Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN Konsep Kependudukan

dalam Islam
LATAR BELAKANG
Peningkatan pertambahan penduduk di Indonesia.
Apabila laju pertambahan penduduk tidak segera ditanggulangi, maka akan
berpengaruh negatif terhadap pembangunan nasional.
Sejak Pelita 1, program KB (Keluarga Berencana) menjadi bagian dari
pembangunan nasional.
Dalam perkembangannya KB dianggap sebagai salah satu cara untuk
menurunkan angka kelahiran, sebagai salah satu sarana untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat.
Problematika KB : adanya perbedaan pendapat. KB dipandang menolak
rezeki yang diberikan oleh Allah. Bahkan lebih juga kerap dikaitkan bahwa KB
sama dengan menolak takdir.
Rumusan Masalah
Bagaimana menurut pandangan Islam tentang penggunaan KB
(Keluarga Berencana) untuk mengatasi ledakan penduduk?

Tujuan
 Umum:
 Mengetahui pandangan Islam mengenai penggunaan KB untuk
mengatasi ledakan penduduk.

 Khusus:
 Mengetahui definisi Kependudukan secara umum
 Mengetahui definisi KB (Keluarga Berencana)
 Mengetahui penggunaan KB (Keluarga Berencana) dalam
persfektif Islam
Manfaat
 Umum:
 Kita bisa mengetahui pandangan Islam mengenai penggunaan KB
untuk mengatasi ledakan penduduk.

 Khusus:
 Mengetahui definisi Kependudukan secara umum.
 Mengetahui definisi KB (Keluarga Berencana).
 Mengetahui penggunaan KB (Keluarga Berencana) dalam
persfektif Islam.
PEMBAHASAN Konsep Kependudukan
dalam Islam
KONSEP KEPENDUDUKAN
Pengertian Kependudukan
Kependudukan merupakan hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah,
ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, kualitas, kondisi,
kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya,
agama serta lingkungan penduduk tersebut.
KONSEP KELUARGA BERENCANA
Pengertian KB
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk mengukur jumlah dan
jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka
dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah atau
menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.
PEMAHAMAN KB

Pemahaman KB ada dua pengertian yaitu:


a. KB dapat dipahami sebagai suatu program nasional yang dijalankan
pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk diistilahkan dengan tahdid
an-nasl (pembatasan kelahiran).
b. KB dapat dipahami sebagai aktivitas individual untuk mencegah kehamilan
(man’u al-hamli)
FAMILY PLANNING

Istilah Keluarga Berencana (KB), merupakan


terjemahan dari bahasa inggris "Family Planning"
yang dalam pelaksanaannya di Negara-negara
barat mencakup dua macam metode (cara) yaitu:
a. Planning parenthood (tandzimul nasli / mengatur keturunan
b. Birth Control (tahdidun nasli / membatasi keturunan)
PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA (KB)DI INDONESIA

1. Pengertian umum
Keluarga Berencana ialah suatu usaha yang mengatur
banyaknya jumlah kelahiran sedenikian rupa.

2. Pengertian khusus
Keluarga Berencana dalam kehidupan sehari-hari
berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan
terjadinya pembuahan atau pencegahan pertemuan
antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari
perempuan.
Keluarga Berencana dan
Kependudukan
Keluarga berencana dianggap sebagai salah satu cara untuk menurunkan
angka kelahiran, sebagai satu sarana untuk mengendalikan pertambahan
penduduk yang semakin pesat.
Apabila laju pertumbuhan penduduk sudah dapat dikendalikan dengan
program KB, maka pemerintah sudah bisa mengupayakan peningkatan kualitas
penduduk, dengan cara menyediakan fasilitas perekonomian, kesehatan,
pendidikan dan sebagainya
Sejarah perkembangan KB di Indonesia:
 1957 PKBI (Swasta)
 1967 Persiapan pelaksanaan program KB oleh pemerintah
 1968 SK. Presiden no 26 tahun 1968 LKBN
 1969 KB masuk dalam Pelita I
 1970 Pembentukan BKKBN
Hukum KB dalam Islam
A. Hukum KB menurut Al-qur’an dan Hadits
Pelaksanaan KB dibolehkan dalam Islam karena pertimbangan
ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
Hal ini berdasarkan pada sebuah ayat Al-Qur'an yang berbunyi:

َ َّ ‫ضعَافًا خَافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَت َّقُوا‬


‫َّللا‬ ِ ً‫ش الَّذِينَ لَ ْو ت َ َر ُكوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذُ ِريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
‫سدِيدًا‬ َ ‫َو ْليَقُولُوا قَ ْو ًًل‬
Artinya: “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Alloh bila seandainya
mereka meninggalkan anak-anaknya yang dalam keadaan lemah; yang
mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan mereka) oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertaqwa kepada Alloh dan mengucapkan perkataan
yang benar.” (Q.S An-nisa :9)
Dalam ayat lain disebutkan juga:

‫عةَ َوعلَى ْال َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُه َّن‬ َ ‫ضا‬َ ‫الر‬ َّ ‫املَي ِْن ِل َم ْن أَ َرا َد أَن يُ ِت َّم‬
ِ ‫ض ْعنَ أَ ْوًلَ َد ُه َّن َح ْولَي ِْن َك‬ ِ ‫و ََ ْال َوا ِل َداتُ يُ ْر‬
ِ ‫علَى ْال َو ِار‬
‫ث‬ َ ‫آر َوا ِل َدة ٌ بِ َولَ ِدهَا َوًلَ َم ْولُو ٌد لَّهُ بِ َولَ ِد ِه َو‬
َّ ‫ض‬َ ُ ‫س ِإًلَّ ُو ْس َع َها ًلَ ت‬ ٌ ‫ف نَ ْف‬ ِ ‫َو ِك ْس َوت ُ ُه َّن بِ ْال َم ْع ُر‬
ُ َّ‫وف ًلَ ت ُ َكل‬
ْ‫ضعُوا‬ ِ ‫علَ ْي ِه َما َو ِإ ْن أَ َردت ُّ ْم أَن تَ ْستَ ْر‬
َ ‫َاو ٍر فَالَ ُجنَا َح‬ ُ ‫اض ِم ْن ُه َما َوتَش‬ ٍ ‫عن تَ َر‬ َ ‫اًل‬ ً ‫ص‬َ ‫ِمثْ ُل َذ ِل َك فَإِ ْن أَ َرا َدا ِف‬
‫ير‬
ٌ ‫ص‬ ِ َ‫َّللا بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬ َ ‫َّللا َوا ْعلَ ُمواْ أَ َّن‬َ ْ‫ف َواتَّقُوا‬ ِ ‫سلَّ ْمتُم َّمآ آتَ ْيتُم بِ ْال َم ْع ُرو‬ َ ‫أَ ْوًلَ َد ُك ْم فَالَ ُجنَا َح‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم إِ َذا‬
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.”(Q.S AL-baqoroh:233)
‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ ‫عا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر ِل َو ِل َوا ِل َدي َْك ِإ َل َّ ْال َم‬
َ ‫صالُهُ ِف‬ َ ‫سانَ ِب َوا ِل َد ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا‬
َ ‫علَى َو ْه ٍن َو ِف‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْلن‬ َّ ‫َو َو‬
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S Luqman:14)

ُ َ ‫ش ْه ًرا َحتَّى ِإ َذا بَلَ َغ أ‬


ُ‫ش َّده‬ َ َ‫صالُهُ ث َ َالث ُون‬ َ ِ‫ضعَتْهُ ُك ْر ًها َو َح ْملُهُ َوف‬َ ‫سانًا َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ ُك ْر ًها َو َو‬ َ ‫سانَ بِ َوا ِل َد ْي ِه ِإ ْح‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْلن‬ َّ ‫َو َو‬
ُ‫ضاه‬َ ‫صا ِل ًحا ت َ ْر‬ َ ‫ي َوأ َ ْن أ َ ْع َم َل‬
َّ ‫علَى َوا ِل َد‬ َ ‫علَ َّ َو‬َ ‫ت‬ َ ‫ب أ َ ْو ِز ْعنِ أ َ ْن أ َ ْش ُك َر نِ ْع َمت َ َك الَّتِ أ َ ْن َع ْم‬
ِ ‫سنَةً قَا َل َر‬ َ َ‫َوبَلَ َغ أ َ ْربَ ِعين‬
َ‫ص ِل ْح ِل فِ ذُ ِريَّتِ ِإنِ ت ُ ْبتُ ِإلَي َْك َو ِإنِ ِمنَ ْال ُم ْس ِل ِمين‬ ْ َ ‫َوأ‬
Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri". (Q.S. Al-ahqaf:15)
Ayat-ayat di atas (Q.S. Luqman: 14 dan Q.S. Al-ahqaf: 15)
memberi petunjuk kepada kita bahwa kita perlu melaksanakan
perencanaan keluarga atas dasar mencapai keseimbangan
antara mendapat keturunan dengan:
1. Terpeliharanya kesehatan ibu anak, terjaminnya
keselamatan jiwa ibu karena beban jasmani dan rohani
selama hamil, melahirkan, menyusui dan memelihara anak
serta timbulnya kejadian yang tidak diinginkan dalam
keluarga.
2. Terpeliharanya kesehatan jiwa, jasmani dan rohani serta
tersedianya pendidikan bagi anak.
3. Terjaminnya keselamatan agama orang tua yang dibebani
kewajiban mencukupkan kebutuhan hidup keluarga.
Adapun hadits-hadits yang dapat dijadikan dalil atau pedoman dalam
penerapan program KB antara sebagai berikut:
Sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban tanggungan
orang banyak.(hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Saad bin abi
Waqaash ra.)
Maksud dari hadits ini adalah faktor kemapuan suami istri untuk memenuhi
kebutuhan anak-anaknya hendaklah dijadikan pertimbangan mereka yang
ingin menambah jumlah anaknya.

Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang
mukmin yang lemah.(Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra).
Maksud dari hadits ini adalah Islam lebih menghargai kualitas daripada
kuantitas, dan maksud kuat adalah kuat mental, fisik, moril maupun materiil.
B. Hukum KB Menurut Pendapat (Ijma’) Ulama
 KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga
sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan
tujuan syari’at Islam yaitu mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya.
 KB diperbolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan kelahiran atau usaha pencegahan
kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk
kepentingan (maslahat) keluarga atau tanzim an nasl (pengaturan keturunan)
 Oleh karena pengertian KB yang dimaksud bukan tahdid an nasl (pembatasan keturunan),
pemandulan (taqim), dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang.
Alat-alat kontrasepsi yang diperbolehkan
dan dilarang dalam Islam
A. Alat-alat kontrasepsi yang diperbolehkan
1. Untuk wanita:
a) IUD (ADR)
Syarat:
1) Pemasangan IUD tersebut harus dilakukan oleh dokter wanita.
2) Atau bisa dilakukan oleh dokter lelaki namun dengan dihadiri kaum
wanita lain (keluarga atau saudara) atau si suami pasien.
3) Alat ini dapat dilepaskan atau ditinggalkan, jadi bila suatu ketika ia
menghendaki anak lagi, sehingga dapat di saluri sperma atau ovum,
maka hukumnya boleh karena sifatnya sementara
b) Pil;
c) Obat suntik;
d) Susuk;
e) Cara-cara tradisional dan metode yang sederhana; misalnya minuman jamu
dan metode kalender (Metode ogino knans)
2. Untuk pria, seperti:
a) Kondom;
b) Coitus interruptus (’azal menurut Islam)
Cara ini desepakati oleh ulama Islam bahwa boleh digunakan, berdasarkan dengan
cara yang telah diperaktekkan oleh para sahabat nabi semenjak beliau masih hidup,
sebagaimana keterangan sebuah hadits yang bersumber dari Jabir, yang berarti:

 ”kami pernah melakukan 'azal (coitus interruptus) dimasa rosululloh SAW, sedangkan
Alqur'an (ketika itu) masih selalu turun”. (H.R.Bukhori-Muslim).”Dan pada hadist lain
mengatakan: kami pernah melakukan 'azal (yang ketika itu) nabi mengetahuinya,tetapi ia
tidak pernah melarang kami”. (H.R. Muslim).

 Diriwayatkan dari Jabir ra, bahwa seorang laki datang kepada Rasulullah seraya
berkata, ”sesungguhnya saya mempunyai seorang jariyah (hamba sahaya wanita). Ia
adalah pelayan dan pengambil air/penyiram kami. Saya ingin melakukan hubungan seks
dengan dia tetapi saya tidak ingin dia hamil. Maka Nabi bersabda, “Lakukanlah ‘azal
padanya jika kau kehendaki. Maka sesungguhnya apa yang ditakdirkan Allah padanya
pasti akan terjadi”. Kemudian laki-laki itu pergi lalu datang kembali beberapa waktu dan
berkata kepada Nabi, “Sesungguhnya jariyah saya kini sudah hamil”. Maka Rasulullah
bersabda, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa apa yang sudah ditakdirkan
Allah padanya pasti terjadi”.
c) Vasektomi
Vasektomi adalah operasi kecil mengikat saluran sperma pria sehingga benih
pria tidak mengalir ke dalam air mani pria. Vasektomi dilakukan untuk mencegah
ledakan jumlah penduduk.
MUI atau Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan alternatif hukum mubah
(boleh) vasektomi, sejauh vasektomi itu dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam.
Namun, MUI juga masih menetapkan hukum haram terhadap praktek vasektomi
jika tindakan mencegah memiliki anak itu bertentangan dengan syariat Islam.
Berdasarkan keputusan MUI, praktek vasektomi yang sesuai dengan syariat Islam
itu di antaranya:
Pelaku vasektomi masih memiliki rekanalisasi serta di kemudian hari bisa
normal kembali.
Pelaku vasektomi sudah berusia 50 tahun, dan sudah beristri.
Pelaku vasektomi melakukan vasektomi dengan persetujuan istri.
Vasektomi itu dilakukan bukan untuk tujuan melakukan maksiat.

Dalam hukum Islam, perbuatan kontrasepsi halal jika tujuannya adalah mengatur jarak
kelahiran dan proses kelahiran tanpa menutup peluang untuk melakukan regenerasi.
B. Alat- alat kontrasepsi yang dilarang
Dalam Islam terdapat beberapa alat kontrasepsi yang dilarang
dikarenakan terdapat potensi bahaya dalam penggunaannya,
dan beberapa alat dan cara-cara yang dilarang, diantaranya
sebagai berikut :
1. Untuk wanita, seperti;
a. Menstrual regulation (MR atau pengguguran kandungan yang masih muda);
b. Abortus atau pengguguran kandungan yang sudah bernyawa;
c. Ligasi tuba (mengikat saluran kantong ovum) dan tubektomi (mengangkat tempat ovum). Kedua istilah ini disebut
sterilisasi
Alasan Ber-KB Dalam Tinjauan Syariat
Islam
Keluarga Berencana diperbolehkan dengan alasan utamanya adalah kekhawatiran akan
kehidupan dan kesehatan ibu jika hamil atau melahirkan, berdasarkan pengalaman atau
keterangan dari dokter yang terpercaya. Allah SWT berfirman:

‫َّللا َكانَ بِ ُك ْم‬ َ ُ‫اض ِم ْن ُك ْم ۚ َو ًَل ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬


َ َّ ‫س ُك ْم ۚ ِإ َّن‬ ٍ ‫ارة ً َع ْن ت َ َر‬ ِ َ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ًَل تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
َ ‫اط ِل ِإ ًَّل أ َ ْن ت َ ُكونَ تِ َج‬
‫َر ِحي ًما‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisa:29)

Alasan yang kedua yaitu khawatir akan kesulitan materi yang terkadang menyebabkan
munculnya kesulitan dalam beragama, lalu menerima saja sesuatu yang haram dan
melakukan hal-hal yang dilarang demi anak-anaknya. Selain itu, alasan kekhawatiran
adalah nasib anak-anaknya, kesehatannya buruk atau pendidikannya tidak teratasi.
Diantara alasan syar’i yang bisa diterima adalah kekhawatiran terhadap anak yang masih
menyusui jika ada kandungan baru atau kelahiran baru lagi. Karena ibu hamil apabila
menyusui anak akan berakibat buruk terhadap kualitas ASI dan memperlemah sang ibu.
PENUTUP Konsep Kependudukan
dalam Islam
Kesimpulan
Pada dasarnya Islam (dalam perspektif fiqih), tidak mengharamkan KB (Keluarga
Berencana). Tetapi perlu dicatat bahwa tindakan KB seharusnya diorientasikan
untuk Tanzhîm al-Nasl (Pengaturan Keturunan), atau yang dalam istilah kesehatan
modern disebut dengan sebutan Planning Parenthood
Tindakan KB yang lebih beroreintasi pada Tahdîd al-Nasl (Pembatasan
Keturunan), yang dalam istilah kesehatan modern disebut dengan Birth
Control berpotensi disalahgunakan sebagai tindakan yang berpotensi
diharamkan. Hal ini bisa terjadi sebagai akibat dari penggunaan cara yang
berseberangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam, seperti: pengguguran
kandungan (abortus); pemandulan (sterilization; al-ta’qîm) dan pembujangan
(celibacy, at-tabattul) dengan pertimbangan untuk memuaskan hawa nafsu.
Pelaksanaan KB dibolehkan dalam pandangan Islam dengan pertimbangan: untuk
mencegah terjadinya kerusakan/kemadharatan atau dalam rangka memperoleh
kebaikan/kemashlahatan, dengan syarat tidak melanggar prinsip-prinsip syari’at
Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, B 2011, Makalah Keluarga Berencana (KB) Menurut Pandangan Islam, Viewed 12 September
2012, <http://ekookdamezs.blogspot.com/2010/05/makalah-keluarga-berencana-kb-
menurut.html>

Hariyanto, M 2012, Keluarga Berencana (KB) Dalam Pandangan Islam, Viewed 12 September 2012,
<http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/keluarga-berencana-kb-dalam-pandangan-Islam-4/>

pakdhehamimmaleo.wordpress.com 2012, KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA, Viewed


13 September 2012, <http://pakdhehamimmaleo.wordpress.com/2012/04/03/kependudukan/>

Ali, F 2012, MUI Bolehkan Vasektomi, Viewed 13 September 2012,


<http://www.tempo.co/read/news/2012/07/04/173414681/MUI-Bolehkan-Vasektomi>

Anda mungkin juga menyukai