Anda di halaman 1dari 9

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan kritis merupakan area spesialistik dari keperawatan yang
dikembangkan untuk menjawab tantangan dan kebutuhan klien dengan masalah
kesehatan akut dan mengancam jiwa yang memerlukan perawatan secara intensif.
Salah satunya adalah pasien dengan gagal jantung, overload cairan, shock,
hipertensi pulmonal dan banyak kasus lain adalah pasien dengan masalah
perubahan status hemodinamik.
Hemodinamik status adalah indeks dari tekanan dan kecepatan aliran darah
dalam paru dan sirkulasi sistemik.Salah satu pengukuran hemodinamika adalah
CVP. CVP (Central Veneus Pressure) adalah tekanan didalam atrium kanan pada
vena besar dalam rongga toraks dan letak ujung kateter pada vena kava superior
tepat didistal atrium kanan.Pentingnya pemantauan terus menerus terhadap status
hemodinamik, respirasi, dan tanda-tanda vital lain akan menjamin early
detection bisa dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mecegah pasien jatuh
kepada kondisi lebih parah.
Perkembangan teknologi dan intervensi medis untuk pemulihan pasien-
pasien kritis telah berdampak pada meningkatnya pengakuan akan pentingnya
peran keperawatan dalam mengobservasi dan monitoring pasien-pasien kritis.
Bahkan, dokter akan sangat tergantung pada perawat dalam mengawasi perubahan-
perubahan yang terjadi pada pasien kritis termasuk melakukan penanganan awal
ketika dokter tersebut tidak ada di tempat. Sehingga disinilah kita sebagai perawat
dituntut secara ekstra untuk memiliki skill maupun pengetahuan yang tinggi

1.2 Tujuan
1. Menjelaskan definisi CVP (Central Veneus Pressure)
2. Menjelaskan tujan pengukuran CVP (Central Veneus Pressure)
3. Menjelaskan indikasi pengukuran CVP (Central Veneus Pressure)
4. Menjelaskan interpretasi hasil pengukuran CVP (Central Veneus Pressure)

1
2

5. Menjelaskan apa saja faktor yang mempengaruhi pengukuran CVP (Central


Veneus Pressure)

1.3 Manfaat
Bagi pembaca dan penulis dapat mengeti mengenai definisi, tujuan, indikasi,
interpretasi dan faktor yang mempengaruhi pengukuran CVP (Central Veneus
Pressure).
3

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Tekanan vena sentral (CVP) adalah tekanan dari darah atrium kanan jantung
dan vena cava dan memberikan informasi mengenai volume darah dalam
hubungannya dengan kapasitas saat ini, tonus vaskular, keefektifan fungsi jantung
kanan, resistensi vaskular paru dan tekanan intra torak. Nilai normal CVP berkisar
3 – 15 cm air (3-10 mmHg) (Higgnis, 2004 dalam Dougherty, 2010).
Tekanan vena sentral (CVP) adalah tekanan dalam atrium kanan atau vena-
vena besar dalam rongga toraks. Lokasinya di vena subklavia, vena jugularis
eksternal/internal, vena basilika media (Nurachmah, 2000).
Tekanan vena sentral (Central venous pressure, CVP) adalah tekanan intra
-vaskular  didalam  vena  cava  torakal.  Tekanan  vena  sentral 
menggambarkan banyaknya darah yang kembali ke dalam jantung dan 
kemampuan jantung untuk memompa darah kedalam sistem arterial. 
Perkiraan yang baik dari tekanan atrium kanan, yang mana merupakan 
faktor yang menentukan dari volume akhir diastolik ventrikel kanan.  Tekanan 
vena  sentral menggambarkan  keseimbangan  antara  volume  intravaskular, 
venous  capacitance,  dan  fungsi  ventrikel  kanan. 
Pengukuran CVP sering digunakan sebagai panduan untuk  menentukan  status 
volume  pasien  dan  kebutuhan  cairan  dan  untuk  memeriksa  adanya tamponade.

2.2. Tujuan Pengukuran CVP


1. Mengetahui status intravaskuler dan menunjukkan volume sirkulasi darah atau
status hidrasi tubuh (normovolemik, hipervolemik, atau hipovolemik/dehidrasi)
2. Mengetahui tonus pembuluh darah: hipotonus atau hipertonus
3. Mengetahui fungsi ventrikel kanan sebagai pompa (indikasi gagal jantung
kanan)

2.3. Indikasi pengukuran CVP
1. Kegagalan sirkulasi akut 
4

2. Antisipasi transfusi darah massif untuk terapi penggantian cairan 
3. Penggantian cairan yang hati‐hati pada pasien dengan gangguan jantung 
4. Curiga adanya tamponade 3

2.4. Interprestasi Pengukuran CVP


Rendah  : < 6 cm H2O 
Normal  : 6 sampai 12 cm H2O 
Tinggi   : > 12 cm H2O  

2.5.  Faktor‐Faktor Yang Mempengaruhi Pengukuran CVP
1. Volume darah vena sentral 
a. Venous return/cardiac output 
b. Volume darah total 
c. Tonus vaskuler regional 
2. Pemenuhan kompartemen sentral 
a. Tonus vaskuler 
b. Pemenuhan ventrikel kanan 
c. Penyakit myokard 
d. Penyakit perikard 
e. Tamponade 
3. Penyakit katup trikuspid 
a. Stenosis 
b. Regurgitasi 
4. Ritme jantung 
a. Ritme junctional 
b. Fibrilasi atrium 
c. Disosiasi atrioventrikular 
5. Level transducer 
a. Posisi pasien 
b. Tekanan intrathorakal 
c. Respirasi 
d. Intermittent positive‐presure ventilation 
5

e. Positive end‐expiratory pressure 
f. Tension pneumothorax 
Tabel Penyebab yang mungkin dari CVP yang meningkat dan menurun
Peningkatan CVP menujukkan volume Penurunan CVP menunjukkan volume
darah yang tinggi, tetapi juga darah yang rendah, tetapi juga:
1. Gagal ventrikel kanan 1. Adanya asites (menyebabkan
2. Temponade jatung peningakatan intra abdomen
3. Hipertensi pulmonal 2. Vasodilatasi vena perifer meningkat
4. Inkompetensi katup trikuspidalis 3. Peberian obat-obatan vasodilatasi
5. Infus sedang berlangsung saat 4. Tekanan intra-torakal meningkat
pengukuran 5. Adanya septikemia
6. Ujung kateter tersumbat atau 6. Disfungsi sistem saraf simpatis
tergeser
7. Kesalahan pengguna
(manley, 1991 dalam Dougherty, 2010)
6

BAB 3
PEMBAHASAN

A. Rencana Penerapan EBNP


Pada pasien-pasien yang dilakukan pemasangan CVP sebaiknya dilakukan
pengukuran pada tekananan vena sentral salah satunya dengan metode
pengukuran hemodinamik pasien secara invasif. Pemantauan tekanan vena
sentral dapat dilakukan untuk menilai fungsi jantung, volume darah yang
bersirkulasi, tonus vaskuler, dan respon pasien terhadap terapi. Tekanan vena
sentral ditentukan oleh empat kompenen, yaitu: volume darah, fungsi kardiak,
tekanan intratorakal dan tonus vasomotor. Untuk mengidentifikasi masalah-
masalah pada pemantauan tekanan vena sentral, yang berkaitan dengan alat &
tehnik pengukuran CVP, yakni :
1. Kateter yang tersumbat ; keadaan ini akan menghasilkan pembacaan yang
persisten tinggi dengan gambar yang mendatar.
2. Kalibrasi yang tidak benar, jika menggunakan tranduser dan osiloskop,
makasistem harus dikalibrasi sesuai rekomendasi pabrik yang tercantum
dalam petunjuk manual penggunaan alat.
3. Prosedur pengukuran yang tidak konsisten; pastikan prosedur dilakukan
dengan konsisten (posisi pasien dan titik referensi yang identik) untuk
pengukuran tekanan vena sentral serial.
4. Infus yang terus diberikan; pengukuran tekanan vena sentral yang tinggi
palsu akan menyebabkan infus terus diberikan melalui kateter CVP selama
prosedur. Selain itu cairan infus mengandung obat vasoaktif, maka resultan
pembilasan dapat menyebabkan periode mendadak instabilitas jantung.
Infus harus dimatikan selama dilakukan pengukuran CVP.
5. Ujung kateter berada di ventrikel kanan; keadaan ini akan menyebabkan
pembacaan tekanan tinggi yang tidak diharapkan.
6. Osilasi pernafasan; pengukuran harus dilakukan pada akhir ekspirasi,
terutama jika pasien mengalami distres pernafasan atau sedang diventilasi
karena CVP akan menjadi lebih tinggi secara artifisial akibat tekanan
intratoraks yang positif.

6
7

Tekanan vena sentral yang diukur melalui kanulasi pada vena femoralis yang
ujung kanulenya bermuara di vena cava inferior dengan kateter atrium
transthoracic langsung, diperoleh hasil bahwa pengukuran tekanan vena sentral
pada vena femoralis dengan kateter atrium berkurang, hal ini akan
menyebabkan penurunan tekanan vena sentral. Untuk validitas pengukuran dan
keakuratan interpretasi tekanan vena sentral maka posisi pasien harus konstan
(jika mungkin dalam posisi terlentang) dan harus menggunakan titik
phlebostatik yang sama (mid aksila ICS 4) untuk setiap pembacaan. Bila posisi
terlentang tidak memungkinkan maka dapat dilakukan pada posisi semifowler
dengan lavelling harus dilakukan setiap kali posisi pasien berubah.

B. Rekomendasi
Dalam pemantauan tekanan vena sentral ada baiknya dilakukan pada pasien
dengan kondisi gangguan jantung, kelainan ginjal, tindakan pembedahan (open
heart), trauma berat dan perdarahan, syok, klien yang terpasang nutrisi
parenteral, pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah besar.
8

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemodinamik status adalah indeks dari tekanan dan kecepatan aliran
darah dalam paru dan sirkulasi sistemik.Salah satu pengukuran
hemodinamika adalah CVP. CVP (Central Veneus Pressure) adalah tekanan
didalam atrium kanan pada vena besar dalam rongga toraks dan letak ujung
kateter pada vena kava superior tepat didistal atrium kanan. Adapun
penghambat dalam tindakan CVP adalah Kateter yang tersumbat, Kalibrasi
yang tidak benar, Prosedur pengukuran yang tidak konsisten, Infus yang
terus diberikan, Ujung kateter berada di ventrikel kanan.

B. Saran
Pada pasien-pasien yang dilakukan pemasangan CVP sebaiknya
dilakukan pengukuran pada tekananan vena sentral salah satunya dengan
metode pengukuran hemodinamik pasien secara invasif. Pemantauan
tekanan vena sentral dapat dilakukan untuk menilai fungsi jantung, volume
darah yang bersirkulasi, tonus vaskuler, dan respon pasien terhadap terapi.
Pemasangan CVP sebaiknya juga dilakukan pada pasien dengan kondisi
gangguan jantung, kelainan ginjal, tindakan pembedahan (open heart),
trauma berat dan perdarahan, syok, klien yang terpasang nutrisi parenteral,
pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah besar.

8
9

DAFTAR PUSTAKA

Nurachmah, E. 2000. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


EGC.
Dougherty, L. 2010. Akses Vena Sentral. Jakarta: Erlangga.
Tim Keperawatan Kritis UNAIR. 2017. Modul Praktikum Keperawtan Kritis.
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai