Anda di halaman 1dari 26

DONOR ASI DAN BANK ASI

TUGAS MATA KULIAH


GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
DOSEN PENGAMPU
: dr. Dr. S.A Nugraeni, M.Kes

ENY MAYASARI DEWI


PRAMUKTI DIAN W
MKIA NON REG
SEMESTER II
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
MINAT MANAJEMEN KESEHATAN IBU DAN ANAK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT, atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan tugas outline tesis
yang berjudul DONOR ASI DAN BANK ASI . Penyusunan tugas ini merupakan
salah satu tugas dalam mata kuliah Gizi dalam Kesehatan Reproduksi sebagai
volunteer materi tambahan yang di ampu oleh dr. Dr. S.A Nugraeni, M.Kes
Penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan dalam
kesempatan ini pula penyusun ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada
dosen pengampu yang atas bimbingannya kami dapat menyelesaikan tugas ini serta
pada berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penyusun
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Oleh karena
itu, kami mengucapkan maaf yang sebesarnya apabila terdapat hal-hal yang kurang
berkenan. Akhir kata, penulis mengharapkan agar tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah wawasan pengetahuan ilmu.

Semarang, Mei 2013

Penulis

Donor ASI dan Bank ASI

DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................. 3
BAB I...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN....................................................................................................... 5
A.

LATAR BELAKANG........................................................................................ 5

B.

TUJUAN........................................................................................................ 6

BAB II..................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 7
A. DONOR ASI...................................................................................................... 7
1. Pengertian....................................................................................................... 7

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 5


A. Latar Belakang ............................................................................................ 5
D. Tujuan ......................................................................................................... 6

BAB II ISI ....................................................................................................... 7


A.DONOR ASI................................................................................................. 7
1. Pengertian ............................................................................................. 7

2. Indikasi.................................................................................................. 7
3. Syarat..................................................................................................... 7
4. Prosedur................................................................................................. 9
5. Kajian Hukum Indonesia....................................................................... 12
6. Kajian dalam Perspektif Islam .............................................................. 15
7. Praktek Donor ASI di Indonesia............................................................ 18

B. BANK ASI .................................................................................................. 19


1. Pengertian ............................................................................................. 19
2. Kajian Hukum di Indonesia................................................................... 20
3. Kajian dalam Perspektif Islam............................................................... 20

BAB III PENUTUP......................................................................................... 22


A.Kesimpulan................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Bayi ( AKB ) merupakan salah satu indikator kesehatan suatu
negara. Sebagai negara yang telah ikut meratifikasi Millenium Development Goals,
Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan AKB dari 32 per 100 kelahiran hidup
pada tahun 2012 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.Salah satu cara
untuk menurunkan AKB adalah dengan penggunaan ASI Ekslusif. Berbagai penelitian
telah membuktikan bahwa ASI Ekslusif dapat menurunkan penyebab kematian bayi,
namun ironisnya Cakupan ASI ekslusif sendiri masih rendah.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung segala nutrisi
penting dengan porsi seimbang yang tidak tergantikan dengan makanan apapun. Namun
tidak semua Ibu dapat menyusui bayinya karena berbagai keadaan. Dalam kondisi seperti
ini, maka makanan pengganti ASI ibu kandung boleh diberikan dengan hierarki sbb :

ASI/Kolostrum perah segar dari ibu

ASI perah ibu didinginkan

ASI perah ibu pernah dibekukan dan sudah dicairkan

ASI perah ibu sendiri yang difortifikasi (bila perlu) untuk bayi prematur

ASI donor dari Bank ASI dan dipasteurisasi

Formula bayi hipoalergenik

Formula bayi elemental

Formula berbasis susu sapi

Formula berbasis soya

Air atau air gula

Dari tabel di atas serta tujuan akhir suplementasi bisa kita lihat utamanya adalah
memaksimalkan produksi ASI ibu baik dalam menyusu langsung, ASI perah segar
ataupun sudah dibekukan. Di sini peranan seorang konselor laktasi sangat penting untuk
membantu ibu mempertahankan atau bahkan meningkatkan produksi ASInya. Jika dirasa
belum cukup, barulah dicarikan tambahan yang bisa berupa ASI donor yang sudah
dipasteurisasi ataupun formula bayi, yang diberikan sedemikian rupa sehingga tetap
menjaga dan mempertahankan keberlangsungan proses menyusui ibu dan bayi.

Dalam hierarki suplementasi, ASI donor dari bank ASI dan sudah dipasteurisasi
menjadi urutan berikutnya setelah ASI dari ibu si bayi. Hanya saja, di Indonesia tidak ada
Bank ASI yang melakukan skrining terhadap pendonor ASI serta kultur dan pasteurisasi
terhadap ASI donor. Selain itu, sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama
Islam, masalah Donor ASI ini menjadi masalah yang kritis karena terkait dengan hukum
hubungan saudara sepersusuan dan kemahraman

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Memperoleh gambaran tentang donor ASI dan BANK ASI
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran tentang pengertian donor ASI dan BANK ASI
b. Memperoleh gambaran tentang indikasi dan syarat donor ASI
c. Memperoleh gambaran tentang teknik donor ASI
d. Memperoleh gambaran tentang landasan hukum donor ASI dan BANK
ASI di Indonesia
e. Memperoleh gambaran tentang hukum donor ASI dan BANK ASI menurut
perspektif ISLAM
f. Memperoleh gambaran tentang praktek donor ASI di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DONOR ASI
1. Pengertian
Donor ASI adalah
Pendonor ASI

adalah ibu yang menyumbangkan ASI kepada Bayi yang bukan

anaknya.

2. Indikasi
Yang dimaksud dengan indikasi medis dalam PP no 33 tahun 2012 tentang ASI
Ekslusif adalah kondisi medis Bayi dan/atau kondisi medis ibu yang tidak
memungkinkan dilakukannya pemberian ASI Eksklusif.
a. Kondisi medis Bayi yang tidak memungkinkan pemberian ASI Ekslusif antara
lain:
1) Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula khusus, yaitu Bayi
dengan kriteria:
a) Bayi dengan galaktosemia klasik, diperlukan formula khusus bebas
galaktosa;
b) Bayi dengan penyakit kemih beraroma sirup maple (maple syrup
urine disease), diperlukan formula khusus bebas leusin, isoleusin,
dan valin; dan/atau
c) Bayi dengan fenilketonuria, dibutuhkan formula khusus bebas
fenilalanin, dan dimungkinkan beberapa kali menyusui, di bawah
pengawasan.
2) Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI selama jangka waktu
terbatas, yaitu:

a) Bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 (seribu lima ratus)
gram (berat lahir sangat rendah);

b)

Bayi lahir kurang dari 32 (tiga puluh dua) minggu dari usia
kehamilan yang sangat prematur; dan/atau

c) Bayi baru lahir yang berisiko hipoglikemia berdasarkan gangguan


adaptasi metabolisme atau peningkatan kebutuhan glukosa seperti
pada Bayi prematur, kecil untuk umur kehamilan atau yang
mengalami stress iskemik/intrapartum hipoksia yang signifikan,
Bayi yang sakit dan Bayi yang memiliki ibu pengidap diabetes,
jika gula darahnya gagal merespon pemberian ASI baik secara
langsung maupun tidak langsung.
b. Kondisi medis ibu yang tidak dapat memberikan ASI Eksklusif karena harus
mendapat pengobatan sesuai dengan standar. Kondisi ibu tersebut antara lain:
1) ibu yang dapat dibenarkan alasan tidak menyusui secara permanen karena
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus. Dalam kondisi tersebut, pengganti
pemberian ASI harus memenuhi kriteria, yaitu dapat diterima, layak,
terjangkau, berkelanjutan, dan aman (acceptable, feasible, affordable,
sustainable, and safe). Kondisi tersebut bisa berubah jika secara teknologi ASI
Eksklusif dari ibu terinfeksi Human Immunodeficiency Virus dinyatakan aman
bagi Bayi dan demi untuk kepentingan terbaik Bayi. Kondisi tersebut juga
dapat diberlakukan bagi penyakit menular lainnya;
2) ibu yang dapat dibenarkan alasan menghentikan menyusui sementara waktu
karena:
a)

penyakit parah yang menghalangi seorang ibu merawat Bayi,


misalnya sepsis (infeksi demam tinggi hingga tidak sadarkan diri);

b)

Infeksi Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) di payudara; kontak


langsung antara luka pada payudara ibu dan mulut Bayi sebaiknya
dihindari sampai semua lesi aktif telah diterapi hingga tuntas;

c)

pengobatan ibu:

obatobatan psikoterapi jenis penenang, obat antiepilepsi dan


opioid dan kombinasinya dapat menyebabkan efek samping

seperti mengantuk dan depresi pernapasan dan lebih baik


dihindari jika alternatif yang lebih aman tersedia;

radioaktif iodine131 lebih baik dihindari mengingat bahwa


alternatif yang lebih aman tersedia, seorang ibu dapat
melanjutkan menyusui sekitar 2 (dua) bulan setelah menerima
zat ini;

penggunaan yodium atau yodofor topikal misalnya povidone


iodine secara berlebihan, terutama pada luka terbuka atau
membran mukosa, dapat menyebabkan penekanan hormon
tiroid atau kelainan elektrolit pada Bayi yang mendapat ASI dan
harus dihindari; dan

sitotoksik kemoterapi yang mensyaratkan seorang ibu harus


berhenti menyusui selama terapi.

c. Kondisi yang tidak memungkinkan Bayi mendapatkan ASI Eksklusif karena ibu
tidak ada atau terpisah dari Bayi dapat dikarenakan ibu meninggal dunia, ibu tidak
diketahui keberadaaanya, ibu terpisah dari Bayi karena adanya bencana atau
kondisi lainnya dimana ibu terpisah dengan Bayinya sehingga ibu tidak dapat
memenuhi kewajibannya atau anak tidak memperoleh haknya.
3. Persyaratan
a. Berikut adalah beberapa contoh persyaratan untuk ibu yang ingin
mendonorkan ASI:
1) Setiap ibu yang ingin menjadi ibu donor diberikan penjelasan tentang
bagaimana menjadi ibu donor ASI yang benar.
2) Setiap ibu yang ingin menjadi ibu donor harus mengisi FORMULIR
KESEDIAAN MENJADI DONOR ASI, yang berisi:
a) Identitas ibu donor yang terdiri dari: Nama ibu donor, Alamat domisili
ibu donor, Telepon ibu donor yang dapat dihubungi, Tempat dan
tanggal lahir ibu donor, Pekerjaan ibu donor, Agama ibu donor.

b) Identitas bayi ibu donor yang terdiri dari: Nama bayi, Jenis Kelamin,
Tempat dan tanggal lahir bayi.
c) Pernyataan kesediaan untuk diperiksa kesehatannya.
d) Pernyataan bahwa telah diberikan penjelasan tentang donor ASI yang
benar.
e) Pernyataan untuk menjadi ibu donor bagi sejumlah bayi yang dipilih.
f) Pernyataan kesediaan menjadi ibu donor selama rentang waktu
tertentu.
g) Foto ibu donor dan bayinya.
3) Setiap ibu yang ingin menjadi ibu donor harus mengisi FORMULIR
STATUS KESEHATAN DONOR ASI yang ditanda-tangani dokter
pemeriksa.
4) Syarat kesehatan ibu donor adalah:
a) Tidak sedang hamil.
b) ASI dalam jumlah melebihi kebutuhan bayi ibu donor.
c) Putting ibu donor tidak luka.
d) Tidak merokok, tidak minum alcohol, tidak mengkonsumsi narkoba,
tidak mengkonsumsi kafein, tidak minum jamu atau herbal, tidak
mengkonsumsi obat-obatan atau konsumsi obat dalam pantauan dokter
AES.
e) Tidak melakukan transfusi darah dalam waktu 12 bulan terakhir.
f) Tidak bepergian ke luar negeri dalam 6 bulan terakhir.
g) Bukan vegetarian.

h) Tidak menderita HIV/AIDS.


i) Tidak menderita infeksi CMV.
j) Tidak menderita infeksi HTLV-1.
k) Tidak menderita infeksi Hepatitis.
l) Tidak menderita TBC.
m) Ibu donor bersedia untuk diperiksa laboratorium untuk skrining
penyakit yang diperlukan.

b. Sedangkan beberapa prosedur penyimpanan, permintaan, dan resipien ASI


donor adalah sebagai berikut:
1) Tiap botol ASI donor diberi tulisan Nama ibu donor, Tanggal dan jam
perah ASI.
2) Ibu donor hanya boleh menggunakan botol ASI dari AES (ASI Exclusive
Service) yang terbuat dari kaca atau plastik polipropilen bersifat BPA-free
(Bhisphenol-free) dan telah disterilisasi.
3) Penyimpanan dilakukan pada deep freezer yang suhunya terjaga minimal
-20 derajat Celcius, sehingga bisa menjaga kualitas ASI selama hingga
enam bulan.
4) Tiap botol ASI donor dipasteurisasi (pemanasan suhu rendah, 62,5-63
derajat Celcius selama 30 menit) untuk menghancurkan HIV (Human
Immunodeficiency Virus), HTLV-1 (Human T-Lymphocyte Virus-1),
CMV (Citomegalovirus), bakteri (E. coli, S. aureus dan S. beta
hemolitikus).

5) Tiap botol ASI donor yang telah dipasteurisasi diberi nomor batch yang
berisi kode Nama ibu donor, Tanggal perah asi, Tanggal pasteurisasi, dan
Tanggal kadaluarsa.

c. Permintaan ASI donor.


1)

Setiap pelanggan yang akan menggunakan jasa ASI donor haruslah


seorang ibu atau wali dari bayi yang akan diberikan ASI donor.

2) Setiap pelanggan yang akan menggunakan jasa ASI donor harus mengisi
FORMULIR PERMINTAAN ASI DONOR, yang berisi:
a) Identitas pelanggan yang terdiri dari: nama, alamat, telepon, tempat
tanggal lahir, pekerjaan dan agama.
b) Identitas bayi yang terdiri dari: nama, jenis kelamin, tempat tanggal
lahir.
c) Alasan permintaan ASI donor yang terdiri dari pilihan: ibu tidak dapat
mengeluarkan ASInya atau jumlahnya tidak mencukupi, ibu tidak
dapat memberikan ASInya karena alasan medis, ibu meninggalkan
bayi untuk bekerja dan alasan lain-lain.
d) Kesediaan menerima ASI dari sejumlah donor yang dipilih: 1 orang, 2
orang atau >2 orang.
e) Data tempat pengiriman ASI donor yang terdiri dari: contact person,
no telepon dan alamat.
f) Foto ibu/wali dan foto bayi

d. Resipien.
1) Resipien adalah bayi yang membutuhkan ASI donor.

2) Resipien harus sudah menerima imunisasi hepatitis B.


3) Resipien berjenis-kelamin sama dengan anak dari ibu donor ASI.
e. Surat Keterangan Donor ASI
1) Setelah selesai masa pemberian donor ASI, ibu donor maupun ibu resipien
akan menerima SURAT KETERANGAN DONOR ASI.

Rentetan ketatnya prosedur di atas adalah untuk menjamin kualitas ASI yang
diberikan pihak mediator seperti halnya ASI Eksklusif,

kepada bayi yang

membutuhkan. Karena, mendapatkan ASI ekslusif adalah hak semua bayi

4. Prosedur
Untuk mendapatkan donor ASI yang ideal, diperlukan berbagai prosedur agar
memastikan ASI dari donor benar-benar steril dan layak dikonsumsi bayi.
a. Skrining Donor ASi
Proses skrining seharusnya dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah
pemeriksaan lisan berupa pertanyaan seputar riwayat kesehatan pendonor. Tahap
kedua berupa pemeriksaan medis untuk mendeteksi adanya virus yang berbahaya.
Skrining dilakukan untuk menjamin agar bayi yang mendapat ASI donor tidak
terpapar penyakit yang mungkin diderita oleh ibu donor. Idealnya, ibu yang akan
menerima donor ASI untuk diberikan kepada bayi harus melakukan skrining baik
secara lisan, tulisan, dan melalui laboratorium. Skrining lisan untuk mengetahui
riwayat kesehatan secara detail.
1)

Skrining dari Pendonor


Tidak Disarankan Mendonorkan ASI:
a) Menerima donor darah atau produk darah lainnya dalam 12 bulan terakhir
b) Menerima transplantasi organ/jaringan dalam 12 bulan terakhir
c) Minum alkohol secara rutin sebanyak 2 ounces atau lebih dalam periode
24 jam

d) Pengguna rutin obat-obatan Over the Counter (aspirin, acetaminophen,


dll), pengobatan sistemik lainnya (pengguna kontrasepsi atau hormon
e)
f)
g)
h)
i)
j)

pengganti tertentu masih dimungkinkan)


Pengguna vitamin megadosis atau obat-obatan herbal
Pengguna produk tembakau
Memakai implan silikon pada payudara
Vegetarian total yang tidak memakai suplementasi vitamin B12
Penyalah guna obat-obatan terlarang
Riwayat Hepatitis, gangguan sistemik lainnya atau infeksi kronis

(contohnya: HIV, HTLV, sifilis, CMV pada bayi prematur)


k) Beresiko HIV (pasangan HIV positif, mempunyai tato/body piercing)
Disarankan memeriksakan dirinya dan terbukti negatif secara serologis
terhadap: HIV-1 dan HIV-2, HTLV-I dan HTLV-II, Hepatitis B, Hepatitis
C, dan sifilis. Pemeriksaan ini juga berguna jika dilakukan setiap ibu yang
hamil untuk mencegah penularan penyakit dari ibu ke bayi. Pemeriksaan
dan kriteria donor di atas juga perlu diulangi setiap kehamilan atau
persalinan baru.
Biasanya ibu yang diperbolehkan mendonor minimal menghasilkan
ASI 2 - 3 liter per hari, jadi tidak semua ibu boleh donor. Skrining terhadap
donor juga dilakukan 3 bulan sekali. Setelah 6 bulan, pendonor tidak
direkomendasikan lagi karena ASI yang dihasilkan mulai sedikit.
2) Skreening oleh orang tua yang memutuskan menerima ASI donor (tanpa
melalui Bank ASI)
ada baiknya mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
a) Bagaimana kondisi kesehatan ibu/pendonor? pola makan terkait
b)
c)
d)
e)

religi/keyakinan
Apakah uji serologis ibu terhadap HIV, Hepatitis B, HTLV negatif?
Apakah ASI tidak tercemar obat, nikotin, alkohol, dsb?
Apakah ASI tidak tercampur air, bahan/zat/nutrisi lain?
Apakah ASI diperah dan disimpan secara higienis dan tidak

terkontaminasi?
f) Apakah jangka waktu penyimpanan dan tempat penyimpanannya sesuai?
g) Bagaimana kondisi bayi ibu/pendonor? usia bayi pendonor <1 th ,
pernah menderita jaundice saat baru lahir?

Setelah menjalani skrining, barulah pendonor diperkenankan mendonorkan ASI.

Setelah didonorkan, ASI masih harus menjalani proses pasteurisasi untuk


mematikan bakteri serta virus berbahaya. Tak hanya itu, penyimpanannya pun juga
membutuhkan wadah dan suhu khusus agar ASI tetap awet.
b. Cara Donor ASI
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Donor ASI :
1) Menghubungi pusat layanan laktasi. Untuk menjalankan prosedur sebagai donor
ASI, Ibu dapat langsung menghubungi pusat layanan laktasi, agar Ibu dapat
langsung menjalin kedekatan personal antara Ibu sebagai donor ASI dan penerima
donor ASI
2) Wawancara. Hal ini dilakukan agar penerima donor mengetahui riwayat kesehatan,
asal usul dan jati diri Ibu sebagai donor ASI. Ibu dapat bertemu langsung dengan
calon penerima donor ASI. Donor ASI harus dipastikan bersih dan sehat, jauh dari
penyakit yang terdeteksi ataupun belum terdeteksi. Sayangnya, Indonesia belum
memiliki fasilitas pasteurisasi yang sebenarnya bisa membantu meminimalisasi
kontaminasi penyakit.
3) Mengisi formulir donor ASI. Untuk mengisi formulir, Ibu dapat langsung
menghubungi pusat layanan laktasi ataupun melalui e-mail. Kesepakatan donor dan
fasilitator ini memudahkan proses pencatatan data donor dan kepada siapa ASI akan
diberikan.
4) Konsultasi penyimpanan ASI. Penting bagi donor ASI untuk mengetahui kaidah
penyimpanan ASI secara tepat, karena donor akan menyimpan ASI secara pribadi.
Konsep awal donor ASI adalah first in first out, yaitu tanggal yang lebih lama harus
digunakan lebih dulu/dikeluarkan. Setelah ASI dipompa oleh pendonor, ASI
disimpan dalam botol dan plastik khusus penyimpanan ASI, jangan lupa untuk
memberikan label tanggal dan waktu hasil produksi ASI agar kualitas ASI dapat
terjaga hingga saat dibutuhkan oleh si kecil.

c. Menyiapkan ASI Donor


Jika pada akhirnya diputuskan menggunakan ASI donor yang belum
dipasteurisasi, ada 3 teknik perlakuan terhadap ASI yang bisa dilakukan yang biasa
mengurangi penularan penyakit (terutama HIV) melalui ASI.

1) Pasteurisasi Holder
ASI dipanaskan dalam wadah kaca tertutup di suhu 62,5C selama 30 menit. Biasanya
dilakukan di Bank ASI karena membutuhkan pengukur suhu dan pengukur waktu.
2) Teknik Flash Heating
ASI sebanyak 50 ml ditaruh dalam botol kaca/botol selai ukuran sktr 450 ml terbuka
di dalam panci alumunium berukuran 1 L berisi 450 ml air. Kemudian panci
dipanaskan di atas kompor sampai air mendidih, matikan, kemudian
botol kaca berisi ASI diangkat dan didiamkan sampai suhunya siap
untuk diminum bayi.
3) Pasteurisasi Pretoria
Panaskan air sebanyak 450 ml di panci alumunium berukuran 1 L
sampai mendidih. Matikan kompor. Letakkan botol kaca terbuka yang berisi ASI
sebanyak 50ml di dalam panci selama 20 menit. Kemudian angkat dan diamkan
sampai suhu ASI siap diminum bayi.

Kalau kita lihat dari 3 teknik tadi, yang paling mungkin dilakukan adalah teknik nomor
2 dan 3. Manapun, pilih yang paling nyaman bagi ibu dan keluarga. Jika donor ASI
dilakukan karena bayi sakit di Rumah Sakit, ingatkan perawat untuk melakukan
pemanasan ini sebelum memberikan ASI donor kepada bayi anda.

5. Kajian Hukum Indonesia


Perlindungan hukum tentang Donor Asi di Indonesia Diatur dalam PP no 33 tahun
2012 sebagai berikut :
Pasal 11
(1) Dalam hal ibu kandung tidak dapat memberikan ASI Eksklusif bagi bayinya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, pemberian ASI Eksklusif dapat dilakukan
oleh pendonor ASI.
(2) Pemberian ASI Eksklusif oleh pendonor ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan persyaratan:
a. permintaan ibu kandung atau Keluarga Bayi yang bersangkutan;

b. identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui dengan jelas oleh ibu atau
Keluarga dari Bayi penerima ASI;
c. persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas Bayi yang diberi ASI;
d. pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak mempunyai indikasi
medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; dan
e. ASI tidak diperjualbelikan.
(3) Pemberian ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
dilaksanakan berdasarkan norma agama dan mempertimbangkan aspek sosial
budaya, mutu, dan keamanan ASI.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian ASI Eksklusif dari pendonor ASI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Menteri.

5. Kajian dalam perspektif Islam


Dalam islam, tidak terdapat perbedaan tentang :
a. bolehnya memberikan donor ASI karena manfaat yang luar biasa dari donor ASI
b. donor asi dapat menimbulkan hubungan kemahraman, menjadi saudara
sepersusuan
Namun demikian, para ulama berbeda pendapat mengenai ; a. Definisi; b. Batasan
Umur ; c. Jumlah Susuan; dan d. cara menyusui

a. Definisi
Para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan ar -radha' atau susuan.
1) Menurut Hanafiyah : seorang bayi yang menghisap puting payudara seorang
perempuan pada waktu tertentu.
2) Menurut Malikiyah : masuknya susu manusia ke dalam tubuh yang berfungsi
sebagai gizi.
3) Menurut As-Syafi'iyah : sampainya susu seorang perempuan ke dalam perut
seorang bayi.
4) Menurut Al-Hanabilah : seorang bayi di bawah dua tahun yang menghisap
puting payudara perempuan yang muncul akibat kehamilan, atau meminum
susu tersebut atau sejenisnya

5) Menurut Yusuf Qhardawi : memasukkan payudara ke mulut bayi sehingga


menghisapnya, bukan sekadar memberi minum susu dengan cara apa pun
b. Batasan Umur
Para ulama berbeda pendapat di dalam menentukan batasan umur ketika orang
menyusui yang bisa menyebabkan kemahraman.
1) Mayoritas ulama mengatakan bahwa batasannya adalah jika seorang bayi
berumur dua tahun ke bawah
2) Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa orang yang berumur > 2 tahun
pun dapat terjadi hubungan kemahraman.
c. Jumlah Susuan
Madzhab Syafi'i dan Hanbali mengatakan bahwa susuan yang mengharamkan
adalah jika telah melewati 5 kali susuan secara terpisah
Kapan seorang bayi menyusui dan dianggap sebagai satu susuan? Yaitu jika dia
menyusui, setelah kenyang dia melepas susuan tersebut menurut kemauannya.
Jika dia menyusu lagi setelah satu atau dua jam, maka terhitung dua kali susuan
dan seterusnya sampai lima kali menyusu. Kalau si bayi berhenti untuk bernafas,
atau menoleh kemudian menyusu lagi, maka hal itu dihitung satu kali susuan saja.
d. Cara Menyusui dan kemurnian ASI
Para ulama berbeda pendapat tentang tata cara menyusu yang bisa menimbulkan
hubungan kemahroman.
1) Mayoritas ulama mengatakan bahwa yang penting adalah sampainya air susu
tersebut ke dalam perut bayi, sehingga membentuk daging dan tulang, baik
dengan cara menghisap puting payudara dari perempuan langsung, ataupun
dengan cara as-su'uth (memasukkan susu ke lubang hidungnya), atau dengan
cara al-wujur(menuangkannya langsung ke tenggorakannya), atau dengan cara
yang lain
2) Yusuf Qardhawi mengatakan yang dimaksudkan menyusui adalah dengan cara
menetek langsung
3) Abu hanifah berpendapat bahwa ASI masih berupa cairan, bila dikeringkan
atau dikeraskan seperti keju, bubuk atau semacamnya tidak bisa dikatakan
menyusui
4) Abu Hanifah, kelompok Hanafiyah dan Ibnu Qasim berpendapat bahwa proses
penyusuan disyaratkan adanya ASI yang menimbulkan kemahraman harus ASI
mutlak, tidak boleh bercampur dengan cairan lainnya

e. Hukum Jual beli


1) tidak boleh menjualnya. Ini merupakan pendapat ulama madzhab Hanafi
kecuali Abu Yusuf, salah satu pendapat yang lemah pada madzhab Syafi'i dan
merupakan pendapat sebagian ulama Hanbali.
2) pendapat yang mengatakan dibolehkan jual beli ASI manusia. Ini merupakan
pendapat Abu Yusuf (pada susu seorang budak), Maliki dan Syafi'i, Khirqi dari
madzhab Hanbali, Ibnu Hamid, dikuatkan juga oleh Ibnu Qudamah dan juga
madzhab Ibnu Hazm
6. Praktek Donor ASI di Indonesia
Di Indonesia, aktifitas serupa yang ada saat ini adalah donor ASI. Berbeda
dengan bank ASI, donor ASI tidak mencampur ASI dari para donor, melainkan
dikelompokkan sesuai nama donor. Sejauh ini kegiatan donor ASI di Indonesia belum
banyak dikenal serta masih sebatas person to person dalam artian pendonor dan
penerima donor bertemu langsung dan saling mengenal. Di belahan dunia lain di
Amerika, khususnya di Denver telah berdiri Bank ASI yang merupakan layanan
sistematis untuk memfasilitasi kebutuhan ASI donor. Hal seperti ini belum dapat
diwujudkan di Indonesia terbentur oleh kultur Indonesia yang sebagian besar
berpenduduk muslim dimana bayi yang mendapat ASI donor adalah saudara
sepersusuan dari bayi dari ibu pendonor dan diberlakukan hukum agama. Sisi baiknya
tali silahturahmi tetap terjaga antara pendonor dan terdonor yang saling mengenal.
Jika pemerintah konsisten dengan berlakunya UU Kesehatan No 36 Tahun
2009 yang salah satu isinya menjamin dan melindungi berlangsungnya proses
menyusui tentu ketersediaan ASI bagi bayi Indonesia juga akan dijamin. Manifestasi
yang dapat diwujudkan misalnya adalah berdirinya Bank ASI walaupun bentuk dan
strukturnya berbeda dengan Bank ASI yang ada di negara lain yang dilengkapi
metode pasteurisasi untuk mengantisipasi kontaminasi mikroba, skrining donor, dan
informed choice.
Meski bukan layanan sistematis seperti halnya Bank Darah yang di Indonesia
menjadi ranah tugas PMI, setidaknya donor ASI di Indonesia menjadi center yang
mengkoordinasi dan menjembatani hubungan pendonor ASI dan keluarga bayi
terdonor. Perlu disyukuri, meski belum dikenal luas, ada komunitas-komunitas yang
dapat memberikan informasi-informasi seputar donor ASI seperti Human Milk for
Human Babies ataupun Eats on Feeds. Kelemahannya media seperti ini hanya

diketahui oleh orang-orang yang melek internet sedangkan penduduk Indonesia belum
semuanya memiliki akses mudah ke dunia maya.
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) tentang donor Air Susu Ibu (ASI)
terus digodok Kementerian Kesehatan melalui Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak. Peraturan mengenai donor ASI tersebut akan terangkum dalam PP No.33
tahun 2012, yang mengatur tentang pemberian ASI eksklusif, pendonor ASI,
pengaturan penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya, pengaturan
bantuan produsen atau distributor susu formula bayi, saksi terkait, serta pengaturan
tempat kerja dan sarana umum dalam mendukung program ASI Eksklusif.
B. BANK ASI
1. Pengertian
Bank ASI merupakan tempat penyimpanan dan penyalur ASI dari donor ASI
yang kemudian akan diberikan kepada ibu-ibu yang tidak bisa memberikan ASI
sendiri ke bayinya. Ibu yang sehat dan memiliki kelebihan produksi ASI bisa menjadi
pendonor ASI. ASI biasanya disimpan di dalam plastik atau wadah, yang didinginkan
dalam lemari es agar tidak tercemar oleh bakteri. Kesulitan para ibu memberikan ASI
untuk anaknya menjadi salah satu pertimbangan mengapa bank ASI perlu didirikan,
terutama di saat krisis seperti pada saat bencana yang sering membuat ibu-ibu
menyusui stres dan tidak bisa memberikan ASI pada anaknya.
2. Kajian Hukum di Indonesia
Belum ada hukum yagg spesifik mengatur tentang Bank ASI di Indonesia, jadi
masih merujuk pada hukum donor ASI, diperbolehkan melakukan donor ASI, tetapi
ASI tidak boleh diperjual belikan
3. Kajian dalam Perspektif Islam
a. Melarang berdirinya BANK ASI
Keputusan Majma Fiqh Islam, yakni majelis penelitian di bawah koordinasi
Organisasi Konferensi Islam (OKI), dalam muktamar yang diadakan tanggal 22
28 Desember 1985, telah menyimpulkan: Setelah dipaparkan penjelasan secara
fiqih dan ilmu kedokteran tentang bank ASI, maka terbukti bahwa bank ASI yang

telah diujicoba di masyarakat Barat menimbulkan beberapa hal negatif, baik dari
sisi teknis maupun ilmiah, sehingga mengalami penyusutan dan kurang
mendapatkan

perhatian.

Sedangkan

dalam

masyarakat

Islam,

masih

memungkinkan untuk mempersusukan bayi kepada wanita lain secara alami.


Keadaan ini menunjukkan tidak perlunya Bank ASI. OKI memutuskan untuk
menentang keberadaan bank ASI di seluruh Negara Islam, serta mengharamkan
pengambilan susu dari bank tersebut.
Dampak negatif yang ditimbulkan dari pendirian bank ASI, menurut Majma Fiqh
Islam adalah:
1) terjadinya pencampuran nasab jika distribusi ASI tidak diatur secara ketat.
2) pendirian bank ASI memerlukan biaya yang sangat besar dan terlalu berat untuk
ditanggung oleh Negara berkembang (seperti Indonesia).
3) ASI yang disimpan dalam bank berpotensi terkena virus dan bakteri yang
berbahaya, bahkan kualitas ASI bisa menurun drastis dibandingkan dengan ASI
yang langsung dihisap bayi dari ibunya.
4) dikhawatirkan ibu dari keluarga miskin akan berlomba-lomba untuk menjual
ASI-nya kepada bank dengan harga tinggi, sedangkan anak mereka diberi susu
formula.
5) para wanita karir yang sibuk dan punya uang akan semakin malas untuk
menyusui bayi mereka sendiri.
c. Membolehkan berdirinya Bank ASI
Memang ada ulama yang membolehkan pendirian Bank ASI, dengan
pertimbangan untuk membantu ibu yang kesulitan memenuhi kecukupan gizi
bayinya malalui ASI (karena faktor penyakit, ekonomi, dll.).
Namun, pendapat ini memberikan syarat-syarat yang sangat ketat:
1) ASI tersebut diperoleh dari pendonor yang memiliki stok ASI berlimpah.
2) ASI yang dikumpulkan di bank ASI harus disimpan di tempat khusus dengan
menulis nama pemiliknya dan dipisahkan dari ASI-ASI lain.
3) harus ada upaya sterilisasi atau jaminan bahwa ASI tersebut tidak mengandung
virus dan bakteri yang berbahaya.
4) setiap bayi yang meminum ASI tersebut harus dicatat identitasnya secara
lengkap dan frekuensi mengkonsumsi ASI dari pendonor yang sama. Jika bayi
sudah 5 kali meminum ASI yang sama, maka kedua keluarga harus
dipertemukan dan diberi sertifikat hubungan sepersusuan.
5) bayi yang berhak mengkonsumsi ASI dari Bank ASI hanyalah bayi yang
ibunya tidak dapat mengeluarkan air susu, sakit, atau meninggal dunia.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Donor Asi merupakan kegiatan yang sangat mulia dan harus didukung untuk
memenuhi tercukupinya kebutuhan ASI dari bayi dengan keadaan khusus.
2. Donor ASI di Indonesia secara hukum diperbolehkan, namun belum ada peraturan
yang menjelaskan rincian implementasi donor ASI
3. Donor ASI di Indonesia tidak boleh diperjualbelikan
4. Para Ulama islam sepakat bahwa donor ASI diperbolehkan dan dapat menimbulkan
hubungan kemahraman, namun para ulama masih berbeda pendapat dalam hal
definisi menyusui, umur, jumlah susuan, cara menyusui,kemurnian dan hukum jual
beli
5. Bank ASI sudah dilaksanakan di negara barat, namun keputusan Organisasi
Konferensi Islam melarang berdirinya Bank ASI di negara Islam, kalaupun ada,
harus memenuhi berbagai persyaratan

A. SARAN
1. Bagi Organisasi Pendukung ASI
Disarankan kepada organisasi pendukung ASI yang selama ini telah mengkordinasi
pelaksanaan donor ASI untuk meneruskan perjuangannya dengan tetap
memperhatikan ketentuan yang ada secara ketat
2. Bagi Pemerintah
Disarankan kepada Pemerintah Khususnya Kementrian Kesehatan untuk segera
menyelesaikan peraturan mentri terkait Donor ASI karena pada kenyataannya
sudah banyak dipraktekkan oleh masyarakat

3. Bagi Ibu Menyusui


Disarankan untuk terus menyusui Bayi secara Ekslusif sampai 6 bulan dan
menggunakan Makanan Pendamping ASI homemade sampai 2 tahun , dan apabila
terlibat dengan Donor ASI harap memperhatikan kaidah dan etika yang ada baik
sebagai pendonor maupun sebagai penerima ASI

DAFTAR PUSTAKA

http://aimi-asi.org/donor-asi-kapan-dan-bagaimana/
http://aimi-asi.org/donor-asi-aman-ngga-ya/
http://www.femina.co.id/isu.wanita/topik.hangat/mengenal.donor.asi.lebih.dekat/005/007/89
(http://www.parenting.co.id/article/bayi/yuk.jadi.donor.asi/001/002/168)
http://yulianurniawanti.blogspot.com/2012/12/donor-asi.html
http://asieksklusif.wordpress.com/about/standard-mutu-donor-asi/
http://thedoctorundercover.wordpress.com/2012/10/03/pekan-donor-asi-sedunia-siapa-yangtahu/
http://ahmadrajafi.wordpress.com/2011/01/31/bank-air-susu-ibu-asi/
Yusuf al-Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), Jilid 2,
h. 783
Peraturan Pemerintah no 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Ekslusif
http://zuhdidh.blogspot.com/2011/12/hukum-bank-asi.html
http://breastfeedingindonesia.wordpress.com/2012/10/31/manakah-terbaik-bank-asi-ataudonor-asi/
Rekomendasi tentang PEMBERIAN MAKAN BAYI PADA SITUASI DARURAT,
PERNYATAAN BERSAMA UNICEF WHO IDAI Jakarta Indonesia 7 Januari 2005
http://pregnancyandlactationcare.wordpress.com/2012/10/05/asi-donor-solusi-untukmembantu-ibu-memenuhi-kebutuhan-asi-eksklusif/
http://childrengrowup.wordpress.com/2012/08/27/donor-asi-manfaat-cara-dan-prosedurnya/
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/fatwa/12/12/14/mf0ggn-hukum-bank-asi-1

Anda mungkin juga menyukai