Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH TERAPI GENGGAM BOLA KARET TERHADAP PENINGKATAN

KEKUATAN OTOT PASIEN POST CVA INFARK


(Di Wilayah Kerja Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)

Ricko Armando1 Inayatur Rosyidah2 Baderi3


STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
1
email : rickoarmando12@gmail.com 2email : inrosyi@gmail.com 3email :
badri.mun@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: CVA merupakan suatu kegawat daruratan medik. CVA Infark menyebabkan
beberapa gangguan, salah satunya adalah kelemahan otot pada ekstremitas atas. Pasien CVA
Infark yang mengalami kelemahan otot dapat menyebabkan gangguan pada aktifitas sehari-
hari. Terapi genggam bola karet merupakan intervensi keperawatan dan suatu terapi
farmakologis yang digunakan untuk merangsang serat-serat otot tangan untuk kerkontraksi
sehingga akan menyebabkan meningkatnya kekuatan otot. Metode Penelitian: Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian pra eksperimental yang menggunakan pendekatan “one group
pre-post test design”. Populasi pada penelitian ini sebanyak 30 pasien CVA. Teknik
pengambilan sampel menggunakan probability sampling dengan metode simple random
sampling dan didapatkan 20 responden. Instrument yang digunakan berupa leafer dan video
terapi genggam bola karet. Pengolahan data menggunakan Editing, Coding, Scoring,
Tabulating serta dianalisis dengan Wilcoxon Signed Ranks Test dengan tingkat signifikasi α
= 0,05. Hasil penelitian: Sebelum dilakukan terapi genggam bola karet kekuatan otot pasien
Post CVA Infak skalanya 3 (dapat menggerakkan jari-jari dan telapak tangan) sebanyak 20
responden (100%) kemudian setelah dilakukan terapi genggam bola karet kekuatan ototnya
menjadi skala 4 (dapat bergerak dengan hambatan ringan) sebanyak 16 responden (80%).
Hasil Uji Wilcoxon didapatkan signifikansi p=0,00< α (0,05) maka H1 diterima.
Kesimpulan: Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada pengaruh terapi genggam bola karet
terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien Post CVA Infark di wilayah kerja
Puskesmas Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. Saran: untuk perawat bisa
menjadikan terapi genggam bola karet untuk intervensi keperawatan dalam mengingkatkan
kekuatan otot pasien post CVA Infark.

Kata kunci: Pasien Post CVA Infark. Terapi genggam bola karet

THE EFFECT OF HANDHELD RUBBER BALL THERAPY ON INCREASING


MUSCLE STRENGHT OF POST CVA INFARCTION PATIENTS
(In the working area of Cukir Puskesmas Diwek District Jombang Regency)

ABSTRACT

Background: CVA is a medical emergency. CVA Infarction caused several disorders, one of
which is muscle infirmity in the upper limb. CVA Infarction patients who got muscle infirmity
it caused disruption in daily activities. Rubber ball handheld therapy is a nursing
intervention and pharmacological therapy used for muscle fibers to contract so that it
caused an increase in muscle strength. Research Method: This study uses a type of pre-
experimental research that used research approach "one group pre-post test design". The
populations in this research were 30 CVA patients. The sampling technique used probability
sampling with a simple random sampling method and obtained 20 respondents. The
instrument used consisted of leafer and handheld rubber ball therapy videos. Processing
data using Editing, Coding, Scoring, Tabulating and analyzed with the Wilcoxon Signed
Ranks Test with a significance level α = 0.05. Result: The results of this study before hand
held therapy of rubber ball muscle strength of patients on Post CVA infarction scale were 3
(can move the fingers and palms) as many as 20 respondents (100%) then after being
carried out handheld rubber ball therapy, the muscles strength scale were 4 (can move with
light assistance) as many as 16 respondents (80%). Wilcoxon test results obtained
significance p = 0.00 <α (0.05) then H1 is accepted. Consulion: The conclusion of this study
is that there is an effect of handheld rubber ball therapy on increasing strength in Post CVA
Infarction patients in the working area of Cukir Puskesmas, Diwek District, Jombang
Regency. Suggestion: Nurses can use handheld rubber ball therapy for nursing interventions
to increase muscle strength in post CVA infarction patients.

Keywords: Post CVA Infraction Patients, hand held rubber ball therapy

PENDAHULUAN tahun keatas paling banyak menderita


CVA yaitu 50,2% per mil. Hasil pre survei
Cerebro Vascular Accident (CVA) data di Puskesma Cukir Kecamatan Diwek
merupakan suatu kegawat daruratan medis. Kabupaten Jombang menunjukkan bahwa
Jika pertolongan medis lambat, maka sel angka kejadian CVA sebanyak 104 kasus
syaraf akan rusak dan jika sel syaraf tidak yang terdaftar di Puskesmas Cukir di tahun
terselamatkan maka kecacatan akan 2019. Sebagian pasien CVA sudah bisa
semakin buruk (Pinzon and Asanti, 2010). beraktivitas dan hanya beberapa pasien
CVA menjadi salah satu penyebab utama CVA yang mengalami gejala kelemahan
kedua kematian di Negara-negara maju. atau hemiparesis yang melakukan
Kekuatan otot merupakan hal yang penting kunjungan rehabilitasi secara rutin ke
bagi pasien Post CVA Infark. Kekuatan puskesmas (Puskesmas Cukir, 2019). Hasil
otot akan memudahkan pasien Post CVA studi pendahuluan yang telah dilakukan
Infark untuk melakukan aktivitas dengan peneliti di wilayah Puskesmas Cukir
baik. Sebagian besar pasien Post CVA Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
Infark akan mengalami kelemahan otot pada tanggal 7 Maret 2020 didapatkan
pada ekstremitas sehingga mengganggu hasil wawancara peneliti dengan pasien
aktivitas sehari-hari (Setyoadi, et al 2017). Post CVA Infark. dari 5 pasien yang
Fenomena kejadian CVA Infark selalu diwawancara, 3 pasien mengalami
disertai gejala kelemahan otot ekstremitas penurunan kekuatan otot dengan sekala 3
atas maupun ekstremitas bawah, bahkan dan 1 pasien mengalami kelemahan otot
ada beberapa pasien Post CVA Infark dengan sekala 4. Sedangkan 1 pasien
mengalami bed rest. Hal tersebut akan sudah bisa beraktivitas dengan normal.
mengakibatkan pasien Post CVA Infark Dan 4 pasien yang mengalami kelemahan
mengalami gangguan psikososial seperti otot tidak melakukan rehabilitasi ke
kesulitan dalam bersoaialisasi (Rahman, et puskesmas secara rutin. Pada penelitian
al 2017). Olviani, et al (2017) didapatkan pasien
stroke berjumlah 30 pasien.
World Health Organitation (WHO 2017)
menyatakan penduduk yang terserang CVA Infark disebabkan pembuluh darah
CVA ialah 15 juta setiap tahunnya. Data yang mengalirkan darah ke otak terhenti
Riset Kesehatan Dasar (2018) karena ada sumbatan. Sumbatan terjadi
menunjukkan pravelensi CVA di Indonesia dikarenakan adanya plak kolesterol pada
rata-rata sebanyak 10,9% per mil, dinding pembuluh darah otak yang
pravelensi CVA tertinggi di Provinsi menghambat suplai darah ke otak
Kalimantan Timur dengan nilai 14,7% per (Pudiastuti, 2013). Kematian beberapa
mil dan terendah di Papua dengan nilai jaringan otak yang mengalami oklusi
4,1% per mil. Di Jawa Timur pravelensi karena tidak tercukupinya suplai oksigen
CVA sekitar 12 % per mil, dan usia 75 dan nutrisi iru terjadi karena ada sumbatan
pada pembuluh darah di otak (Wilkinson & menjelaskan kekuatan otot genggam
Ahern, 2011). Sehingga pasien Post CVA tangan sebelum dan sesudah terapi ROM
Infrak akan mengalami penurunan selama 10 menit menunjukkan adanya
kemampuan dalam menggerakkan otot perbedaan.
pada anggota tubuh (Chaidir & Zuardi,
2014). Kelemahan otot disebabkan karena Menurut uraian diatas, maka penulis
adanya suatu gangguan pada system motor melakukan penelitian yang judulnya
beberapa titik. Penurunan kekuatan otot di “Pengaruh Terapi Genggam Bola Karet
sebabkan karena adanya lesi pada otak Terhadap Peningkatan Kekuatan
yang terjadi diarea 4 (Girus Presentralis) Otot...Pasien Post CVA Infark” (di
dan 6 (Korteks Premotorik), sehingga wilayah kerja,.Puskesmas Cukir,
menstimulasi syaraf-syaraf neuron pada Kecamatan Diwek, Kabupaten.Jombang)?
otak dan menyebabkan rangsangan yang
akan diteruskan ke pusat kendali otot pada
otak yang kemudian diteruskan ke serabut- BAHAN DAN METODE PENELITIAN
serabut otot genggam (Andarwati, 2013).
Dampak kelemahan otot ektremitas pada Jenis penelitiannya ialah kuantitatif dan
pasien Post CVA Infark menyebabkan rancangan penelitiannya ialah pre-
kesulitan dalam melakukan kegiatan eksperimental dengan pendekatan one
sehari-hari dan tidak bisa ikut group pre-post test design. Populasinya
berpartisipasi di manyarakat (Rahman., ialah 30 pasien stroke (diwilayah kerja,
2017). puskesmas cukir, kecamatan diwek
kabupaten jombang). Sampel pada
Rehabilitasi pasien Post CVA Infark penelitian ini sejumlah 20 responden
diberikan secepat mungkin dengan dengan pengambilan sampel menggunakan
penanganan yang tepat, supaya dapat teknik probability sampling dengan
memulihkan fisik dengan cepat dan optimal. metode simple random sampling. Terapi
Terapi menggenggam bola karet genggam bola karet merupakan variabel
merupakan terapi sederhana yang bisa independent. Kekutan otot pasien post
dilakukan di rumah sebagai proses CVA Infark merupakan variabel
rehabilitasi. Terapi menggenggam bola dependent. Teknik pengungumpulan data
karet, yaitu gerakan di tangan dengan menggunakan alat bantu video dan
menggenggam yang dilakukan dengan 3 leafet tentang terapi genggam bola karet
cara ialah buka tangan, tutup jari untuk yang dijadikan pendoman dalam
menggenggam, kemudian atur kuat otonya melakukan terapi genggam bola karet.
genggaman (Irfan, 2019). Terapi sebelum dilakukan terapi responden di
menggenggam bola karet akan ukur kekuatan otot menggunakan skala
menyebabkan kontraksi otot yang bisa klasik 0-5, kemudiaan dilakukan terapi
membuat kekuatan otat tangan menjadi genggam bola karet dengan waktu 10-15
lebih kuat karena telah terjadi kontraksi menit 2 kali sehari selama 7 hari berturut-
yang dihasilkan peningkatan motor unit turut. Setelah dilakuan terapi dilakukan
yang diproduksi asetilcholin (Irsyam, 2012 pengukuran kekuatan otot kembali dengan
dalam (Olviani, 2017)) . Terapi menggunakan skala klasik 0-5. Semua
menggenggam bola karet yang lentur dapat intervensi dalam terapi ini dilakuan oleh
merangsang serat-serat otot untuk reponden dibantu keluarga yang
berkontraksi walaupun hanya sedikit berpendoman dengan intrumen leafet dan
kontraksinya setiap harinya (Irdawati, vidio KIE yang diberikan secara daring
2009). Berdasarkan penelitian yang melalui meda whatsApp.
dilakukan menurut Astriani, dkk (2016)
menjelaskan sebelum terapi menggenggam
bola kekuatan ototnya nilainya 8,6. Dan
nilai setelah diberikan genggam bola
selama 5-10 menit nilainya 11,23. Hasil ini
HASIL PENELITIAN
Karateristik frekuensi responden
1. Analisis Bivariat berdasarkan jenis stroke pada tabel 5.3
menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
a) Distribusi frekuensi responden adalah CVA Infark sebanyak 16 orang.
berdasarkan usia
2. Analisis Bivariat
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden
berdasarkan usia 1) Kekuatan otot pasien Post CVA Infark
sebelum dilakukan intervensi terapi
No Usia Frekuensi Presentase genggam bola karet.
(%)
1 36-45 tahun 6 30 Tabel 5.4 distribusi frekuensi hasil peningkatan
2 46-55 tahun 5 25 otot pasien Post CVA Infrak sebelum
3 56-65 tahun 8 40 dilakukan intervensi terapi genggam
4 66-70 tahun 1 5 bola karet.
Jumlah 20 100
No Kekuatan Otot frekuensi Presentase
Karateristik responden berdasarkan umur (%)
sesuai pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa 1. Tidak terdapat 0 0
hampir setengah responden berusia antara kontraksi otot (0)
56 – 65 tahun sebanyak 8 orang dengan 2. Terdapat kontraksi otot 0 0
presentase 40%. (1)
3. dapat meluruskan dan 0 0
membengkokkan telapak
b) Distribusi frekuensi responden tangan (2)
berdasarkan jenis kelamin 4. Dapat menggerakkan 20 100
jari-jari dan telapak
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden tangan (3)
berdasarkan jenis kelamin 5. Dapat bergerak dengan 0 0
hambatan ringan (4)
6. dapat bebas bergerak (5) 0 0
No Jenis Frekuensi Presentase Jumlah 20 100
kelamin (%)
1 Laki-laki 11 55
Karateristik peningkatan kekuatan otot
2 Perempuan 9 45
pasien Post CVA Infark sebelum dilakukan
Jumlah 32 100
intervensi terapi genggam bola karet pada
tabel 5.4 menunjukan bahwa responden
Karateristik responden berdasarkan jenis
dengan sekala 3 (dapat menggerakkan
kelamin pada tabel 5.2 menunjukkan
telapak tangan dan jari-jari) sebanyak 20
bahwa sebagaian besar responden adalah
orang (100%).
laki-laki sebanyak 11 orang dengan
presentase 55%
2) Kekuatan otot pasien Post CVA Infark
setelah dilakukan intervensi terapi
c) Distribusi frekuensi responden
genggam bola karet.
berdasarkan jenis CVA
Tabel 5.5 distribusi frekuensi hasil peningkatan
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden
otot pasien Post CVA Infrak setelah
berdasarkan jenis CVA
dilakukan intervensi terapi genggam
bola karet.
No Jenis CVA Frekuensi Presentase
(%)
1 CVA Bledding 4 20
2 CVA Infark 16 80
Jumlah 20 100
No Kekuatan Otot frekuensi Presentase Jumlah 20 100 20 100
(%) Uji Wilcoxon nilai p = 0,000
1. Tidak terdapat kontraksi 0 0
otot (0) Berdasarkan tabel 5.6 diatas
2. Terdapat kontraksi otot 0 0
(1)
menjelaskan jiuka ada perbedaanya
3. dapat meluruskan dan 0 0 yang signifikan secara statistik
membengkokkan telapak kekuatan. otot. pasien Post CVA Infark
tangan (2) sebelumnya dan sesudahnya dilakukan
4. Dapat menggerakkan jari- 20 100 tindakan terapi genggam bola karet
jari dan telapak tangan (3)
selama 7 hari. Pada pengukuran sebelum
5. Dapat bergerak dengan 0 0
hambatan ringan (4)
dilakukan intervensi terapi genggam bola
6. dapat bebas bergerak (5) 0 0 karet didapatkan sekala kekuatan otot 3
Jumlah 20 100 (Dapat menggerakkan jari-jari dan telapak
tangan) sebanyak 20 0rang (100%). Pada
Karateristik peningkatan kekuatan otot pengukuran setelah dilakukan intervensi
pasien Post CVA Infark setelah dilakukan terapi genggam bola karet didapatkan skala
intervensi terapi genggam bola karet pada kekuatan otot 4 (Dapat bergerak dengan
tabel 5.4 menunjukan bahwa responden hambatan ringan) sebanyak 16 orang
dengan skala 3 (dapat menggerakkan (80%) dan yang tidak mengalami
telapak tangan dan jari-jari) sebanyak 4 peningkatan kekuatan otot tetap dengan
orang (20%) dan responden dengan skala 4 skala 3 (Dapat menggerakkan jari-jari dan
(dapat bergerak dan melawan hambatan telapak tangan) sebanyak 4 orang (20%).
ringan) sebanyak 16 orang (80%).

3) Tabulasi silang antara kekuatan otot PEMBAHASAN


pasien Post CVA Infark sebelum dan
sesudah dilakukan intervensi terapi Data pada tabel 5.4 menjelaskan
genggam bola karet. karateristik kekuatan otot pasien Post CVA
Infark sebelum dilakukan intervensi terapi
Tabel 5.6 distribusi frekuensi Tabulasi silang genggam bola karet keseluruhan
antara peningkatan kekuatan otot mengalami kelemahan otot dengan skala 3
pasien Post CVA Infark sebelum (Dapat menggerakkan jari-jari dan telapak
dan sesudah dilakukan intervensi tangan) yaitu sebannyak 20 0rang (100%).
terapi genggam bola karet. Menurut peneliti ini semua dapat terjadi
dikarena adanya gangguan pada sistem
No Kekuatan Otot Pre test Post test motor neuron yaitu ada suatu masalah
F % F % yang menyebabkan sistem syaraf
1 Tidak terdapat 0 0 0 0 mengalami disfungsi sehingga
kontraksi otot (0)
menyebabkan terjadinya kelemahan otot
2 Terdapat kontraksi 0 0 0 0
otot (1)
pada pasien post CVA Infark. Pasien Post
3 dapat meluruskan 0 0 0 0 CVA Infark yang mengalami kelemahan
dan otot dan tidak segera dilakukan terapi akan
membengkokkan menyebabkan beberapa gangguan, yaitu
telapak tangan (2) penurunan kekuatan otot, penurunan
4 Dapat 20 100 4 20 pergerakan, penurunan sensivitas tubuh
menggerakkan dan kesulitan dalam melakukan kegiatan
jari-jari dan sehari-hari.
telapak tangan (3)
5 Dapat bergerak 0 0 16 80 Kelemahan otot disebabkan karena adanya
dengan hambatan suatu gangguan pada system motor
ringan (4)
beberapa titik. Penurunan kekuatan otot di
6 dapat bebas 0 0 0 0
bergerak (5) sebabkan karena adanya lesi pada otak
yang terjadi diarea 4 (Girus Presentralis) saat terjadi hipoksia menyebabkan edema
dan 6 (Korteks Premotorik), sehingga sekunder dan tidak terjadi perdarahan pada
menstimulasi syaraf-syaraf neuron pada pembuluh darah otak.
otak dan menyebabkan rangsangan yang
akan diteruskan ke pusat kendali otot pada Data pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa
otak yang kemudian diteruskan ke serabut- kekuatan otot pasien Post CVA Infark
serabut otot genggam (Andarwati, 2013). setelah dilakukan intervensi terapi
genggam bola karet dikategorikan hampir
Data di tabel 5.1 menjelaskan jika hampir seluruhnya mengalami peningkatan otot
setengah respondennya berusia sekitar 56 – dengan skala 4 (Dapat bergerak dengan
65 tahun banyaknya 8 responden dengan hambatan ringan) yaitu sebanyak 16 orang
presentase 40%. Menurut penelitian (80%). Menurut peneliti ini bisa terjadi
responden yang berusia antara 56 – 65 karena terapi genggam bola karet dapat
tahun memiliki sistem imun rendah dan menstimulasi jaringan – jaringan di otot
jika usinya betambah banyak maka sel – untuk kontraksi walaupun setiap harinya
selnya akan mengalami dengenerasi. kontarksinya sedikit – sedikit dan dengan
menurut teori dari (Wijaya and Putri, adanya terapi genggam bola karet pasien
2013) menunjukkan jika dengan seiring post CVA Infark melatih otot – otot tangan
bertambahnya usia maka akan untuk berkontraksi. Hal ini sesuai dengan
meningkatkan kejadian CVA. terori (Irsyam (2012) dalam (Olviani
2017)), yang mengatakan terapi
Data ditabel 5.2 menjelaskan jika menggenggam bola karet akan
responden paling banyak yaitu laki-laki menyebabkan kontraksi otot yang bisa
dengan 11 responden dengan presentase membuat kekuatan otot tangan menjadi
55%. Menurut penelitian serangan CVA lebih kuat karena telah terjadi kontraksi
sering menyerang kepada kelamin laki-laki yang dihasilakn peningkatan motor unit
dari pada perempuan karena pola hidup yang di produksi asetilcholin.
laki-laki tidak sehat yaitu kebiasaan
hidupnya tidak sehat, suka memimum Data pada tabel 5.5 juga menunjukkan
minuman keras , suka tidur larut malam , bahwa dari 20 orang, terdapat 4 orang
jarang melakukan olahraga dan suka dengan presentase 20% yang tidak
menghisap rokok. Menurut teori Go, et, al mengalami peningkatan otot, tetap dengan
(2012), laki-laki beresiko dibandingkan sekala 3 (Dapat menggerakkan jari-jari dan
wanita dengan perbandingan 3:2. Laki-laki telapak tangan). Menurut peneliti hal ini
cenderung mengalami CVA Infark, terjadi karena ke empat responden tersebut
sedangkan perempuan lebih sering sudah terserang CVA sejak lama sehingga
mengalami CVA Bledding yang resiko otot – otot ekstremitas atas pasien post
kematiannya lebih besar dari pada laki- CVA Infark tersebut sudah mengalami
laki. kelemahan yang cukup lama dan usianya
sudah lansia darena diusia lansia kekuatan
Data pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa otot pasien post CVA Infark sulit untuk
hampir seluruh responden mengalami CVA mengalami peningkatan kekuatan otot
Infark sebanyak 16 orang dengan garena termasuk dalam fase degeneratif.
presentase 80%. Menurut peneliti hal ini Menurut teori Olviani, (2017) yang
dikarenakan pasien Post CVA Infark masih menyebabkan responden tidak mengalami
memiliki kesadaran umun dan kesadaran peningkatan kekuatan otot merupakan
tidak hilang sepenuhnya dan pasien post responden yang diantaranya sudah
CVA Infark tersebut masih bisa diberi mengalami stroke lebih dari 6 bulan yang
terapi genggam bola karet dan bisa diberi dimana yang dimana pada sel penumbra
intervensi keperawatan yang lainnya. Teori sudah mengalami kekakuan otot yang
Wijaya dan Putri, (2013). CVA Infark dapat mempengaruhi fungsi gerak pada
terjadi karena emboli dan trombosit tangan secara optimal dan juga tidak
serebral tapi kesadarannya tidak menurun melakukan rehabilitasi latihan gerak
rentang secara cepat, tepat, berkala dan otot pada pasien Post CVA Infark dengan
berkesinambungan sehingga dapat pemberian intervensi terapi genggam bola
mempengaruhi peningkatan kekuatan otot. karet selama 7 hari. Didapatkan hampir
Teori Sudarsono (2011), menjelaskan seluruh responden mengalami peningkatan
wahwa ada beberapa factor yang otot sekala 4 (Dapat bergerak dan melawan
mempengaruhi kekuatan otot, Salah hambatan ringan) yaitu sebanyak 16 orang
satunya usia. Baik laki-laki dan perempuan (80%) dari 20 orang (100%). Sedangkan
perkembangan kecepatan ototnya akan sebagian kecil responden tidak mengalami
mencapai puncak saat usia 25 tahun, dan peningkatan otot tetap dengan skala 3
akam mengalami penurunan sekitar 65% - (Dapat menggerakkan telapak tangan dan
70% saat usia 65 tahun. jari-jari) yaitu sebanyak 4 orang (20%) dari
20 orang (100%). Menurut peneliti terapi
Keluarga membantu responden dalam genggam bola karet merupaka salah satu
melakukan terapi genggam bola karet terapi digunakan untuk meningkatkan
selama proses penelitian, dengan melihat kekuatan otot dengan cara menstimulus
panduan yang di beikan peneliti melalui tangan untuk melakukan gerakan atau
video tentang terapi genggam bola karet. kontraksi otot.
keluarga mendapingi responden untuk
melakukan terapi genggam bola karet Pada pasien Post CVA Infark yang
dengan melihat pendoman yang berupa mengalami kelemahan otot dan tidak
lifeat dan video terapi genggam bola karet segera dilakukan terapi akan
yang diberikan peneliti melalui media menyebabkan beberapa gangguan
whatshap dengan cara daring. Menurut ,yaitu penurunan kekuatan otot,
peneliti peran keluarga sangat penting
penurunan pergerakan, penurunan
dalam melakukan terapi genggam bola
karet. Keluarga akan membantu responden sensivitas tubuh dan kesulitan dalam
untuk melakukan terapi genggam bola melakukan kegiatan sehari-hari. karena
karet dan keluarga juga membantu penurunan otot, Pasien CVA kesdulitan
pemulihan pasien Post CVA Infark karena dalam menggerakkan tubuhnya
membutuhkan waktu yang lama dalam (Murtaqib, 2013).Peningkatan kekuatan
pemulihan CVA. Pemberdayaan keluarga otot yaitu dengan terapi atau latihan
atau Family Empowermen menjadikan menggenggam bola. Untuk
keluarga dapat berdampingan dengan memulihkan anggota gerak atas
pasien, membantu pasien, menjaga pasien, diperlukan rangsangan utangan dengan
membantu mendapatkan informasi, bekerja terapi genggam bola karet yaitu dengan
sama antara keluarga dan perawat, dan ikut
cara mencengkram dan melepaskan
serta dalam mengambil keputusan
(Matziou., et al., 2018). genggaman bola di telapak tangan
(Sukmaningrum, 2012).
Peningkatan kekuatan otot pasien Post
CVA Infark dengan latihan menggenggam Pasien post CVA Infark di berikan
bola karet di wilayah Puskesmas Cukir sesuatu latihan gerak aktif asitif yaitu
Kecamaatan Diwek Kabupaten Jombang terapi genggam bola karet. Alat yang
dari uji statistik “Wilcoxon Signed Ranks digunakan yaitu bola karet karena
Test” didapatkan nilai p = 0,000 dengan berpengaruh untuk meningkatkan
nilai α = 0,05. Karena nilai p = 0,000 < kekuatan otot genggaman tangan dan
0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima ototnya menjadi meningkat. Terapi ini
yang artinya ada pengaruh antara terapi
berfungsi untuk meningkatkan
genggam bola karet terhadap peningkatan
kekuatan otot pasien Post CVA Infark. kekuatan otot, merangsang syaraf
motoric di tangan dan diteruskan ke
Data pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa otak, dan memperbaiki tonus otot dan
hasil penelitian ada peningkatan kekuatan
reflek tendon yang mengalami terapi genggam bola karet dengan
kelemahan (Adi dan Kartika, 2017) konsisten selama 10-15 menit sehari 2
kali dan dilakukan selama 7 hari
Teori yang disampaikan Irfan (2019), supaya kekuatan otot bisa meningkat.
untuk merangsang gerakan tangan dengan
terapi genggam bola karet yang digunakan 2. Bagi Keluarga
untuk memperbaiki fungsi tangan dengan Penelitian ini diharapkan dapat
baik, bila melakukkannya secara bertahap mengajarkan keluarga pasien tentang
dan benar prosedurnya maka kekuatan otot terapi genggam bola karet sebagai
pasien Post CVA Infark bisa meningkat. suatu fisioterapi untuk meningkatkan
Pemberian terapi pada fase ini sangat baik otot yang bisa dikerjakan dirumah.
karena dalam proses rehabilitasi. Yang bisa dikerjakan dirumah untuk
Penyembuhan setelah CVA dengan terapi meningkatkan kekuatan otot.
genggam bola karet dilakukan dengan
cepat secara bertahap dengan prosedur 3. Bagi Puskesmas Cukir
yang sesuai sehingga akan membantu Perawat Puskesmas Cukir dan poli
memulihkan fisik dengan cepat dan lansia dapat menjadikan terapi
optimal (Sofwan., 2013). Latihan genggam bola karet sebagai program
menggenggam bola karet yang dilakukan rehabilitasi pasien Post CVA yang
dalam waktu 10-15 menit 2 kali sehari yang mengalami kelemahan otot yang
selama 7 hari berturut-turut dapat bisa dilakukan di rumah sebagai terapi
menimbulkan rangsangan sehingga sederhana.
meningkatkan rangsangan pada syaraf otot
ekstremitas, maka dari itu terapi 4. Bagi Perawat.
menggenggam bola karet dengan rutin dan Penelitian ini Dapat dijadiakan acuan
sesuai dengan prosedur maka kekuatan oleh perawat sebagai intervensi
otot akan meningkat. keperawatan dan terapi bagi pasien
Post CVA untuk meningkatkan
kekuatan otot dan dapat menjadikan
SIMPULAN DAN SARAN wawasan baru bagi perawat yaitu bisa
mengukur kekutan otot dengan
Simpulan menggunakan alat Hangrip
Dynamometer.
1. Kekuatan otot pasien Post CVA Infark
sebelum dilakukan intervensi terapi 5. Bagi Peneliti Selanjutnya
genggam bola karet kategorinya dapat Penelitian selanjutnya dapat
menggerakkan tangan dan jari-jari. melakukan penelitian tentang
peningkatan kekuatan otot pada
2. Kekuatan otot pasien Po st CVA Infark pasien CVA dengan jenis penelitian
setelah dilakukan terapi genggam bola yang berbeda, seperti studi
karet kategorinya dapat bergerak dan kualitatif dengan pendekatan
melawan hambatan ringan. retrospektif dan dengan intervensi
yang berbeda.
3. Ada pengaruh terapi genggam bola
karet terhadap peningkatan otot pasien
Post CVA Infark. KEPUSTAKAAN
Saran Adi, D, Dirge. and Kartika, R. dwi.
(2017). 'Pengaruh Terapi Akfit
1. Bagi responden
Bagi responden di wilayah kerja Menggenggam Bola Karet
Puscesmas Cukir agar melakukan Terhadap Kekuatan Otot Pada
Pasien Stroke Non Hemoragik di family-centred model of care and its
Wilayah Kerja Puskesmas use in daily practice, British Journal
Pengasih 2 Kulon Progo of Nursing. MA Healthcare London,
Yogyakarta'. Skripsi : Vol. 27, No. 14, pp. 810–816.
Yogyakarta: STIKES Jendral
Achmad Yani Yogyakarta Murtaqib, M. (2013). 'Pengaruh
Latihan Range Of Motion (ROM)
Ahern, N. R. and Wilkinson, J. M. (2011) Aktif Terhadap Perubahan
Buku saku diagnosis keperawatan, Rentang Gerak Sendi Pada
EGC, Jakarta. Penderita Stroke Di Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember'.
Andarwati, N, A. (2013). 'Pengaruh Jurnal IKESMA, Vol. 9, No. 2,
Latihan ROM Terhadap Peningkatan Hal. 106-115.
Kekuatan Otot Pasien Hemiparese
post Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Olviani, Y., Mahdalena, M. and
Surakarta'. Skripsi : Surakarta: Rahmawati, I. (2017). Pengaruh
Universitas Muhammadiyah Latiahan Range Of Motion (ROM)
Surakarta. Aktif-Asitif (Spherical Grip)
Terhadap Peningkatan Otot
Chaidir, R and Zuardi, I. M. (2014) . Ekstremitas Atas Pasien Stroke Di
'Pengaruh Latihan Range Of Motion Ruang Rawat Inap Penyakit (Syaraf
Pada Ekstremitas Atas Dengan Bola Seruni) RSUD Ulin Banjarmasin.
Karet Terhadap Kekuatan Otot Jurnal Dinamika Kesehatan, 8(1),
Pasien Stroke Non Hemoragi Di Hal. 250–257.
Ruang Rawat Stroke RSSN
Bukittinggi tahun 2012'. ’AFIYAH. Pinzon, R and Asanti, L. (2010). AWAS
Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6. STROKE! pengertian, gejala,
tindakan, perawatan dan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pencegahan. Penerbit Andi.
(2018). Yogyakarta.

Go, A. S., Roger, V. L., Lloyd-Jones, D. Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-penyakit


M., Benjamin, E. J., Berry, J. D., mematikan. Nuha Medika.
Members, W. G., ... Fox, C. S. Yogyakarta..
(2012). Heart disease and stroke
statistics—2012 update: a report Putri, Y. M. and Wijaya, A. S. (2013)
from the American Heart Keperawatan medikal bedah, Nuha
Association. Circulation, 125(1), e2. Medika, Yogyakarta

Irdawati, I. (2009). 'Perbedaan Pengaruh Rahman, R., Dewi, F. S. T. and


Latihan Gerak terhadap Kekuatan Setyopranoto, I. (2017). Dukungan
Otot pada Pasien Stroke Non- keluarga dan kualitas hidup
Hemoragik Hemiparese Kanan penderita stroke pada fase pasca akut
Dibandingkan dengan Hemiparese di Wonogiri. Berita Kedokteran
Kiri', Media Medika Indonesiana, Masyarakat, Hal. 33, No. 8, pp. 383–
Vol 43, No.2, pp. 75–82 390.

Irfan, M., (2019) . Fisioterapi bagi insan Setyoadi, S., Nasution, T. H. and
stroke. Graha Ilmu, Jakarta. Kardinasari, A. (2017). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan
Matziou, V. et al. (2018). Evaluating how Kemandirian Pasien Stroke di
paediatric nurses perceive the Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah
Sakit Dr. Iskak Tulungaung.
Majalah Kesehatan FKUB, Vol. 4,
No. 3, Hal. 139–148.

Sofwan, R. (2013) Stroke dan rehabilitasi


pasca stroke. Bhuana Ilmu Populer.
Yogyakarta.

Sudarsono (2011) Kapita Selecta


Neurolodi. Gadjah Mada University
press. Yogyakarta.

Sukmaningrum, F. (2012) 'Efektivitas


Range of Motion (ROM) Aktif-
Asistif : Spherical Grip Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot
Ekstremitas Atas Pada Pasien
Stroke, 014, p. 2

WHO. World Healt Statistic 2017: World


Healt Organitation: 2017.

Anda mungkin juga menyukai