Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“MASA MENYUSUI DAN ASI EKSKLUSIF”

DOSEN PENGAMPU :Ari Widyarni,SKM.,M.Kes

DisusunOleh :
Kelompok4
1. RiskaMeidina Putri : 18070337
2. Rusydiati : 18070346
3. Arie Salsabillah : 18070350

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PEMINATAN VIB KESPRO-GIZI REGULER BANJARMASIN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMATAN ( UNISKA)
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI BANJARMASIN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segalapujisyukurataskehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkanrahmat dan hidayah-Nya


sehingga kami dapatmenyelesaikanmakalahinitepatwaktu.
Diharapkanmakalahinimampuuntukmenjelaskan dan menggambarkandenganbaiktentang“Masa
Menyusui Dan AsiEksklusif”.
TujuanpembuatanmakalahiniadalahuntukmemenuhitugasmatakuliahKesehatan Maternal dan
Perinatal.
Selanjutnya kami ucapkanterimakasihkepadaAri Widyarni, SKM.,
M.Kessebagaidosenpengajar yang telahmemberiarahan dan petunjuk yang
jelassehinggamempermudah kami menyelesaikanmakalahini.
Kami menyadarimakalah inimasihjauhdarisempurna oleh karenaitu kami sangatterbuka pada
kritik dan saran yang membangunsehinggamakalahinibisalebihbaiklagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata
semogamakalahinidapatbermanfaatbagiperkembanganilmupengetahuan.

Banjarmasin, 26Desember 2021

Kelompok4
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN....................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................3
B.Rumusan Masalah................................................................................................3
C.Tujuan………………….......................................................................................3
D.Manfaat………….................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................9
RUMUSAN MASALAH.........................................................................................9
A. Data dan Kasus…................................................................................................5
B. Pembahasan.........................................................................................................6
BAB IV....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan..........................................................................................................9
B. Saran..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Hakanakadalahbagiandarihakazasimanusia yang wajibdijamin, dilindungi, dan dipenuhi
oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hakanaktercakup: (i) non
diskriminasi, (ii) kepentinganterbaikuntukanak, (iii) hakkelangsunganhidup dan (iv)
perhargaanterhadappendapatanak.ASI eksklusifadalahmemberikan ASI
sajakepadabayitanpamakananatauminumantambahan lain termasuk air putihkecualiobat-obatan dan
vitamin dan mineral dan ASI yang diperas dan diberikanselama 6
bulan.ASImerupakanmakananutama dan paling sempurnabagibayi. Dimana ASI
mengandunghampirsemuazatgizidengankomposisisesuaidengankebutuhanbayiuntuktumbuh dan
berkembangsecara optimal.
Kebijakan Nasional untukmemberikan ASI eksklusifselama 6 (enam)
bulantelahditetapkandalam SKMenteri Kesehatan No 450/Menkes/SK/IV/2009 tentang ASI
eksklusif.Menurutkeputusanmenterikesehatannomor 450/MENKES/ 2004 tentangpemberian ASI
secaraeksklusif di Indonesia menetapkan ASI eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan
dianjurkandilanjutkansampaidengananakberusia 2
tahunataulebihdenganpemberianmakanantambahan yang sesuai.
Pemberian ASI eksklusifbukanhanyaisunasionalnamun jugamerupakanisu global.
Pemberian susu formula kepadabayidapatmenjaminbayitumbuhsehat dan kuat,
ternyatamenurutlaporanmutakhir UNICEFmerupakankekeliruan yang fatal,
karenameskipuninsidendiarerendah padabayi yang diberi susu formula, namun pada masa
pertumbuhanberikutnyabayi yang tidakdiberi ASI ternyatamemilikipeluang yang
jauhlebihbesaruntukmenderitahipertensi, jantung, kanker, obesitas, diabetes dan lainlain
(DinkesProvinsiJawatengah, 2015).
Pada masa menyusuiterdapatfaktor yang mempengaruhidalampemberian ASI
diantaranyausiaibu, pendidikanibu, pengetahuanibu ,pekerjaanibu dan paritasibu. Cakupan ASI di
Indonesia masihrendah. Di antaranyadisebabkanpenyebarluasaaninformasimengenai ASI di
antarapetugaskesehatan dan masyarakat yang tidak optimal, yaituhanyasekitar 60%
masyarakatmengetahuiinformasitentang ASI dan sekitar 40% tenagakesehatanterlatih yang
bisamenberikankonselingmenyusui. Rendahnyacakupan ASI juga dipengaruhi oleh teknikmenyusui
yang salah.

B. RumusanMasalah
1. Hubunganpengalamanmenyusui dan
tingkatpendidikanibudenganpemberianASIeksklusif
2. HubunganpekerjaanibuterhadappemberianASIeksklusif pada bayi
3. DeterminanpemberianASIeksklusif pada ibumenyusui

C. Tujuan
1. Mengetahuihubunganpengalamanmenyusui dan
tingkatpendidikanibudenganpemberianASIeksklusif
2. MengatauihubunganpekerjaanibuterhadappemberianASIeksklusif pada bayi
3. MengetahuideterminanpemberianASIeksklusif pada ibumenyusui

D. Manfaat
Dapatmenambahwawasan dan pengetahuanmengenaipentingnya masa menyusuidan
ASIeksklusif.
BAB II
TINJAUAN TEORI

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusifadalahpemberian ASI saja pada bayidariibu,


tanpatambahanmakananpadatataucairlainnyakecuali sirup atauobattetes yang mengandungsuplemen
vitamin, mineral, atauobat (Labbok, 2000). WHO (World Health Organization) merekomendasikan
pada ibu di seluruh dunia untukmenyusuisecaraeksklusif pada bayinyadalam 6
bulanpertamasetelahlahiruntukmencapaipertumbuhan yang optimal, perkembangan dan kesehatan
(WHO, 2011).
Menurutlaporan UNICEF (United Nation Children Fund) tahun 2011 dalamWorld
Breastfeeding Week (2012), sebanyak 136.700.000 bayidilahirkan di seluruh dunia dan hanya
32,6% darimereka yang mendapat ASI secaraeksklusif pada usia 0 sampai 6 bulanpertama. Hal
tersebutmenggambarkancakupanpemberian ASI eksklusif di bawah 80% dan masihsedikitnyaibu
yang memberikan ASI eksklusif pada bayi.
Program Millenium Development Goals (MDG’s) yang terdiridaridelapanpokokbahasan, salah
satunyaadalahmenurunkanangkakematianbayi (AKB). Pada tahun 2015 Millenium Development
Goals (MDG’s) Indonesia menargetkanpenurunansebesar 23 untukangkakematianbayi dan
balitadalamkurunwaktu 2009-2015. Oleh sebabitu Indonesia
mempunyaikomitmenuntukmenurunkanangkakematianbayidari 68/1.000 kelahiranhidupmenjadi
23/1.000 kelahiranhidup dan angkakematianbalitadari 97/1.000 kelahiranhidupmenjadi 32/1.000
kelahiranhidup. Untukmencapai target Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015
dalamrangkamenurunkan AKB, dapatdilakukan salah satunyadenganpemberian ASI Eksklusif.
Angka pemberian ASI di Indoesiaadalah 42%, meningkat 10% sejaktahun 2007.
Cakupanangkapemberian ASI eksklusiftersebutterlihatmasihbelummemenuhi target. Hal
tersebutdipengaruhi oleh beberapafaktor, yaitufaktoribu, anak, dan petugaskesehatan. Faktoribu
yang berpengaruhyaitukarakteristikibu (usia, pekerjaan, pendidikan, sosialekonomi, dan
pengalaman). Faktor lain yaitugangguan pada payudara (absespayudara, lecetpayudara, mastitis)
dan penyakitinfeksi. Tingkat pengetahuandipengaruhi oleh pengalaman, fasilitasataulingkungan,
dan sosio-budaya.
Ada beberapafaktor yang dapatmempengaruhipemberian ASI eksklusifyaitufaktor internal
dan faktoreksternal. Faktor internal antara lain adalahpendidikanibu, pengetahuanibu, sikap dan
perilakuibu, faktorfisikibusertafaktoremosional. Sedangkanfaktoreksternalnyaadalahibu yang
bekerja, jam kerjaibu, dukungansuami, dukungantempatkerja, pemberianmakananpralaktal dan
pemberian susu formula.
Faktor lain yang menyebabkankegagalan ASI eksklusifadalah status bekerjaibu. Status
bekerjamerupakan salah satupenyebabkegagalan ASI eksklusif. Ibu dengan status
bekerjaakanlebihcepatmenghentikanpemberian ASI karenaibuharuskembalibekerja. Status
bekerjaseorangibuakanmempengaruhikeberhasilanpemberian ASI eksklusif. Seorangibu yang
bekerjadalampemberian ASI eksklusifakanmenghadapihambatan-hambatansepertialokasiwaktu,
kualitaskebersamaandenganbayi, bebankerja, stressertakeyakinanibudalampemberian ASI eksklusif.
Meskipunmenyusuibayisudahmenjadibudaya Indonesia,
namunupayameningkatkanperilakuibumenyusui ASI Eksklusifmasihdiperlukankarena pada
kenyataannyapraktekpemberian ASI Eksklusifbelumdilaksanakansepenuhnya. Salah
satupenyebabbelumberhasilnyapelaksanaan ASI Eksklusif di Indonesia adalahfaktoribu yang
bekerja (meskiitubukansatu-satunyafaktorpenyebabkegagalan). Pada ibu yang aktifbekerja,
upayapemberian ASI Eksklusifseringkalimengalamihambatanlantaransingkatnya masa cutihamil
dan melahirkanmengakibatkansebelum masa pemberian ASI
Eksklusifberakhirmerekasudahharuskembalibekerja, inilah yang menjadikanbayitidakmemperoleh
ASI secaraEksklusif, sertabanyakibu yang bekerjaberanggapanbahwa ASI
nyatidakmencukupikebutuhanbayisaatibubekerjasehinggaibu-ibumemberikan ASI tambahanberupa
susu formula (Azzisya, 2010).
Ibu rumahtanggaatauibutidakbekerjamempunyaiperilakupemberianASI
Eksklusiflebihtinggidibandingkandenganibu yang memilikipekerjaan. Pekerjaan yang
dilakukanibudapatmenurunkandurasimenyusuijikadibandingkandenganibu yang tidakbekerja di
luarrumah. Pekerjaan yang dilakukanibu yang
bekerjapurnawaktudapatmenurunkanfrekuensipemberian ASI eksklusif pada bayinya.Selainitu, jam
kerja juga mempengaruhikeberhasilanpemberian ASItermasuk di dalamnyaadalahjenispekerjaan
dan lamanyakerja. Ibu yangbekerja di
administrasiataukantormemilikikesempatanuntukmenyusuibayinyalebih lama
dibandingkandenganibu yang bekerjasecaraprofesional.Ibu yang bekerjaparuhwaktu juga
memilikikemungkinanmemberikanwaktumenyusuilebih lama dibandingkanibu yang bekerja full-
time.
Pengalaman yang diperolehsertafaktorlingkunganakanmempengaruhipengetahuanibu dan
akhirnyadapatterbentukrespon yang berupaperilakuuntukmemberikan
ASI.Pengalamandapatdijadikansebagaisumberpengetahuanuntuk masa sekarang.
Pengalamanmenyusuisebelumnyamenentukankeputusanuntukmemberikan ASI.
Selainitu, pengetahuan juga bisadidapatmelalui proses belajarmelaluipendidikan.
Pendidikan mendorongmemperolehpengetahuan dan kecakapan yang
diterapkandalamkehidupansehari-hari. Pendidikan akanberpengaruh pada pengambilankeputusan
dan penentuansikap dan perilaku pada pilihannya. Menurut UU No 20 tahun 2003,
pendidikandapatdiperolehdenganpendidikan formal dan non formal. Pendidikan formal
akanmeningkatkankemampuandalammenyerapwawasan dan informasi.Pendidikan
merupakankebutuhandasarmanusia yang sangatdibutuhkanuntukpengembangandiri.
Semakintinggitingkatpendidikansemakinmudahmenerimasertamengembangkanpengetahuan dan
teknologi juga semakinmeningkatnyaproduktivitassertasemakintinggikesejahteraankeluarganya.
Pendidikan ibuberpengaruhterhadap ASI eksklusif dan IMD.
Pemberian ASI dikenalsebagai salah satu yang memberikanpengaruh paling
kuatterhadapkelangsunganhidupanak, pertumbuhan dan perkembangan.
Penelitianmenyatakanbahwainisiasidinidalam 1 jam pertamadalam 1 jam pertamadapatmencegah
22% kematianbayidibawahumur 1 bulan di negara-negara berkembang. Pencapaian 6 bulan ASI
eksklusifbergantung pada keberhasilaninisiasidalamsatu jam pertama. ASI ekskusifselama 6
bulanpertamakehidupan, bersamaandenganmakananpedamping ASI dan meneruskan ASI dari 6
bulansampai 2 tahun, dapatmengurangisedikitnya 20% kematiananakbalita.Berdasarkan data
Susenas (SurveiSosialEkonomi Nasional) tahun 2010, baruada 33,6 persenbayiumur 0-6 bulan
yang mendapatkan ASI eksklusif. BahkanRiset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menyebutkan,
hanya 15,3 persenbayiumurkurangdari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif. Data pemberian ASI
eksklusif di propinsi Banten tahun 2010 menunjukkanbahwa 69.180 (39.9%) sementara pada tahun
2009 pemberian ASI eksklusifmencakup 65.437 (29.85%).4
Keadaantersebutsangatmemprihatinkan, karenakurangdari 1% wanita yang benar-
benarmengeluarkan ASI kurang dan perlumendapatkan susu tambahan pada bayi.

BAB III
RUMUSAN MASALAH

A. Data dan Kasus


1. KasusI :HubunganPengalamanMenyusui Dan Tingkat Pendidikan Ibu
DenganPemberianAsiEksklusif Di KelurahanBarukan, KecamatanManisrenggo,
KabupatenKlaten.

Angka pemberian ASI eksklusifmasihbelummemenuhi target. Hal tersebutdipengaruhi


oleh beberapafaktoryaitufaktoribu, anak, keluarga, dan petugaskesehatan.
Rendahnyaangkapemeberian ASI juga menjadi salah satufaktormasihtingginya Angka
KematianBayi (AKB) di Indonesia. Pada tahun 2012, AKB di Indonesia sebesar 32 per 1000
kelahiran. Tujuandaripenelitianiniadalahuntukmengetahuihubunganpengalamanmenyusui dan
tingkatpendidikanibudenganpemberian ASI eksklusif.
Angka pemberian ASI di Indoesiaadalah 42%, meningkat 10% sejaktahun 2007. Profil
Kesehatan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, cakupanpemberian ASI pada tahun 2012 sebesar
25,6%. Sedangkan di Klaten, berdasarkan data tahun 2012, angkapemberian ASI eksklusifyaitu
79,9%.
Cakupanangkapemberian ASI eksklusiftersebutterlihatmasihbelummemenuhi target.
Hal tersebutdipengaruhi oleh beberapafaktor, yaitufaktoribu, anak, dan petugaskesehatan.
Faktoribu yang berpengaruhyaitukarakteristikibu (usia, pekerjaan, pendidikan, sosialekonomi, dan
pengalaman). Faktor lain yaitugangguan pada payudara (absespayudara, lecetpayudara, mastitis)
dan penyakitinfeksi. Tingkat pengetahuandipengaruhi oleh pengalaman, fasilitasataulingkungan,
dan sosio-budaya.
Subjekpenelitianyaitu 59 orang dari 5 posyandu di KelurahanBarukan,
KecamatanManisrenggo, KabupatenKlaten. Duasubjektermasukdalamkriteriaeksklusif,
sehinggasubjekpenelitianyaitu 57 orang.

Pada tabel 1 didapatkangambaranumumsubjekpenelitian.


Variabel N (%)
1 Usia
<20 tahun 5 (8,8%)
20-35 tahun 45 (78,9%)
>35 tahun 7 (12,3%)
2 Pendidikan
Rendah 53 (93%)
Tidak 1 (1,8%)
Bersekolah 6 (10,5%)
SD 22 (38,6%)
SMP 4 (49,1%)
Tinggi 24 (42,1%)
SMA/SMK 4 (7%)
Diploma
3 Jumlahanak
1 anak 31 (54,4%)
>1 anak 26 (45,6%)
4 ASI eksklusif
Ya 16 (28,1%)
Tidak 41 (71,9%)
5 PengalamanMenyusui
 PernahMenyusui
ASIeksklusif 42 (82,5%)
 TidakPernahMenyusui
ASI eksklusif 10 (17,5%)
6 Usia Anak
7-12 bulan 21 (36,8%)
13-24 bulan 36 (63,2%)
7 JenisKelaminAnak
Laki-laki 33 (57,9%)
Perempuan 24 (42,1%)
Didapatkangambaranumumsubjekpenelitian.
KarakteristiksubjekpenelitianAnalisisbivariatdaripenelitianiniuntukmengetahuihubunganantarapengalamanm
enyusuidenganpemberian ASI eksklusif dan tingkatpendidikanibudenganpemberian ASI
eksklusif.Menunjukanbahwatidakdidapatkanhubunganantaratingkatpendidikanibudenganpemberian ASI
eksklusif.

Tabel 2. Hasil AnalisisHubunganPengalamanMenyusui dan Tingkat Pendidikan terhadap ASI


esklusif

ASI Eksklusif p-value


ASI Tidak ASI One- Two-
Eksklusif Eksklusif sided sided
Pengalamanmenyusu - Pernah ASI 8(80%) 2 (20%)
i Eksklusif 8 (17%) 39 (83%)
0,000 0,000
- TidakPernah ASI
- Eksklusif
Tingkat pendidikan - Rendah 10 (32,3%) 21 (67,7%)
6 (23,1%) 20 (76,9%) 0,442
- Tinggi
Denganvariabelbebaspengalamanmenyusui, terdapat 1 sel yang memiliki expected count
kurangdari 5, makaanalisisdilakukandenganmenggunakan Fisher’s exact denganhasil Exact
Significancysebesar 0,000 (2-sided) dan 0,000 (1-sided). Hasilnyadidapatkanpvalue<0,05
sehinggadapatdisimpulkanbahwaterdapathubunganantarapengalamanmenyusuidenganpemberian
ASI eksklusif.Variabeltingkatpendidikanibutidakterdapat expected count kurangdari 5,
makaanalisisdilakukandenganmenggunakan Pearson Chi-Square denganhasilAsymp.Sig. (2-sided)
yaitu 0,442. Hasilnyadidapatkan p-value>0,05
sehinggadapatdisimpulkanbahwatidakterdapathubunganantaratingkatpendidikanibudenganpemberia
n ASI eksklusif.
Hasil penelitiandenganvariabelbebaspengalamanmenyusui dan variabelterikatpemberian
ASI eksklusifmenunjukanbahwaterdapathubunganantarapengalamanmenyusuidenganpemberian
ASI eksklusif. Pengalamanmenyusuimemilikihubungan yang positifantaradurasimenyusui pada
anaksebelumnya, terutamaanak yang tepatsebelumanak yang sekarangdenganpemberian ASI pada
anaksaatini. Pengalamanmenyusui pada wanitaprimiparitasberperanpentingterhadappemberian ASI
pada anakselanjutnya.
Persentaseibu yang memberikan ASI Eksklusifadalah 71,9% danyangtidakmemberikan ASI
Eksklusifadalah 28,1%. Berdasarkantingkatpendidikan, Ibu yang berpendidikanrendahadalah 93%
dan yang berpendidikantinggiadalah 7%. Hasil analisisdengan Fisher's Exact Test
menunjukkannilai p=0,312 (p > 0,05). Berdasarkanpengalamanmenyusuididapatkanbahwaibu yang
tidakpernahmenyusui ASI eksklusifsebelumnyaadalah 82,5% dan yang pernahmemberikan ASI
eksklusifsebelumnyaadalah 17,5% dan setelahdianalisisdengan Fisher's Exact Test didapatkannilai
p=0,000 (p < 0,05). Analisismultivariatmenunjukkanhanyavariabelpengalamanmenyusui yang
lebihberpengaruhterhadappemberian ASI eksklusif.
Tidakterdapathubungan yang signifikanantaratingkatpendidikan dan pemberian ASI
eksklusif, terdapathubungan yang signifikanantarapengalamanmenyusui dan pemberian ASI
eksklusif, dan pengalamanmenyusuimerupakanfaktor yang lebihberpengaruhterhadappemberian
ASI eksklusif pada anakusia 7-24 bulandi KelurahanBarukan, KecamatanManisrenggo,
KabupatenKlaten, Jawa Tengah.

2. KasusII:HubunganPekerjaan Ibu TerhadapPemberianAsiEksklusif Pada Bayi


Meskipunmenyusuibayisudahmenjadibudaya Indonesia,
namunupayameningkatkanperilakuibumenyusui ASI Eksklusifmasihdiperlukankarena pada
kenyataannyapraktekpemberian ASI Eksklusifbelumdilaksanakansepenuhnya. Salah
satupenyebabbelumberhasilnyapelaksanaan ASI Eksklusif di Indonesia adalahfaktoribu yang
bekerja (meskiitubukansatu-satunyafaktorpenyebabkegagalan). Pada ibu yang aktifbekerja,
upayapemberian ASI Eksklusifseringkalimengalamihambatanlantaransingkatnya masa cutihamil
dan melahirkanmengakibatkansebelum masa pemberian ASI
Eksklusifberakhirmerekasudahharuskembalibekerja, inilah yang menjadikanbayitidakmemperoleh
ASI secaraEksklusif, sertabanyakibu yang bekerjaberanggapanbahwa ASI
nyatidakmencukupikebutuhanbayisaatibubekerjasehinggaibu-ibumemberikan ASI tambahanberupa
susu formula (Azzisya, 2010)
MayoritasibudiwilayahkerjaPuskesmasSipayungRengatmemberikanASI Eksklusifsebesar
50,7%, tetapihasilinibelummencapai target pemberian
ASIEksklusif.Ibuyangtidakbekerjamemberikan ASI Eksklusifsebesar
54,8%,lebihbanyakdibandingkandenganyangmemberiASIEksklusifsebesar45,2%,sedangkanrespond
enyangbekerjamemberikan ASI Eksklusifsebesar
67,6%lebihbanyakdibandingkandenganyangtidakmemberikanASIEksklusifsebesar32,4%. Hasil uji
statistikmenunkukanadahubungan yang
bermaknaantarapekerjaanibuterhadappemberianASIEksklusifpadabayi(PValue<0,05)
(P=0,018)danibuyangtidakbekerjamempunyaipeluangsebesar0,396kalilebihbesaruntukmemberikan
ASIEksklusifdibandingdengantidakmemberikanASIEksklusif(OR=0,396,CI95%=0,182-0,864).

Tabel1. DeskripsiKarkteristikSubyekPenelitian
Variabel Jumlah Persentase(%)
PemberianASI
Eksklusif 77 50,7
TidakEksklusif 75 49,3

StatusPekerjaanB
ekerja 37 24,3

TidakBekerja 115 75,7


Dalampenelitianinimayoritasibutidakbekerjasebanyak 75,7 % dan 37%
bekerja.HasilyangsamajugadidapatdalampenelitianHafni, (2006), yang
menyatakanbahwadari99respondenpenelitian,ada74orang(74,7%)ibuyangtidakbekerjadibandingibuy
angbekerja.PenelitianyangdilakukanMohanis,
(2014)terhadap52respondenyangdijadikansampel,jugadidapatkan67,3%ibuyangtidakbekerja
dan32,7%ibuyangbekerja.Kecenderunganinidapatterjadidikarenakanproporsipendidikanibu
yangberbeda,dimanaibuyangmemilikipendidikantinggicenderungbekerjadibandingkanibuyangmemi
likipendidikanrendah,halinimenunjukanbahwakesempatanbekerjalebihbanyakbagiorangdenganpend
idikantinggi(Mohanis,2014).

AnalisisBivariat
Tabel2.HubungnPemberianASI EksklusifpadaBayidiWilayahKerjaPuskesmasSipayung

PemberianASIEksklusif
Total

Pekerjaan Ya Tidak PValue OR95%CI


(n) (%) (n) (%) (n) (%)
Bekerja 25 67,6 12 32,4 37 100 0,396
0,018
TidakBekerja 52 32,4 63 67,6 115 100 (0,182-0,864)
Total 77 50,7 75 49,3 152 100

Hasil penelitianmenunjukkanbahwaresponden yang tidakbekerjamemberikan ASI


Eksklusifsebesar 54,8%, lebihbanyakdibandingkandengan yang memberi ASI
Eksklusifsebesar45,2%,sedangkanresponden yang bekerjamemberikan ASI Eksklusifsebesar
67,6% lebihbanyakdibandingkandengan Yang tidakmemberikan ASI Eksklusifsebesar 32,4%.
Hasil uji statistic chi-square diperolehnilai P < 0,05 (P=0,018),
makadapatdisimpulkanbahwaadahubungan yang bermaknaantarapekerjaanibuterhadappemberian
ASI Eksklusifpada bayi. Dari hasil uji statistiktersebutjuga diperolehnilai OR (Odds Ratio) =
0,396 (CI95% : 0,182-0,864) halinimenunjukkanbahwaibu yang
tidakbekerjamempunyaipeluangsebesar 0,396 kali lebihbesaruntukmemberikan ASI
Eksklusifdibandingdengantidakmemberikan ASI Eksklusif.

3. KasusIII :DeterminanPemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui


Pemberian ASI dikenalsebagai salah satu yang memberikanpengaruh paling
kuatterhadapkelangsunganhidupanak, pertumbuhan dan perkembangan.
Penelitianmenyatakanbahwainisiasidinidalam 1 jam pertamadalam 1 jam pertamadapatmencegah
22% kematianbayidibawahumur 1 bulan di negara-negara berkembang. Pencapaian 6 bulan ASI
eksklusifbergantung pada keberhasilaninisiasidalamsatu jam pertama. ASI ekskusifselama 6
bulanpertamakehidupan, bersamaandenganmakananpedamping ASI dan meneruskan ASI dari 6
bulansampai 2 tahun, dapatmengurangisedikitnya 20% kematiananakbalita.
Berdasarkan data Susenas (SurveiSosialEkonomi Nasional) tahun 2010, baruada 33,6
persenbayiumur 0-6 bulanyang mendapatkan ASI eksklusif. BahkanRiset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2010 menyebutkan, hanya 15,3 persenbayiumurkurangdari 6 bulan yang mendapat ASI
eksklusif. Data pemberian ASI eksklusif di propinsi Banten tahun 2010 menunjukkanbahwa 69.180
(39.9%) sementara pada tahun 2009 pemberian ASI eksklusifmencakup 65.437 (29.85%).4
Keadaantersebutsangatmemprihatinkan, karenakurangdari 1% wanita yang benar-
benarmengeluarkan ASI kurang dan perlumendapatkan susu tambahan pada bayi.
Tabel 1 Faktor Yang berhubunganDenganPemberian ASI Eksklusif

Kategori Variabel Independen Tidak Eksklusif Eksklusif Nilai P OR


(%) (%)
< 19 tahun Umur 91,5 8,5 0,103 -
20 -35 tahun 82,9 17,1
>35tahun 90,6 9,4
0,000 -
Dasar Pendidikan 97,3 2,7
Menengah 82,9 17,1
Tinggi 75,6 24,4 0,000 0,170
Tidak Bekerja 76,1 23,9
Pekerjaan
Bekerja 94,9 5,1 0,831 0,941
1orang 85,0 15,0
Paritas
Lebih dari 1 85,8 14,2 0,000 5,949
Rendah 96,3 3,7
Pengetahuan
Tinggi 81,4 18,6
0,000 8,776
Negatif 96,9 3,1
Sikap
Positif 77,8 22,2 0,000 9,450
Tidak Ada PeranPetugas 97,2 2,8
Ada 78,7 21,3 0,000 9,647
TidakTerpapar KeterpaparaMedia 97,0 3,0
Terpapar 77,1 22,9 0,000 9,866
TidakAda Peran Suami 96,8 3,2
Ada 75,4 24,6
0,000 8,815
TidakAda 95,4 4,6
Peran Orang Tua
Ada 70,3 29,7

Berdasarkan data diatassebanyak 82.9% ibu yang memberikan ASI eksklusifberumur 20- 35
tahun. Hasil Uji Statistikdiperoleh p>0,05 makadapatdisimpulkantidakadahubungan yang
signifikanantaraumuribudenganpemberian ASI Eksklusif. Sebanyak 24,4% ibu yang memberikan
ASI eksklusifberpendidikantinggi. Hasil Uji Statistikdiperoleh p<0,05
makadapatdisimpulkanadahubungan yang signifikanantarapendidikandenganpemberian ASI
Eksklusif. Sebanyak 23,9% ibu yang memberikan ASI eksklusifsebagaiiburumahtangga. Hasil Uji
Statistikdiperoleh p<0,05 makadapatdisimpulkanadahubungan yang
signifikanantarapekerjaandenganpemberian ASI eksklusif . Dari hasilanalisisdidapatkannilai OR=
0,170 artinyaibusebagaiiburumahtanggamempunyaipeluang 0,17 kali untukmemberikan ASI
eksklusifdibandingkanibu yang bekerja. Sebanyak 15% ibu yang memberikan ASI
eksklusifmempunyaisatuanak. Hasil uji statistikdiperoleh p>0,05
makadapatdisimpulkantidakadahubungan yang signifikanantarajumlahanakdenganpemberian ASI
eksklusif. Sebanyak 18,6% ibu yang memberikan ASI eksklusifmempunyaipengetahuan yang
tinggi. Hasil Uji Statistikdiperoleh p<0,05 makadapatdisimpulkanadahubungan yang
signifikanantarapengetahuandenganpemberian ASI Eksklusif.

Dari Hasil analisisdidapatkannilai OR =5,949, artinyapengetahuantinggimempunyaipeluang


5,94 kali untukmemberikan ASI eksklusifdibandingkanibu yang mempunyaipengetahuan yang
rendah. Sebanyak 18,6% ibu yang memberikan ASI eksklusifmempunyaisikap yang positif. Hasil
Uji Statistikdiperoleh p<0,05 makadapatdisimpulkanadahubungan yang
signifikanantarasikapibudenganperilakupemberian ASI Eksklusif. Dari Hasil
analisisdidapatkannilai OR =8,776 artinyaibu yang mempunyaisikap yang
positifmempunyaipeluang 8,78 kali untukmemberikan ASI eksklusifdibandingkanibu yang
mempunyaisikap yang negatif. Sebanyak 21,3% ibu yang memberikan ASI
eksklusifadaperanandaripetugaskesehatan. Hasil uji statistikdiperoleh p<0,05
makadapatdisimpulkanadahubungan yang signifikanantaraperananpetugasdenganpemberian ASI
Eksklusif. Dari Hasil analisisdidapatkannilai OR =9,450 artinyaibu yang
mempunyaiperananpetugasberpeluangmemberikan ASI Eksklusifsebanyak 9,45 kali
dibandingkanibu yang tidakmempunyaiperananpetugas.

Sebanyak 22,9 % ibu yang memberikan ASI eksklusifterpapar oleh media. Hasil uji
Statistikdiperoleh p<0,05 makadapatdisimpulkanadahubungan yang signifikanantaraketerpaparan
media denganpemberian ASI Eksklusif. Dari Hasil analisisdidapatkannilai OR =9,450 artinyaibu
yang terpapar media mempunyaipeluang 9,45 kali untukmemberikan ASI eksklusifdibandingkanibu
yang mempunyaiyang tidakterpapar media. Sebanyak 24,6 % ibu yang memberikan ASI eksklusif .
Hasil Uji Statistikdiperoleh p=<0,05 makadapatdisimpulkanadahubungan yang
signifikanantaraperansuamidenganpemberian ASI eksklusif.

Dari hasilanalisisdidapatkannilai OR =9,866 artinyaibu yang


mempunyaiperanansuamimempunyaipeluang 9,87 kali untukmemberikan ASI
eksklusifdibandingkanibu yang mempunyaiyang tidakmempunyaiperanansuami. Sebanyak 14,6 %
ibu yang mempunyaiperanan orang tua. Hasil Uji Statistikdiperoleh p<0,05
makadapatdisimpulkanadahubungan yang signifikanantaraperanan orang tuadenganpemberian ASI
Eksklusif. Dari hasilanalisisdidapatkannilai OR =8,815 artinyaibu yang mempunyaiperanan orang
tuamempunyaipeluang 8,81 kali untukmemberikan ASI eksklusifdibandingkanibu yang mempunyai
yang tidakmempunyaiperanan orang tua.

Tabel 2 Model Akhir AnalisisMultivariat

Variabel B S.E. Wald P Value OR


Pendidikan 1,289 ,525
Pendidikan(1) ,789 ,735 1,152 ,283 2,201
Pendidikan(2) ,889 ,802 1,229 ,268 2,432
Pekerjaan -2,700 ,439 37,894 ,000 ,067
Paritas -,264 ,381 ,482 ,488 ,768
Sikap 1,335 ,600 4,953 ,026 3,799
Peran petugas ,974 ,383 6,464 ,011 2,650
Media 1,461 ,570 6,567 ,010 4,309
Suami ,698 ,547 1,626 ,202 2,010
Peran ortu 1,599 ,427 13,999 ,000 4,947

Didapatkannilai OR yang paling besaradalahvariabelperan orang tuayaitu 4,947 artinyaibu


yang orangtuanyaberperanakanmempunyaipeluang 4,947 kali untukmemberikan ASI
eksklusifdibandingkanibu- ibu yang orang tuanyatidakberperan, setelahdikontrol oleh
variabelpendidikan, pekerjaan, paritas, sikap, peranpetugas, media dan peransuami.
Denganmelihatkeenamvariabeltersebutmakavariabelperanan orang tua yang
dominanberhubungandenganperilakumemberikan ASI eksklusif.

Dari hasilpenelitiandidapatkanbahwaibu yang memberikan ASI eksklusif di


puskesmasSerpongadalahsebanyak 14.6%.
Keadaaninisangatmemprihatinkankarenadariberbagaididapatkanpenelitiantidakadamakanandiduniai
nisesempurna ASI. Penelitian yang dilakukanPurwanti di RB Tri Tunggal dari 500 orang
ibumenyusuihanya 3 orang ibu yang
ASInyatidakkeluarwalaupunsudahdilakukanpenatalaksanaanmanajemenlaktasi.

B. Pembahasan
1. KasusI :HubunganPengalamanMenyusui Dan Tingkat Pendidikan Ibu
DenganPemberianAsiEksklusif Di KelurahanBarukan, KecamatanManisrenggo,
KabupatenKlaten.
Hasil
penelitianpertamamenunjukanbahwatidakdidapatkanhubunganantaratingkatpendidikanibudenganpe
mberian ASI eksklusif. Tingkat pendidikanibu yang semakinrendahberpengaruh pada
kurangnyakemampuandasarberpikiruntukpengambilankeputusan, khususnyapemberian ASI
eksklusif.Pemberian ASI eksklusiftidakhanyadipengaruhi oleh faktorpendidikanibu, tetapi juga
tingkatpengetahuan yang ibumilikimengenai ASI eksklusif.
Pengetahuanbisadidapatkanmelaluipenyuluhankesehatan, brosur, dan
pemberianinformasipetugaskesehatansaatdatangkeposyandu.

Penelitian lain disebutkanbahwaproporsiibu yang setujudengenpemberian ASI


eksklusiflebihbanyak pada ibudenganpendidikantinggi (SMP dan SMA)
dibandingkandenganibudenganpendidikanrendah (SD dan tidakbersekolah. Hal
inidisebabkankarenakurangnyapengetahuanibumengenaipemberianmakananbayi yang benar,
terutamapemberian ASI eksklusif pada kelompokibupedidikanrendah. Ibu
pendidikantinggilebihberpengaruhterhadappemberian ASI eksklusif,
dikarenakanpendidikantinggiakanlebihmudahdalampenerimaaninformasi, pengambilankeputussan,
dan lebihmenerimainformasibarutermasukkeuntunganmenyusui. Hal
inidisertaidenganfaktorinformasitentang ASI eksklusif dan keuntungannya juga
sangatmempengaruhikeputusanibu.

Beberapafaktor lain yang mempengaruhidiantaranyakondisiekonomi yang telahmapan dan


dayabelimasyarakatterhadap susu formula yang tinggi. Ibu
denganpendidikanmenengahsampaidengantinggicenderungmencarinafkahuntukmenopangekonomi
keluarganya. Jumlahpemasukankeluarga yang semakinmeningkat, menyebabkandayabeliibu juga
meningkatsehinggaibulebihmemilihuntukmemberikan susu formula sebagaipengganti ASI agar
lebihpraktis dan meningkatkanderajatsosialkeluarga di mata masyarakat.13 Pendidikan dan
dukunganmenyusui oleh petugaskesehatansesaatsetelahmelahirkanmenjadifaktor yang
berpengaruhterhadappemberian ASI eksklusif.
Tingkat pendidikanmerupakan salah satuaspeksosial yang
berpengaruhterhadapfaktorekonomi, sikap, dan tingkahlakumanusia. Semakintinggipendidikanibu,
makasemakinsedikitibu yang memberikan ASI eksklusif. Hal
inidisebabkanibudenganpendidikantinggibanyakmemilikipekerjaan di luar, sepertibekerja,
sehinggatidakmemilikibanyakwaktumenyusui dan kurangmengetahuicarapenyimpanan ASI.
Kebudayaan juga memilikipengaruhdenganpendidikanterhadappemberian ASI. Di Jordan,
lebihbanyakibu yang bekerja dan intensitaspenggunaanbotollebihtinggi pada budaya yang
menyediakandukunganlebihsedikituntukmenyusui di tempatkerja.
Hasil penelitiandenganvariabelbebaspengalamanmenyusui dan variabelterikatpemberian
ASI eksklusifmenunjukanbahwaterdapathubunganantarapengalamanmenyusuidenganpemberian
ASI eksklusif. Pengalamanmenyusuimemilikihubungan yang positifantaradurasimenyusui pada
anaksebelumnya, terutamaanak yang tepatsebelumanak yang sekarangdenganpemberian ASI pada
anaksaatini. Pengalamanmenyusui pada wanitaprimiparitasberperanpentingterhadappemberian ASI
pada anakselanjutnya.
Ibu yang tidakmemberikan ASI pada anaksebelumnyasedikitkemungkinanakanmemberikan ASI
eksklusif pada anakselanjutnya.Selainitu, wanitamultiparitas yang sebelumnyapernahmemberikan
ASI >3 bulanakanmemberikan ASI pada anakselanjutnyalebih
lama.Pengalamanmenyusuitidakhanyadidapatdarimenyusuianaksebelumnya. Namun, juga
dipengaruhi oleh budayakeluarga, jika orang tuanyatidakmelakukan ASI
eksklusifakanmemberikantekanankepadaanakanyauntuktidakmemberikan ASI eksklusif.
Strukturkeluarga, pada bentukkeluargabesar, dapatmendorongterhadapsikapmemberikan ASI
eksklusif, terutamasaatinisiasi.

2. KasusII :HubunganPekerjaan Ibu TerhadapPemberianAsiEksklusif Pada Bayi

Ibu yang memilikipendidikantinggicenderungbekerjadibandingkanibu yang

memilikipendidikanrendah, halinimenunjukanbahwakesempatanbekerjalebihbanyakHasil

penelitianmenunjukkanbahwaresponden yang tidakbekerjamemberikan ASI Eksklusifsebesar

54,8%, lebihbanyakdibandingkandengan yang memberi ASI Eksklusifsebesar 45,2%,

sedangkanresponden yang bekerjamemberikan ASI Eksklusifsebesar 67,6%

lebihbanyakdibandingkandengan yang tidakmemberikan ASI Eksklusifsebesar 32,4%.

Dapatdisimpulkanbahwaadahubungan yang

bermaknaantarapekerjaanibuterhadappemberian ASI Eksklusif pada bayi. Dari hasil uji

statistiktersebut juga diperolehnilai OR (Odds Ratio) = 0,396 (CI 95% : 0,182-0,864)

halinimenunjukkanbahwaibu yang tidakbekerjamempunyaipeluangsebesar 0,396 kali

lebihbesaruntukmemberikan ASI Eksklusifdibandingdengantidakmemberikan ASI Eksklusif.Hasil


yang sama juga ditunjukandalampenelitianHafni (2006) dan penelitianMohanis (2014), yang

menyatakanbahwaadahubunganantara status pekerjaandenganpemberian ASI Eksklusif.

Kecenderunganibu-ibutidakmemberikan ASI Eksklusifdikarenakanbanyaknyaibu-ibu yang bekerja

(Wenas., 2012).

Selainitu, kecendrunganini juga terjadidikarenakanbagipekerjawanita yang melahirkan,

memberikan ASI Eksklusifmerupakansuatudilema, karena masa cutiterlalusingkatdibandingkan

masa menyusui, sehinggamerekaakanmemberikan susu formula sebagaipengganti ASI Eksklusif.

MenurutMohanis (2014), halini juga

terjadikarenakurangnyainformasitentangmanajemenlaktasibagiibu-ibu yang bekerja.

3. KasusIII :DeterminanPemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui

DalamPeraturanPemerintahRepublik Indonesia TentangPemberian Air Susu Ibu


Eksklusifdalam BAB III pasal 6 disebutkanbahwasetiapibu yang melahirkanharusmemberikan ASI
Eksklusifkepadabayi yang dilahirkannya. Diharapkansetelah PP No 33 tahun 2012 diterapkandapat:
menjaminpemenuhanhakbayiuntukmendapatkan ASI Eksklusifsejakdilahirkansampaidenganberusia
6 (enam) bulandenganmemperhatikanpertumbuhan dan perkembangannya,
memberikanperlindungankepadaibudalammemberikan ASI Eksklusifkepadabayinya; dan
meningkatkanperan dan dukunganKeluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan
Pemerintahterhadappemberian ASI Eksklusif.
Ibu yang berpendidikantinggiakanlebihbaikpenerimaannyaterhadap ASI eksklusif dan IMD
sertalebihberupayauntukmempraktikannya. Penyerapaninformasi yang beragam dan
berbedadipengaruhi oleh tingkatpendidikan.Semakintinggitingkatpendidikansemakintinggi pula
kemampuandasar yang dimilikiseseorang, khususnyapemberian ASI. Tingkat
pendidikandapatmendasarisikapibudalammenyerap dan mengubahsisteminformasitentang ASI.
Berdasarkan data antarapekerjaan dan perilakupemberian ASI eksklusifbahwa 23,9% ibu yang
memberikan ASI eksklusifsebagaiiburumahtangga. Hasil Uji Statistikdiperoleh p<0,05
makadapatdisimpulkanadahubungan yang signifikanantarapekerjaandenganpemberian ASI
Eksklusif. Dalammempraktekkanpemberian ASI eksklusif,
ibubekerjamempunyaitantangandalammemberikanASInya, proses memerah ASI
bagiibubekerjaadalahmerupakanmasalahpemberian ASI eksklusif pada ibubekerja.
Ibu kembalibekerjapenuhsebelumbayiberusiaenambulanmenyebabkanpemberian ASI
eksklusifinitidakberjalansebagaimanaseharusnya, belumlagiditambahkondisifisik dan mental
yaglelahkarenaharusbekerjasepanjanghari dan ditambah diet yang
kurangmemadaijelasakanberakibat pada kelancaranproduksi ASI. Adanyaperaturancuti yang
hanyaberlangsungselama 3
bulanmembuatbanyakibuharusmempersiapanbayinyadenganmakananpendamping ASI
sebelummasa cutinyahabis, sehinggapemberian ASI eksklusifmenjaditidakberhasil. Dalampasal
128 ayat 2 dan 3 UndangUndangRepublik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentangkesehatandisebutkanbahwaselamapemberian ASI, pihakkeluarga, pemerintahdaerah dan
masyarakatharusmendukungibusecarapenuhdenganpenyediaanwaktu dan fasilitaskhusus.
Penyediaanfasilitaskhusussebagaimanadimaksud pada ayat (2) diadakan di tempatkerja dan
tempatsaranaumum. Pada saatbulankeduacutimelahirkanibubekerjadapatmembuatpersediaanASI
karna pada saatiniproduksi ASI meningkatsedangkankebutuhanbayimasihsedikit, ASI
dapatdisimpan di lemaripendingin. Setelah masukkerjahendaknyaibubekerjatetapmemerah ASI
setiap 3 jam dan menyimpanASInya dan membawanyapulangsetelahselesaibekerja. Bagiibubekerja
yang tidakmemilkipersediaan ASI, dapatmemanfaatkanlayanankurir ASI. LayananKurir ASI
yaitulayananpengiriman ASI yang mengantar ASI sampaitempattujuandengantetapmenjagakualitas
ASI. Selainituibubekerjahendaknyamencariinformasi yang lengkapmengenaicaramengelola
ASI.Perilaku yang didasari oleh pengetahuanakanlebihbaikdari pada perilaku yang
tidakdidasaripengetahuan. Berdasarkan data pengetahuanibudan perilakupemberian ASI
eksklusifsebanyak 18,6% ibu yang memberikan ASI eksklusifmempunyaipengetahuan yang tinggi.
Hasil Uji Statistikdiperoleh P<0,05 makadapatdisimpulkanadahubungan yang
signifikanantarapengetahuandenganpemberian ASI Eksklusif. Dari Hasil analisisdidapatkannilai
OR =5,949, artinyapengetahuantinggimempunyaipeluang 5,94 kali untukmemberikan ASI
eksklusifdibandingkanibu yang mempunyaipengetahuan yang rendah.
Penelitianinisesuaidenganpenelitian yang dilakukan di daerahbinaanpuskesmasMekar Mukti
Cikarangdidapatkan P<0,022 berartiadahubungan
yangbermaknaantarapengetahuandenganpemberian ASI eksklusif.Responden yang
berpengetahuanrendahmempunyaipeluanglebihbesaryaitusebanyak 2,652 kali
dibandingkandenganresponden yang kurangberpengetahuan.
Rintangan lain pada ibumenyusuiadalahibumenyusuitidakdibekalipengetahuan yang
cukuptentangtehnikmenyusui yang benar dan manajemenlaktasi. Studikualitatif yang dilakukan di
Kota Semarang didapatkansebanyak (50%) ibutidakmengetahui ASI
eksklusif.Merekaumumnyamendengartapitidakmengertimaksudnya. Ada juga yang
pernahmembacabuku KIA tapilupa. Pengetahuanibu yang kurangtentang ASI eksklusifinilah yang
terutamamenyebabkangagalnyapemberian ASI eksklusif.
Padahalpengetahuanmerupakandasarutamamanusiauntukmelakukansesuatu. Sebagian
subjektidakmengetahui ASI Eksklusifsehinggamerekatidakmempunyaimotivasiuntukmemberikan
ASI eksklusifkepadabayinya. Faktor-faktorpendorongberhasilnya ASI
eksklusifberupapengetahuankurang pada ibumenyebabkanpemberian ASI eksklusifgagal.
Informasi yang harusdisampaikanmengenai ASI eksklusifyaitukeuntungan dan keunggulan ASI,
makananibuhamil dan menyusuisertapersiapanmenyusuidalamwaktu lama harusdisampaikan pada
ibusaatdalam masa kehamilan
Berdasarkandata antarasikapdenganperilakupemberian ASI eksklusifbahwa 18,6% ibu yang
memberikan ASI eksklusifmempunyaisikap yang positif. Hasil Uji Statistikdiperoleh p<0,05
makadapatdisimpulkanadahubunganyang signifikanantarasikapibudenganperilakupemberian ASI
Eksklusif. Dari Hasil analisisdidapatkannilai OR =8,776 artinyaibu yang mempunyaisikap yang
positifmempunyaipeluang 8,77 kali untukmemberikan ASI eksklusifdibandingkanibu yang
mempunyaisikap yang negatif. Hasil penelitiandidapatkanbahwaadahubungan yang
signifikanantarasikapdenganpemberian ASI
eksklusifdidaerahbinaanpuskesmasmekarmuktiCikarang. Didapatkanadahubungan yang
signifikanantarsikapibudenganpemberian ASI eksklusifdidaerahbinaanpuskesmasMekar Mukti
Cikarang. Didapatkanbahwaresponden yang bersikapsetujumempunyaipeluang yang 2.706 kali
lebihbesardibandingkandenganresponden yang bersikaptidaksetujudenganpemberian ASI
eksklusif.
Penyebabgagalnya ASI eksklusifadalahkondisipsikologisibudimana sang
ibumerasatidakyakinakanpersediaanASInya.Jika dariawalkehamilansudahmerencanakandengan
susu formula ataumakanantambahanlain, makakesulitandalammemberikan ASI
eksklusif.Berdasarkan data hubunganantaraperananpetugasdenganperilakupemberian ASI
Eksklusifbahwa 21,3% ibu yang memberikan ASI eksklusifadaperanandaripetugaskesehatan. Hasil
uji statistikdiperoleh p<0,05 makadapatdisimpulkanadahubungan yang
signifikanantaraperananpetugasdenganpemberian ASI Eksklusif. Dari Hasil analisisdidapatkannilai
OR =9,450 artinyaibu yang mempunyaiperananpetugasberpeluangmemberikan ASI
Eksklusifsebanyak 9,45 kali dibandingkanibu yang tidakmempunyaiperananpetugas. Penyebab lain
darikurangnyapemberian ASI eksklusifadalahpelayanan yang
diberikandifasilitaskesehatantidakmendukungpemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian yang
dilakukandidapatkanhasilpelayananbidan dan pemberian ASI
eksklusifbelumdapatdilaksanakansecara optimal, karenabelumsesuaistandarpelayananpemberian
ASI eksklusif. Upaya yang
perludilakukanadalahperluadanyasosialisasiterhadapbidanmengenaimanajemenlaktasi,
adanyastandaroperasionalpemberian ASI eksklusif, adanyaperaturan yang jelastentangpromosi
susu foprmula dan peningkatanpengetahuan danketrampilanbidanterutama yang
berhubungandenganpemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan data hubunganantaraketerpaparan media denganperilakupemberian ASI
Eksklusifdidapatkan 53 orang (22,9 %) ibu yang memberikan ASI eksklusifterpapar oleh media.
Hasil uji Statistikdiperoleh P<0,05 makadapatdisimpulkanadahubungan yang
signifikanantaraketerpaparan mediadenganpemberian ASI Eksklusif. Dari Hasil
analisisdidapatkannilai OR =9,450 artinyaibu yang terpaparmedia mempunyaipeluang 9,64 kali
untukmemberikan ASI eksklusifdibandingkanibu yang mempunyai yang tidakterpapar media.Di
media massatidakpernahdijumpaiinformasidalambentukiklan yang menjelaskansecarabaik dan
benarbahwamakananpendamping ASI harusdiberikankepadabayi 6 bulan.
Makasangatlalahwajarapabilapemberian MP ASI diberikansebelumanakberusia 6 bulan.
Paparanakansumber-sumberinformasidari media komunikasiumum, paparanakanberbagaiinformasi
interpersonal, pelayanan yang diterimadarifasilitaskesehatanselamakehamilan, persalinan dan
pascapersalinanakanmempengaruhipemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitianmenunjukkanbahwa 24,6 % ibu yang memberikan ASI eksklusif. Hasil Uji
Statistikdiperolehp<0,05 makadapatdisimpulkanadahubungan yang
signifikanantaraperansuamidenganpemberian ASI Eksklusif. Dari hasilanalisisdidapatkannilai OR
=9,866 artinyaibu yang mempunyaiperanansuamimempunyaipeluang 9,86 kali untukmemberikan
ASI eksklusifdibandingkanibu yang mempunyai yangtidakmempunyaiperanansuami.
Suamiberperandalammempengaruhikeputusanuntukmenyusui, inisiasipraktekmenyusui,
lamanyapemberian ASI sertamenjadiresikopraktekpemberian susu formula.
Beberapastudimenyimpulkanbahwatidaksemuasuamidapatmemberikandukungan yang diharapkan
pada ibumenyusui.
Studitersebutmenemukanbahwakemampuansuamimemberikandukungandukunganberhubunganden
gankualitashubunganpernikahan, kepuasanterhadapperanmasing-masing orang tua,
pengetahuansuami dan pekerjaansuami. Peran ayah yang mendukungpemberian ASI
eksklusifdiantaranya: dukungansaatmelahirkan, inisiasidini, memberikan saran pada
ibuuntuksegeramenyusupertama kali, menyediakanmakanan yang
bergizibagiibuuntukmeningkatkanproduksi ASI dan membelialatmemompa ASI
untukmenstimulasi ASI pertama kali keluar, keterlibatan ayah
dalammengerjakantugasrumahtangga.
Dari
hasilpenelitianmenunjukkanbahwaseluruhrespondenpernahmendapatkaninformasiataupromosi susu
formula. Berdasarkansumberinformasi yang didapatibutentang susu formula adalahsebagaiberikut:
iklan di koran 94 (23,6%), iklan di televisiatau radio 66 (16,6%), dokter 49 (12,3%), dokteranak
53(13,3%), bidan 72 (18,1%), perawatataumantri 18 (4,5%) dan lainnya 46 (11,6%).
Gencarnyapemasaran susu formula melaluikampanyeterselubungyaitu: hadiahkepulanganibu dan
bayidarifasilitaspersalinanmasihmarakterjadi. Keberhasilan ASI eksklusif dan IMD
tidakpernahterjadiapabilaiklan susu formula masihmempengaruhitenagakesehatan dan
ibuuntukmemberikan susu formula kepadabayi. Tanpaadanyasangsi dan upaya yang optimal
daripemerintahbagipemasaransusu formulasangatsulit target ASI dan IMD bisadicapai.
Dalampasal 12 dan 14 tentangpemasaranpenganti ASI adalahpromosi, peredaran, penjualan,
dan periklananproduk. Sarana pelayananankesehatandilarangdigunakanuntuk: kegiatanpromosi susu
formula bayi dan susu formula bayilanjutan,
dilarangmenyediakanpelayanandibidangkesehatanatasbiaya yang disediakan oleh badan
usahadenganimbalanpromosi susu formula, dilarangmenerimasampelataupunsumbangan susu
formula bayi dan susu formula lanjutanuntukkeperluanrutinataupenelitian. Badan
usahadilarangmemberikansampelsecaracuma-
cumaatausesuatudalambentukapapunkepadasaranapelayanankesehatanatauwanitahamilatauibu yang
melahirkan, menjajakan, menawarkanataumenjuallangsungkerumah-
rumahataumemberikanpotonganhargaatautambahandalambentukapapunataspembelianpengganti
ASI sebagaidayatarikpenjual,
ataumenggunakantenagakesehatanuntukmemberikaninformasitentangpengganti ASI
kepadamasyarakat.Pada Pasal 47 tentang label dan iklanpangan. Iklantentangpangan yang
diperuntukkanbagibayiberusiasampaidengan 1 (satu) tahun, dilarangdimuatdalam media
massakecualidalam media cetakkhusustentangkesehatan, setelahmendapatkanpersetujuan Menteri
Kesehatan dan iklan yang bersangkutanwajibmemuatketeranganbahawapangan yang
bersangkutanbukanpengganti ASI. Peraturan yang mengaturperedaran susu formula sangatringkas
dan kurangjelassehinggamasihperluditindaklanjutidenganaturan-aturanteknis yang pada
kenyataannyatidakterdokumentasidenganbaik. Sejauhiniaspekevaluasi dan
pemantauantersebutbelumtersediainformasinya. Hal inidapatdisebabkan oleh
sistempendokumentasiannya dan diseminasibagipublikataukarenatidakadasistem yang
dimaksuddalamperaturan. Hal inimerupakankondisi yang
sangatmengkhawatirkankarenadalamsetiapimplementasikebijakan,
harusadatahapevaluasiimplementasikebijakantersebut.
Berdasarkanperan orang tua dan perilakupemberian ASI Eksklusifbahwa 14,6 % ibu yang
mempunyaiperanan orang tua. Hasil Uji chi-squerediperoleh p<0,05
makadapatdisimpulkanadahubungan yang signifikanantaraketerpaparan media denganpemberian
ASI Eksklusif. Dari Hasil analisisdidapatkannilai OR =8,815 artinyaibu yang mempunyaiperanan
orang tuamempunyaipeluang 8,81 kali untukmemberikan ASI eksklusifdibandingkanibu yang
mempunyai yang tidakmempunyaiperanan orang tua.Didapatkannilai OR yang paling
besaradalahvariabelperan orang tuayaitu 4,977 artinyaperanan orang tuamempunyaipeluang 4,947
kali untukmemberikanASI eksklusifsetelahdikontrol oleh variabelpendidikan, pekerjaan, sikap,
peranpetugas, media dan peransuami.
Denganmelihatkeenamvariabeltersebutmakavariabelperanan orang tua yang
dominanberhubungandenganperilakumemberikan ASI eksklusif. Praktekpemberian ASI juga
diketahui oleh budaya dan norma yang berkembang di kalangananggotakeluarga, rekan dan
masyarakatsecaraumum.Peranankeluargaterhadapberhasiltidaknyaibumemberikan ASI
eksklusifsangatbesar. Ibu yang tinggalserumahdengan orang
tuamempunyaipeluangsanggatbesaruntukmemberikan MP-ASI pada bayi.
Walaupunibumengetahuibahwapemberian MP ASI terlaludinidapatmenyebabkanganggguan
padakesehatanbayi,
namunmerekaberanggapanbahwabayijikabayitidakmengalamigangguanmakapemberian MP-ASI
dapatdilanjutkan. SelainItukebiasaanmemberikan MP ASI dinitelahdilakukanturuntemurun dan
tidakpernahmenimbulkanmasalah.Dukungankeluargaatauibumertuamerupakanfaktoreksternal yang
paling besarpengaruhnyaterhadap ASI eksklusif,
karenadukungankeluargasangatbesarpengaruhnyaterhadap rasa percayadiriibu. Hormonoksitoksin,
hormon yang membantupengeluaran ASI sangatsensitifterhadapperasaanibu.
Sedikitsajaibumerasaraguataukurangpercayadirimakadapatmenyebabkankerjahormonmenjadioksito
ksinmelambat yang berakibat ASI yang keluarmenjadisedikit. Efekdariberkurangnya ASI
iniibubertambah stress. Apabilakondisiinidibiarkansangatmungkinproduksi ASI
akanterhentisamasekali. Riwayat orang tuamenyusui dan merawatbayidimasalalu,
mempengaruhikeberhasilanibudalammemberikan ASI eksklusif.
Untukmengatasihaltersebutibumenyusuisebaiknyamelibatkanibuataumertuadalamkegiatanmenyusui
. Tindakan defensif (melawan)
justruakanmembuatmerekalebihagresifmenunjukkanketidaksetujuannya,
keadaaninisemakinsulitmenyampaikaninformasi yang benartentang ASI eksklusif.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tingkat pendidikanibu yang semakinrendahberpengaruh pada


kurangnyakemampuandasarberpikiruntukpengambilankeputusan, khususnyapemberian ASI

eksklusif.Pemberian ASI eksklusiftidakhanyadipengaruhi oleh faktorpendidikanibu, tetapi juga


tingkatpengetahuan yang ibumilikimengenai ASI eksklusif. Tingkat pendidikanmerupakan
salah satuaspeksosial yang berpengaruhterhadapfaktorekonomi, sikap, dan tingkahlakumanusia.
Semakintinggipendidikanibu, makasemakinsedikitibu yang memberikan ASI eksklusif. Hal
inidisebabkanibudenganpendidikantinggibanyakmemilikipekerjaan di luar, sepertibekerja,
sehinggatidakmemilikibanyakwaktumenyusui dan kurangmengetahuicarapenyimpanan ASI.
Kebudayaan juga memilikipengaruhdenganpendidikanterhadappemberian ASI.

Ibu yang memilikipendidikantinggicenderungbekerjadibandingkanibu yang


memilikipendidikanrendah, ibu yang tidakbekerjamempunyaipeluangsebesar 0,396 kali
lebihbesaruntukmemberikan ASI Eksklusifdibandingdengantidakmemberikan ASI Eksklusif.

Ibu yang berpendidikantinggiakanlebihbaikpenerimaannyaterhadap ASI eksklusif dan IMD


sertalebihberupayauntukmempraktikannya. Penyerapaninformasi yang beragam dan
berbedadipengaruhi oleh tingkatpendidikan.Semakintinggitingkatpendidikansemakintinggi pula
kemampuandasar yang dimilikiseseorang, khususnyapemberian ASI.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. Beta WoroHastuti, SoeroyoMachfudz, Tien Budi Febriani. HubunganPengalamanMenyusui


Dan Tingkat Pendidikan Ibu DenganPemberian ASI Eksklusif Di KelurahanBarukan,
KecamatanManisrenggo, KabupatenKlaten. JurnalUniversitas Islam Indonesia 2015.
JurnalKedokteran dan Kesehatan Indonesia 6 (4), 179-187, 2015.
https://journal.uii.ac.id/JKKI/article/download/3395/3050(Diakses pada tanggal 6 Desember
2021)
2. FitriyaniBahriyah, Monifa Putri, Abdul KhodirJaelani. HubunganPekerjaan Ibu
TerhadapPemberian ASI Eksklusif Pada BayiDi Wilayah KerjaPuskesmasSipayung.
JurnalEndurance : Kajian IlmiahProblema Kesehatan 2 (2), 113-118, 2017.
http://ejournal.lldikti10.id/index.php/endurance/article/viewFile/1699/679(Diakses pada
tanggal 6 Desember 2021)
3. IsroniAstuti. DeterminanPemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui. Jurnal Health
Quality 4 (1), 1-76, 2013.
https://www.poltekkesjakarta1.ac.id/wpcontent/uploads/legacy/jurnal/dokumen/
41Jurnal_ISRONI.pdf(Diakses pada tanggal 17 Desember 2021)
4. NurlailiSusanti. Peran Ibu Menyusui yang BekerjaDalamPemberian ASI
EksklusifBagiBayinya. Jurnal EGALITA, 2011.
View at ejournal.uin-malang.ac.id (Diakses pada tanggal 17 Desember 2021)
5. http://repository2.unw.ac.id/623/6/S1_010116A065_BAB%20I.pdf(Diakses pada tanggal 17
Desember 2021)

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai