“BENDUNGAN ASI”
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 2
1. MERY OKTAPERA ( 40016069 )
2. VERA WATI ( 40016070 )
3. ANIS ADE ASTUTI ( 40016071 )
4. MELIA ANDRIANI ( 40016072 )
5. SHERLY SYAGITA ( 40016073 )
6. MARIA ULVA OKTARINA (40016074)
7. WINDA SARI (40016075)
8. WIDI ASTRIANI (40016076)
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah ASUHAN KEBIDANAN
NIFAS dengan judul ”BENDUNGAN ASI” tepat pada waktunya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.4 Patofisiologi........................................................................................................................5
2.6 Penanganan.........................................................................................................................6
2.7 Penatalaksanaan..................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu hak bayi baru lahir adalah mendapatkan ASI dari ibu kandungnya. Selama
hamil, payudara berkembang sedemikian rupa dan menghasilkan air susu. Produksi susu ini
siap diberikan kepada bayi dengan cara menyusui (Eva Ellya Sibagariang, 2010).
Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makanan utama bayi. Dengan ASI, bayi
akan tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat, bersifat lemah lembut dan mempunyai
IQ yang tinggi. Pemberian kolostrum serta proses menyusui yang benar merupakan sarana
yang dapat diandalkan untuk membangun generasi yang berkualitas. Seperti kita ketahui,
kolostrum memiliki konsentrasi gizi dan imunitas tinggi yang diproduksi pada tahap
kehamilan dan hari - hari awal setelah melahirkan (Suradi, 2008).
Menurut UNICEF, ASI eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia dan
juga menyatakan bahwa 30.000 kematian di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di dunia
setiap tahun dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak jam
pertama kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tanbahan kepada bayi
(Sujiyatini, Nurjanah & Kurniati, 2010).
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah
pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan
menyusui sering dianggap masalah pada anaknya saja ( Manajemen Laktasi, 2004 ).
Bendungan air susu terjadi akibat pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan (Sarwono, 2005, hal.700).
1
Umumnya setelah melahirkan, payudara ibu membesar, terasa panas, keras, dan tidak
nyaman. Pembesaran tersebut dikarenakan peningkatan suplai darah ke payudara bersamaan
dengan terjadinya produksi air susu. Biasanya hal ini berlangsung selama beberapa hari.
Kondisi ini bersifat normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun, terkadang pembesaran itu
terasa menyakitkan sehinga ibu tidak leluasa mengenakan kutang ataupun membiarkan benda
apapun menyentuh payudaranya (Dwi Sunar Prasetyono, 2009).
Pada permulaan nifas apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau kemudian apabila
kelenjar - kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.
Payudara panas serta keras pada perabaan dan nyeri: suhu badan tidak naik. Puting susu bisa
mendatar dan hal ini menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang - kadang pengeluaran air susu
juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh
limfe (Sarwono. 2005, hal.700).
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh
kelenjar - kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. (Sarwono, 2005).
Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya
kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu
berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara
produksi ASI.
Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam
setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini
bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh
tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan,
payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran
susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi
bengkak, merah dan mengkilap.
Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada
payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya
mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat
mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit
menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang berlebihan. Apabila bayi
sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka terdapat sisa ASI
di dalam payudara.
Pada masa laktasi, bila ibu tidak meyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak
aktif menghisap.
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akhirnya ibu tidak mau menyusui bayinya.
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat
menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu.
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat menyusu karena bayi tidak dapat
menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro, 2005) :
3. Puting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan bayi untuk menyusu.
4
1). Payudara sangat sukar disusu oleh bayi
2.4 Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2 - 3
hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic
hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan
lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus
kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek
yang menyebabkan kontraksi sel - sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus
kecil kelenjar - kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas
apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar - kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu (Wiknjosastro, 2005).
Pencegahan bendungan ASI dapat dicegah dengan cara - cara sebagai berikut :
1. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun atau zat pembersih lain, bersihkan hanya
dengan air.
Menurut sumber lain bendungan ASI dapat dicegah dengan cara (Soetjiningsih, 1997) :
5
1). Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
3). Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, apabila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.
2.6 Penanganan
1. Berikan terapi simptomatis(terapi yang dilakukan sesuai dengan gejala yang dialami)
untuk sakitnya (analgetika).
4. Kalau perlu berikan stil bestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk
membendung sementara produksi air susu.
Dapat dilakukan juga dilakukan penanganan yang lain diantaranya (khaidirmuhaj, 2009) :
4) Menyusui payudara yang tidak lecet, bila lecet hebat maka menyusui ditunda 24 - 48 jam,
ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa.
2.7 Penatalaksanaan
6
b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada
awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara setiap kali selesai menyusui jika bayi
belum benar - benar menghabiskan ASI
d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan
dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan
- lahan turun ke arah puting susu
e. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
f. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
g. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika),
kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang.
Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara
waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu diperhatikan hal - hal sebagai berikut ini
(Huliana, 2003):
3). Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi produksi ASI.
6). Hindari rasa cemas dan stress karena akan menghambat reflek oksitosin.
Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu akan keluar dari
lubang - lubang pada puting susu. Oleh karena itu, puting susu perlu dirawat agar dapat
bekerja dengan baik. Berikut ini langkah - langkah yang perlu dilakukan untuk merawat
puting susu.
a). Kompres kedua puting susu dengan kapas yang telah dibasahi dengan minyak selama lima
menit agar kotoran di sekitar puting mudah terangkat.
8
b). Jika puting susu normal, lakukan perawatan berikut. Oleskan minyak pada ibu jari dan
telunjuk, lalu letakkan keduanya pada puting susu. Lakukan gerakan memutar ke arah dalam
sebanyak 30 kali putaran untuk kedua puting susu. Gerakan ini untuk meningkatkan elastisitas
otot puting susu.
c). Jika puting susu datar atau masuk ke dalam, Lakukan tahap berikut :
1) Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan puting susu, kemudian tekan dan
hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara perlahan.
2) Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah puting susu, lalu tekan serta hentakkan
kearah luar menjauhi puting susu secara perlahan. Lakukanlah langkah-langkah
perawatan di atas 4-5 kali pada pagi dan sore hari. Sebaiknya perhatikan untuk tidak
memakai bahan-bahan seperti alkohol atau sabun untuk membersihkan puting susu
karena akan menyebabkan kulit menjadi kering dan lecet.
Untuk mencegah puting susu agar tidak lecet (luka ) adalah sebagai berikut :
d. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol dan obat - obatan yang dapat
merangsang kulit atau puting susu.
e. Lepaskan hisapan bayi setelah menyusui dengan benar, yaitu dengan menekan dagu bayi
atau meletakkan jari kelingking ibu ke sudut mulut bayi agar mulut bayi terbuka. Jika
terjadi lecet atau retak-retak, istirahatkan tidak menyusui selama 24 jam dan diberi salep
di puting susu yang lecet, untuk mengurangi rasa sakit lakukan pengompresan es dan
lakukan pengosongan ASI secara manual.
Perawatan Payudara
2. Gelas susu
5. Handuk bersih
Terdiri dari empat gerakan, yang dilakukan pada kedua payudara selama lima menit. Berikut
tahap - tahap yang dilakukan pada pengurutan pertama.
c. Lakukan pengurutan, dimulai ke arah atas, lalu telapak tangan kiri ke arah sisi kiri dan
telapak tangan kanan ke arah sisi kanan.
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan membuat
gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting
susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan. Lakukan dua kali gerakan pada setiap
payudara. Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara.
Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan
sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu, lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
10
c). Pengompresan
Lakukan tahap pengompresan. Sebelumnya, siapkan alat dan bahan berupa dua buah
wadah/baskom kecil yang masing-masing di isi dengan air hangat dan air dingin serta dua
buah waslap/sapu tangan dari bahan handuk. Selanjutnya kompres kedua payudara dengan
waslap hangat selama dua menit . Lalu ganti dengan kompres waslap dingin selama satu
menit. Kompres bergantian selama tiga kali berturut-turut dan diakhiri dengan kompres air
hangat.
Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah pembendungan ASI. Berikut ini tahap-tahap
yang harus dilakukan:
1. Sediakan gelas untuk menampung air (jika air susu akan disimpan, gunakan yang steril).
2. Keluarkan air susu dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira-kira 2,5-3 cm dari puting
susu.
3. Letakkan jari-jari tersebut sedemikian rupa sehingga penampungan air susu berada di
bawahnya.
4. Tekan payudara ke arah dada dan perhatikan agar jari-jari jangan direnggangkan. Angkat
payudara yang agak besar dahulu, lalu tekankan ke arah dada.
5. Gerakkan ibu jari dan telunjuk ke arah puting susu untuk menekan dan mengosongkan
tempat penampungan susu pada payudara tanpa rasa sakit.
6. Ulangi gerakan itu untuk mengosongkan daerah penampungan air susu. Gunakan kedua
tangan pada masing-masing payudara.
Catatan :
Hindari penarikan puting susu dan payudara keluar karena dapat merusak jaringan
payudara.
11
Hindari penggesekan pada payudara karena dapat menimbulkan rasa panas pada kulit
payudara.
Selesai melakukan perawatan payudara, pakailah bra atau BH yang menyangga payudara
dengan sempurna. Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, proses menyusui
dapat berjalan dengan lancar.
Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah
bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh
kelenjar - kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. (Sarwono, 2005).
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika),
kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang.
Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara
waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
13