendi
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang sendi dapat berupa:
a. Osteoarthritis
Osteoarthritis merupakan kondisi ketika jaringan tulang lunak yang
melindungi sendi mengalami kerusakan seiring bertambahnya usia.
b. Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan
peradangan pada sendi, terutama sendi tangan, pergelangan tangan,
dan lutut.
c. Ankylosing spondylitis
Ankylosing spondylitis adalah salah satu jenis arthritis (radang sendi)
yang menyebabkan nyeri dan kaku pada tulang belakang.
d. Psoriasis arthritis
Psoriasis arthritis merupakan radang sendi yang terjadi pada pasien
dengan penyakit kulit psoriasis.
e. Penyakit asam urat (gout)
Penyakit asam urat atau gout adalah radang sendi yang disebabkan
oleh kadar asam urat berlebih di dalam darah. Sendi yang terkena
biasanya adalah sendi pada ibu jari kaki.
2. Gangguan pada tulang punggung
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang tulang punggung ditandai
dengan nyeri punggung. Nyeri punggung paling sering dirasakan pada
tulang punggung bagian bawah.

8
3. Gangguan tulang
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang tulang bisa berupa osteopenia
dan osteoporosis. Osteopenia merupakan kondisi pengeroposan tulang.
Bila sudah parah, kondisi ini akan menjadi osteoporosis. Osteopenia dan
osteoporosis dapat dibedakan dari kadar kalsium dalam tulang yang diukur
dengan pemeriksaan bone mineral density (BMD).
4. Patah tulang
Patah tulang dapat disebabkan oleh cedera atau kondisi medis lain pada
tulang.
5. Gangguan pada otot
Salah satu gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada otot adalah
sarkopenia. Sarkopenia merupakan kondisi yang ditandai dengan
hilangnya massa dan fungsi otot.
6. Gangguan pada sistem bagian tubuh
Salah satu penyakit sistemik yang dapat menyebabkan gangguan
musculoskeletal adalah lupus. Lupus merupakan penyakit autoimun, yakni
sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh pasien. Sebagai
akibatnya, peradangan dan nyeri pada banyak organ tubuh (termasuk
sistem muskuloskeletal) bisa terjadi.

2.2.4 Penyebab Gangguan Muskuloskeletal


Beberapa aktivitas atau kondisi yang dapat menjadi penyebab gangguan
musculoskeletal meliputi:
1. Melakukan gerakan yang sama berulang kali
2. Aktivitas yang berlebihan, seperti mengangkat beban yang terlalu berat
3. Postur tubuh yang buruk saat bekerja atau di sekolah
4. Duduk di depan komputer dalam posisi yang sama setiap hari
5. Cedera, misalnya karena kecelakaan dan terjatuh
6. Kejang yang parah dan menyebabkan patah tulang, sendi geser, atau
kerusakan langsung pada otot

9
7. Faktor risiko gangguan muskuloskeletal umumnya meliputi:
 Jarang melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga
 Berat badan berlebih atau obesitas
 Merokok
 Kurang gizi
 Pengaruh penuaan
 Pekerjaan
 Tingkat aktivitas
 Riwayat keluarga dengan gangguan musculoskeletal

2.2.5 Cara Mengobati Gangguan Muskuloskeletal


Cara mengobati gangguan muskuloskeletal tergantung pada penyebab yang
mendasarinya dan tingkat keparahan gejala yang dialami oleh pasien. Terapi juga
tergantung pada lokasi terjadinya gangguan ini, baik di tulang, otot, ligamen
(jaringan penghubung antartulang), maupun tendon (jaringan penghubung otot
dan tulang). Beberapa penanganan gangguan muskuloskeletal meliputi:
1. Olahraga dan obat-obatan
Untuk mengatasi rasa nyeri hilang dan timbul, dokter akan menyarankan
olahraga intensitas sedang. Dokter juga bisa memberikan obat pereda rasa
nyeri (analgesik), seperti ibuprofen atau paracetamol. Bagi penderita
dengan gejala gangguan muskuloskeletal yang lebih berat, dokter dapat
meresepkan obat untuk mengurangi radang dan nyeri.
2. Terapi fisik
Pada beberapa kasus, dokter juga bisa merekomendasi fisioterapi, terapi
okupasi, atau keduanya. Terapi-terapi ini dapat membantu pasien dalam
mengatasi rasa nyeri yang dialami, menjaga kekuatan dan rentang gerak,
serta menyesuaikan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan
gangguan muskuloskeletal.

10
3. Penanganan lain
Langkah penanganan gangguan muskuloskeletal lainnya bisa berupa:
a. Penggunaan splint untuk membatasi gerak sendi yang terlibat dan
membantu pemulihan
b. Terapi panas atau dingin
c. Mengurangi beban kerja dan banyak istirahat
d. Mengurangi stres dengan teknik relaksasi, seperti yoga dan meditasi
e. Akupuntur atau acupressure
f. Pemberian obat anestesi atau obat antiinflamasi nonsteroid melalui
suntikan pada area yang nyeri
g. Olahraga untuk menguatkan organ musculoskeletal
h. Olahraga peregangan musculoskeletal
i. Terapi chiropractic

2.2.6 Contoh Tren dan Isu Gangguan Muskuloskeletal


Contoh tren isu gangguan musculoskeletal :

Pasien Ny. N

Umur : 65 Tahun

Alamat : Desa Tualang Kecamatan Lengkiti

Jenis kelamin : Wanita

Klien datang ke Puskesmas Tanjung Lengkayap mengeluh sudah ±6 bulan nyeri


dan kaku pada persendian lutut kaki sebelah kanan, kadang-kadang disertai
pembengkakan pada sendinya, rasanyeri timbul pada saat menggerakan kaki dan
bertambah pada saatmelakukan aktifitas seperti berjalan. Klien tampak meringis
dan pincangsaat berjalan. Klien mengatakan pernah memeriksaan keluhanya
tersebutke puskesmas dan menurut dokter puskesmas klien menderita penyakit
radang sendi.

11
Definisi dan Ringkasan
Radang sendi adalah salah satu masalah kesehatan yang memiliki banyak
variasi. Terdapat lebih dari 100 jenis radang sendi atau arthritis yang penyebab
dan perawatannya berbeda satu sama lain. Tergantung jenisnya, problem
kesehatan ini bisa menyerang siapa saja dan dapat berkembang menjadi masalah
yang lebih serius hingga mengganggu kehidupan sehari-hari.
Radang sendi, yang lebih dikenal dengan istilah arthritis dalam dunia
medis, adalah kondisi peradangan yang menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada
sendi. Kondisi ini dapat mempengaruhi satu atau lebih sendi. Masalah sendi yang
membatasi jangkauan gerakan dan berdampak pada kehidupan sosial serta
fungsional ini diketahui menyerang jutaan orang di seluruh dunia. Jika dibiarkan
tanpa perawatan memadai, peradangan ini bisa menghambat gerakan sepenuhnya.
Dari ratusan jenis arthritis , dua jenis yang paling umum adalah
osteoarthritis dan rheumatoid arthritis alias rematik. Osteoarthritis adalah penyakit
sendi degeneratif di mana rasa nyeri atau peradangan terjadi karena habisnya
tulang rawan secara bertahap. Penyakit ini menyerang orang berusia lanjut,
khususnya setelah berusia 50 tahun.
Hampir semua sendi di tubuh bisa terkena osteoarthritis. Tapi umumnya
peradangan terjadi pada sendi yang sehari-hari berfungsi menahan beban, seperti
lutut dan pinggul. Jari dan sendi lain yang pernah mengalami cedera akibat
trauma, infeksi, atau pembengkakan juga bisa terkena. Osteoarthritis muncul
secara bertahap dan pada tahap awal tak memiliki efek melemahkan yang serius,
tapi bisa mengubah bentuk dan tampilan sendi.
Adapun rematik bisa terjadi pada segala usia, sebagian besar pada usia
30-50 tahun. Populasi muda, dengan usia 12-18 tahun, juga bisa mengalami
rematik. Dibanding pada pria, prevalensi rematik pada wanita dua-tiga kali lipat
lebih tinggi. Sendi yang terkena peradangan ini akan terasa sakit, nyeri, kaku, dan
bengkak. Gejalanya bisa berkembang secara bertahap ataupun tiba-tiba. Masalah
pada kekebalan tubuh atau sistem imun berkaitan dengan jenis radang sendi ini.

12
Siapa Saja yang Berisiko Terkena Radang Sendi?
Radang sendi tak kenal usia dan jenis kelamin. Semua orang bisa mengalaminya.
Tapi ada risiko lebih tinggi pada beberapa kalangan tertentu yang memiliki faktor
risiko, misalnya:
 Kelebihan berat badan atau obesitas. Makin berat seseorang, makin banyak
beban yang harus disangga pinggul, punggung, dan kaki.
 Sering mengonsumsi makanan yang diproses secara berlebihan, seperti gula
dan tepung, bisa membuat berat badan meningkat dan mempengaruhi kerja
sendi.
 Kerap mengetik pesan dengan telepon seluler atau memegang ponsel dalam
posisi yang sama dalam waktu lama.
 Sering mengenakan sepatu berhak tinggi yang menyebabkan sendi kaki
tertekan dan ototnya kencang.
 Pernah mengalami cedera. Orang yang pernah cedera lutut saat remaja tiga
kali lipat lebih mungkin terkena osteoarthritis pada lutut yang cedera itu ketika
dewasa dibanding orang yang tak pernah mengalami cedera lutut.

Gejala Radang Sendi


Terlepas dari jenis radang sendi yang diderita, orang yang mengalaminya
mungkin mengalami demam, pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan
berat badan, dan kelelahan, tak mampu menggunakan tangan, sulit berjalan, atau
susah tidur. Berikut ini beberapa gejala radang sendi yang umum terjadi:
 Nyeri sendi
 Persendian kaku dan bengkak
 Gerakan terbatasi karena rasa nyeri
 Kulit di sekitar sendi memerah
 Sulit melakukan aktivitas sehari-hari lantaran merasa nyeri

13
Penyebab
Karena ada banyak jenis, penyebab radang sendi pun berlainan, tergantung jenis
artritis yang dialami. Penyebab itu antara lain:
 Cedera
 Metabolisme abnormal
 Riwayat keluarga
 Infeksi
 Sistem kekebalan yang terlalu aktif

Diagnosis Radang Sendi


Dokter perlu menjalankan pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk
mendiagnosis radang sendi, termasuk terhadap tulang belakang, persendian, kulit,
dan mata. Pasien juga mungkin perlu menjalani tes darah untuk mendeteksi
inflamasi. Bila ada dugaan infeksi, bisa jadi diperlukan pemeriksaan sampel
cairan sendi untuk menganalisis kandungannya. Dokter juga mungkin meminta
pasien menjalani tes pencitraan, seperti:
 Pemindaian tulang dengan sinar-X
 Tomografi terkomputasi (CT scan) terhadap tubuh, terutama tulang belakang
atau pinggul
 Pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk melihat kondisi tulang dan
jaringan di sekitarnya
 Ultrasonografi (USG) terhadap sistem musculoskeletal, yakni otot, saraf,
jaringan ikat, sendi, dan tulang.

Pengobatan Radang Sendi


Radang sendi bisa diobati lewat terapi fisik atau okupasional, olahraga, dan obat-
obatan yang tersedia di apotek. Pada tahap awal peradangan, pijatan dengan
minyak obat bisa meringankan rasa nyeri. Adapun jika sudah sampai tingkat
lanjut, pasien mungkin memerlukan tindakan operasi, seperti:
 Arthroskopi: bedah minimal invasif untuk mengobati radang sendi, biasanya
pada lutut

14
 Sinovektomi: operasi untuk mengangkat pembungkus sendi yang
meradang
 Osteotomi: bedah untuk mengurangi beban pada tulang
 Penggantian sendi seluruhnya

Mencegah Radang Sendi


Untuk mencegah radang sendi, penting untuk memperhatikan gaya hidup.
Contohnya:
 Makan sehat dan secukupnya
 Jaga berat badan sehat
 Rutin berolahraga
 Berhati-hati saat melakukan aktivitas agar tak cedera
 Minimalkan penggunaan sepatu hak tinggi
 Perhatikan postur tubuh
 Konsumsi vitamin B12 dan D3 bila perlu

Kapan Harus ke Dokter?


Keluhan radang sendi bisa terjadi secara tiba-tiba ataupun bertahap. Sebaiknya
segera datangi dokter bila curiga mengalami gejala artritis. Terlebih bila aktivitas
atau pekerjaan sehari-hari sudah terganggu. Jangan tunda bertemu dokter bila
muncul gejala selama tiga hari berturut-turut atau beberapa kali dalam jangka
waktu satu bulan.

15
2.3 Tren dan Isu Ganguan Integumen
Agus Suharto, S.Kep.Ners – Perawatan luka telah mengalami perkembangan
sangat pesat terutama dalam 2 (dua) dekade terakhir, ditunjang dengan kemajuan
teknologi kesehatan. Di samping itu, isu terkini manajemen perawatan luka
berkaitan dengan perubahan profil pasien yang makin sering disertai dengan
kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolik. Kondisi tersebut biasanya
memerlukan perawatan yang tepat agar proses penyembuhan bisa optimal.
Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini
ditunjang dengan makin banyaknya inovasi terbaru produk-produk perawatan
luka. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan
pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), dan keamanan (safety).

Pengertian Luka
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan.
Luka bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan, dan lama penyembuhan. Berdasarkan sifat, yaitu : abrasi, kontusio,
insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dan lain-lain.

Klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit, meliputi : superfisial, yang


melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan
epidermis dan dermis; dan fullthickness yang melibatkan epidermis, dermis,
lapisan lemak, fascia, dan bahkan sampai ke tulang.

Penyembuhan Luka
Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :
1. Penyembuhan primer (healing by primary intention).
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan
yang hilang. Biasanya terjadi setelah suatu insisi, berlangsung dari internal
ke eksternal.
2. Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention).
Sebagian jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari
pembentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya.

16
3. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, sering disertai infeksi, diperlukan
penutupan luka secara manual.

Berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi akut dan kronis. Luka
dikatakan akut jika penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu. Sedangkan luka
kronis adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda-tanda sembuh dalam jangka
lebih dari 4-6 minggu. Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses
penyembuhan berlangsung sesuai dengan proses penyembuhan normal, tetapi bisa
juga dikatakan luka kronis jika penyembuhan terlambat (delayed healing) atau
jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Proses Penyembuhan Luka


Fase penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase, yaitu :
1. Fase inflamasi
2. Fase proliferasi atau epitelisasi
3. Fase maturasi atau remodeling

Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka :


1. Status imunologi atau kekebalan tubuh
2. Kadar gula darah
3. Rehidrasi dan pencucian luka
4. Nutrisi
5. Kadar albumin

Cara perawatan luka dengan modern dressing


Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip
moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode
konvensional. Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal
sebagai metode modern dressing. Selama ini, ada anggapan bahwa suatu luka
akan cepat sembuh jika luka tersebut telah mengering. Namun faktanya,
lingkungan luka yang kelembabannya seimbang memfasilitasi pertumbuhan sel

17
dan proliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat. Pada luka akut,
moisture balance memfasilitasi aksi faktor pertumbuhan, cytokines, dan
chemokines yang mempromosi pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks
jaringan luka. Jadi, luka harus dijaga kelembabannya. Lingkungan yang terlalu
lembab dapat menyebabkan maserasi tepi luka, sedangkan kondisi kurang lembab
menyebabkan kematian sel, tidak terjadi perpindahan epitel dan jaringan matriks.
Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni mencuci
luka, membuang jaringan mati, dan memilih balutan. Mencuci luka bertujuan
menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa balutan lama, debridement
jaringan nekrotik atau membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka.
Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa pembalut luka,
sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip menjaga kelembaban luka
dengan menggunakan bahan seperti hydrogel.
Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembab, melunakkan serta
menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang kemudian
terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen
autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama 3-5 hari, sehingga tidak
sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat penggantian balutan.
Jenis modern dressing lain, yakni Ca Alginat, kandungan Ca-nya dapat membantu
menghentikan perdarahan. Kemudian ada hidroselulosa yang mampu menyerap
cairan dua kali lebih banyak dibandingkan Ca Alginat. Selanjutnya adalah
hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri, dapat
digunakan untuk balutan primer dan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing
disesuaikan dengan jenis luka. Untuk luka yang banyak eksudatnya dipilih bahan
balutan yang menyerap cairan seperti foam, sedangkan pada luka yang sudah
mulai tumbuh granulasi, diberi geluntuk membuat suasana lembab yang akan
membantu mempercepat penyembuhan luka.
Prinsip dan kaidah balutan luka (wound dressings) telah mengalami
perkembangan sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Teori yang mendasari
perawatan luka dengan suasana lembab antara lain :

18
1. Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat
dihilangkan lebih cepat oleh neutrofil dan sel endotel dalam suasana
lembab.
2. Mempercepat angiogenesis. Keadaan hipoksia pada perawatan luka
tertutup akan merangsang pembentukan pembuluh darah lebih cepat.
3. Menurunkan risiko infeksi; kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah
jika dibandingkan dengan perawatan kering.
4. Mempercepat pembentukan growth factor. Growth factor berperan pada
proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum korneum dan
angiogenesis.
5. Mempercepat pembentukan sel aktif.

Bahan modern wound dressing dapat berupa :


1. Hidrogel
Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri.
Berbahan dasar gliserin/ air yang dapat memberikan kelembaban;
digunakan sebagai dressing primer dan memerlukan balutan sekunder
(pad/ kasa dan transparant fi lm). Topikal ini tepat digunakan untuk luka
nekrotik / berwarna hitam / kuning dengan eksudat minimal atau tidak ada.
2. Film Dressing
Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary dressing dan
untuk luka-luka superfisial dan non-eksudatif atau untuk luka post-operasi.
Terbuat dari polyurethane film yang disertai perekat adhesif; tidak
menyerap eksudat. Indikasi : luka dengan epitelisasi, low exudate, luka
insisi. Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak.
3. Hydrocolloid
Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana lembab,
melindungi luka dari trauma dan menghindarkan luka dari risiko infeksi,
mampu menyerap eksudat tetapi minimal; sebagai dressing primer atau
sekunder, support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau
slough. Terbuat dari pektin, gelatin, carboxy-methylcellulose, dan

19
elastomers. Indikasi : luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat
minimal. Kontraindikasi : luka terinfeksi atau luka grade III-IV.
4. Calcium Alginate
Digunakan untuk dressing primer dan masih memerlukan balutan
sekunder. Membentuk gel di atas permukaan luka; berfungsi menyerap
cairan luka yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah.
Terbuat dari rumput laut yang berubah menjadi gel jika bercampur dengan
cairan luka. Indikasi : luka dengan eksudat sedang sampai berat. Kontra
indikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering. Tersedia dalam bentuk
lembaran dan pita, mudah diangkat dan dibersihkan.
5. Foam / absorbant dressing
Balutan ini berfungsi untuk menyerap cairan luka yang jumlahnya sangat
banyak (absorbant dressing), sebagai dressing primer atau sekunder.
Terbuat dari polyurethane; non-adherent wound contact layer, highly
absorptive. Indikasi : eksudat sedang sampai berat. Kontra indikasi : luka
dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam.
6. Dressing Antimikrobial
Balutan mengandung silver 1,2% dan hydrofiber dengan spektrum luas
termasuk bakteri MRSA (Methicillin-Resistant Staphy-Lococcus Aureus).
Balutan ini digunakan untuk luka kronis dan akut yang terinfeksi atau
berisiko infeksi. Balutan antimikrobial tidak disarankan digunakan dalam
jangka waktu lama dan tidak direkomendasikan bersama cairan NaCl
0,9%.
7. Antimikrobial Hydrophobic
Terbuat dari diakylcarbamoil chloride, non-absorben, non-adhesif.
Digunakan untuk luka bereksudat sedang – banyak, luka terinfeksi, dan
memerlukan balutan sekunder.
8. Medical Collagen Sponge
Terbuat dari bahan collagen dan sponge. Digunakan untuk merangsang
percepatan pertumbuhan jaringan luka dengan eksudat minimal dan
memerlukan balutan sekunder.

20
2.3.1 Contoh Tren dan Isu Ganguan Sistem Integumen
Pasien laki-laki, Tn. T,39 th, datang ke Puskesmas Ulak Pandan dgn
keluhan luka tersayat bambu. Luka robek di pergelangan tangan.
Vulnus Laceratum adalah luka yang mengakibatkan robekan pada kulit
yang memiliki dimensi panjang, lebar, dan dalam. Itulah mengapa jenis luka ini
juga disebut luka robek atau laserasi.
Vulnus laceratum biasanya disebabkan karena terjatuh, atau terkena benda
tajam seperti pisau, pecahan kaca, dan lain-lain. Bila tidak segera diobati, luka
robek bisa menyebabkan perdarahan yang serius hingga membahayakan nyawa.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara menangani vulnus laceratum di
sini. Vulnus laceratum termasuk dalam kategori luka terbuka yang melibatkan
kerusakan jaringan di luar kulit dan juga di bawahnya. Namun, tidak seperti luka
lecet (abrasi), tidak ada kulit yang hilang. Bila vulnus laceratum menyebabkan
robekan yang tidak terlalu dalam, atau hanya di permukaan kulit saja, cara
menanganinya bisa dengan melakukan perawatan luka biasa. Namun, luka robek
yang dalam atau panjang bisa menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat,
sehingga perlu dijahit oleh dokter.

2.4 Tren dan Isu Gangguan Persepsi Sensori

2.4.1 Pengertian
Gangguan persepsi sensori merupakan perubahan persepsi terhadap
ransangan yang bersumber dari internal (pikiran, perasaan) maupun stimulus
eksternal yang disertai denganrespon yang berkurang, berlebihan, atau terdistorsi
(SDKI, 2017).
Isu global yang saat ini tengah dibahas diberbagai kesempatan ialah terkait
COVID-19. Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh coronavirus yang baru ditemukan. Virus corona baru serupa
dengan keluarga virus yang menyebabkan SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) yang terjadi pada tahun 2013 dan sejumlah influensa biasa.

21
Mayoritas orang yang terinfeksi dengan virus COVID-19 akan mengalami
penyakit pernapasan ringan sampai sedang dan pulih tanpa memerlukan perlakuan
khusus.Orang tua dengan masalah medis yang mendasari seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih
memungkinkan untuk terkena penyakit yang lebih serius akibat terinfeksi
coronavirus.
Mayoritas orang yang terinfeksi dengan virus COVID-19 akan mengalami
penyakit pernapasan ringan sampai sedang dan pulih tanpa memerlukan perlakuan
khusus.Orang tua dengan masalah medis yang mendasari seperti penyakit
kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih
memungkinkan untuk terkena penyakit yang lebih serius akibat terinfeksi
coronavirus. Angka kejadian positif terjangkit coronavirus skala Dunia telah
mencapai 1.214.466 ribu kasus sesuai pendataanWHO pada 7 April 2020. Telah
dikonfirmasi terdapat 67.767 orang yang telah meninggal, dan tersebar di 211
negara termasuk Indonesia. Di Indonesia telah mencapai 2.491 kasus positif
terjangkit coronavirus dengan 218 kasus baru, 209 orang dinyatakan meninggal,
dan 192 orang dikabarkan sembuh.

2.4.2 Tanda gejala Covid-19


a. Hari Pertama
Pengidap akan mengalami batuk kering, demam lebih dari 38°C, hidung
tersumbat, nyeri otot, merasa kelelahan, lemas, sakit tenggorokan, dan ada
kemungkinan mengalami mual dan diare yang sudah dialami sejak satu
atau dua hari sebelumnya.
b. Hari Kelima
Pengidap mengalami kesulitan bernapas secara normal, apalagi untuk
pengidap yang telah memiliki masalah kesehatan sebelumnya dan orang
yang sudah lanjut usia
c. Hari Ketujuh dan Kedelapan

22
Bila gejala di atas belum menunjukkan perbaikan, pengidap harus mulai
mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit. Pada waktu ini,
khususnya yang memiliki masalah kesehatan bawaan akan merasakan
gangguan pernapasan akut karena paru-paru dipenuhi cairan
d. Hari Kesepuluh
Di waktu ini kategori kasus bukan lagi ringan, namun berat bila gejala
corona bertambah parah. Pengidap akan mendapatkan perawatan di ruang
ICU
e. Hari Ketujuh belas
Pada fase ini, gejala corona akan berangsur-angsur hilang, pengidap bisa
keluar dari rumah sakit dan dinyatakan sembuh setelah 2,5 minggu
memperoleh perawatan medis secara intens

2.4.4 Contoh Tren dan Isu Ganguan Persepsi Sensori


KOMPAS.com - Orang yang kehilangan indra penciuman dan perasa merupakan
salah satu gejala paling pasti terinfeksi Covid-19. Anosmia juga bisa menjadi
pertanda baik bagi pasien Covid-19. Di awal tahun 2021, dua penelitian
internasional mengonfirmasi bahwa sebagian besar orang yang terinfeksi Covid-
19 mengalami gejala anosmia atau hilangnya indra penciuman dan perasa untuk
sementara waktu. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa anosmia karena
Covid-19 merupakan indikator terbaik dari paparan virus corona. Bagi banyak
orang, kehilangan penciuman dan pengecapan bisa sangat parah, bisa memakan
waktu berminggu-minggu dan berbulan-bulan sebelum indra kembali normal.
Dilansir Healthline, sekitar 86 persen orang yang terpapar Covid-19 kehilangan
indra penciuman dan perasa sebagian atau total. Kendati gejala ini tergolong yang
paling umum dialami pasien Covid-19, menurut riset yang terbit pada bulan
Januari 2021, mayoritas pasien Covid-19 yang mengalami anosmia (hampir 55
persen) mengembangkan gejala ringan. Belum diketahui pasti kenapa orang yang
mengalami anosmia mengembangkan gejala Covid-19 ringan.Namun peneliti
berpikir, pasien Covid-19 yang anosmia memiliki gejala ringan mungkin karena
mereka memiliki antibodi tertentu dengan kadar lebih tinggi yang membatasi

23
penyebaran virus corona ke hidung.Menurut Dr. Jonathan Overdevest, asisten
profesor rinologi dan bedah dasar tengkorak di Universitas Columbia, jawaban
pastinya tetap sulit dipahami.“Kita tahu bahwa kehilangan penciuman karena
Covid-19 lebih dari mekanisme sederhana yangterjadi pada infeksi saluran
pernapasan musiman, di mana gejala umum hidung tersumbat dan pilek
mengakibatkan aliran udara yang buruk dan berkurangnya pengiriman bau ke
daerah hidung yang bertanggung jawab pada bau,” katanya.

Pasien Covid-19 dengan gejala parah tidak mengembangkan anosmia

Studi yang terbit bulan Januari ini menganalisis data yang dilaporkan 2.581 pasien
Covid-19 di 18 rumah sakit Eropa. Para peneliti menemukan, hampir 55 persen
pasien dengan gejala Covid-19 ringan mengalami beberapa tingkat anosmia. Rata-
rata, hilangnya penciuman berlangsung sekitar 22 hari. Sementara pasien Covid-
19 dengan gejala sedang hingga berat yang mengalami anosmia sekitar 37 persen.
Sementara pasien yang sembuh dari Covid-19 berat hingga kritis melaporkan
kehilangan penciuman paling sedikit, hanya 6,9 persen. Ditanya mengapa
kehilangan penciuman mungkin lebih umum terjadi pada kasus Covid-19 ringan
daripada parah, Overdevest mengatakan sejumlah besar kasus ringan mungkin ada
hubungannya dengan itu. “Kejelasan asosiasi ini dibatasi oleh sejumlah faktor
perancu. Namun, batasan utama untuk menarik kesimpulan ini adalah bias dan
statistik,” katanya. “Di mana banyaknya kasus Covid-19 yang lebih ringan
dibandingkan dengan kasus yang parah memberikan populasi individu yang lebih
luas untuk mengalami perubahan bau.” Sebagian besar pasien dengan anosmia
sembuh Hampir 25 persen orang yang terkena anosmia mengatakan, mereka tidak
dapat memulihkan indra penciuman hingga 60 hari. “Menurut penelitian, sebagian
besar orang memulihkan indra penciumannya dalam waktu 3 minggu,” kata Dr.
Robert Glatter, seorang dokter darurat di Lenox Hill Hospital di New York.
“Tetapi 15 persen pasien Covid-19 dengan anosmia memerlukan waktu
pemulihan hingga 2 bulan, dan 5 persen pasien butuh waktu hingga 6 bulan."
Glatter menekankan, sebagian besar anosmia pada pasien Covid-19 sembuh.

24
"Namun, kita masih perlu memantau pasien yang terus kehilangan penciuman,"
katanya memperingatkan. Menurut Glatter, virus pernapasan lainnya seperti virus
flu (rhinoviruses) atau virus corona umum lainnya dapat menyebabkan hilangnya
indera penciuman dan rasa untuk sementara hingga satu minggu. Dilansir dari
Eurekalert, 19 Januari 2021, Alexander Wieck Fjaeldstad mengatakan bahwa
penting untuk menyadari gejala anosmia. Menurut Fjaeldstad yang merupakan
profesor di bidang penciuman dan pengecapan di Universitas Aarhus, rata-rata
hilangnya indra penciuman adalah 79,7 pada skala 0-100.

2.4.5 JENIS TERAPI KOMPLEMENTER PADA PENYAKIT GANGGUAN


SISTEM SENSORY PERSEPSI

Pengobatan Herbal untuk Pasien Covid-19


Pengobatan herbal diketahui memiliki peran penting dalam mengontrol penyakit
infeksius di masa lalu. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kombinasi antara
pengobatan herbal dan pengobatan modern dapat memperbaiki gejala dan kualitas
hidup pada pasien Covid-19. Pengobatan herbal dapat menurunkan frekuensi
batuk, produksi sputum, demam, kelelahan dan diare. Selain memperbaiki gejala
klinis, kombinasi terapi dengan pengobatan herbal dapat meningkatkan imunitas
tubuh ditandai dengan meningkatnya kadar leukosit dan limfosit. Kadar c-reactive
protein (CRP), procalsitonin dan d-dimer juga mengalami perbaikan dengan
kombinasi pengobatan herbal dan pengobatan barat. Pengobatan herbal tidak
memiliki efek samping yang berbahaya bagi pasien (Ang et al, 2020).
Herbal yang biasa digunakan untuk pengobatan Covid-19 di China dan Korea
Selatan yaitu Agastachis Herba (Huo Xiang), Citri Retic-ulatae Pericarpium
(Chen Pi), dan Glycyrrhizae Radix et Rhizoma (Gan Cao). Herbal ini biasanya
direkomendasikan untuk Covid-19 dengan manifestasi klinis kelelahan, demam,
menggigil, dan gejala gastrointestinal. Herbal tersebut memiliki kandungan anti
inflamasi dan anti asthma yang dapat menurunkan demam, meringankan batuk
dan sesak nafas, meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan sistem imun (Ang
et al, 2020).

25
Petunjuk pemanfaatan tanaman herbal sebagai obat tradisional antara lain:

 Jenis, komposisi dan takaran bahan harus sesuai


 Peralatan untuk merebus bahan tidak boleh menggunakan logam,
kecuali stainless steel, sebaiknya terbuat dari kaca, keramik atau porselen
 Bahan dicuci bersih sebelum diproses lebih lanjut
 Saringan yang digunakan terbuat dari plastik, nilon, stainless steel atau kassa
 Obat tradisional dalam bentuk sediaan segar sebaiknya dikonsumsi untuk satu
hari
 Obat tradisional tidak boleh digunakan dalam keadaan kegawatdaruratan dan
keadaan yang potensial membahayakan jiwa
 Bila keluhan belum teratasi atau muncul keluhan lain, sebaiknya konsumsi
obat tradisional dihentikan dan berkonsultasi kepada petugas kesehatan

Beberapa contoh ramuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh :

1. Ramuan 1

 Bahan : Jahe merah 2 ruas ibu jari, jeruk nipis 1 buah, kayu manis 3 jari,
gula merah secukupnya, dan air 3 cangkir
 Cara pembuatan : Cuci bersih semua bahan, jahe merah dicuci bersih dan
digeprek. Rebus air hingga mengeluarkan banyak uap, kecilkan api dan
rebus semua bahan yang sudah disiapkan bersama dengan gula merah
selama 15 menit. Kemudian saring dalam keadaan dingin.
 Cara pemakaian : Ramuan diminum 1 kali sehari sebanyak 1½ cangkir

2. Ramuan 2

 Bahan : Kunyit 1 ruas ibu jari, lengkuas 1 ruas ibu jari, jeruk nipis 1 buah,
air 3 cangkir, gula merah secukupnya.

26
 Cara pembuatan : Cuci bersih semua bahan, kunyit dan lengkuas digeprek.
Kemudian rebus air hingga mendidih, kecilkan api dan masukan semua
bahan, tunggu kira-kira hingga setengahnya dan matikan, saring dalam
keadaan dingin.
 Cara pemakaian : Ramuan diminum 2 kali sehari sebanyak 1½ cangkir

3. Ramuan 3

 Bahan : Pegagan 1 jumput, jeruk nipis 1 gelas, air 1,5 gelas.


 Cara pembuatan : Pegagan dicuci sampai bersih, kemudian rebus air
sampai mendidih, setelah mendidih kecilkan api dan masukkan pegagan
yang sudah disiapkan. Tunggu sampai air tersisa kira-kira 2 gelas, sesudah
dingi disaring dan tambahkan jeruk nipis.
 Cara pemakaian : Ramuan diminum 2 kali sehari sebanyak 1 cangkir

4. Ramuan 4

 Bahan : Kencur 50 gram, beras 100 gram, daun pandan 3 lembar, gula aren
secukupnya, air 2300 ml.
 Cara pembuatan : Sangrai beras hingga kekuningan. Haluskan beras,
kencur dan gula. Masukan ke air sampai mendidih, tambahkan pandan
kemudian disaring.
 Cara pemakaian : Ramuan diminum 2 kali sehari sebanyak 1 cangkir

5. Ramuan 5

 Bahan : Daun kelor 2 genggam, air 2 cangkir.


 Cara pembuatan : Rebus air sampai mendidih, masukan daun kelor lalu
matikan api dan saring sesudah dingin.
 Cara pemakaian : Ramuan diminum 2 kali sehari sebanyak 1 cangkir

6. Ramuan 6

27
 Bahan : Bawang putih tunggal (lanang) 2 butir, air hangat 1 gelas, madu
secukupnya
 Cara pembuatan : Bawang putih dicuci bersih dan dimemarkan sampai
halus, kemudian campurkan kedalam air hangat dan tambahkan madu,
aduk hingga larut
 Cara pemakaian : Ramuan diminum 2 kali sehari sebanyak 1 cangkir

2.5 Tren dan Isu Gangguan Sistem Persarafan

2.5.1 Pengertian
Sistem Saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus
dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sistem tubuh yang pentng ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system
tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara
berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang
harmonis.
Dalam sistem inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran,
ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami,
belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja
integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah
laku individu. Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan Sel schwan (sel-sel penyokong)
serta Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan
terintegrasi satu sama lainnya sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.

2.5.2 Fungsi Sistem Saraf


Fungsi Sistem Saraf Sebagai alat pengatur dan pengendali alat-alat
tubuh, maka sistem saraf mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
1. Sebagai Alat Komunikasi Sebagai alat komunikasi antara tubuh dengan
dunia luar.

28
Hal ini dilakukan oleh alat indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga,
kulit dan lidah. Dengan adanya alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah
mengetahui adanya perubahan yang terjadi disekitar tubuh kita.
2. Sebagai Alat Pengendali Sebagai pengendali atau pengatur kerja alat-alat
tubuh, sehingga dapat bekerja serasi sesuai dengan fungsinya. Dengan
pengaturan oleh saraf, semua organ tubuh akan bekerja dengan kecepatan
dan ritme kerja yang akurat.
3. Sebagai Pusat Pengendali Tanggapan Saraf merupakan pusat pengendali
atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi tubuh terhadap
perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau pengatur
kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada seluruh pada
seluruh alat-alat tubuh kita.

2.5.3 Bagian – Bagian Sel Saraf


Sel saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung
1. Neuron Adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan
perpanjangan sitoplasma.
a) Badan sel atau perikarion Suatu neuron mengendalikan metabolisme
keseluruhan neuron.
b) Dendrit Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek
serta berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
c) Akson Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari
dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain,
ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi
asal akson.

2. Klasifikasi Neuron Berdasarkan Fungsi dan Arah transmisi Impulsnya, neuron


diklasifikasi menjadi :
1. Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada
kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP (Sistem Saraf Pusat).

29
2. Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP (Sistem Saraf Pusat) ke
efektor.
3. Neuron konektor ditemukan seluruhnya dalam SSP (Sistem Saraf Pusat)
Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau
menyampaikan informasi ke interneuron lain.

Berdasarkan bentuknya, neuron dapat diklasifikasikan menjadi :


1. Neuron unipolar hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu
cabang sentral yang berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer
yang berguna sebagai satu dendrite. Jenis neuron ini merupakan neuron-
neuron sensorik saraf perifer (misalnya sel-sel ganglion cerebrospinalis).
2. Neuron bipolar mempunya dua serabut, satu dendrite dan satu akson. Jenis
ini banyak dijumpai pada epithel olfaktorius dalam retina mata dan dalam
telinga dalam.
3. Neuron multipolar mempunyai banyak dendrite dan satu akson. Jenis
neuron ini merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf
sentral (sel saraf motoris pada cornu anterior dan lateralis medulla spinalis,
sel-sel ganglion otonom).

3. Sel Neuroglia Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai


macam sel yang secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber
nutrisi sel saraf pada otak dan medulla spinalis, sedangkan sel Schwann
merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron diluar sistem saraf pusat.
Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari selsel neuron dengan perbandingan
sekitar sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang berhasil
diindentifikasi yaitu :
a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus
panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui
pedikel atau “kaki vascular”. Berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi
neuron yang halus.

30
b) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel glia yang
bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel
ini mempunyai lapisan dengan subtansi lemak mengelilingi penonjolan
atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung myelin

c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya


memiliki peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan di seluruh sistem saraf
pusat dan dianggap berperan penting dalam proses melawan infeksi.
d) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga
serebral dan ronggal medulla spinalis. Merupakan neuroglia yang
membatasi system ventrikel sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang
merupakan epithel dari Plexus Coroideus ventrikel otak.

4. Selaput Myelin
Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi
tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran Natrium dan Kalium melintasi
membran neuronal dengan hamper sempurna. Selubung myelin tidak kontinu
di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat celah-selah yang tidak memiliki
myelin, dinamakan nodus ranvier, Tonjolan saraf pada sumsum saraf pusat
dan tepi dapat bermielin atau tidak bermielin. Serabut saraf yang mempunyai
selubung myelin dinamakan serabut myelin dan dalam sistem saraf pusat
dinamakan massa putih (substansia Alba). Serabutserabut yang tak bermielin
terdapat pada massa kelabu (subtansia Grisea). Myelin ini berfungsi dalam
mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di sepanjang serabut yang tak
bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari nodus ke nodus
lain di sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan
konduksi saltatorik. Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi
di sebaut saraf dapat terlihat dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi
terdapat myelin disana. Pada orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan
myelin yang mengelilingi serabut saraf menjadi hilang. Sejalan dengan hal itu

31
orang tersebut mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot-otonya
dan akhirnya menjadi tidak mampu sama sekali.

2.5.4 Contoh Tren dan Isu Ganguan Persyarafan


Jakarta - Serangan stroke tak hanya menghantui orang-orang berusia lanjut,
melainkan juga orang-orang muda dengan kisaran usia 20 hingga 30 tahun. Lebih
lagi baru-baru ini, Organisasi Stroke Dunia-Komisi Neurologi Lancet melaporkan
bahwa dalam beberapa tahun mendatang, jumlah pasien stroke akan meningkat
pesat di seluruh dunia. Mengapa demikian? Tak hanya gegara kedatangannya
yang seringkali mendadak tanpa 'aba-aba' beruba gejala tertentu lebih dulu,
penyakit stroke juga ditakutkan lantaran berisiko menimbulkan kecacatan
permanen.
Kemudian laporan dari Lancet baru-baru ini menyebut, jumlah orang yang
meninggal dunia akibat stroke di seluruh dunia kemungkinan akan meningkat
sebanyak 50 persen pada 2050, dengan 10 juta orang meninggal karena stroke
setiap tahunnya. Dikutip dari Medical News Today, saat ini, tercatat ada 15 juta
orang di seluruh dunia menderita stroke setiap tahunnya. 5 juta dari orang-orang
ini meninggal, sementara 5 juta lainnya masih hidup dengan kecacatan. Diketahui,
stroke adalah penyebab kematian kedua terbesar dunia, setelah penyakit jantung
iskemik. Selain itu, laporan tersebut juga mencatat bahwa kasus stroke meningkat
pesat di kalangan orang dewasa berusia kurang dari 55 tahun.

Definisi dan Ringkasan


Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak
mengalami gangguan atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau
pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa pasokan darah, otak tidak
akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area
otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang dikendalikan oleh
area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.

32
Stroke merupakan kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya,
karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan
yang cepat dan tepat dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah
kemungkinan munculnya komplikasi.

Penyebab Penyakit Stroke


Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Stroke iskemik
Terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke
otak mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak
sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik
dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.
2. Stroke hemoragik
Terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan
perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang
memengaruhi pembuluh darah. Misalnya hipertensi yang tidak terkendali,
dinding pembuluh darah yang lemah, dan sedang menjalani pengobatan
dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terbagi lagi menjadi dua jenis,
yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid.

Faktor Risiko Penyakit Stroke


Ada tiga faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke, yaitu
faktor kesehatan, gaya hidup, dan faktor lainnya. Selain stroke, berbagai faktor
tersebut juga berisiko meningkatkan risiko serangan jantung. Adapun yang
termasuk dalam faktor risiko kesehatan, di antaranya:
1. Hipertensi.
2. Diabetes

33
3. Kolesterol tinggi.
4. Obesitas.
5. Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi
jantung, atau aritmia.
6. Sleep apnea.
7. Pernah mengalami transient ischemic attack TIA atau serangan jantung
sebelumnya.

Sedangkan yang termasuk dalam faktor risiko gaya hidup, yaitu:


1. Merokok.
2. Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
3. Konsumsi obat-obatan terlarang.
4. Kecanduan alkohol.

Sementara itu, beberapa kondisi yang termasuk dalam faktor risiko lainnya
adalah:
1. Faktor keturunan.
Seseorang dengan anggota keluarga yang pernah mengalami stroke memiliki
risiko lebih tinggi mengalami penyakit yang sama.
2. Faktor usia
Semakin bertambah usia, risiko seseorang mengidap stroke juga lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

Gejala Penyakit Stroke


Setiap bagian otak bertugas mengendalikan bagian tubuh yang berbeda,
sehingga gejala stroke bergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat
kerusakannya. Itulah sebabnya, gejala stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap.
Namun, biasanya stroke terjadi secara mendadak. Setidaknya, ada tiga gejala
utama stroke yang mudah untuk dikenali, yaitu: Salah satu sisi wajah akan terlihat

34
lebih turun dan pengidap tidak mampu tersenyum karena mulut atau mata tampak
terkulai.
Pengidap tidak mampu mengangkat salah satu lengan karena terasa lemas
atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang berada pada sisi yang sama
dengan lengan juga mengalami kelemahan.
Ucapan menjadi tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama
sekali meski pengidap terlihat sadar. Sementara itu, gejala dan tanda stroke
lainnya adalah:
1. Mual dan muntah.
2. Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan
pusing seperti berputar (vertigo).
3. Mengalami penurunan kesadaran.
4. Sulit menelan (disfagia) sehingga mengakibatkan tersedak.
5. Mengalami gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
6. Mengalami hilang penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.

Diagnosis Penyakit Stroke


Agar dapat menentukan jenis penanganan yang tepat bagi pengidap stroke,
dokter akan mengevaluasi terlebih dahulu jenis stroke dan area otak yang
mengalami stroke. Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan bertanya kepada
pengidap atau anggota keluarganya tentang beberapa hal, meliputi:
1. Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang pengidap
lakukan ketika gejala muncul.
2. Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
3. Apakah pengidap pernah mengalami cedera di bagian kepala.
4. Memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan keluarga terkait penyakit jantung,
stroke ringan (TIA), dan stroke.
5. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pengidap secara
keseluruhan. Biasanya, pemeriksaan diawali dengan mengecek tekanan darah,
detak jantung, dan bunyi bising abnormal di pembuluh darah leher dengan
menggunakan stetoskop.

35
Kemudian, dokter juga akan merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan
penunjang seperti:
1. Pemeriksaan darah
Tes ini dilakukan untuk mengecek ada atau tidaknya infeksi, kadar gula
darah, risiko pembekuan darah, dan mengetahui keseimbangan elektrolit
dalam darah.
2. CT scan
Untuk mengetahui kondisi otak lebih detail. Selain itu, CT scan juga
membantu dokter mengetahui ada atau tidaknya tumor atau perdarahan pada
otak
3. MRI
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran otak pengidap secara
lebih mendetail. Tes ini juga bisa membantu dokter menemukan jaringan pada
otak yang mengalami kerusakan karena perdarahan atau stroke iskemik.
4. Elektrokardiografi
Pemeriksaan yang dilakukan guna mengetahui aktivitas listrik pada organ
jantung. Tes ini dapat membantu dokter menemukan kelainan detak jantung,
adanya indikasi penyakit jantung koroner yang bisa terjadi bersama penyakit
stroke.
5. Ekokardiografi
Pemeriksaan dilakukan guna mendeteksi sumber gumpalan pada jantung
sekaligus mengecek fungsi dari pompa jantung. Sebab, gumpalan dapat
bergeser dari pembuluh darah jantung ke bagian otak yang memicu terjadinya
stroke.
6. USG doppler karotis
Pemeriksaan dilakukan dengan memanfaatkan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar aliran darah, di dalam pembuluh arteri karotis di leher
secara lebih mendetail. Tujuannya yaitu mendeteksi adanya plak atau
penumpukan lemak dan keadaan di dalam aliran darah tersebut.

36
Pengobatan Stroke
1. Pengobatan stroke iskemik
Penanganan awal akan berfokus untuk menjaga jalan napas, mengontrol
tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah.
2. Pengobatan stroke hemoragik
Sementara pada kasus stroke hemoragik, pengobatan awal bertujuan untuk
mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa
bentuk pengobatan yang dilakukan, antara lain konsumsi obat-obatan dan
operasi.
3. Pengobatan TIA
Pengobatan TIA bertujuan untuk menurunkan faktor risiko yang dapat
memicu timbulnya stroke, sehingga penyakit jantung dapat dicegah. Dalam
beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi karotis diperlukan jika
terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.

Pencegahan Stroke
Cara utama mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Berbagai
tindakan pencegahan stroke, antara lain:
1. Menjaga pola makan
2. Rutin berolahraga
3. Berhenti merokok
4. Hindari konsumsi minuman beralkohol
5. Hindari penggunaan NAPZA

BAB III
PENUTUP

2.5 Kesimpulan

37
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara
terus menerus dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga
pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup
masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan
tersebut.
Tren adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren juga dapat didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi
yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan
masyarakat. Tren adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta.
Issue Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari
kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya.

2.6 Saran
Diharapkan pada Mahasiswa PSIK Bina Husada Palembang dapat
mengetahui Trend an Isu keperawatan dan dapat memberikan pengetahuan
tersebut pada masyarakat luas.

DAFTAR PUSTAKA

Casey G. Modern Wound Dressings. Nurs Stand. 2000; 15(5): 47-51.

38
Kane D. Chronic Wound Healing and Chronic Wound Management. In : Krasner
D, Rodeheaver, Editors. Health Management Publications; 1990.

Singer AJ, Clark RAF. Mechanisms of Disease : Cutaneous Wound Healing. N


Engl J Med. 1999; 341(10): 738-46.

Wayne PA, Flanagan. Managing Chronic Wound Pain In Primary Care. Practice
Nursing; 2006; 31:12.

Theoret CL. Clinical Techniques In Equine Practice. 3rd ed. 2004. Chapter 2,
Update On Wound Repair; p.110-22.

Peterson, D. H. & Bergmann, T.F. Chiropractic Technique: Principles and


Procedures (2nd ed.). St. Louis, MO: Mosby.

Kompas.com.05 Juli 2021.Kehilangan Indra Penciuman dan Perasa Bisa Jadi


Pertanda Baik Covid-19. Diakses pada 19 Oktober 2023, dari :
https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/05/132651123/kehilangan-indra-
penciuman-dan-perasa-bisa-jadi-pertanda-baik-covid-19.

Prudencial. 19 Oktober 2023.Pahami Gejala Corona yang Terjadi dari Hari ke


Hari pada Tubuh. Diakses pada 19 Oktober 2023, dari :
https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/pahami-gejala-corona-yang-terjadi-
dari-hari-ke-hari-pada-tubuh/

Halodoc.31 Agustus 2022. Ini 6 Cara Penanganan Vulnus Laceratum atau Luka
Robek. Diakses pada 19 Oktober 2023,dari : https://www.halodoc.com/artikel/ini-
6-cara-penanganan-vulnus-laceratum-atau-luka-robek

Niams.Arthritis. Diakses 19 Oktober 2023,dari:https://www.niams.nih.gov/health-


topics/arthritis.

NLM.27 Maret 2019.Rheumatoid Arthritis : A Brief Overview of the Treatment.


19 Oktober 2023,dari:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6422329/.

39
PrimarayaHospital. 5 November 2021.Radang Sendi: Penyebab dan Cara
Mengatasinya.19Oktober 2023,dari: https://primayahospital.com/ortopedi/radang-
sendi/

Detikhealth.17 Oktober 2023. Riset Sebut Kasus Stroke Bakal Naik Drastis
Beberapa Tahun ke Depan, Ini Gegaranya. 19 Oktober 2023, dari:
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6986081/riset-sebut-kasus-stroke-
bakal-naik-drastis-beberapa-tahun-ke-depan-ini-gegaranya.

40

Anda mungkin juga menyukai