Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN DAN PRINSIP PENYAJIAN

MAKANAN UNTUK IBU DAN ANAK

Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Tugas Kelompok Mata Kuliah Perencanaan Menu &

Pengolahan Makanan Sehat untuk Ibu dan Bayi

DOSEN PEMBIMBING: Dr. Ir. Diah M. Utari, M.Kes


DOSEN PENANGGUNGJAWAB: Nur Fitri Ayu Pertiwi, SST., M.Keb

Disusun Oleh:

SALSABIELA KIRANA QONITA P3.73.24.1.19.066

YUVITA KURNIA SARI P3.73.24.1.19.072

JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROGRAM PROFESI BIDAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan serta kelancaran, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok Mata
Kuliah Perencanaan Menu & Pengolahan Makanan Sehat untuk Ibu dan Bayi dengan judul
“Makalah Pengolahan Bahan Makanan dan Prinsip Penyajian Makanan untuk Ibu dan Anak”
dengan tepat waktu.

Tidak lupa juga kami sampaikan rasa terimakasih kepada dosen pembimbing serta dosen
penanggung jawab yang telah memberikan kami bimbingan serta masukan yang bermanfaat
dalam penyusunan makalah ini serta teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan para
pembaca. Namun, kami masih menyadari bahwa di dalam makalah yang kami buat masih
banyak terdapat kekurangan maupun keselahan dalam penulisan. Sehingga kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar makalah selanjutnya bisa menjadi lebih
baik lagi.

Jakarta, 20 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang......................................................................................................................1

1.2. Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

2.1. Prinsip pengolahan bahan makanan MPASI untuk bayi......................................................3

a. Frekuensi...........................................................................................................................3

b. Tekstur..............................................................................................................................4

c. Variasi/keragaman zat gizi pangan...................................................................................6

d. Cara Mengolah Makanan Bayi.........................................................................................6

e. Cara pengelolaan makanan berdasarkan kategori usia.....................................................8

f. Cara pengelolaan makanan (takaran makanan tim yang perlu diperhatikan)...................9

2.2. Prinsip penyajian makanan untuk bayi dan balita..............................................................10

a. Makanan Pendamping ASI (MPASI).............................................................................12

b. Cara Penyajian MP-ASI..................................................................................................14

BAB III..........................................................................................................................................16

PENUTUP.....................................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................16

3.2 Saran...................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) adalah makanan dan minuman yang
mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Menurut WHO MP-ASI harus diberikan
setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut sampai usia 24 bulan, karena pada masa
tersebut produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat gizi dari ASI tidak lagi
memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat. Pemberian MP-ASI sendiri
menurut Depkes RI (2007) mempunyai aturan khusus diantaranya bayi usia 0-6 bulan
hanya minum ASI, bayi usia 6-9 bulan minum ASI dan diperbolehkan konsumsi
makanan lumat, bayi usia 9-12 bulan, selain ASI juga diperbolehkan konsumsi makanan
lumat dan makanan lunak dan bayi usia 12-24 diperbolehkan konsumsi ASI, makanan
lumat, makanan lunak juga makanan padat. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan
melalui indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Dengan persepsi yang benar
tentang ibu menyusui dalam pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 6-24
bulan. Kenyataannya di posyandu wilayah kerja puskesmas jambon masih belum
diketahui bagaimana persepsi ibu menyusui tentang pemberian MP- ASI di wilayah
tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat
diwilayah tersebut, jika tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat sudah cukup
dan sebaliknya jika memang pengetahuan dan pemahamannya tentang pemberian MP-
ASI masih kurang Sampai saat ini pelaksanaan pemberian MP ASI setelah usia 6-24
bulan pada anak belum jelas.

Menurut WHO dari 15.264 bayi 0-11 bulan yang diperiksa, yang minum ASI
eksklusif sebanyak 9.254 bayi (60,6%). yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak
6.010 bayi (39,3%) sedangkan yang memberikan makanan pendamping ASI tepat waktu
41%, yang memberikan MP-ASI dini 53%, dan yang ditunda dalam pemberian MP-ASI
5,1%. Di Asia 5,542 bayi (43,8%) dari 12.642 bayi 0-11 bulan yang diperiksa, yang

1
mendapatkan ASI eksklusif 7.100 bayi (56,1%) yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
sebanyak 5,542 bayi (43,8%). Berdasarkan data Riskesdas di Indonesia bayi yang
mendapat ASI eksklusif hanya 30,2% sedangkan yang tidak mendapat ASI eksklusif
69,8%, ini berarti bayi yang mendapat MP-ASI usia 6-24 bulan sebanyak 30,2% dan
yang mendapat MP-ASI dini sebanyak 69,8%. Di Jawa timur dari 9.531 bayi 0-11 bulan
yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 8.578 bayi (90,0%) yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif sebanyak 953 bayi (9,9%) dari pemberian ASI eksklusif tersebut yang
mengalami penambahan berat badan sebanyak 450 bayi (5,24%).

Pemberian MP-ASI yang tidak tepat bukan hanya mengganggu asupan gizi yang
seharusnya didapat bayi, tetapi juga mengganggu pencernaan bayi karena system
pencernaannya belum sanggup mencerna atau menghancurkan makanan tersebut.
Sementara pencernaan bayi yang terganggu tidak hanya membuat bayi tidak dapat
mencerna makanan dengan baik, tapi juga membuat asupan gizi yang seharusnya
diperoleh dari makanan dengan baik, tapi juga membuat asupan gizi yang seharusnya
diperoleh bayi terbuang sia- sia karena tidak mampu diserap. Sebagaimana yang telah
diketahui, system pencernaan bayi baru akan siap mencerna makanan dengan kontur yang
lebih padat dari ASI, setelah berusia 6 bulan keatas Dengan demikian, makanan tersebut
akan mengendap dilambung dan menyumbat salauran pencernaan, sehingga akhirnya
bayi terjadi muntah. Artinya jika, sebelum berusia 6 bulan bayi telah diberikan
makananan pendamping dengan konstur yang lebih keras dari ASI, dapat dipastikan bayi
akan mengalami permasalahan gizi. ASI merupakan yang baik dan memenuhi semua
kebutuhan nutrisi dari bayi selama 6 bulan pertama. Akan tetapi, setelah usia 6 bulan ASI
saja tidak cukup untuk membuat bayi tumbuh dengan baik, tambahan makanan lain juga
dibutuhkan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan bayi dan aktivitas dari bayi yang
bertambah, sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi akan meningkat sesuai
bertambahan usia. Pemberian MP-ASI pada bayi usia 6 bulan keatas disertai dengan
pemberian ASI lanjut adalah hal penting dalam perkembangan dan pertumbuhan bayi.

1.2. Tujuan
a. Mengetahui bagaimana prinsip pengolahan bahan makanan MPASI untuk bayi
(frekuensi, tekstur, variasi/keragaman zat gizi pangan)

2
b. Mengetahui bagaimana prinsip penyajian makanan untuk bayi dan balita

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Prinsip pengolahan bahan makanan MPASI untuk bayi


Keamanan pangan untuk balita tidak cukup hanya menjaga kebersihan tetapi juga
perlu diperhatikan selama proses pengolahan. Proses pengolahan pangan memberikan
beberapa keuntungan, misalnya memperbaiki nilai gizi dan daya cerna, memperbaiki cita
rasa maupun aroma, serta memperpanjang daya simpan.
Bahan makanan yang akan diolah disamping kebersihannya juga dalam penyiapan
seperti dalam membuat potongan bahan perlu diperhatikan. Hal ini karena proses
mengunyah dan refleks menelan balita belum sempurna sehingga anak sering tersedak.
Penggunaan bumbu dalam pengolahan juga perlu diperhatikan. Menurut Moore
(1997) dalam Uripi,V. (2004:53) pemakaian bumbu yang merangsang perlu dihindari
karena dapat membahayakan saluran pencernaan dan pada umumnya anak tidak
menyukai makanan yang beraroma tajam.
Pengolahan makanan untuk balita adalah yang menghasilkan tekstur lunak dengan
kandungan air tinggi yaitu di rebus, diungkep atau dikukus. Untuk pengolahan dengan di
panggang atau digoreng yang tidak menghasilkan tekstur keras dapat dikenalkan tetapi
dalam jumlah yang terbatas. Di samping itu dapat pula dilakukan pengolahan dengan cara
kombinasi misal direbus dahulu baru kemudian di panggang atau di rebus/diungkep baru
kemudian digoreng.

a. Frekuensi
1) Usia 6 bulan
 1-2 kali makan/hari
 Lalu ditambah secara bertahap menjadi 2-3 makan
 1-2 kali makanan ringan
2) Usia 9 bulan

3
 3 kali makan/hari
 2 kali makanan selingan
3) Usia 1 tahun ke atas
 3-4 kali makan/hari
 2 kali makanan selingan

Hal yang harus diperhatikan dalam meberikan makanan selingan:


1) Mudah dicerna
2) Tidak berbumbu tajam
3) Porsi secukupnya agar tidak mengganggu nafsu makan utamanya
4) Sebagai pelengkap sumber nutrisi jika makanan utamanya tidak optimal

b. Tekstur
1) Usia 6-8 bulan (Makanan lumat)
Makanan lumat atau saring adalah makanan yang dihancurkan atau
disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan
lumat halus, contoh: bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/dikerok,
pepaya saring, nasi tim saring, dan lain-lain.

 Ambil makanan yang telah dimasak  haluskan  saring


 Melumat bahan makanan disarankan menggunakan penyaringan
alumunium, boleh memakai blender tetapi tanpa air (boleh sedikit
air hanya untuk pisau blender berputar)

4
2) Usia 9-11 bulan (Makanan lembik)
Makanan lembik atau lunak adalah makanan yang dimasak dengan
banyak air dan tampak berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim,
pure kentang, dan lain-lain.

 Periksa kekentalan makanan dengan meletakkan makanan di


sendok  makanan tidak boleh tumpah bila dituangkan ke dalam
mangkuk
 Pembuatan nasi lembik: (1 nasi : 1 air)  panaskan aduk hingga
mengental

3) Usia 12-24 bulan (Makanan keluarga)


Makanan keluarga atau padat adalah makanan lunak yang tidak nampak
berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh : lontong, nasi
tim, kentang rebus, biskuit, dan lain-lain.

 Pada usia 1 tahun, setiap bayi seyogyanya sudah mulai mendapat


makanan keluarga walaupun masih dalam bentuk lunak dengan
bumbu yang tidak pedas dan tidak merangsang
 Pada umumnya, kemampuan untuk menerima makanan keluarga
ini tercapai pada usia 2-3 tahun

5
c. Variasi/keragaman zat gizi pangan
1) Keberagaman makanan adalah kunci gizi seimbang
2) Mulai dikenalkan dengan variasi buah (hindari dulu bahan makanan
dengan kandungan serat terlalu tinggi dan penambahan garam)
3) Variasi meningkat secara bertahap (sevariatif mungkin)
4) Variasi sama di semua umur, yang berubah hanya tekstur, jumlah &
frekuensi.

d. Cara Mengolah Makanan Bayi


Mengolah makanan secara mandiri atau istilahnya homemade dengan
menggunakan bahan alami, tentu balita akan sehat dan tercukupi gizinya.
Kelebihan mengolah makanan mandiri yaitu mengetahui tumbuh kembang anak
dan permasalahan yang terjadi pada anak, seperti mempunyai alergi tertentu,
maka orang tua akan lebih waspada dan hati-hati untuk memberikan makanan.
Selain itu makanan yang diolah mandiri akan diketahui kadar gizi dan
kebersihannya.
Dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah makanan untuk bayi
adalah keamanan pangan dan kebutuhan zat-zat gizi. Untuk itu ada beberapa
Langkah yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Makanan hendaknya berasal dari pangan bermutu berupa beras/tepung
beras/kentang, daging/ayam/telur/susu, tempe/tahu/kacang hijau, sayur,
buah dan sebagainya. Gula dan garam hanya digunakan secukupnya.
2) Area pengolahan dan alat-alat yang digunakan hendaknya dalam
keadaan bersih.
3) Sayur dan buah dicuci, sesudah itu dimasak dalam air secukupnya atau
dikukus (steaming) hingga empuk.

6
4) Sesuai dengan kemampuan bayi, makanan dapat dihaluskan dengan
menggunakan blender, alat penggiling, atau garpu.

5) Bila makanan tidak segera dimakan, makanan dibungkus dalam porsi


perorangan dan disimpan di dalam lemari pendingin atau lemari
pembeku.
6) Makanan yang dibekukan, bila hendak dimakan hendaknya dicairkan
dengan memindahkan dari lemari pembeku ke lemari pendingin terlebih
dahulu.

Menu keluarga dapat diperkenalkan kepada bayi sejak dini, sesuai dengan
kemampuannya untuk menerima. Sesudah usia satu tahun, bayi hendaknya sudah
dapat memakan makanan keluarga, kecuali yang amat merangsang seperti pedas.
Makanan bayi sudah dapat mengikuti Pendoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Proses pencernaan dan absorpsi pada bayi hendaknya dibantu dengan makan
cukup serat. Ini dapat dilakukan dengan pemberian buah dan sayur.

7
e. Cara pengelolaan makanan berdasarkan kategori usia

1) Umur 0-6 bulan (Wajib ASI)


 Memberikan gizi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan
 Kolostrum yang kaya antibody
 Lebih mudah dicerna
 Mempunyai sifat alergi yang rendah
 Risiko rendah ketika dewasa menderita penyakit degenerative dan
kronis
 Lebih murah dan mudah diberikan
 Anak mudaj menerika adaptasi saat MP-ASI
 Lebih cepat mengembalikan kandungan ke bentuk semula
 Bounding antara ibu dan bayi

8
2) Umur 6-12 bulan
Makanan yang perlu diberikan pada bayi usia 6 bulan:
 Teruskan pemberian ASI
 Perkenalkan aneka ragam makanan
 Makanan lembut (lumat) 2x sehari
 Berikan ASI terlebih dahulu baru makanan pendamping
 Berikan makanan sesuai jumlah kebutuhan kalorinya
 Mulai diberikan makanan yang lebih pada dalam bentuk lembek
 Berikan makanan lembek dengan frekuensi sesuai usia:
a. Usia 8 bulan diberikan tim cincang
b. Usia 9 bulan dikenalkan makanan selingan
c. Usia 10 bulan mulai dikenalkan makanan yang kental
 Fingerfood:
a. Makanan (camilan) berbentuk kecil yang dapat dipegang
bayi usia 7-8 bulan
b. Bayi akan belajar memegang makanan sendiri dan
mengunyah (umumnya telah tumbuh gigi)
c. Mendampingi bayi ketika menikmati fingerfood
d. Menyiapkan fingerfood sendiri:
i. Harus tidak keras, mudah dipegang, tidak berbiji,
tidak bertulang, tidak bertali, tidak berkulit
ii. Jika berbahan sayuran maka direbus dulu
iii. Jenis daging= ayam direbus, fillet ikan yang
dikukus
iv. Biskuit yang biasa untuk bayi
3) Umur 1-5 tahun
 Usia 1 tahun mulai diperkenalkan dengan pola makan kebiasaan
keluarga
 Usia 2-3 tahun mulai menolak makanan yang tidak disukai

9
 Pada usia 1-5 tahun hal yang menggembirakan adalah bermain
maka manfaatkan momen ini untuk menyuapkan makanan

f. Cara pengelolaan makanan (takaran makanan tim yang perlu diperhatikan)


1) Usia 6 bulan: Paling sedikit 6 sendok makan dewasa
2) Usia 7 bulan: Paling sedikit 7 sendok makan dewasa
3) Usia 8 bulan: Paling sedikit 8 sendok makan dewasa
4) Usia 9 bulan: Paling sedikit 9 sendok makan dewasa
5) Usia 10 bulan: Bertahap diperkenalkan dengan makanan yang lebih
kental

2.2. Prinsip penyajian makanan untuk bayi dan balita


Menurut Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi
Jasaboga Lampiran Bab III Cara Pengolahan Makanan Yang Baik, bahwa: Penyajian
makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan. Makanan yang disajikan
adalah makanan yang siap santap. Prinsip penyajian Makanan menurut Permenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
1) Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah,
tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang masa
saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2) Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi (makanan
berkuah) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah
makanan cepat rusak dan basi.
3) Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti dus
atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar tidak saling campur
aduk.
4) Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam
keadaan panas dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum ditempatkan
dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan harus berada pada
suhu > 60C.

10
5) Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak cacat
atau rusak.
6) Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak
langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
7) Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat dimakan,
bahan yang tidak dapat dimakan harus disingkirkan.
8) Tepat penyajian yaitu pelaksanaan penyajian makanan harus tepat sesuai
dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang dan tepat
volume (sesuai jumlah). (Irawan, 2016)

Penyajian makanan merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan selera
makan anak, penyajian makanan untuk anak dapat di buat menarik baik dari variasi
bentuk, warna dan rasa makanan. Variasi bentuk makanan misalnya dapat di buat bola-
bola, kotak atau bentuk bunga. Penggunaan kombinasi bentuk, warna dan rasa dari
makanan yang disajikan tersebut dapat diterapkan baik dari bahan yang berbeda maupun
yang sama. Disamping itu juga dapat menggunakan peralatan makan yang lucu sehingga
anak tergugah untuk makan, anak tertarik untuk dapat berlatih makan sendiri.

Anak balita sudah dapat makan seperti anggota keluarga lainnya dengan
frekuensi yang sama yaitu pagi, siang dan malam serta 2 kali makan selingan yaitu
menjelang siang dan pada sore hari, meski demikian cara pemberiannya dengan porsi
kecil, teratur dan jangan dipaksa karena dapat menyebabkan anak menolak makanan.
Waktu makan dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk belajar bagi anak balita
seperti menanamkan kebiasaan makan yang baik, belajar keterampilan makan dan
belajar mengenal makanan. Orang tua dapat membuat waktu makan sebagai proses
pembelajaran kebiasaan makan yang baik seperti makan teratur pada jam yang sama
setiap harinya, makan diruang makan sambil duduk. Makan bersama keluarga
dapat memberikan kesempatan bagi balita untuk mengamati anggota keluarga yang
lain dalam makan, anak dapat belajar cara menggunakan peralatan makan dan cara
memakan makanan tertentu. (Ambohamsah, I., & Amelia, R. 2021)

11
Penyajian makanan pada balita sesuai dengan ketentuan dari syarat gizi seimbang (isi
piringku). Terdapat variasi pemberian makanan balita (2-5tahun), anak telah mempunyai
motorik halus ketika berusia dua tahun, oleh karena itu pada usia ini anak dibiasakan
untuk memegang sendok makan dan gelas minumnya sendiri,belajar memasukkan
makanan kedalam mulut dan mengunyahnya dengan baik. Kebiasaaan makanan yang
beragam, bergizi dan berimbang, harus dibiasakan sejak usia dini. Pemberian makanan
yang baik akan membentuk kebiasaaan makanan yang baik pula pada anak.
(Ramadhanintyas, K. N., 2022).

a. Makanan Pendamping ASI (MPASI)

WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children pada tahun 2003
merekomendasikan agar pemberian MPASI memenuhi 4 syarat, yaitu:

1) Tepat waktu (timely), artinya MPASI harus diberikan saat ASI


eksklusif sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
Sejak usia 6 bulan ASI saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan
energi, protein, zat besi, vitamin D, seng, vitamin A sehingga
diperlukan Makanan Pendamping ASI yang dapat melengkapi
kekurangan zat gizi makro dan mikro tersebut. Meskipun sudah tidak
dapat memenuhi kebutuhan zat gizi secara lengkap, pemberian ASI
tetap dianjurkan karena dibandingkan dengan susu formula bayi, ASI
mengandung zat fungsional seperti imunoglobulin, hormon,
oligosakarida, dan lain-lain yang tidak ada pada susu formula bayi.
Sebelum memulai pemberian MPASI, petugas kesehatan harus menilai
kesiapan bayi untuk menerima MPASI berdasarkan perkembangan
oromotor, yaitu sudah dapat duduk dengan kepala tegak, bisa
mengkoordinasikan mata, tangan dan mulut untuk menerima makanan,
dan mampu menelan makanan padat.
Usia 6-9 bulan adalah masa kritis untuk mengenalkan makanan padat
secara bertahap sebagai stimulasi keterampilan oromotor. Jika pada usia
di atas 9 bulan belum pernah dikenalkan makanan padat, maka
kemungkinan untuk mengalami masalah makan di usia batita

12
meningkat. Oleh karena itu konsistensi makanan yang diberikan
sebaiknya ditingkatkan seiring bertambahnya usia. Mula-mula
diberikan makanan padat berupa bubur halus pada usia 6 bulan.
Makanan keluarga dengan tekstur yang lebih lunak (modified family
food) dapat diperkenalkan sebelum usia 12 bulan. Pada usia 12 bulan
anak dapat diberikan makanan yang sama dengan makanan yang
dimakan anggota keluarga lain (family food).
2) Adekuat, artinya MPASI memiliki kandungan energi, protein, dan
mikronutrien yang dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan
mikronutrien bayi sesuai usianya.
ASI eksklusif dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan
mikronutrien bayi sampai usia 6 bulan, setelah itu seorang bayi harus
mendapat MPASI untuk mencukupi kebutuhannya. Semakin bertambah
usia anak semakin bertambah energi yang dibutuhkan dari MP-ASI.
Berikut adalah kebutuhan harian ASI dan MPASI sesuai usia menurut
WHO.

3) Aman, artinya MPASI disiapkan dan disimpan dengan cara cara yang
higienis, diberikan menggunakan tangan dan peralatan makan yang
bersih.
Untuk menjamin kebersihan dan keamanan makanan yang dikonsumsi
oleh anak laksanakan beberapa hal sebagai berikut: biasakan mencuci
tangan sebelum makan, pergunakan alatalat makan yang bersih dan
steril, masaklah makanan dengan benar, hindari mencampur makanan
mentah dengan makanan yang sudah matang, cucilah sayur dan buah
sebelum dimakan, pergunakanlah sumber air bersih, dan simpanlah
makanan pada tempat yang aman.

13
4) Diberikan dengan cara yang benar (properly fed), artinya MPASI
diberikan dengan memperhatikan sinyal rasa lapar dan kenyang seorang
anak. Frekuensi makan dan metode pemberian makan harus dapat
mendorong anak untuk mengonsumsi makanan secara aktif dalam
jumlah yang cukup menggunakan tangan, sendok, atau makan sendiri
(disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan seorang anak).
Bayi akan menunjukkan tanda lapar dan kenyang dengan bahasa
tubuhnya (feeding cue). Jika ibu memperhatikan feeding cue dari
bayinya dan memberikan ASI sesuai dengan tandatanda tersebut maka
akan tercipta suatu jadwal makan yang paling sesuai untuk bayi
tersebut yang berbeda dengan bayi lain.31 Hal ini memudahkan jika
sampai saatnya memberikan MPASI, maka jadwal MPASI tersebut
menggantikan beberapa jadwal ASI sehingga tidak akan terjadi
tumpang tindih. (Sjarif, dkk., 2015)

Berdasarkan WHO (2010), poinpoin penting dalam pemberian MP-ASI


meliputi age: usia bayi, frequency: frekuensi pemberian makan, amount:
banyaknya makanan, texture: tekstur makanan, variety: keberagaman makanan,
active/responsive: pemberian makan secara aktif/responsif, hygiene: higienis.
(Windyanti, dkk., 2019).

b. Cara Penyajian MP-ASI

Perbedaan kekentalan makanan akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan


energi anak. Bubur yang encer dan makanan yang berkuah mengandung lebih
banyak air sehingga membuat anak lebih cepat kenyang dan anak tidak dapat
menghabiskan makanannya. Meskipun didalam bubur terdapat makanan bergizi,
tetapi hanya sedikit yang dikonsumsi anak yang artinya hanya sedikit yang terserap
dalam tubuh anak. Akibatnya anak tidak memperoleh cukup asupan energi yang
dibutuhkannya untuk pertumbuhan (Kemenkes RI, 2011).

14
MP-ASI dapat dibuat menjadi tinggi energi dan kaya zat gizi dengan
menambahkan sedikit air sehingga bubur yang dibuat adalah bubur yang kental
dan menambahkan sedikit minyak atau lemak. Penambahan sedikit minyak atau
lemak membuat bubur lebih kental, lebih lembut, mudah dimakan dan memberikan
tambahan energi. Bubur yang kental akan dapat memenuhi kebutuhan energi anak
karena bubur yang kental tidak mengandung banyak air dan tidak membuat anak
cepat kenyang sehingga anak mampu menghabiskan semua bubur. Oleh karena itu
kebutuhan energinya terpenuhi. (Amperaningsih, dkk., 2018)

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengolahan makanan untuk balita adalah yang menghasilkan tekstur lunak dengan
kandungan air tinggi yaitu di rebus, diungkep atau dikukus. Untuk pengolahan dengan di
panggang atau digoreng yang tidak menghasilkan tekstur keras dapat dikenalkan tetapi
dalam jumlah yang terbatas. Di samping itu dapat pula dilakukan pengolahan dengan cara
kombinasi misal direbus dahulu baru kemudian di panggang atau di rebus/diungkep baru
kemudian digoreng. Dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengolah makanan untuk
bayi adalah keamanan pangan dan kebutuhan zat-zat gizi.
Penyajian makanan merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan selera
makan anak, penyajian makanan untuk anak dapat di buat menarik baik dari variasi
bentuk, warna dan rasa makanan. Variasi bentuk makanan misalnya dapat di buat bola-
bola, kotak atau bentuk bunga. Penggunaan kombinasi bentuk, warna dan rasa dari
makanan yang disajikan tersebut dapat diterapkan baik dari bahan yang berbeda maupun
yang sama. Disamping itu juga dapat menggunakan peralatan makan yang lucu sehingga
anak tergugah untuk makan, anak tertarik untuk dapat berlatih makan sendiri.

3.2 Saran
Diharapkan semakin memahami pentingnya ilmu mengenai MPASI dan berbagai
aspek didalamnya, seperti frekuensi, porsi, jenis, dan cara pembuatan, pengolahan,
pemberian. Sehingga kedepannya dapat melakukan kegiatan tentang MPASI maupun

16
penyuluhan dalam kegiatan posyandu, diharapkan menjadi garda terdepan dalam
memberikan KIE.

DAFTAR PUSTAKA

1. Almatsier, Sunita dkk (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. PT Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
2. Ambohamsah, I., & Amelia, R. (2021). Modifikasi Makanan Untuk Meningkatkan
Gizi Balita di Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 94-
102.
3. Amperaningsih, Y., Sari, S. A., & Perdana, A. A. (2018). Pola pemberian MP-ASI
pada balita usia 6-24 bulan. Jurnal Kesehatan, 9(2), 310-318
4. Irawan, D. W. P. (2016). Prinsip–Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan Minuman di
Rumah Sakit. In Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES).
5. Kemenkes, R. I. (2011). Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 tentang Higiene
Sanitasi Jasaboga. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689-1699.
6. Khusna, Arfiani Nur dan Liena Sofiana. (Oktober, 2018). Pelatihan Mengolah dan
Mengelola Makanan Balita untuk Mengurangi Status Gizi Balita yang Bermasalah.
Teknik Informatika, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. ISBN. 978-602-0737-
07-2. http://semnasppm.uad.ac.id/wp-content/uploads/5-Arfiani-semnasppm2018-Hal-
32-38.pdf
7. Ramadhanintyas, K. N. (2022). Penyuluhan Pentingnya Pemberian Makan Bayi dan
Anak (PMBA). Genitri Jurnal Pengabdian Masyarakat Bidang Kesehatan, 1(1), 38-
43.

17
8. Rhamaidha Faira dkk. (2021) E-Modul Pemberian MPASI: A little guideline for giving
nutrition to your baby. 7 Point Penting Pemberian MPASI. Program Studi Sarjana dan
Profesi Bidan STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi: Jawa Barat.
9. Sjarif, D. R., Yuliarti, K., Lestari, E. D., Sidiartha, I., Nasar, S. S., & Mexitalia, M.
(2015). Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita
di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi.
10. Windayanti, H., Masruroh, M., & Cahyaningrum, C. (2019). Pemberian Informasi
Tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak Usia 0–24 Bulan. Indonesian Journal Of
Community Empowerment (Ijce), 1(2).

18

Anda mungkin juga menyukai