Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

“BENDUNGAN ASI”

DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 2
1. MERY OKTAPERA ( 40016069 )
2. VERA WATI ( 40016070 )
3. ANIS ADE ASTUTI ( 40016071 )
4. MELIA ANDRIANI ( 40016072 )
5. SHERLY SYAGITA ( 40016073 )
6. MARIA ULVA OKTARINA (40016074)
7. WINDA SARI (40016075)
8. WIDI ASTRIANI (40016076)

KELAS : 2B / D III KEBIDANAN

DOSEN PEMBIMBING : RIA GUSTIRINI., SST., M.Keb

STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah ASUHAN KEBIDANAN
NIFAS dengan judul ”BENDUNGAN ASI” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Palembang, 21 Oktober 2017

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bendungan ASI.................................................................................................3

2.2 Faktor Penyebab Bendungan ASI.......................................................................................4

2.3 Tanda dan Gejala................................................................................................................4

2.4 Patofisiologi........................................................................................................................5

2.5 Pencegahan Bendungan ASI...............................................................................................5

2.6 Penanganan.........................................................................................................................6

2.7 Penatalaksanaan..................................................................................................................7

2.8 Upaya pengobatan untuk bendungan ASI..........................................................................7

2.9 Perawatan Payudara............................................................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Salah satu hak bayi baru lahir adalah mendapatkan ASI dari ibu kandungnya. Selama
hamil, payudara berkembang sedemikian rupa dan menghasilkan air susu. Produksi susu ini
siap diberikan kepada bayi dengan cara menyusui (Eva Ellya Sibagariang, 2010).
Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makanan utama bayi. Dengan ASI, bayi
akan tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat, bersifat lemah lembut dan mempunyai
IQ yang tinggi. Pemberian kolostrum serta proses menyusui yang benar merupakan sarana
yang dapat diandalkan untuk membangun generasi yang berkualitas. Seperti kita ketahui,
kolostrum memiliki konsentrasi gizi dan imunitas tinggi yang diproduksi pada tahap
kehamilan dan hari - hari awal setelah melahirkan (Suradi, 2008).

Menurut UNICEF, ASI eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia dan
juga menyatakan bahwa 30.000 kematian di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di dunia
setiap tahun dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak jam
pertama kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tanbahan kepada bayi
(Sujiyatini, Nurjanah & Kurniati, 2010).

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah
pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan
menyusui sering dianggap masalah pada anaknya saja ( Manajemen Laktasi, 2004 ).

Selama kehamilan, payudara disiapkan untuk laktasi. Pembesaran payudara terjadi


dengan adanya penambahan sistem vascular dan limpatik sekitar payudara sehingga menjadi
besar, mengeras dan sakit bila disentuh. Sementara itu, konsentrasi hormone yang
menstimulasi perkembangan payudara selama ibu hamil menurun dengan cepat setelah bayi
lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon - hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil
sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak (Anik Maryunani, 2009).

Bendungan air susu terjadi akibat pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan (Sarwono, 2005, hal.700).

1
Umumnya setelah melahirkan, payudara ibu membesar, terasa panas, keras, dan tidak
nyaman. Pembesaran tersebut dikarenakan peningkatan suplai darah ke payudara bersamaan
dengan terjadinya produksi air susu. Biasanya hal ini berlangsung selama beberapa hari.
Kondisi ini bersifat normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun, terkadang pembesaran itu
terasa menyakitkan sehinga ibu tidak leluasa mengenakan kutang ataupun membiarkan benda
apapun menyentuh payudaranya (Dwi Sunar Prasetyono, 2009).

Pada permulaan nifas apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau kemudian apabila
kelenjar - kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.
Payudara panas serta keras pada perabaan dan nyeri: suhu badan tidak naik. Puting susu bisa
mendatar dan hal ini menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang - kadang pengeluaran air susu
juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh
limfe (Sarwono. 2005, hal.700).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian bendungan ASI?
2. Apa saja faktor penyebab bendungan ASI?
Bagaimana tanda dan gejala dari bendungan ASI?
3. Bagaimana cara pencegahan dan penatalaksaan dari bendungan ASI?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertianbendungan ASI.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab bendungan ASI.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari bendungan ASI.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penatalaksaan dari bendungan ASI.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bendungan ASI

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh
kelenjar - kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. (Sarwono, 2005).

Keluhan ibu menurut Prawirohardjo, (2005) adalah payudara bengkak, keras, panas dan nyeri.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya
kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika), kosongkan
payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu
berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara
produksi ASI.

Kepenuhan fisiologis menurut Rustam (1998) adalah sejak hari ketiga sampai hari keenam
setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini
bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh
tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Pada bendungan,
payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran
susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meingkat. Payudara menjadi
bengkak, merah dan mengkilap.

Jadi dapat diambil kesimpulan perbedaan kepenuhan fisiologis maupun bendungan ASI pada
payudara adalah :

a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat mengkilap. ASI biasanya
mengalir dengan lancar dengan kadang-kadang menetes keluar secara spontan.
b. Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara terlihat
mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit
menghisap ASI sampai bengkak berkurang.

2.2 Faktor Penyebab Bendungan ASI


3
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu :

1. Pengosongan mammae yang tidak sempurna

Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang berlebihan. Apabila bayi
sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka terdapat sisa ASI
di dalam payudara.

2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila ibu tidak meyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak
aktif menghisap.

3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar

Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akhirnya ibu tidak mau menyusui bayinya.

4. Puting susu terbenam

Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat
menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu.

5. Puting susu terlalu panjang

Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat menyusu karena bayi tidak dapat
menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.

2.3 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro, 2005) :

1. Payudara keras dan panas pada perabaan.

2. Suhu badan tidak naik

3. Puting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan bayi untuk menyusu.

4. Kadang - kadang pengeluaran air susu terhalang.

Sedangkan tanda dan gejala yang lain (Soetjiningsih, 1997) :

4
1). Payudara sangat sukar disusu oleh bayi

2). Kalang payudara lebih menonjol

3). Puting susu lebih mendatar

4). Kulit pada payudara nampak lebih mengkilat

5). Ibu merasa demam

6). Payudara terasa nyeri

2.4 Patofisiologi

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2 - 3
hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic
hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan
lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus
kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek
yang menyebabkan kontraksi sel - sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus
kecil kelenjar - kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas
apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar - kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu (Wiknjosastro, 2005).

2.5 Pencegahan Bendungan ASI

Pencegahan bendungan ASI dapat dicegah dengan cara - cara sebagai berikut :

1. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun atau zat pembersih lain, bersihkan hanya
dengan air.

2. Teknik menyusui harus benar.

3. Puting dan areola harus kering setelah menyusui.

4. Jangan memakai lapisan plastik pada payudara.

Menurut sumber lain bendungan ASI dapat dicegah dengan cara (Soetjiningsih, 1997) :
5
1). Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.

2). Susukan bayi tanpa jadwal.

3). Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, apabila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.

4). Melakukan perawatan payudara pasca natal secara teratur.

2.6 Penanganan

Penanganan bendungan ASI yaitu (Moochtar, 1998) :

1. Berikan terapi simptomatis(terapi yang dilakukan sesuai dengan gejala yang dialami)
untuk sakitnya (analgetika).

2. Kosongkan payudara (bukan ditekan) dengan pompa atau dengan tangan.

3. Sebelum menyusukan dilakukan pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan


hilang.

4. Kalau perlu berikan stil bestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk
membendung sementara produksi air susu.

Dapat dilakukan juga dilakukan penanganan yang lain diantaranya (khaidirmuhaj, 2009) :

1) Teknik menyusui yang benar

2) Puting susu harus kering

3) Pemberian lanunen dan vitamin E

4) Menyusui payudara yang tidak lecet, bila lecet hebat maka menyusui ditunda 24 - 48 jam,
ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa.

2.7 Penatalaksanaan

1. Jika ibu menyusui :


a. Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan -
lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras

6
b. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada
awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif
c. Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara setiap kali selesai menyusui jika bayi
belum benar - benar menghabiskan ASI
d. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan
dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan
- lahan turun ke arah puting susu
e. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
f. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
g. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

2. Jika ibu tidak menyusui :


 Gunakan bra yang menopang
 Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri
 Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
 Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
 Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

2.8 Upaya pengobatan untuk bendungan ASI

1. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek


2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin (Sastrawinata, 2004)
 Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah :
1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan Kompres dingin sesudah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas.

Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika),
kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang.
Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara
waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

2.9 Perawatan Payudara

a. Pengertian Perawatan Payudara


7
Perawatan payudara pada waktu nifas adalah perawatan yang dilakukan terhadap payudara
pada masa setelah melahirkan.

b. Tujuan Perawatan Payudara

Tujuan perawatan payudara adalah sebagai berikut (Jenny, 2006) :

1). Melancarkan sirkulasi aliran darah.

2). Mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI

Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu diperhatikan hal - hal sebagai berikut ini
(Huliana, 2003):

1). Lakukan perawatan payudara secara teratur.

2). Pelihara kebersihan sehari-hari.

3). Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi produksi ASI.

4). Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya.

5). Ibu harus merasa nyaman dan santai.

6). Hindari rasa cemas dan stress karena akan menghambat reflek oksitosin.

c. Jenis - jenis Perawatan Payudara

Jenis - jenis perawatan payudara antara lain (Huliana, 2003):

 Perawatan Puting Susu

Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu akan keluar dari
lubang - lubang pada puting susu. Oleh karena itu, puting susu perlu dirawat agar dapat
bekerja dengan baik. Berikut ini langkah - langkah yang perlu dilakukan untuk merawat
puting susu.

a). Kompres kedua puting susu dengan kapas yang telah dibasahi dengan minyak selama lima
menit agar kotoran di sekitar puting mudah terangkat.

8
b). Jika puting susu normal, lakukan perawatan berikut. Oleskan minyak pada ibu jari dan
telunjuk, lalu letakkan keduanya pada puting susu. Lakukan gerakan memutar ke arah dalam
sebanyak 30 kali putaran untuk kedua puting susu. Gerakan ini untuk meningkatkan elastisitas
otot puting susu.

c). Jika puting susu datar atau masuk ke dalam, Lakukan tahap berikut :

1) Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan puting susu, kemudian tekan dan
hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara perlahan.

2) Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah puting susu, lalu tekan serta hentakkan
kearah luar menjauhi puting susu secara perlahan. Lakukanlah langkah-langkah
perawatan di atas 4-5 kali pada pagi dan sore hari. Sebaiknya perhatikan untuk tidak
memakai bahan-bahan seperti alkohol atau sabun untuk membersihkan puting susu
karena akan menyebabkan kulit menjadi kering dan lecet.

Untuk mencegah puting susu agar tidak lecet (luka ) adalah sebagai berikut :

a. Olesi puting susu dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui.

b. BH jangan terlalu keras atau ketat.

c. Posisi menyusui lakukan bervariasi.

d. Jangan membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol dan obat - obatan yang dapat
merangsang kulit atau puting susu.

e. Lepaskan hisapan bayi setelah menyusui dengan benar, yaitu dengan menekan dagu bayi
atau meletakkan jari kelingking ibu ke sudut mulut bayi agar mulut bayi terbuka. Jika
terjadi lecet atau retak-retak, istirahatkan tidak menyusui selama 24 jam dan diberi salep
di puting susu yang lecet, untuk mengurangi rasa sakit lakukan pengompresan es dan
lakukan pengosongan ASI secara manual.

 Perawatan Payudara

Langkah - langkah perawatan payudara antara lain :

a). Siapkan alat dan bahan berikut ini


9
1. Minyak kelapa

2. Gelas susu

3. Air panas dan air dingin dalam wadah/baskom kecil

4. Waslap/sapu tangan dari handuk

5. Handuk bersih

b). Lakukan langkah - langkah pengurutan

(1). Pengurutan pertama

Terdiri dari empat gerakan, yang dilakukan pada kedua payudara selama lima menit. Berikut
tahap - tahap yang dilakukan pada pengurutan pertama.

a. Licinkan kedua tangan dengan minyak.

b. Tempatkan kedua tangan di antara kedua payudara.

c. Lakukan pengurutan, dimulai ke arah atas, lalu telapak tangan kiri ke arah sisi kiri dan
telapak tangan kanan ke arah sisi kanan.

d. Lakukan pengurutan ke bawah/ke samping. Selanjutnya pengurutan melintang. Telapak


tangan mengurut ke depan lalu kedua tangan dilepas dari payudara.

e. Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara.

(2). Pengurutan kedua

Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan membuat
gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting
susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan. Lakukan dua kali gerakan pada setiap
payudara. Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara.

(3). Pengurutan ketiga

Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan
sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu, lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.

10
c). Pengompresan

Lakukan tahap pengompresan. Sebelumnya, siapkan alat dan bahan berupa dua buah
wadah/baskom kecil yang masing-masing di isi dengan air hangat dan air dingin serta dua
buah waslap/sapu tangan dari bahan handuk. Selanjutnya kompres kedua payudara dengan
waslap hangat selama dua menit . Lalu ganti dengan kompres waslap dingin selama satu
menit. Kompres bergantian selama tiga kali berturut-turut dan diakhiri dengan kompres air
hangat.

d). Pengosongan ASI

Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah pembendungan ASI. Berikut ini tahap-tahap
yang harus dilakukan:

1. Sediakan gelas untuk menampung air (jika air susu akan disimpan, gunakan yang steril).

2. Keluarkan air susu dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira-kira 2,5-3 cm dari puting
susu.

3. Letakkan jari-jari tersebut sedemikian rupa sehingga penampungan air susu berada di
bawahnya.

4. Tekan payudara ke arah dada dan perhatikan agar jari-jari jangan direnggangkan. Angkat
payudara yang agak besar dahulu, lalu tekankan ke arah dada.

5. Gerakkan ibu jari dan telunjuk ke arah puting susu untuk menekan dan mengosongkan
tempat penampungan susu pada payudara tanpa rasa sakit.

6. Ulangi gerakan itu untuk mengosongkan daerah penampungan air susu. Gunakan kedua
tangan pada masing-masing payudara.

Catatan :

 Hindari gerakan yang dapat mememarkan puting susu.

 Hindari penarikan puting susu dan payudara keluar karena dapat merusak jaringan
payudara.
11
 Hindari penggesekan pada payudara karena dapat menimbulkan rasa panas pada kulit
payudara.

Selesai melakukan perawatan payudara, pakailah bra atau BH yang menyangga payudara
dengan sempurna. Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, proses menyusui
dapat berjalan dengan lancar.

e). Waktu Perawatan

Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah
bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh
kelenjar - kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran
vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan. (Sarwono, 2005).
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika),
kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang.
Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara
waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Wiknjosastro . 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBPSP

Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Pritchard: Maedonal; Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University

Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : YBPSP

13

Anda mungkin juga menyukai