Anda di halaman 1dari 33

TATALAKSANA INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI BALI DI

UPTD BALAI PERBIBITAN TERNAK DAN PAKAN TERNAK,


PROVINSI SULAWESI TENGGARA

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG PROFESI

Oleh :
JULIANTA AMIN
NIM. L1A1 20 054

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

i
TATALAKSANA INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI BALI DI
UPTD PERBIBITAN TERNAK DAN PAKAN TERNAK PROVINSI
SULAWESI TENGGARA

LAPORAN PELAKSANAAN MAGANG PROFESI

Oleh :
JULIANTA AMIN
NIM. L1A1 20 054

Diajukan sebagai salah satu syarat


Kelulusan mata kuliah Magang Profesi

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

i
TATALAKSANA INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI BALI DI
UPTD PERBIBITAN TERNAK DAN PAKAN TERNAK PROVINSI
SULAWESI TENGGARA

Oleh :
JULIANTA AMIN
NIM. L1A1 20 054

Telah Dinyatakan Lulus Magang Profesi


Pada Hari/Tanggal : September 2022

Pembimbing
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Astriana Napirah, S. Pt., M. Sc Rusmin, S.Pt.


NIP. 19880424 201404 2 001 NIP. 19800505 200604 1 017

Mengetahui

Dekan Fakultas Peternakan Ketua Jurusan Peternakan

Dr. Ir. Ali Bain, M. Si Dr. Ir. La Ode Arsad Sani, S. Pt., M. Sc., IPM
NIP. 19670131 199303 1 003 NIP. 19731231 199903 1 005

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO : Nama lain dari keberuntungan adalah kerja keras, apapun hasilnya
yang penting adalah prosesnya.

PERSEMBAHAN : saya mempersembahkan seluruh perjuangan ini untuk kedua


orang tua saya beserta keluarga saya yang telah memberi saya
motivasi dan masukan yang sangat berarti bagi saya sehingga saya
dapat memperbaiki diri menjadi pribadi lebih baik lagi.

iii
PERNYATAAN KEASLIAN
LAPORAN MAGANG PROFESI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan magang profesi dengan


judul TATALAKSANA INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI BALI DI
UPTD PERBIBITAN TERNAK DAN PAKAN TERNAK PROVINSI
TENGGARA. yang dibuat untuk melengkapi sebagai persyaratan menjadi
sarjana peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo kendari,
sejauh yang saya ketahui laporan ini bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
laporan magang profesi yang sudah di publikasikan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Halu Oleo maupun di
perguruan tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya
dicantumkan sebagaimana mestinya.

Kendari, 2022

JULIANTA AMIN
L1A120054

iv
RIWAYAT HIDUP

JULIANTA AMIN, lahir di Bau-bau pada tanggal 27 juli


2003, dan merupakan anak tunggal dari pasangan bapak
Kamalludin dan ibu Rayanti. Penulis memulai pendidikan di
SD Negeri 01 Teomokole pada tahun 2008 dan lulus pada
tahun 2012. Kemudian pada tahun 2014 penulis melanjutkan
pendidikan di bangku MTS Negeri 1 Bombana dan lulus pada
tahun 2017. Setelah tamat dari bangku MTS, penulis melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Negeri 04 Bombana pada tahun 2017 dan
lulus pada tahun 2018. Setelah lulus dari bangku Sekolah Menengah Kejuruan
pada tahun 2020, penulis kemudian melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Halu Oleo Kendari. Penulis diterima di Fakultas Peternakan Jurusan
Peternakan UHO Kendari melalui jalur SBMPTN. Saat ini, penulis sudah
menyelesaikan 4 semester di Jurusan Peternakan dan sedang menempuh semester
5 di Jurusan Peternakan.

Kendari, 2022

JULIANTA AMIN
L1A120054

v
TATALAKSANA INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI BALI DI
UPTD BALAI PERBIBITAN TERNAK DAN PAKAN TERNAK,
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ABSTRAK

Magang profesi ini dilaksanakan selama 45 mulai tanggal 29 Juli sampai


11 September 2022 di UPTD. Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak, Dinas
Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe
Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan magang profesi ini adalah untuk
mengetahui tatalaksana inseminasi buatan sapi bali di UPTD. Perbibitan Ternak
dan Pakan Ternak Sulawesi Tenggara. Metode pelaksanaan magang profesi ini
adalah pengamatan wawancara, praktek lapang dan studi literatur. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil profesi menunjukan bahwa inseminasi
buatan diawali pencairan sperma (thawing). Inseminasi dilakukan pada ternak
yang menunjukan tanda-tanda birahi pada 10-16 jam setelah birahi diamati.
Inseminasi buatan dilakukan secara rektovaginal menggunakan insemination gun.

Kata Kunci : Tatalaksana, Inseminasi Buatan, Sapi Bali

vi
PROCEDURE OF ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) IN BALI CATTLE
AT UPTD ANIMAL BREEDING AND ANIMAL FEED CENTER,
SOUTHEAST SULAWESI PROVINCE

ABSTRACT

This professional internship was carried out for 45 hours from 29 July to
11 September 2022 at the UPTD Livestock Breeding and Animal Feed Center,
Livestock Breeding and Animal Feed Service, Konda District, Konawe Selatan
Regency, Southeast Sulawesi Province. The purpose of this professional
internship is to find out the procedure for artificial insemination of Bali cattle at
the Southeast Sulawesi Livestock Breeding and Animal Feed UPTD. The method
of carrying out this professional internship is observation of field practice
interviews and literature studies. The data obtained is analyzed descriptively. The
results of the profession show that artificial insemination begins with thawing of
sperm (thawing). Insemination was carried out on livestock showing signs of heat
at 10-16 hours after heat was observed. Artificial insemination was performed
rectovaginally using an insemination gun.

Keywords : Management, Insemination, Bali Cattle

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan dan Laporan
Magang Profesi yang berjudul Tatalaksana Inseminasi Buatan (IB) Sapi Bali Di
UPTD Balai Pembibitan Ternak Dan Pakan Ternak Sulawesi Tenggara
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Astriana Napirah, S.Pt., M.Si. Selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan
yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama
pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan, Bapak Amrin
Setiawan, Sp. selaku pembimbing lapangan dan pimpinan yang telah memberikan
kami kesempatan untuk melakukan kegiatan magang profesi dan segenap staf di
UPTD Balai Pembibitan Ternak Dan Pakan Ternak Sulawesi Tenggara yang telah
membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan
guna perbaikan penulisaan laporan selanjutnya. Akhir kata penulis berhap laporan
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN MAGANG PROFESI..............................................v

RIWAYAT HIDUP.................................................................................................vi

ABSTRAK.............................................................................................................vii

ABSTRACT..........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR............................................................................................ix

DAFTAR ISI............................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii

BAB I  PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................2

1.3. Tujuan ..............................................................................................2

1.4. Manfaat ............................................................................................2

BAB II METODE KEGIATAN

2.1. Lokasi dan Waktu Magang Profesi....................................................3

2.2. Khalayak Sasaran...............................................................................3

2.3. Materi.................................................................................................3

2.4. Metode...............................................................................................4

2.5. Analisis Hasil Kegiatan.....................................................................4

ix
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kondisi Umum Perusahaan...............................................................6

3.1.1.Letak Geografis.......... ………….................................................6

3.1.2. Sejarah UPTD Pembibitan Ternak dan Pakan Ternak................7

3.1.5. Struktur Organisasi......................................................................8

3.2. Uraian Kegiatan Magang...................................................................9

3.2.1. Inseminasi Buatan........................................................................9

3.2.2. Deteksi Birahi............................................................................10

3.2.3.Penyediaan Semen Beku.............................................................11

3.2.4.Thawing......................................................................................13

3.2.5.Deposisi Semen..........................................................................27

3.2.6.Teknis Inseminasi Buatan............................................................29

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................31

4.2 Saran................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Letak Geografis ...................................................................................................6

2. Struktur Organisasi..............................................................................................8

3.Deteksi Birahi.....................................................................................................11

4. Proses Thawing Semen Beku............................................................................12

5. Proses Inseminasi Buatan..................................................................................15

xi
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terbatasnya sapi pejantan unggul di Indonesia khususnya di daerah

Sulawesi Tenggara merupakan persoalan yang dihadapi dalam peningkatan

populasi bibit sapi unggul. Kualitas dan kuantitas produk budidaya ternak sapi

sangat dipengaruhi pada kualitas bibit yang digunakan, sehingga pemerintah perlu

mengambil kebijakan yang tepat untuk membangun dan meningkatkan perbibitan

sapi dalam skala nasional. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan produktivitas

pejantan unggul adalah melalui penerapan inserminasi buatan. Keuntungan

penerapan inseminasi buatan adalah untuk menghemat biaya pemeliharaan ternak

jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik, dan mencegah

terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding).

Inseminasi Buatan (IB) adalah salah satu bentuk bioteknologi dalam

bidang reproduksi ternak yang memungkinkan manusia mengawinkan ternak

betina yang dimilikinya tanpa perlu seekor penjantan utuh. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Nadia (2016) untuk mengontrol dan meningkatkan mutu genetik pada

ternak.

UPTD Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak merupakan salah satu

instansi pemberi pelayanan inseminasi buatan bagi ternak sapi bali. UPTD Balai

Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak memiliki peranan yang cukup besar dalam

menunjang perkembangan ternak bibit di Sulawesi Tenggara. Dilandasi hal

tersebut, maka dilakukan magang profesi yang bertujuan untuk mengetahui tata

1
laksana inseminasi buatan di UPTD Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak,

Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam kegiatan magang profesi adalah bagaimana

manajemen tatalaksana inseminasi buatan Sapi Bali di UPTD. Balai Perbibitan

Ternak dan Pakan Ternak, Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.3. Tujuan

Tujuan magang Profesi di UPTD. Balai Perbibitan Ternak dan Pakan

Ternak Provinsi Sulawesi Tenggara adalah untuk mengetahui tatalaksana

inseminasi buatan Sapi Bali di UPTD. Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak

Konawe Selatan.

1.4. Manfaat

Manfaat magang profesi di UPTD. Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak

Provinsi Sulawesi Tenggara adalah untuk memperoleh pengalaman secara

langsung dan memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai dunia peternakan

khususnya terkait manajemen tatalaksana inseminasi buatan pada ternak sapi bali,

serta memperoleh bekal pengetahuan yang dapat digunakan didalam masyarakat

dan dunia kerja.

2
BAB II
METODE KEGIATAN

2.1. Lokasi dan Waktu Kegiatan

Magang profesi ini dilaksanakan pada tanggal 30 Juli sampai dengan 28

Agustus 2022 di Unit Pelaksana Teknis Dinas Perbibitan Ternak dan Pakan

Ternak, yang terletak di Jalan Poros Kendari-Andoolo, Desa Morome, Kecamatan

Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

2.2. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran pada pelaksanaan magang profesi ini adalah Unit

Pelaksana Teknis Dinas Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak yang terletak di

Jalan Poros Kendari-Andoolo, Desa Morome, Kecamatan Konda, Kabupaten

Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, yang bergerak di bidang perbibitan ternak

dan pakan ternak. Selain itu, khayalak sasaran magang profesi ini adalah

mahasiswa peserta magang profesi.

2.3. Materi

Materi magang profesi ini adalah manajemen tata laksana inseminasi

buatan sapi bali di UPTD. Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak Provinsi

Sulawesi Tenggara. Alat yang digunakan adalah container portable untuk

menyimpan straw selama dalam perjalanan menuju lokasi peternak, botol untuk

wadah air yang berguna saat thawing, gunting untuk memotong straw,

insemination gun untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah

dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke

dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus.

3
2.4. Metode

Metode pelaksanaan magang profesi ini adalah pengamatan secara

langsung dan partisipasi dalam kegiatan inseminasi buatan dengan inseminator.

Berikut tahapan-tahapan metode pelaksanaan magang profesi:

1. Pengamatan

Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap kegiatan yang

berhubungan dengan pelaksanaan inseminasi buatan di lokasi magang.

2. Wawancara

Peserta magang melakukan wawancara kepada pengelola UPTD. Balai

Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak. Pengelola yang dimaksud dalam kegiatan

magang ini adalah kordinator lapangan, karyawan dan pihak-pihak yang terkait

dalam kegiatan insemilasi buatan.

3. Praktek lapangan

Kegiatan magang ini dilakukan dengan keikutsertaan peserta magang

secara langsung dalam pelaksanaan aktivitas inseminasi buatan di UPTD. Balai

Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak Provinsi Sulawesi Tenggara.

4
4. Studi Pustaka

Peserta magang mencari referensi untuk melengkapi data-data yang

diperlukan. Studi pustaka dilakukan terhadap jurnal dan skripsi yang relevan.

2.5. Analisis Hasil Kegiatan

Data pada magang profesi ini meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer berasal dari pengamatan langsung, wawancara, dan praktek lapangan.

Data sekunder berasal dari studi literatur. Data tersebut kemudian dianalisis secara

deskriptif dan dibandingkan dengan literatur yang relevan .

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Keadaan Umum Perusahaan

3.1.1. Lokasi UPTD Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak Provinsi

Sulawesi Tenggara

UPTD Balai Perbibitan dan Pakan Ternak berlokasi di Desa Morome,

Kec. Konda, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara berdiri diatas lahan

seluas ± 17 ha, yang terdiri dari kantor UPTD, Laboratorium, Klinik Hewan,

rumah gembala, kandang Bulls, kandang shelter, kandang jepit, kandang sapi

tunggal, kandang kambing, serta kandang ayam. Tempat pengembalaan sapi

bagian dari UPTD Balai Perbibitan dan Pakan Ternak terdapat di Desa Morome,

Kec. Konda, Kab. Konawe dengan lahan seluas ± 500 ha. Lokasi ini hanya

digunakan untuk tempat pengembangan 110 ekor sapi Bali dan juga tempat

menanam rumput sebagai pakan utama dari sapi yang dipelihara UPTD Balai

Perbibitan dan Pakan Ternak juga memiliki kawasan instalasi uji coba semen dan

wilayah binaan ternak sapi dan kambing potong di kelurahan Nambo dan Puday,

Kec. Nambo, Kota Kendari, serta di Desa Jati Bali dan Sidang Kasih, Kec.

Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan.

UPTD Balai Perbibitan dan Pakan Ternak Provinsi Sulawesi Tenggara

dalam berbagai keterbatasannya diharapkan untuk eksis dalam melakukan tugas

pokok dan fungsi dan salah satu prestasi yang telah dicapai dibidang

pengembangan teknologi peternakan adalah telah mampu memproduksi semen

(beku dan cair) ± 23.000 dosis yang layak digunakan untuk Inseminasi Buatan di

6
Sulawesi Tenggara. Secara geografis letak lokasi UPTD Balai Perbibitan dan

Pakan Ternak Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi UPTD. Balai Perbibitan dan Pakan Ternak


Provinsi Sulawesi Tenggara.

Keterangan : A (Laboratorium), B (Mess), C (Kandang jepit), D (Klinik


Hewan), E (Kandang Bulls), F (Kantor), G (Kandang
penggemukan), H (Gudang pakan), I (Kandang Kambing PE), J
(Kandang Ayam Arab), K (Kandang Sapi Bali dan Brahman
Cross), L (Penchopper Hijauan) dan M (mess).

3.1.2. Sejarah UPTD Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak Provinsi

Sulawesi Tenggara

UPTD Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak Provinsi Sulawesi

Tenggara di bentuk melalui Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2000 Jo Nomor 2

Tahun 2001 Jo Nomor 15 Tahun 2001 tentang pembentukan, susunan organisasi

dan tata kerja perangkat daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dan dijabarkan dalam

SK Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 133 tentang penjabaran tugas dan fungsi

dinas pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara serta diperkuat dengan SK. Gubernur

7
Sulawesi Tenggara Nomor 422 Tahun 2001 tentang organisasi dan tata kerja

UPTD lingkup dinas pertanian dan peternakan Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal

ini sejalan dengan kebijakan Direktorat Jenderal Peternakan Departemen

Pertanian bahwa rangkaian memenuhi kebutuhan semen di daerah secara tepat

waktu, tepat jumlah dan breed sesuai keinginan peternak dan mudah didapat,

maka dipandang perlu untuk melaksanakan desentrasisasi Balai Inseminasi

Buatan (BIB) dengam maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dengan jalan mendekatkan pusat-pusat produksi bibit dan benih ternak kepada

para peternak.

UPTD Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak Sulawesi Tenggara

dibentuk sebagai cikal bakal terbentuknya Balai Inseminasi Buatan Daerah

(BIBD) Provinsi Sulawesi Tenggara. Langkah langkah persiapan yang telah

dilakukan UPTD Balai Perbibitan dan Pakan Ternak Provinsi Sulawesi Tenggara

dalam melaksanakan fungsinya sebagai Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD)

adalah penerapan Bulls Ex Impor dan Pengadaan Bulls Lokal sejak Tahun 2002,

kemudian diteruskan dengan kolekting dan prosesing semen beku dan semen cair

serta pelatihan-pelatihan bagi petugas secara bertahap. UPTD Balai Perbibitan

dan Pakan Ternak Provinsi Sulawesi Tenggara memproduksi semen mulai tahun

2002 dan sampai bulan Desember 2016 telah memproduksi semen (Beku dan

Cair) sebanyak 62,782 dosis. Adapun mengenai jenis dan jumlah Bull serta

produksi semen yang dihasilkan UPTD Balai Perbibitan dan Pakan Ternak

Provinsi Sulawesi Tenggara sampai bulan Desember 2016 adalah Sapi Bali, Sapi

PO, Kambing PE, dan Kambing Burawa.

8
3.1.3. Visi dan Misi

 Visi

- Meningkatkan produksi benih ternak dan penerapan teknologi

produksi inseminasi buatan dan transfer embrio.

- Meningkatkan pemanfaatan ternak lokal sebagai sumber bibit dan

pelestarian plasma nutfah.

- Meningkatkan produksi benih bibit hijauan pakan ternak.

- Meningkatkan sumber daya manusia yang professional

- Meningkatkan akuantabilitas kinerja dengan tertib administrasi

perencanan keuangan, koordinasi dan kolaborasi.

 Misi

- Menciptakan gagasan atau ide-ide baru dalam pemanfaatan benih

ternak lokal agar tetap terjaga sampai ke tahap produksi dan

reproduksi.

3.1.4. Tugas dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi UPTD Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak

Provinsi Sulawesi Tenggara adalah:

a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan penyediakan yang terarah,

terpadu, professional dan menguntungkan;

b. Melaksanakan kegiatan penyediaan kebutuhan hasil komoditas peternakan,

kebutuhan bibit ternak dan hijauan makanan ternak;

c. Melaksanakan dan mengusahakan nilai tambahan setiap komoditas

peternakan untuk mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

9
Pengembangan UPTD Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak

Provinsi Sulawesi Tenggara diarahkan pada kegiatan yang mencakup

bidang-bidang : pengembangan teknologi peternakan, pelayanan dan

informasi peternakan serta pengembangan usaha peternakan.

3.1.5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan hubungan timbal balik antara orang yang

mempunyai tugas, jabatan, wewenang, dan tanggung jawab dalam suatu

perusahaan. Jabatan tertinggi di UPTD Balai Perbibitan dan Pakan Ternak adalah

kapala UPTD yang di kepalai oleh bapak Abdul Rahim Undu, S.Pt. dan kemudian

disusul dengan jabatan kepala seksi bagian Inseminasi Buatan, kepala sub bagian

Tata Usaha dan kepala Seksi bagian Pembibitan dan Pakan Ternak serta staf.

Gambar 2. Struktur Organisasi

10
3.2. Uraian Kegiatan Magang

3.2.1. Inseminasi Buatan

Inseminasi Buatan (IB) sudah tidak asing lagi bagi para peternak di

Kecamatan Morome dan Wolasi, mereka lebih sering menyebutnya kawin suntik.

Pemerintah sangat mendukung kegiatan inseminasi buatan itu sendiri karena

bertujuan untuk percepatan populasi sapi atau dapat disebut peningkatan kelahiran

ternak di daerah tersebut khususnya di kecamatan Konda dan Kabupaten Konawe

Selatan. Menurut Hoesni (2015) Inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu

teknologi yang dapat memberikan peluang bagi pejantan unggul untuk

menyebarluaskan keturunannya secara maksimal, dimana penggunaan pejantan

pada kawin alam terbatas dalam meningkatkan populasi ternak, karena setiap

ejakulasi hanya dapat membuahi seekor betina.

Pelaksanaan inseminasi buatan meliputi persiapan inseminasi buatan,

pemeriksaan ternak birahi, persiapan alat dan bahan inseminasi buatan, thawing,

hingga proses inseminasi buatan. Persiapan inseminasi buatan meliputi

pengamatan deteksi birahi, persiapan alat dan bahan, dan pengamatan proses

thawing. persiapan inseminasi buatan harus dilakukan secara teliti dan benar,

karena jika persiapan inseminasi buatan yang benar akan memungkinkan hasil

inseminasi buatan yang maksimal.

Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di UPTD Perbibitan Ternak dan

Pakan Ternak Provinsi Sulawesi Tenggara dilakukan oleh inseminator dari Dinas

Peternakan Kabupaten Konawe Selatan. Tingginya kesadaran para peternak untuk

mengawinkan ternaknya melalui IB juga tidak lepas dari usaha para petugas

11
inseminator yang sering melakukan penyuluhan ke kelompok-kelompok tani dan

sharing berbagai informasi di sela-sela pelaksanaan IB.

3.2.2. Deteksi Birahi

Deteksi birahi merupakan penentuan waktu untuk melakukan perkawinan

secara tepat dan berhasil. Pemeriksaan birahi dini yang akurat pada sapi betina

sangat penting dilakukan dalam manajemen reproduksi ternak. Deteksi birahi

yang lebih dini akan lebih cepat memberikan informasi kepada inseminator kapan

waktu yang tepat untuk melakukan isneminasi buatan. Selama magang profesi

yang dilakukan di lokasi magang, deteksi birahi dilakukan melalui pengamatan

langsung pada sapi betina.

Indikator pendeteksian birahi berdasarkan yang dilakukan pada saat di

lapangan adalah pengamatan vulva yang meliputi pembengkakan, perubahan

warna kemerahan, perubahan suhu dan terdapat lendir berwarna bening pada

vulva. Hal ini sesuai dengan pendapat Hafizuddin et all., (2012), yaitu estrus

merupakan periode yang dialami oleh ternak betina secara alami ataupun yang

disingkronisasi birahi dengan menunjukan gejala-gejala birahi yang khas, yaitu

vulva terlihat membengkak, memerah dan penuh dengan sekresi mucus (lendir)

bening yang menggantung dari vulva. Keberhasilan Inseminasi Buatan akan

optimal apabila deteksi dan pelaporan birahi dilakukan dengan tepat, sehingga

Inseminasi Buatan dapat dilakukan tepat waktu.

Saat pelaksanaan magang profesi, deteksi birahi dilakukan pada sore hari.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Ulfah (2018) bahwa waktu pengamatan birahi

yang baik adalah di pagi hari, siang atau sore hari ketika sapi beristirahat,

12
Gambar 3. Deteksi Birahi
Sumber : Dokumentasi Pribadi (2022)

3.2.3. Penyediaan Semen Beku

Pengadaan semen beku dan nitrogen cair dari UPTD. Balai Perbibitan

Ternak dan Pakan Ternak Provinsi Sulawesi Tenggara dilakukan setiap sebulan

sekali. Semen beku diambil dari Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Tenggara,

menggunakan mobil tertutup agar tidak terkena panas matahari secara langsung.

penyimpanan semen cair memerlukan temperatur lemari es (5℃) agar

spermatozoa dapat bertahan cukup lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Raharjo (2017) bahwa pernyataan semen cair dilakukan pada suhu (5℃).

3.2.4 Thawing

Proses thawing merupakan proses yang harus diperhatikan sebelum

melaksanakan inseminasi buatan. Pelaksanaan thawing dilakukan dengan cara,

straw dibawa menuju lokasi menggunakan termos kecil yang berisi nitrogen cair,

gunanya untuk mempertahankan suhu dan menghindari goncangan yang terjadi

dalam perjalanan. Proses thawing adalah pencairan kembali semen beku

menggunakan air dengan temperatur kurang lebih 36°C selama 15 detik. Air

disimpan pada wadah khusus (termos) untuk mempertahankan suhunya. Menurut

13
Andrefani et all., (2019) thawing merupakan pencairan kembali semen yang telah

dibekukan sebelum dilakukan inseminasi. Suhu dan lama thawing mempunyai

pengaruh besar terhadap keadaan spermatozoa khususnya keutuhan spermatozoa

dalam semen. Kombinasi suhu dan lama thawing yang baik adalah yang dapat

mempertahankan keutuhan spermatozoa sehingga tetap memiliki kemampuan

membuahi ovum yang tinggi.

Gambar 4. Proses Thawing semen beku


Sumber : Dokumentasi pribadi (2022)

3.2.5 Deposisi Semen

Deposisi semen harus dilakukan secara tepat karena deposisi semen saat

Inseminasi Buatan yang tepat akan mempengaruhi angka konsepsi menjadi lebih

tinggi. Biasanya inseminator melakukan inseminasi sesuai dengan laporan

peternak. Deposisi semen saat inseminasi buatan selama magang profesi

semuanya dilakukan pada cicin serviks bagian ke-4. Hal ini dilakukan karena pada

saat dilakukan inseminasi buatan sapi dalam keadaan birahi. Deposisi semen oleh

inseminator mempunyai peran penting dalam inseminasi buatan, karena dengan

deposisi semen yang tepat maka sperma akan dapat sampai pada organ reproduksi

betina hingga terjadi fertilisasi.

14
Deposisi semen pada cincin serviks ke-4 dianggap sebagai tempat yang

cocok dan tepat untuk melakukan deposisi semen, karena tidak terlalu dekat

dengan pangkal percabangan uterus sehingga mengurangi terjadinya kelukaan.

Deposisi bagian cincin serviks ke-4 dapat dilakukan pada keadaan sapi sedang

birahi, sehingga serviksnya terbuka dan pistolet mudah masuk saat pelaksaan

inseminasi buatan.

Pendeposisian pada bagian cincin serviks ke-4 juga dianggap paling dekat

dengan oviduk sehingga sperma mudah untuk bergerak dan mempercepat

terjadinya fertilisasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Dana et all, (2017) bahwa

tempat pendeposisian semen yang baik adalah posisi cincin serviks empat yaitu di

pangkal corpus uteri. Inseminator biasanya melakukan deposisi sperma kurang

lebih berjarak 1 cm dari pangkal percabangan uterus, hal ini bertujuan agar

menghindari timbulnya peradangan uterus atau perlukaan.

3.2.6. Teknis Inseminasi Buatan

Petugas IB (inseminator) akan melakukan inseminasi buatan/kawin suntik

pada sore hari jika waktu birahi ternak dimulai pada pagi hari, dan apabila waktu

birahi ternak sore hari maka inseminasi buatan/kawin suntik akan dilakukan pagi

hari pada hari berikutnya atau 10 – 16 jam setelah gejala awal ternak tersebut

birahi.

Selama pelaksanaan magang profesi di UPTD. Balai Perbibitan Ternak

dan Pakan Ternak Sulawesi Tenggara ternak sapi yang diinseminasi buatan

berjumlah 2 ekor. Pelayanan IB diberikan kepada peternak sapi secara gratis, tidak

dipungut biaya dengan jumlah layanan 3 kali untuk tiap ekor sapi betina sampai

bunting. Hafizuddin (2012) mengemukakan bahwa untuk mengetahui ternak

15
sudah bunting atau inseminasi berhasil, dilakukan deteksi birahi dengan teknik

palpasi rektal, yang dilakukan pada 60 Hari setelah dilakukan inseminasi buatan.

Inseminasi dilakukan dengan cara rektovaginal yaitu memasukkan tangan

kiri yang sebelumnya sudah memakai plastic glove ke dalam rektum untuk

memegang serviks, sedangkan tangan kanan memasukkan insemination gun

melalui vulva sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumawati, (2014) bahwa

teknik inseminasi rektovaginal adalah memasukan tangan yang bersarung karet

didalam rectum sapi untuk memegang serviks. Insemination gun dimasukkan

melalui vulva dan vagina dan ke pintu luar serviks.

Pelaksanaan inseminasi buatan oleh iseminator dilakukan dengan

memasukkan sapi ke dalam kandang jepit dibantu oleh peternak agar ternak tidak

banyak bergerak, lalu mempersiapkan insemination gun, memakai plastic glove

pada tangan kiri. Straw yang sudah dithawing diambil menggunakan pinset agar

straw tidak terkontaminasi suhu tangan, straw dipasang pada insemination gun

kemudian ujung straw dipotong lalu straw dikunci pada insemination gun.

Vulva sapi betina dibersihkan dari kotoran yang dapat mengganggu atau

menutup ujung insemination gun dan dapat membawa bakteri masuk ke saluran

reproduksi. Palpasi rektal dilakukan menuju bagian serviks dengan insemination

gun sudah dimasukkan ke dalam vagina agar semen tidak tercemar lingkungan

dan sperma sudah terlebih dahulu dapat beradaptasi dengan suhu tubuh sapi,

insemination gun dimasukan melalui vulva hingga cicin ke empat serviks, dibantu

palpasi tangan kiri kemudian dilakukan penyemprotan semen pada posisi satu

lebar jari dibelakang cincin ke empat lalu insemination gun ditarik hingga keluar

16
dari vulva, dan straw kosong dikeluarkan dari insemination gun setelah itu,

semua peralatan di bersikan.

Gambar 5. Proses Inseminasi Buatan


Sumber : Dokumentasi pribadi (2022)

17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Hasil magang profesi menunjukkan bahwa inseminasi buatan di UPTD.

Balai Perbibitan Ternak dan Pakan Ternak Provinsi Sulawesi Tenggara sudah

dilakukan dengan baik. Semen beku disimpan pada kontainer khusus. Tahapan

pelaksanaan inseminasi buatan juga dilakukan secara nurut sesuai dengan metode

yang tepat. Hasil profesi menunjukan bahwa inseminasi buatan diawali pencairan

sperma (thawing). Inseminasi dilakukan pada ternak yang menunjukan tanda-

tanda birahi pada 10-16 jam setelah birahi diamati. Inseminasi buatan dilakukan

secara rektovaginal menggunakan insemination gun.

4.2.Saran

Akan lebih baik dalam pelaksanaan magang profesi selanjutnya, peserta

magang dilatih untuk melaksanakan inseminasi buatan pada ternak sapi bali.

18
DAFTAR PUSTA

Andrefani. 2019. Buku Pencairan Semen Yang Telah Dibekukan Sebelum


Dilakukan Inseminasi. Jakarta.

Fikar, S dan D. Ruhyadi. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. Agro Media
Pustaka. Jakarta.

Hafizuddin, T. N. Siregar, M. Akmal, J. Melia, Husnurial Dan T. Armansyah.


2012. Perbandingan Intensitas Berahi Sapi Aceh Yang Disinkroniasasi
Dengan Prostaglandin F2 Alfa Dan Berahi Alami. J. Kedokteran Hewan.
6(2)

Herwono. H., Ekowati dan Mardiningsih. 2012. Analisis Swot Usaha


Penggemukanan Sapi Potong Di Kabupaten Wonorigi. Animal Agriculture
Journal. Vol. 1(2).

Kusumawati, E.D. 2014. Buku Ajar Inseminasi Buatan. Malang.

Nadia. 2016. Mengontrol Dan Meningkatkan Mutu Genetik Pada Ternak.


Yogyakarta.

Pradana. A. P., Woro. B, dan Sucik Maylinda. 2015. Karakteristik Sapi Madura
Betina Berdasarkan Ketinggian Tempat Di Kecamatan Galis dan Kadur
Kabupaten Pamekasan. J Ternak Tropika. Vol. 16 (2).

Raharjo. 2017. Penyimpan semen cair memperlukan temperatur lemari es (5℃)


agar spermatozoa dapat bertahan cukup lama. Jakarta.

Riyanto, E., dan Purbowati, E. (2009). Panduan Lengkap Sapi Potong. Jakarta:
Penebar Swadaya.

Supriyanto. 2016. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Program


Inseminasi Buatan (IB) Pada Ternak Sapi Potong. Jurnal Triton. Vol. 7(2).

Tjahajati I dan Husniati. 2012. Berbagai Penyakit pada Sapi. PT Citra AjiParama.
Yogyakarta.

Zakia U. 2018. Mengenali Tanda-tanda Birahi Pada Ternak Sapi. Malang.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai