Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air susu ibu (ASI) merupakan cairan kehidupan terbaik yang
mengandung berbagai zat dan sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI sangat baik
untuk pertumbuhan bayi dan sesuai kebutuhannya. Selain itu ASI dapat
meningkatkan kekebalan tubuh sehingga bisa menjadi pelindung (imun) bagi
bayi dari semua jenis infeksi (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018).
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, UNICEF
dan WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya diberikan air susu ibu
(ASI) selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai
bayi berumur dua tahun (WHO, 2018). Agar ibu bisa mempertahankan ASI
eksklusif selama 6 bulan, WHO merekomendasikan agar melakukan inisiasi
menyusui dalam satu jam pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI
tanpa tambahan makanan atau minuman termasuk air, menyusui sesuai
permintaan atau sesering yang diinginkan bayi dan tidak menggunakan botol
atau dot (WHO, 2018).
Walaupun ASI memiliki sejuta manfaat bagi bayi tetapi seringkali ibu
mengalami hambatan dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor fisik dan faktor
psikologis menjadi penyebabnya. Faktor fisik dapat disebabkan oleh metode
persalinan sedangkan faktor psikologisyang berpengaruh terhadap proses
menyusui adalah Self-efficacy ibu. Self-efficacy pada ibu dipengaruhi oleh 4
faktor dimana faktor yang pertama yaitu pencapaian prestasi (performance
accomplisment), sebagai contoh yakni pengalaman keberhasilan menyusui
sendiri. Pengalaman keberhasilan menyusui meningkatkan rasa percaya diri,
keyakinan serta keinginan kuat pada ibu untuk menyusui bayinya. Faktor
kedua yaitu pengalaman orang lain sebagai contoh yakni mengamati orang
lain menyusui, keyakinan ibu untuk menyusui bayinya akan meningkat
terutama jika ibu yakin bahwa ia dapat menyusui seperti orang lain, teman
dan saudara yang berhasil menyusui. Faktor ketiga yaitu respon fisiologis
sebagai contoh kecemasan, kelelahan dan stress yang dialami oleh ibu, oleh

1
2

karena itu pada saat menyusui ibu harus terbebas dari tekanan baik fisik
maupun emosional. Faktor ke empat yaitu persuasi verbal dimana penguatan
atau saran dari orang-orang terdekat khususnya keluargasangat berpengaruh
untuk menjadi sumber kekuatan bagi ibu. Keluarga memegang peranan
penting dalam bentuk memberikan dukungan, saran,motivasi, informasi
ataupun pengetahuan mengenai pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga
sangat dibutuhkan dalam mengurangi persepsi ibu tentang kekurangan ASI
dan penghentian pemberian ASI sejak dini (Vitasari, 2018).
World Health Organisation (WHO) melaporkan bahwa secara global
rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia pada tahun 2017 hanya
sebesar 38%, WHO menargetkan pada tahun 2025 angka pemberian ASI
eksklusif pada usia 6 bulan pertama kelahiran meningkat setidaknya 50%.
Menurut data Riskesdas yang diambil dari tahun 2014-2017cakupan ASI
eksklusif di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 37,3%, tahun 2015
sebesar55,7%, tahun 2016 sebesar 54% dan tahun 2017 sebesar 61,33%.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 cakupan pemberian ASI
eksklusif sebesar 68,74% belum mencapai target Nasional yaitu 80%.
Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Kupang pada tahun 2016 jumlah bayi
usia 0-6 bulan sebanyak 3.666 dan yang diberikan ASI ekslusif pada usia 0-6
bulan hanya mencapai 2.461 (67.13%). Dari 11 puskesmas di Kota Kupang,
ada 3 puskesmas yang mengalami kegagalan ASI ekslusif tertinggi
diantaranya puskesmas Oesapa dengan prensentase 12,43% dari jumlah bayi
sebanyak 539, puskesmas Sikumana dengan presentase 56,96% dengan
jumlah bayi sebanyak 546 dan puskesmas Penfui dengan presentase 44,49%
dengan jumlah bayi sebanyak 254, kemudian berdasarkan Profil Kesehatan
Kota Kupang pada tahun 2018 Puskesmas Oesapa masih berada di peringkat
3 terbawah pemberian ASI eksklusif dengan presentase 0,7% dengan jumlah
bayi 2.185, Puskesmas Bakunase dengan presentase 14,8% dengan jumlah
bayi 980 dan Puskesmas Oepoi dengan presentase 17,6 dengan jumlah bayi
1.364 (Dinkes Kota Kupang).
Pemberian ASI eksklusif memberi keuntungan bagi bayi, diantaranya
adalah mencegah kekurangan gizi bayi, meningkatkan daya tahan tubuh,
3

meningkatkan kecerdasan kognitif pada bayi, mencegah penyakit infeksi


saluran pencernaan (muntah dan diare), mencegah infeksi saluran pernafasan
serta mencegah resiko kematian. Adapun dampak yang diperoleh bayi jika
tidak diberikan ASI eksklusif yaitu infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran
percernaan, meningkatkan resiko kematian, menurunkan perkembangan
kecerdasan kognitif serta meningkatkan resiko kurang gizi (Puspita, 2016)
Adapun menurut penelitian Huan (2018) di Puskesmas Oesapa Kota
Kupang faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI
eksklusif yaitu faktor pengetahuan, faktor pekerjaan, faktor permasalahan
kesehatan ibu, faktor promosi susu formula, faktor dukungan keluarga, dan
faktor sikap ibu. Salah satu aspek yang mempengaruhi sikap ibu dalam
memberikan ASI eksklusif adalah faktor keyakinan diri (Self-efficacy) dalam
menyusui (Vitasari, 2018). Menurut Lestari (2014), Breastfeeding Self-
efficacy adalah keyakinan seorang ibu terkait kemampuannya untuk menyusui
bayinya. Self-efficacy ibu dalam menyusui akan menentukan apakah ibu akan
menyusui bayinya atau tidak (Vitasari, 2018).
Peran keluarga juga sangat penting dan sangatlah dibutuhkan oleh
seorang ibu dalam proses pemberian ASI eksklusif pada bayi. Keluarga
merupakan orang terdekat ibu yang akan membantu ibu mulai dari masa
kehamilan, kelahiran bahkan sampai menyusui bayi. Ibu akan merasa terbantu
atau merasa didukung dengan adanya keterlibatan peran keluarga didalamnya.
Keluarga terutama suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian
ASI eksklusif yaitu suami cukup memberikan dukungan secara emosional dan
berperan aktif dengan memberikan bantuan-bantuan yang praktis misalnya
pastikan ibu merasa nyaman pada saat menyusui, memberikan informasi
tentang ASI eksklusif kepada ibu, menyemangati dan memijat ibu pada saat
menyusui. Jika ibu merasa didukung, dicintai, dan diperhatikan maka akan
muncul emosi positif yang akan meningkatkan produksi hormone oksitosin
sehingga produksi ASI pun lancar, sebaliknya ketika keluarga tidak
mengambil peran maka ibu cenderung tidak memiliki semangat atau rasa
kepercayaan diri dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Vitasari,
2018).
4

Upaya yang perlu dilakukan agar pemberian ASI eksklusif dapat tercapai
yaitu dengan meningkatkan self-efficacy ibu melalui dukungan yang kuat dari
orang terdekat dan tenaga kesehatan, memberikan informasi dasar dan
melakukan konseling bagi ibu yang menyusui. Selain itu juga penerapan 10
langkah menuju keberhasilan menyusui di rumah sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lainnya. Berdasarkan uraian fenomena diatas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Peran Keluarga Dengan
Self-Efficacy Pada Ibu Menyusui Dalam Memberikan ASI Eksklusif Di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang menjadi
dasar penelitian adalah :Apakah ada Hubungan Peran Keluarga Dengan Self-
Efficacy Pada Ibu Menyusui Dalam Memberikan ASI Eksklusif Di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Peran Keluarga Dengan Self-Efficacy Pada
Ibu Menyusui Dalam Memberikan ASI Eksklusif Di Puskesmas Oesapa
Kota Kupang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi peran keluarga pada ibu menyusui dalam memberikan
ASI eksklusif di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
2. Mengidentifikasi self-efficacy pada ibu menyusui dalam memberikan
ASI eksklusif di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
3. Menganalisis hubungan peran keluarga denganself-efficacy pada ibu
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Oesapa Kota
Kupang.
5

1.4 Manfaat penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah bagi
instansi pendidikan dan kesehatan untuk mengetahui dan menganalisis
tentang hubungan peran keluarga dengan self-efficacy ibu menyusui dalam
upaya peningkatan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi tempat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber informasi dan
masukan bagi tenaga kesehatan tentang pentingnya peran keluarga
dengan self-efficacy pada ibu menyusui sehingga untuk mengatasi
masalah tersebutdapat dilakukan dengan memberikan informasi dan
education melalui penyuluhan kesehatan kepada setiap keluarga dan
masyarakat.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan bahan bacaan
bagi mahasiswa/mahasiswi Universitas Citra Bangsa Kupang untuk
menambah pengetahuan hubungan peran keluarga dengan self-efficacy
pada ibu menyusui dan serta dikembangkan untuk melakukan penelitian
lanjutan.
3. Bagi Peneliti
Penelitian yang dilakukan diharapkan akan menambah pengetahuan dan
pengalaman peneliti dalam memberi pelayanan serta dapat menerapkan
ilmu dari perkuliahan metode penelitian yang didapat di Universitas
Citra Bangsa Kupang.
4. Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan
bagi keluarga dan ibu tentang Self-efficacy ibu menyusui terhadap
pemberian ASI eksklusif.
1.5 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Nama Penulis dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Vitasari, D & Sabrian, F. Hubungan Dukungan Hasil penelitian menunjukan a. Variabel dependen a. Variable independen
(2018) Keluarga Terhadap dukungan keluarga yang (Terikat) yaitu efikasi diri (bebas) yaitu
Efikasi Diri Ibu diperoleh jumlah terbanyak ibu menyusui. dukungan keluarga,
Menyusui Dalam responden memiliki dukungan b. Desain penelitian yaitu tempat penelitian.
Memberikan ASI keluarga kategori rendah dengan menggunakan pndekatan b. Tempat penelitian :
Eksklusif jumlah 37 orang (46,3%) dan cross sectional. Pekanbaru
jumlah terbanyak responden c. Sampel penelitian : Ibu c. Instrumen
memiliki efikasi diri kategori menyusui yang memiliki penelitian: Kuisoner
rendah dengan jumlah 33 orang bayi 0-6 bulan. dukungan keluarga
(41,3%). Berdasarkan hasil uji d. Sampling : Purposive
statistik tentang hubungan Sampling
dukungan keluarga terhadap
efikasi diri ibu menyusui
diperoleh nilai p value 0,000 p
value<0,05, artinya H0 ditolak,
maka dapat disimpulkan ada
hubungan dukungan keluarga
terhadap efikasi diri ibu
menyusui dalam memberikan
ASI eksklusif
2 Fata, U. H & Rahmawaty, Edukasi Prenatal Hasil penelitian menunjukan a. variable dependen a. varibael independen
A. (2016) Dalam Upaya nilai rata-rata Breastfeeeding (terikat) yaitu (bebas) yaitu
Peningkatan Self Efficacy pada kelompok Breastfeeding self- edukasi prenatal
Breasfeeding Self- perlakuan 61,15±5,566 dan efficacy b. Tempat penelitian :
efficacy pada kelompok control b. Sampling : Purposive Puskesmas
49,85±9,438. Hasil analisa Sampling Kepanjen Kidul
dengan menggunakan Kota Blitar
Independent t-testdiperoleh c. Sampel : Ibu hamil
nilai p =0,000 artinya ada trimester ketiga
pengaruh edukasi prenatal d. Instrument

6
No Nama Penulis dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
terhadap Breastfeeeding Self penelitian :
Efficacy Breastfeeding Self
Efficacy Short Form
(BSES-SF)
3 Putra, M. (2018) Hubungan antara Hasil penelitian menunjukan a. Variabel dependen a. Variable independen
Dukungan Sosial bahwa subjek yang memiliki (terikat) yaitu self- (bebas) yaitu
Dengan Breastfeeding dukungan sosial yang sangat efficacy pada ibu dukungan sosial
Self-efficacy Pada Ibu rendah berjumal 20 yang menyusui. b. Tempat penelitian :
Menyusui memiliki presentase 18,7%. b. Sampel : Ibu menyusui Puskesmas Harapan
Kemudian subjek yang yang memiliki bayi 0-6 Raya Pekanbaru
memiliki dukungan sosial bulan. c. Instrument
rendah berjumlah 21 dengan c. Sampling : Purposive penelitian :
presentase 19,6%, selanjutnya Sampling Breastfeeding Self
subjek yang memiliki dukungan Efficacy Short Form
sosial sedang berjumlah 21 (BSES-SF)
dengan presentase 19,6% dan
subjek yang memiliki dukungan
sosial tinggi berjumlah 28
dengan presentase 26,1 serta
subjek yang memiliki dukungan
sosial sangat tinggi berjumlah
17 dengan presentase 15,9%
4 Conde (2017) Breastfeeding Self- Memberikan hasil yang relevan Variabel dependen a. Sampel : 160 ibu
Efficacy And Length Of untuk meningkatkan perawatan (terikat) yaitu self- remaja dengan rata-
Breastfeeding Among bagi ibu remaja dan bayinya, efficacy pada ibu rata usia 16 tahun
Adolescent Mother sehingga memungkinkan untuk menyusui. b. Instrument :
mengatasi kesulitan dan Breastfeeding Self-
hambatan, memfasilitasi efficacy Scale
kelangsungan EBF hingga 6 Brazilian Version
bulan kehidupan anak dan
mendukung pengurangan
morbiditas dan kortalitas ibu-
bayi

7
No Nama Penulis dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5 Pradanie (2015) Paket dukungan Tidak ada perbedaan antara Variabel dependen yaitu a. Variabel
terhadap Breastfeeding kelompok perlakuan dan Breastfeeding Self- Independent :
Self-Efficacydan control setelah diberikan Efficacy Dukungan menyusui
keberhasilan menyusui intervensi paket dukungan b. Analisi : Uji
pada ibu postpartum menyusui. Tidak ada hubungan korelasi spearman
yang signifikan antara rho
Breastfeeding Self- c. Instrumen Penelitian
Efficacytindakan menyusui : BSEF-SF dan
efektif LATCH assessment
tool
d. Sampel : 20 ibu post
partum (10 ibu
kelompok
perlakuan, 10 ibu
kelompok perilaku)

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Konsep Dasar Self-Efficacy
1. Pengertian Self-Efficacy
Menurut Bandura dalam Jess Feist (2014) Self-efficacy adalah
keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan sesuatu
bentuk kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan kejadian dalam
lingkungan. Bandura juga menggambarkan Self-efficacy sebagai penentu
bagaimana orang merasa, berfikir, memotivasi diri, dan berperilaku. Self-
efficacy adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik
atau buruk, tepat atau salah (Priyoto, 2014).
Kenyakinan orang akan self-efficacy menentukan tingkat motivasi,
sebagaimana tercermin dalam seberapa besar usaha yang akan mereka
kerahkan dalam suatu upaya keras dan seberapa lama mereka akan
bertahan dalam menghadapi rintangan.
2. Sumber-Sumber Self-Efficacy
Menurut Banduradalam Jess Feist (2014) ada empat sumber utama yang
mempengaruhi self-efficacy, yaitu :
a. Pengalaman berhasil
Dalam kehidupan manusia, keberhasilan menyelesaikan suatu masalah
akan meningkatkan Efikasi diri, sebaliknya kegagalan akan
menurunkan efikasi diri (terutama pada waktu efikasi diri belum
terbentuk secara mantap dalam diri seseorang). Untuk terbentuknya
efikasi diri, orang harus pernah mengalami tantangan yang berat,
sehingga ia bisa menyelesaikannya dengan kegigihan dan kerja keras.
b. Pengalaman yang dirasakan sendiri
Seseorang terkadang membuat judgement tentang kemampuannya
sendiri dengan memperhatikan orang lain. Kesuksesan orang lain

9
10

mengindikasikan bahwa mereka sendiri dapat mengerjakan tugas yang


sama, sementara kegagalan orang lain mungkin mengidentifikasi
mereka tidak bisa mengerjakan tugas.
c. Bujukan sosial
Penilaian diri (self-appraisals) atas kompetensi sebagian didasarkan
pada opini (penilaian) lain yang signifikan yang agaknya memiliki
kekuatan evaluatif. Orang yang dibujuk secara verbal yang memiliki
kemampuan untuk memenuhi tugas yang diberikan adalah lebih
mungkin tetap melakukan (tugas) lebih lama ketika dihadapkan pada
kesulitan dan lebih tetap mengembangan perasaan self-efficacy.
d. Keadaan psikologis atau emosi
Biasanya dalam situasiyang penuh tekanan, umumnya orang
menunjukkan tanda susah, guncang, sakit, lelah, takut, muak, dan
seterusnya. Persepsi seseorang atas respon ini dapat dengan jelas
mengubah self-efficacy seseorang. Keputusan self-efficacy pribadi
seseorang dipengaruhi oleh perasaan dibanding dengan penggerakan
yang sebenarnya atas pemunculan dalam situasi yang mengandung
risiko.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self-Efficacy
Tinggi rendahnya self-efficacy seseorang dalam tiap tugas sangat
bervariasi. Ini disebabkan oleh adanya beberapa factor yang berpengaruh
dalam mempersepsikan kemampuan diri individu. Menurut Bandura dalam
Jess Feist (2014) ,tingkat self-efficacy dipengaruhi oleh :
a. Sifat dari tugas yang dihadapi individu
Sifat tugas dalam hal ini meliputi tingkat kesulitan dan kompleksitas
dari tugas yang dihadapi. Semakin sedikit jenis tugas yang dapat
dikerjakan dan tingkat kesulitan tugas yang mudah, maka makin besar
kecenderungan individu untuk menilai rendah kemampuannya. Namun
apabila seseorang tersebut mampu menyelesaikan berbagai macam
tugas dengan tingkat kesulitan yang berbeda, maka individu akan
11

menilai dirinya mempunyai kemampuan sehingga akan meningkatkan


self-efficacynya.
b. Insentif eksternal (reward) yang diterima individu dari orang lain
Semakin besar insetif atau reward yang diperoleh seseorang dalam
penyelesaian tugas, maka semakin tinggi derajat self-efificacynya. Hal
ini dikemukakan oleh Bandura (1997) yang menyatakan bahwa salah
satu faktor yang dapat meningkatkan self-efficacy adalah competen
cecontigent incentif, yaitu insetif atau reward yang diberikan oleh orang
lain yang mereflesikan keberhasilan seseorang dalam menguasai atau
melaksanakan tugas.
c. Status atau peran individu dalam lingkungannya
Seseorang yang memiliki status yang lebih tinggi dalam lingkungannya
atau kelompoknya akan mempunyai derajat control yang lebih besar
pula sehingga memiliki self-efficacy yang lebih tinggi.
d. Informasi tentang kemampuan diri
Informasi yang disampaikan oleh orang lain secara langsung bahwa
seseorang mempunyai kemampuan tinggi, dapat menambah keyakinan
diri seseorang sehingga mereka akan mengerjakan suatu tugas dengan
sebaik mungkin. Namun apabila seseorang mendapat informasi
kemampuannya rendah maka akan menurunkan self-efficacy sehingga
kinerja yang ditampilkan rendah.
4. Proses-Proses Self-Efficacy
Menurut Bandura dalam Jess Feist (2014) proses psikologi self-
efficacy dalam mempengaruhi fungsi manusia dijelaskan melalui cara-
cara seperti :
a. Proses kognitif
Individu menetapkan tujuan dan sasaran perilaku sehingga individu
dapat merumuskan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan
tersebut. Fungsi kognitif memungkinkan individu untuk memprediksi
kejadian-kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada masa depan.
Asumsi yang timbul pada aspek kognitif ini adalah semakin efektif
12

kemampuan individu dalam analisis dan dalam berlatih


mengungkapkan ide dan gagasan pribadi, maka akan mendukung
individu bertindak dengan tepat.
b. Proses motivasi
Motivasi individu muncul melalui pemikiran yang optimis dari dalam
dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Self-efficacy
mempengaruhi atribusi penyebab, dimana individu yang memiliki
self-efficacy yang tinggi menilai kegagalannya dalam mengerjakan
tugas disebabkan oleh kurangnya usaha, sedangkan individu dengan
self-efficacy yang rendah menilai kegagalannya disebabkan oleh
kurangnya kemampuan.
c. Proses afeksi
Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi emosi yang
timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Afeksi ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif
yang menghalangi pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan.
Kepercayaan individu terhadap kemampuannya mempengaruhi
tingkat stress yang sulit dan bersifat mengancam. Individu yang yakin
bahwa dirinya mampu mengontrol ancaman tidak akan
membangkitkan pola pikir yang mengganggu sedangkan individu
yang tidak percaya akan kemampuannya akan mengalami kecemasan
karena tidak mampu mengelolah ancaman.
d. Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk
menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.Ketidakmampuan individu dalam melakukan
seleksi tingkah laku membuat individu mudah menyerah ketika
menghadapi masalah atau situasi sulit. Self-efficacy dalam membentuk
hidup individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan
individu akan mampu melaksanakan aktivitas yang menantang dan
memilih situasi yang diyakini mampu ditangani.
13

5. Self- Efficacy dalam pemberian ASI


Self-efficacy dalam menyusuiatau dikenal dengan istilah
Breastfeeding Self-Efficacy adalah keyakinan diri seorang ibu pada
kemampuannnya untuk menyusui atau memberikan ASI pada bayinya
(Dennis, 1999). Breastfeeding Self-Efficacy merupakan variable yang
penting dalam menyusui, karena memprediksi apakah ibu memilih
menyusui atau tidak, berapa banyak usaha yang dilakukan ibu untuk
menyusui bayinya, bagaimana pola pikir ibu menanggapi secara
emosional kesulitan untuk menyusui bayinya (Dennis, 2003).
Bandura mengatakan bahwa Self-efficacy ibu untuk menyusui
harus dipertimbangkan dari segi harapan kemampuan untuk memberikan
ASI dan harapan hasil yang akan dicapai dari memberikan ASI. Apabila
seorang ibu yakin untuk menyusui dan berhasil, maka Self-efficacy ibu
untuk menyusui akan meningkat. Sebaliknya, jika keyakinan ibu untuk
menyusui rendah, maka keberhasilan untuk menyusui akan rendah.
Self-efficacy terhadap ibu untuk memberikan ASI
eksklusifmempunyai peran yang sangat besar. Peran pertama yaitu untuk
menentukan pemilihan tingkah laku. Ibu cenderung akan memberikan
ASI ketika ibu merasa mempunyai kemampuan yang baik, jika ibu
memiliki keyakinan yang besar utnuk memberikan ASI pada bayinya,
maka ibu akan memilih memberikan ASI daripada memberikan susu
formula pada bayinya (Spaulding, 2009).
Peran kedua yaitu self-efficacy sebagai penentu besarnya usaha dan
daya tahan dalam menagatasi hambatan dan situasi yeng menyenangkan
untuk memberikan ASI. Self-efficacy ibu untuk memberikan ASI yang
tinggi akan menurunkan kecemasan yang menghambat ibu untuk
menyusui, sehingga mempengaruhi daya tahan ibu untuk tetap
memberikan ASI (Spaulding, 2009).
Peran ketiga yaitu mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional.
Self-efficacy mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional individu,
baik dalam menghadapi situasi saat inimaupun yang akan dating. Ibu
14

yang memiliki self-efficacy rendah selalu menganggap dirinya kurang


mampu menangani situasi saat ini maupun dalam mengantisipasi situasi
yang akan datang. Ibu yang memiliki self-efficacy yang tinggi untuk
menyusui akan tetap menyusui lebih lama daripada ibu dengan self-
efficacy menyusui yang rendah (Britton, 2008 : Kingston, Dennis &
Sword, 2009).
Peran selanjutnya yaitu sebagai prediksi tingkah laku selanjutnya.
Ibu yang mempunyai self-efficacy yang tinggi untuk memberikan ASI
pada bayinya memiliki minat dan keterlibatan yang tinggi dan lebih baik
dengan lingkungannya. Ibu tidak mudah putus asa dan menyerahdalam
mengatasi kesulitan dan mereka akan menampilkan usaha yang lebih
keras (Spaulding, 2009).
6. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Self-Efficacy Pada Ibu
Menyusui
Breastfeeding Self-Efficacy dapat dipengaruhi oleh 4 faktor sesuai
dengan teori yang diadaptasi dari Bandura (Dennis, 2003), yaitu :
a. Pengalaman Menyusui (Performance Accomplishment)
Pengalaman menyusui merupakan sumber Self-Efficacy yang paling
kuat pengaruhnya untuk mengubah perilaku. Pengalaman menyusui
akan memberikan dampak kepercayaan diri yang berbeda-beda,
tergantung proses penyesuaiannya. Pengalaman menysusi dapat
meningkatkan keyakinan/kepercayaan diri ibu sehingga menimbulkan
keinginan yang kuat untuk menyusui bayinya. Kepercayaan diri yang
didapat tidak hanya didasarkan pada hasil kinerja tetapi juga factor-
faktor kondusional seperti kerumitan tugas, usaha yang dikelurkan,
bantuan yang dibutuhkan atau diterima, dan berbagai keadaan yang
dapat memfasilitasi atau mengganggu kinerja tertentu.
b. Pengalaman Orang Lain (Vicarious Experiences)
Pengalaman orang lain, baik pengalaman langsung, melalui rekaman
atau video, ataupun tercertak akan memberikan sumber informasi
mengenai keterampilan dan kemampuan. Melalui pengamatan ini
15

dapat memberikan dampak yang kuat terhadap kepercayaan diri,


terutama ketika ibu tidak memiliki pengalaman pribadi secara
langsung. Pada ibu yang memiliki teman atau anggota keluarga yang
sukses dalam menyusui akan memilih dan berusaha dalam menyusui,
sedangkan ibu yang tidak pernah melihat proses menyusui bayi akan
merasa malu dan canggung untuk menyusui.
c. Persusi Verbal (Verbal Persuasion)
Seorang individu sering menerima penilaian dari orang lain sebagai
penilaian yang valin atas kemampuan mereka sendiri dan dapat
mempengaruhi tinkat self-efficacy. Evaluasi oleh konsultan ASI,
tenaga kesehatan, anggota keluarga atau teman dekat sangat
bermanfaat bagi ibu. Peran dan dukungan dari orang – orang terdekat
yang ada di sekitarnya, akan lebih mudah membuat individu
yakindengan kemampuaan yang dimiliki remaksuk dalam kemampuan
menyusui, ajakan atau saran dari orang lain yang berpengaruh untuk
menyusui dapat meningkkan kepercayaan dan keyakinan ibu untuk
menyusui bayinya.
d. Keadaan fisiologis dan emosional
Individu menilai kemampuan mereka dari kondisi emosional dan
fisiologis lain yang dialami saat melakukan sesuatu. Interpretasi
positif seperti kegembiraan atau kepuasan, meningkatkan self-efficacy,
sementara interpretasi yang negatif dari rasa sakit, kelelahan,
kecemasan, atau stres dapat menurunkan self-efficacy dan proses
menyusui. Menyusui telah terbukti sangat bergantung pada
kepercayaan diri, sedangkan kegagalan menyusui dikaitkan dengan
gangguan emosional dan fisiologis yang akan mempengaruhi reflex let
down. Keadaan emosional yang negatif juga dapat merangsang krisis
laktasi dimana ada penurunan tiba-tiba dalam jumlah ASI yang
diproduksi, krisis mereda ketika tekanan emosional teratasi.
16

2.1.2 Konsep Dasar Air Susu Ibu (ASI)


1. Pengertian ASI
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal
(setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti :
susu formula, sari buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur susu, bubur nasi dan
nasi tim (Walyani,2017)
Menurut World Health Organization (WHO) ASI eksklusif adalah
pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan
ataupun makanan lain. Asi dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun
(Maritalia,2012).
2. Manfaat ASI
Menurut Maritalia (2012) Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi,
ibu, keluarga dan Negara, sebagai berikut :
1. Manfaat ASI bagi bayi
1) Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang
dilahirkan
2) Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan
bayi sampai usia 6 bulan
3) ASI mengandung zat pelindung/antibodi yang melindungi terhadap
penyakit
4) ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan
5) Dengan diberikannya ASI maka akan memperkuat ikatan batin ibu
dan anak
6) Mengurangi kejadian karies dentis dikarenakan kadar laktosa yang
sesuai dengan kebutuhan bayi.
7) Mengurangi kejadian maloklusi akibat penggunaan dot yang lama.
2. Manfaat ASI bagi ibu diantaranya adalah :
a. Mencegah peradrahan masa nifas
b. Mempercepat involusi uterus
17

c. Mengurangi resiko terjadinya anemia


d. Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara
e. Memberikan rasa dibutuhkan selain memperkuat ikatan batin
seorang ibu dengan bayi yang dilahirkan
f. Mempercepat kembali keberat badan semula
g. Sebagai salah satu metode KB sementara
3. Manfaat ASI bagi keluarga antara lain :
a. Mudah pemberiannya
b. Menghemat biaya
c. Bayi sehat dan jarang sakit sehingga menghemat pengeluaran
keluarga dikarenakan tidak perlu sering membawa ke sarana
kesehatan.
4. Manfaat ASI untuk Negara :
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
b. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
3. Komposisi Gizi dalam ASI
Menurut Maritalia (2012) ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air
susu ibu khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI
sangat khusus dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembang bayi. ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu :
1) Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini
disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke
empat pasca bersalin. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas
kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung
tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan
antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu, kolostrum masih
mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolostrum
adalah immunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM), yang digunakan sebagai
18

zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan
parasit. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.
2) ASI Transisi/Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama
dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna
serta komposisinya.
3) ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur
tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak
menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau
saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer.
Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula,
protein, mineral dan air. Selanjutnya, air susu berubah menjadi
hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat
bayi akan lebih cepat kenyang.
4. Cara Menyusui Yang Benar
Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh
seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi,
sebagai berikut :
1) Cara memasukan putting susu ibu ke mulut bayi
Bila dimulai dengan payudara kanan, letakkan kepada bayi pada siku
bagian dalam lengan kanan, badan bayi menghadap kebadan ibu.
Lengan kiri bayi diletakkan diseputar pinggang ibu, tangan kanan ibu
memegang pantat/paha kanan bayi, sangga payudara kanan ibu dengan
empat jari tangan kiri, ibu jari diatasnya tetapi tidak menutupi bagian
yang berwarana hitam (aerola mamae), sentuhlah mulut bayi dengan
putting payudara ibu tunggu sampai bayi membuka mulutnya lebar.
2) Teknik melepaskan hisapan bayi
Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan
hisapan bayi dengan cara memaasukan jari kelingking ibu yang masih
19

bersih kesudut mulut bayi, menekan dagu bayi kebawah kemudian


dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya membuka serta
jangan menarik putting susu untuk melepaskan
3) Cara menyendawakan bayi setelah minum ASI
Setelah bayi melepaskan hisapannya, sendawanya bayi sebelum
menyusukan dengan payudara yang lainnya dengan cara :
1) Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan pelan
sampai bayi bersendawa
2) Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok punggungnya.
5. Masalah dalam pemberian ASI
1. Putting susu nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut
bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan hilang.
Cara menangani :
a. Pastikan posisi ibu menyusui sudah benar
b. Mulailah menyusui pada putting susu yang tidak sakit guna
membantu mengurangi sakit pada putting susu yang sakit
c. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI oleskan di putting susu
dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai putting
susu kering.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah rasa nyeri putting susu
ketika menyusui :
a. Santai ketika menyusui, harus santai dan tenang saat menyusui. Hal
ini akan membantu meningkatkan aliran air susu ibu. Meletakkan
kain basah yang hangat pada payudara atau mengambil shower
hangat untuk mengguyur payudara setelah menyusui
b. Jangan menarik isapan bayi sebelum bayi benar-benar selesai
menetek sebelum melepaskan dari payudara. Untuk menghentikan
bayi dari anak susuan, melalui sudut mulut bayi memasukan jari
kedalam mulutnya.
20

c. Mencari posisi yang nyaman saat menyusui


Karena tidak nyaman saat menyusui bisa membuat cemas, dan
mengurangi atau menghentikan aliran susu. Belajar posisi menyusui
yang nyaman dan benar. Menggunakan salah satu jari dari posisi
tersebut setiap kali menysui bayi. Jika bayi tidak dalam posisi yang
tepat ia mungkin memiliki masalah dalam penghisapan. Bayi
mungkin tidak mendapat cukup susu dan menyedit dengan keras.
d. Memastikan mulut bayi santai saat menyusui, jika bayi menyusu
terlalu keras makan putting menjadi sakit, anda perlu membuat
santai mulut bayi. Untuk melakukan ini ibu perlu memijat rahang
bawah telinga bayi
e. Menggunakan perangkat untuk menyusui dengan benar, membaca
petunjuk yang ada pada saat menggunakan perangkat dan menjaga
selalu tetap bersih. Jika ada alat yang menyebabkan cedera pada
payudara, maka penggunaannya harus dihentikan. Ibu mungkin
memerlukan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara
penggunaan alat.
2. Putting susu lecet
Putting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan
menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan kadang-kadang
mengeluarkan darah. Putting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi
menyusui yang salah, tapi dapat pila disebabkan oleh trush (candidates)
atau dermatitis.
Cara menangani :
a. Cari penyebab putting lecet (posisi menyusui salah, candidates atau
dermatitis)
b. Obati penyebab putting susu lecet terutama perhatikan posisi
menyusui
c. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi
d. Ibu terus dapat memberikan ASI-nya pada keadaan luka tidak begitu
sakit
21

e. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-kali
memberikan obat lain seperti krim, salep dan lain-lain.
f. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam
waktu sekitar 2x24 jam
g. Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
h. Cuci payudara sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan sabun
i. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang
sakit untuk sementara untuk member kesempatan lukanya
menyembuh
j. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan
dengan pompa ASI) untuk tetap mempertahankan kelancaran
pembentukan ASI
k. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan
dot
l. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan
waktu yang lebih singkat
m. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas
3. Payudara bengkak
Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa
penuh dan nyeri disebkan bertambahnya aliran darah ke payudara
bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak
Penyebab bengkak :
a. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu salah
b. Produksi ASI berlebihan
c. Terlambat menyusui
d. Pengeluaran ASI yang jarang
e. Waktu menyusui yang terbatas
22

4. Mastitis atau Abses Payudara


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh
meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump) dan diluarnya kulit
menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau
pengisapan yang tidak efektif.
Tindakan yang dapat dilakukan :
a. Kompres hangat/panas dan pemijatan
b. Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu
stimulasi putting susu, pijat leher, punggung dan lain-lain.
c. Pemberian antibiotik : flucloxacilin atau erythromycin selam 7-10
hari
d. Bila perlu diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa
nyeri
e. Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan Karena mungkin perlu
tindakan bedah.
2.1.3 Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Widagdo (2016) keluarga adalah sekumpulan orang
dengan ikatan perkawinan, kelahiran, adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perekembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarga. Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan (Dion &
Betan, 2013).
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka pengertian keluarga
dapat disimpulkan sebagai suatu hubungan antara dua orang atau lebih
yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak, memiliki
23

hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan


masyarakat serta lingkungannya.
2. Peran keluarga
Menurut Hermoko (2012) peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu. Peran keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu (Dion &
Betan, 2013).
Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari berbagai keluarga, kelompok, dan masyarakat. Struktur
peran keluarga dapat menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarganya sendiri (informal) dan perannya di
lingkungan masyarakat (formal) (Dion & Betan, 2013).
1. Peran Formal Keluarga
Berbagai peran formal dalam keluarga menurut Friedman (2010)
yaitu:
a. Peranan ayah
Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak berperan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-
anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok social, serta
sebagai anggota masyarakat dan lingkungan disamping dapat
berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.
c. Peranan anak
Melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
24

2. Peran Informal Keluarga


Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak,
dimainkan hanya untuk memenuhii kebutuhan-kebutuhan emosional
individu dan atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.
Beberapa contoh peran informal yang bersifat adaptif dan merusak
kesejahteraan keluarga di antaranya sebagai berikut :
a. Pendorong
Memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan pendorong,
memuji, setuju dengan, dan menerima kontribusi dari orang lain.
Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka
merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk
didengarkan
b. Pengharmoni
Berperan menengahi perbedaan yag terdapat diantara para anggota,
penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat
c. Inisiator
Mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara
mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok
d. Pendamai
Berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat
diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.
e. Pencari nafkah
Peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan,
baik material maupun nonmaterial anggota keluarganya.
f. Perawatan keluarga
Peran yang dijalankan terkait merawat anggota keluarga jika ada
yang sakit
g. Penghubung keluarga adalah penghubung, biasanya ibu mengirim
dan memonitor komunikasi dakam keluarga
25

h. Pionir keluarga
Membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing dan
mendapatkan pengalaman baru
i. Koordinator
Keluarga berarti mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-
kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan
memerangi kepedihan
j. Pengikut dan saksi
Saksi sama dengan pengikut, kecuali dalam beberapa hal , saksi
lebih pasif. Saksi hanya mengamati dan tidak melibatkan dirinya.
Menurut Friedman (2010) bentuk peran keluarga diantaranya :
sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik, konselor
dan pemberi asuhan dalam keluarga.
3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Peran
Menurut Kurniawan (2008) faktor – faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan peran meliputi :
1. Kelas sosial
Fungsi dari peran suami tertentu dipengaruhi oleh tuntutan
kepentingan dan kebutuhan yang ada dalam keluarga
2. Bentuk keluarga
Keluarga dengan orangtua tunggal jelas berbeda dengan orangtua
yang masih lengkap demikian juga antara keluarga inti dengan
keluarga besar yang beragam dalam pengambilan keputusan dan
kepentingan akan rawan konflik peran
3. Latar belakang keluarga
a. Kesadaran dan kebiasaan keluarga
Kesadaran merupakan titik temu dari berbagai pertumbuhan dan
perbandingan yang mengahsikan keyakinan.
b. Sumber daya keluarga
Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan
seseorang sebagai imbalan atas semua yang telah dilakukan baik
26

tenaga atau pikiran seseorang terhadap orang lain atau organisasi


lain.
4. Perawat keluarga
Perawat keluarga adalah orang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkan
5. Penghubung Keluarga
Perantara keluarga adalah penghubung, ia (biasanya ibu) mengirim
dan memonitor komunikasi dakam keluarga.
4. Ciri – ciri Peran
Andarmoyo (2012) menyebut ciri – ciri peran antara lain :
a. Terorganisasi yaitu adanya interaksi
b. Terdapat keterbatasan dalam menjalankan tugas dan fungsi
c. Terdapat perbedaan dan kekhususan
5. Peran keluarga dalam pemberian ASI eksklusif
Menurut Andarmoyo (2012), peran keluarga dalam pemberian ASI
eksklusif adalah keikutsertaan keluarga dan suami untuk memberikan
motivasi ibu menyusui agar memberikan ASI saja tanpa tambahan
makanan pendamping lainnya selama 6 bulan. Peran suami dalam
program menyusui adalah menciptakan suasana nyaman bagi ibu
sehingga kondisi psikis ibu lebih sehat.
Kesuksesan menyusui bisa tergantung pada besarnya peranan
keluarga disekitar ibu. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan keluarga
dan suami dalam memberikan dukungan kepada ibu menyusui seperti :
a. Pastikan ibu merasa nyaman dan rileks saat sedang menyusui
b. Pastikan ibu mempunyai waktu tidur dan istirahat yang cukup
c. Membantu pekerjaan rumah tangga
d. Menjaga dan bermain bersama anak yang lain
e. Menyemangati dan memijat ibu
f. Membantu ibu saat mengalami kesulitan dalam menyusui
g. Ciptakan jalinan komunikasi yang baik
27

Keberhasilan menyusui tidak hanya tergantung pada ibu saja tetapi


juga tergantung pada keluarga dan suami. Ada 6 pengelompokan tipe
peran ayah dalam praktek menyusui secara eksklusif dan peran- peran ini
dianggap sebagai dukungan kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif.
Tipe peran tersebut, yaitu :
a. Mencari informasi mengenai pemberian ASI dan pola pemberian
makan bayi
b. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai cara
pemberian makan saat ini
c. Memilih tempat untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, persalinan,
dan pemeriksaan pasca persalinan/imunisasi
d. Tingkat keterlibatan ayah selama kunjungan pemeriksaan
kehamilan/imunisasi
e. Memiliki sikap positif
f. Terlibat dalam kegiatan perawatan anak
6. Fungsi Keluarga
Menurut Widagdo (2016) mengidentifikasi lima fungsi keluarga
diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi,
fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan kesehatan, sebagai berikut :
1. Fungsi Afektif (The Affective Function)
Fungsi afektif berkaitan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan darii keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikologis. Keberhasilan fungsi afektif
tampak melalui keluarga yang gembira dan bahagia. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga untuk fungsi afektif antara lain :
a. Memelihara saling asuh (Mutual Nurturance)
Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan
saling mendukung antar anggota. Setiap anggota yang lain, maka
kemampuannya untuk memberi akan meningkat, sehingga tercipta
hubungan yang hangat dan mendukung. Prasyarat untuk mencapai
saling asuh adalah komitmen dasar dari masing-masing pasangan
28

dan hubungan perkawinan secara emosional memuaskan dan


terpelihara. Brown (1989) dalam Widagdo (2016), memandang
mutual nurturance sebagai suatu fenomena spiral, karena setiap
anggota menerima kasih saying dan perhatian dari orang lain dalam
keluarga, sehingga kapasitasnya untuk memberi kepada anggota
lain meningkat.
b. Keseimbangan saling menghargai
Pendekatan yang cukup baik untuk menjadi orang tua diistilahkan
dengan keseimbangan saling menghargai. Adanya sikap saling
menghargai dengan mempertahankan iklim yang positif dimana
tiap anggota diakui serta dihargai keberadaan dan haknya sebagai
orangtua maupun sebagai anak, sehingga fungsi efektif akan
tercapai.
Keseimbangan saling menghormati dapat dicapai apabila
setiap anggota keluarga menghormati hak, kebutuhan, dan
tanggungjawab anggota keluarga yang lain. Orang tua perlu
menyediakan struktur yang memadai dan panduan yang konsisten,
sehingga batas-batas bisa dibuat dan dipahami. Namun demikian,
perlu dibentuk fleksibilitas dalam sistem keluarga agar memberikan
ruang gerak bagi kebebasan untuk berkembang menjadi individu.
c. Pertalian dan identifikasi
Kekuatan yang besar dibalik presepsi dan kepuasan dari kebutuhan-
kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian (bondings) dan
kasih saying (attachment) digunakan secara bergantian. Kasih
sayang adalah ikatan emosional yang relatif unik dan abadi antara
dua orang tertentu, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru. Selanjutnya dikembangkan dengan kesesuaian pada
berbagai aspek kehidupan, keinginan yang tidak dapat dicapai
sendiri, misalnya mempunyai anak. Kasih sayang antara ibu dan
bayi yang baru lahir sangat penting karena interaksi orangtua bayi
yang dini mempengaruhi sifat dan kualitas hubungan kasih sayang
29

selanjutnya, hubungan ini mempengaruhi perkembangan


psikososial dan kognitif anak.
Hubungan dikembangkan dengan hubungan orangtua dan
anak antara anak dengan anak adalah inti dari hubungan keluarga.
Turner (1970) dalam Widagdo (2016) menjelaskan bahwa dalam
definisi yang sangat sederhana, identifikasi adalah suatu sikap
dimana seseorang mengalami apa yang terjadi dengan orang lain,
seolah-olah hal itu terjadi pada dirinya. Proses identifikasi adalah
inti ikatan kasih sayang.
d. Keterpisahan dan kepaduan
Salah satu masalah pokok psikologis yang sentral dan menonjol
yang meliputi kehidupan keluarga adalah cara keluarga memenuhi
kebutuhan psikologis, mempengaruhi identitas diri, dan harga
individu. Selama masa awal sosialisasi, keluarga membentuk dan
memprogramkan tingkah laku seorang anak, sehingga hal tersebut
dapat membentuk rasa memiliki identitas untuk merasakan dan
memenuhi keterpaduan (connectedness) yang memuaskan.
Anggota keluarga berpadu dan berpisah satu sama lain.
2. Fungsi Sosialisasi (the socialization fuction)
Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri dengan
kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung
seumur hidup, dimana individu secara kontinu mengubah perilaku
mereka sebagai respons terhadap situasi yang terpola secara sosial
yang mereka alami. Ini termasuk internalisasi satu set norma-norma
dan nilai-nilai yang cocok bagi remaja berusia 14 tahun, pergantian
berusian 20 tahun, orangtua yang berusia 24 tahun, kakek atau nenek
yang berusia 50 tahun, juga orang yang telah pension dalam usia 65
tahun.
Sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah komunitas
tertentu atau kelompok dimana manusia, berdasarkan sifat
kelenturannya, melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh
30

selama hidup, mereka memperoleh karakteristik yang terpola secara


sosial. Sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah komunitas
tertentu atau kelompok dimana manusia, berdasarkan sifat
kelenturannya, melalui pengalaman-pegalaman yang diperoleh selama
hidup, mereka memperoleh karakteristik yang terpola secara social.
Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi. Pada
setiap tahap perkembangan keluarga dan individu (anggota keluarga)
dicapai melalui interaksi atau hubungan yang diwujudkan dalam
sosialisasi.
3. Fungsi reproduksi (The Reproductive Function).
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program
keluarga berencana, maka fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain
banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan
perkawinan, sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orangtua.
4. Fungsi ekonomi (The Econimic Function)
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti: makanan,
pakaian, dan perumahan, maka keluarga memerlukan sumber
keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga yang berbeda di
bawah garis kemiskinan, perawat bertanggung jawab untuk mancari
sumber-sumber di masyarakat yang dapat digunakan oleh keluarga
dalam meningkatkan status kesehatan.
5. Fungsi perawatan keluarga/ pemeliharaan kesehatan (The Health care
Function)
Bagi para professional kesehatan keluarga, fungsi perawatan
kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga.
Guna menempatkan dalam sebuah persektif, fungsi ini merupakan
salah satu fungsi keluarga yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan
fisik, seperti: makanan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan
kesehatan.
31

7. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
dengan baik berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Selain keluarga mampu melaksanakan fungsi dengan baik, keluarga juga
harus mampu melakukan tugas kesehatan keluarga. Menurut Widagdo
(2016) Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh di
abaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti.
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami oleh anggota keluarga, secara tidak langsung
akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari
adanya perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sering mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan
atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan
dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila
keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
32

4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat


Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi
bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki
waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal.
Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang
ketenangan, keindahan, dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi
anggota keluarga.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat di
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya. Keluarga
dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk
memecahkan masalah yang di alami anggota keluarganya, sehingga
keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.
33

2.2 Kerangka Teori

Keluarga merupakan
hubungan antara dua orang
atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan darah,
perkawinan yang sah atau
adopsi

Fungsi Keluarga :
1. Fungsi Afektif
2. Fungsi Sosialisasi
3. Fungsi Reproduksi
4. Fungsi Ekonomi
5. Fungsi Perawatan
Keluarga/
Pemeliharaan
Kesehatan

Masalah dalam pemberian


ASI

Faktor yang Mempengaruhi


Self-Efficacy :
1. Sifat dari tugas yang
dihadapi individu
2. Insentif Eksternal
3. Status atau peran
individu dalam
lingkungan
4. Informasi tentang
kemampuan diri

Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Peran Keluarga Dengan Self-


efficacy Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
34

2.3 Kerangka Konsep

Peran / tugas kesehatan


keluarga:
1. Mengenal masalah Proses-proses yang
mempengaruhi self-
kesehatan
efficacy:
2. Mengambil keputusan 1. Kognitif
3. Merawat anggota keluarga 2. Motivasi
yang sakit 3. Afeksi
4. Memodifikasi lingkungan 4. Seleksi
5. Memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang
ada

Keterangan:
: Diteliti
: Berpengaruh

Gambar 2.2 Kerangka Konsep “Hubungan Peran Keluarga Dengan Self-


efficacy Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Oesapa Kota
Kupang.”
35

2.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. (Nursalam, 2017).
H1: Ada hubungan peran keluarga dengan self-efficacy pada ibu menyusui
dalam memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan penelitian (Setiadi, 2013).Desain penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan korelasional
yaitu bertujuan untukmengungkapkan hubungan korelatif antar variabel
(Nursalam, 2016). Dalam Penelitian ini, peneliti akan meneliti hubungan
variabel independen yaitu peran keluarga pada ibu menyusui dengan variabel
dependen self-efficacy pada ibu menyusui.Pengukuran kedua variabel ini akan
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional
yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi
data variable independent dan dependent hanya satu kali dalam satu saat
(Nursalam, 2016).

3.2 Definisi Operasional


Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang mnjelaskan
bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel,
sehingga defenisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang
akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama
(Setiadi, 2013).

36
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Peran Keluarga dengan Self-efficacy Pada Ibu Menyusui Dalam Memberikan ASI
Eksklusif Di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
NO Variabel Defenisi Operasional Indikator Instrumen Skala Skor
1 Peran Perilaku yang dilakukan Peran keluarga (suami): Kuesioner Nominal Penilaian diukur dari 15
keluarga keluarga (suami) dalam 1. Pendorong Peran pertanyaan menggunakan skala
rangka memenuhi kebutuhan 2. Pemberi rasa aman Keluarga Guttman untuk jawaban sesuai
baik psikologis maupun fisik 3. Pendidik dengan kunci :
ibu menyusui di Puskesmas 4. Pencari nafkah Ya : 1
Oesapa Kota Kupang. 5. Perawatan keluarga Tidak : 0
Interpretasi:
Aktif : ≥ 50%
Pasif : ≤ 50%
(Anjarsari, L. 2017)
2 Self-efficacy Rasa kepercayaan diri ibu 1. Pengalaman menyusui Kuisoner Ordinal Penilaian diukur dari 12
pada ibu yang memengaruhi kemauan 2. Pengalaman orang lain Self-efficacy pernyataan menggunakan skala
menyusui ibu dalam memberikan ASI 3. Persuasi verbal Likert utnuk jawaban sesuai
eksklusif pada bayinya di 4. Keadaan fisiologis dan dengan nilai :
Puskesmas Oesapa Kota emosional STY : sangat tidak yakin
Kupang TY: tidak yakin
. KY: kurang yakin
Y: yakin
SY: sangat yakin
Interpretasi :
Self-efficacy baik : > 60%%
Self-efficacy kurang : < 60%
(Agustin, E. 2018)

39
40

3.3 Populasi, Sampel dan Sampling


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia: klien)
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang
memberikan ASI eksklusif 0-6 bulan yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Oesapa Kota Kupang pada bulan September-Desember tahun
2021yang berjumlah 120 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2019).
Adapun sampel dalam penelitian ini diperoleh menggunakan rumus:
N
2
1+ N (d )
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)
120
n=
1+120 ¿ ¿
120
n=
1+120 (0,0025)
120
n=
1+0,225
120
n=
1,225

n=97
Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 97 orang.
41

3.3.3 Sampling
Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-
benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Teknik sampling dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya (Nursalam, 2016).
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu : Penelitian ini telah dilaksanakan pada 7 April-
25 Mei 2022
2. Lokasi penelitian : Puskesmas Oesapa Kota Kupang

3.5 Pengumpulan Data


3.5.1 Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2016)
1. Prosedur Administratif
Setelah lulus ujian proposal peneliti mengumpulkan proposal
penelitian ke Universitas Citra Bangsa dan peneliti mengajukan surat ijin
penelitian dari kampus Universitas Citra Bangsa kepada tempat
penelitian
2. Prosedur Teknis
Peneliti mengurus surat pengantar untuk penelitian data yang
diperoleh dari Rektor Universitas Citra Bangsa Kupang dan Ketua
Program Studi Ners, dan surat tersebut ditujukan kepada Kepala
Puskesmas Oesapa Kota Kupang. Setelah mendapatkan persetujuan dari
Kepala Puskesmas Oesapa Kota Kupang, peneliti mendekati Penanggung
jawab Poli KIA di Puskesmas Oesapa dan menjelaskan maksud dan
42

tujuan penelitian, peneliti juga di bantu oleh salah seorang teman sebagai
asisten peneliti. Dalam penelitian ini, asisten peneliti bertugas untuk
membantu mendekati calon responden dengan tetap memperhatikan
protokol kesehatan. Sementara peneliti menjelaskan tujuan penelitian
serta meminta calon responden terlibat dalam penelitian dan memberikan
surat informed consent sebagai bukti bahwa responden bersedia
berpartisipasi menjadi responden penelitian. Peneliti juga memberikan
kuisoner untuk di isi oleh responden dan meminta izin untuk mengambil
foto demi kepentingan dokumentasi penelitian. Setelah lembar kuisoner
terisi, responden langsung menyerahkan kepada peneliti. Kemudian
peneliti melakukan cross check dulu, jikalau ada peryataan yang belum
terisi peneliti langsung meminta responden untuk melengkapinya, serta
langsung dipilah peneliti mana yang mungkin bisa diganti yang sesuai
dengan kriteria untuk menjadi responden sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan peneliti.
3.5.2 Instrument Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
kuesioner. Kuisoner peran keluarga merupakan model pernyataan adaptasi
dari penelitian yang dilakukan oleh Laela Anjarsari (2017). Kuesioner peran
keluarga peneliti pada penelitian ini menggunakan skala Guttman dengan 15
pernyataan. Pengukuran skor yang diperoleh dari setiap pernyataan akan
dihitung Ya : 1 dan Tidak : 0
Kuisoner self-efficacy merupakan model pernyataan adaptasi dari
penelitian Eva Dwi Agustin (2018). Kuisoner penelitian ini menggunakan
skala Likert dengan 12 pernyataan. Pengukuran skor yang diperoleh dari
setiap pernyataan akan memberikan 5 alternatif jawaban. Masing-masing
jawaban dinilai sebagai berikut :
a) Sangat tidak yakin (STY), diberi nilai 1
b) Tidak yakin (TY), diberi nilai 2
c) Kurang yakin (KY), diberi nilai 3
d) Yakin (Y), diberi nilai 4
e) Sangat yakin (SY), diberi nilai 5
43

3.5.3 Uji Validitas dan Reabilitas


Ada dua karakteristik alat ukur yang harus diperhatikan peneliti
adalah validitas dan reabilitas. Validitas menyatakan apa yang harus diukur
sedangkan reliabilitas adanya suatu kesamaan hasil apabila pengukuran
dilaksanakan oleh orang yang berbeda atau waktu yang berbeda (Nursalam,
2016). Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir
dalam mendefinisikan suatu variabel. Hitung hasil r lalu bandingkan dengan
r table dimana df=n-2 dengan sig 5%. Jika r > dari r tabel maka dikatakan
valid, sedangkan realibilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan
dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan
kontruk pertanyaan merupakan dimensi suatu variabel dan di susun dalam
bentuk suatu kuisioner. Uji realibilitas dapat dilakukan secara bersama sama
terhadap seluruh butir pertanyaan jika nilai alpha > 0,60 maka reliable
(Sujarweni, 2015).
3.6 Analisa Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai
tujuan pokok penelitian yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang menggungkap fenomena. Data mentah yang didapat tidak dapat
menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah
penelitian (Nursalam, 2016).
1. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian, yaitu pengaruh dukungan keluarga
terhadap self-efficacy pada ibu menyusui. Pada umumnya dalam analisis
ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap
variabel (Nursalam, 2016)
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh diantaranya:
a. Editing
Adalah memberi daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para
pengumpulan data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini
dilakukan terhadap:
44

1) Kelengkapan jawaban, apakah tiap pertanyaan sudah ada


jawabannya, meskipun jawaban hanya berupa tidak tahu atau tidak
mau menjawab
2) Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan mempersulit
pengolahan data atau berakibat pengolah data salah membaca
3) Relevansi jawaban, bila ada jawaban yang kurang atau tidak relevan
maka editor harus menolaknya
b. Coding
Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden
dalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi
tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban (Hidayat,
2012). Pada penelitian ini digunakan coding sebagai berikut:
1) Peran keluarga
a) Ya (keluarga berperan) diberi kode 1
b) Tidak (keluarga tidak berperan) diberi kode 0
2) Self-efficacy pada ibu menyusui
a) Pernyataan sangat tidak yakin diberi kode 1
b) Pernyataan tidak yakin diberi kode 2
c) Pernyataan kurang yakin diberi kode 3
d) Pernyataan yakin diberi kode 4
e) Pernyataan sangat yakin diberi kode 5
c. Scoring
Menentukan skor/ nilai untuk tiap- tiap item pertanyaan, tentukan
nilai terendah dan tertinggi untuk variabel faktor yang berhubungan
dengan peran keluarga dan variabel self-efficacy pada ibu menyusui.
1) Kuesioner Peran Keluarga
Setiap pertanyaan pada kuisioner memiliki dua pilihan
jawaban yaitu jawaban Ya dan Tidak, dengan skor jawaban sebagai
berikut :Tidak: 0 Ya: 1. Kategori pada variabel independent ada 2
yaitu : Aktif dan Pasif. Kuisoner ini memuat 15 pertanyaan dengan
total presentase 100% dibagi 2 (7 adalah 50%). Mampu menjawab >
45

7 pertanyaan (>50%) dikatakan aktif dan yang menjawab ≤ 7


(<50%) dikatakan pasif
2) Kuisioner Self-efficacy
Kuisoner ini terdiri dari 12 pertanyaan dengan skor jawaban
sebagai berikut: Sangat tidak yakin : 1, Tidak yakin : 2, Kurang
yakin : 3, Yakin : 4 dan Sangat yakin : 5. Kategori pada variabel
dependent 2 yaitu: Baik dan Kurang dengan hasil pehitungan sebagi
berikut:
Skor Tertinggi : 60
Skor Terendah : 12
Skor Antara : Skor tertinggi – Skor terendah : 60 – 12 = 48
Jumlah Kategori : 2
Nilai Tengah : Skor antara : Jumlah kategori: 48 : 2 = 24
Skala Standar : Skor tertinggi – Nilai tengah: 60 – 24 = 36
Persentase : 36 x 100% : 60 = 60%
Interprestasi : Baik: >60%dan Kurang > 60%
Secara umum menggunakan rumus scoring berikut:
n
%= ×K
N
Keterangan:
n : Jumlah nilai parameter
N : Jumlah total item parameter
K : Konstantanta (100)
% : Skor
Penilaian Skoring:
Baik : >60%
Kurang : <60%
3) Tabulating
Kegiatan dengan memasukan data yang dikumpulkan kedalam
master table atau data base computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau membuat table kontigenti. Kemudian
melakukan analisis data sesuai statestik deskriptif (menggambarkan),
46

yaitu statistika yang membahas cara-cara meringkas, menyajikan


dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar mudah
dimengerti dan lebih mempunyai makna (Setiadi, 2013).
3.7 Kerangka Kerja(Frame Work)
Kerangka kerja merupakan bagan kerja rancangan kegiatan penelitian
yang akan dilakukan. Kerangka kerja meliputi populasi, sampel, dan teknik
sampling penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data (Hidayat,
2012).
47

Populasi target : Semua ibu yang memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
pada bulan September-Desember tahun 2021

Populasi terjangkau semua ibu menyusui di puskesmas Oesapa dengan kriteria


inklusi:
1. Ibu menyusui yang bersedia menjadi responden
2. Ibu yang memberikan ASI ekslusif 0-6 bulan

Purposive Sampling

Jumlah sampel:97

Informed consent

Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner

Editing

Coding

Scoring

Tabulating

Uji Chi-square

Hasil

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Hubungan peran keluarga dengan self-efficacy


pada ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang
48

3.8 Etika Penelitian


Etika berasal dari bahasa Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari
aspek etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang
berlaku dalam masyarakat. Pandangan etika membantu manusia untuk
melihat secara kritis moralitas dihayati masyarakat, etika juga membantu
kita untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma-norma
baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan dinamis dalam tata
kehidupan masyarakat (Sastrapratedja (2010). Peneliti dalam melaksanakan
seluruh kegiatan peneliti harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific
attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun
intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki resiko yang dapat
merugikan atau membahayakan subjek penelitian, namun peneliti perlu
mempertimbagkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan (Jacob, 2014).
Etika penelitian diperlukan untuk menjamin perlindungan terhadap
hak-hak partisipan. Menurut Notoatmodjo (2012) ada 4 prinsip utama dalam
etika penelitian yang meliputi:
3.8.1 Respect for Human Dignity(Menghargai Harkat dan Martabat)
Peneliti berkewajiban untuk menghargai harkat dan martabat
pastisipan sebagai manusia. Menurut Afiyanti dan Rachmawati (2014),
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam menghargai
harkat dan martabat pastisipan adalah sebagai berikut:
1. Respect fort autonomy (menghormati otonomi)
Dalam penelitian ini peneliti memberikan informasi yang benar
tentang penelitian sehingga responden memahami tentang seluruh proses
penelitian yang diikutinya. Sebelum melakukan pengumpulan informasi,
semua responden harus menandatangani surat persetujuan (informed
consent) sebagai bukti bahwa responden bersedia menjadi informan
dalam penelitian yang dilakukan.
49

2. Anonymity (tanpa nama)


Dalam membuat laporan hasil penelitian, peneliti tidak
menyebutkan identitas responden yang telah terlibat dalam penelitian.
Hasil rekaman dari responden diberi kode responden tanpa nama.
3. Confidentiality (kerahasiaan data)
Informasi yang telah diperoleh dari semua partisipan akan
dirahasiakan oleh peneliti dan menyimpannya hanya untuk keperluan
pelaporan hasil penelitian (Hidayat, 2012).
3.8.2 Beneficience (Berbuat baik)
Dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan kesejahteraan responden
dengan memperhatikan kemanfaatan dari penelitian yang dilakukan. Peneliti
menghargai responden sebagai sumber informasi dari penelitian yang
dilakukan, memperhatikan dan mempercayai responden atas
pengalamannya, peneliti juga bertanya dengan nada yang sopan dan selalu
memberikan senyuman.
3.8.3 Non-Maleficience (Tidak Merugikan)
Dalam penelitian ini, peneliti meminimalkan resiko dari kegiatan
penelitian yang dilakukan dengan tidak merugikan responden. Selain itu,
peneliti memperhatikan agar responden bebas dari bahaya, eksploitasi dan
ketidaknyaman saat proses penelitian dengan tetap mematuhi protokol
kesehatan. Peneliti menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
responden dan berlaku sewajarnya yang tidak membuat responden kecewa
atau sakit hati (Notoatmodjo, 2012)
3.8.4 Justice (Keadilan)
Dalam penelitian ini, peneliti memperlakukan semua responden secara
adil dan memberikan informasi terkait penelitian. Peneliti membangun
hubungan yang bersifat profesional yang sama terhadap semua responden
dengan tidak melibatkan perasaan pribadi (rasa simpati) saat penelitian
berlangsung. Penghargaan yang sama juga diberikan tanpa membeda-
bedakan suku, agama, etnis dan status sosial responden (Notoatmodjo,
2012).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
hubungan peran keluarga dengan self-efficacy pada ibu menyusui dalam
memberikan asi eksklusif di Puskesmas Oesapa Kota Kupang. Data diperoleh
melalui pemberian kuisoner untuk peran keluarga dan Self-efficacy pada ibu
menyusui di wilayah kerja Puskesmas Oesapa yang dilakukan kurang lebih
selama satu bulan terhitung tanggal 7 April-25 Mei 2022
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Puskesmas Oesapa kota kupang secara geografis terletak di
Kecamatan Kelapa Lima, Kelurahan Oesapa di sebelah Utara berbatasan
dengan Kecamatan Oebobo, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Kupang Tengah, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kota Lama.
Luas wilayah kerja UPT Puskesmas Oesapa yaitu ± 15,31 km2 atau 8,49%
dari luas Kota Kupang (180,2 km 2) dengan rincian Kelurahan Oesapa seluas
4,37 km2, Kelurahan Oesapa Barat 2,23 km2, Kelurahan Oesapa Selatan 1, 12
km2, Kelurahan Lasiana 4,83 km2, dan Kelurahan Kelapa Lima2,76 km2,
jumlah dari seluruh kelurahan 15,31 km2 dengan presentase 100%. Jumlah
penduduk kelapa lima tahun 2016 sebesar 78.850 jiwa terdiri dari laki-laki
sebesar 40.999 jiwa dan perempuan sebesar 37.851 jiwa. Di wilayah kerja
Puskesmas Oesapa Kota Kupang terdapat jumlah tenaga kesehatan baik
PNS, PTT, maupun tenaga honor sebanyak 64 orang. Distribusi tenaga kerja
per unit selengkapnya terdiri dari : dokter umum : 5 orang, dokter gigi : 2
orang, perawat : 16 orang, bidan : 22 orang, perawat gigi : 2 orang, apoteker
: 1 orang, asisten apoteker : 1 orang, sarjana kesmas : 2 orang, gizi : 3 orang,
sanitarian : 2 orang, pranata laboratorium : 1 orang, tenaga administrasi : 5
orang. Kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas Oesapa meliputi 3
program utama yang terdiri dari Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Esensial, Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan, dan Upaya
Kesehatan Masyarakat Perseorangan. Upaya wajib program yang ada di
51

Puskesmas Oesapa yaitu Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),


Pelayanan Gizi, Pelayanan Promosi Kesehatan, Pelayanan Kesehatan
Lingkungan, dan Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Puskesmas Oesapa juga memiliki 40 posyandu balita yang tersebar
diseluruh wilayah kerjanya
4.1.2 Data Umum
Dibawah ini akan disajikan data umum mengenai karakteristik responden
(ibu menyusui) berdasarkan usia dan dan hubungan dengan orang yang
tinggal bersama di wilayah kerja Puskesmas Oesapa Kota Kupang, yang
diidentifikasi mulai tanggal 7 April sampai dengan 25 Mei 2022
4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia di Puskesmas Oesapa
pada tanggal 7 April sampai dengan 25 Mei 2022
No Usia Frekuensi (n) Presentase (%)
1 19-24 Tahun 11 11
2 25-35 Tahun 48 49
3 36-40 Tahun 25 26
4 41-45 Tahun 13 14
Total 97 100
Sumber: Data Primer, Mei 2022
Tabel 4.1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan usia mayoritas
berusia 25-35 tahun yaitu 48 responden (49%).
4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan dengan Orang
yang Tinggal Bersama
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan hubungan dengan orang yang
tinggal bersama di Puskesmas Oesapa pada tanggal 7 April
sampai dengan 25 Mei 2022
No Hubungan dengan Frekuensi (n) Presentase (%)
orang yang tinggal
bersama
1 Suami 50 50
2 Orang tua 27 27
3 Mertua 20 23
Total 97 100
Sumber: Data Primer, Mei 2022
Tabel 4.2 menunjukkan distribusi responden mayoritas yang tinggal
bersama suami yaitu 50 responden (50%).
52

4.1.3 Data Khusus


4.1.3.1 Gambaran Peran Keluarga Pada Ibu Menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Oesapa Kota Kupang
Tabel 4.3 Gambaran Peran Keluarga Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja
Puskesmas Oesapa Kota Kupang Tahun 2022

No Peran Keluarga Frekuensi (n) Presentase (%)


1 Berperan aktif 92 94,8
2 Berperan pasif 5 5,2
Total 97 100,0
Sumber: Data Primer, Mei 2022
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapatkan
peran yang aktif dari keluarga yaitu sebanyak 92 responden (94,8 %).
4.1.3.2 Gambaran Self-efficacy Pada Ibu Menyusui di wilayah kerja
Puskesmas Oesapa Kota Kupang
Tabel 4.4 Gambaran Self-efficacy Pada Ibu Menyusui Dalam Memberikan ASI
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Oesapa Kota Kupang Tahun
2022
No Self efficacy Frekuensi (n) Presentase (%)
1 Baik 71 73,2
2 Kurang 26 26,8
Total 97 100,0
Sumber: Data Primer, Mei 2022
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki self
efficacy yang baik yaitu sebanyak 71 responden (73,2 %) 8 %).
4.1.3.3 Hubungan Peran Keluarga Dengan Self-efficacy Pada Ibu Menyusui
Dalam Memberikan ASI Eksklusif Di Puskesmas Oesapa Kota
Kupang
Tabel 4.5 Hubungan peran keluarga dengan self-efficacy Pada Ibu Menyusui
Dalam Memberikan ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Oesapa Kota Kupang Tahun 2022
Self-efficacy
Peran Keluarga Baik Kurang Total P value
N % N % N %
Aktif 70 72,16 22 22,68 92 94,84
0,006
Pasif 1 1,03 4 4,13 5 5,16
Total 71 73,19 26 26,81 97 100
Sumber: Data Primer, Mei 2022
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hasil uji statistik chi-
square menunjukkan bahwa tingkat signifikan korelasi atau nilai p < α
dengan hasil riil menunjukkan p = 0,006 sedangkan nilai α = 0,05. Hasil
53

tersebut menunjukkan bahwa H1 diterima yang berarti ada hubungan


peran keluarga dengan self-efficacy pada ibu menyusui dalam memberikan
ASI eksklusif di Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Peran Keluarga Pada Ibu Menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Oesapa Kota Kupang
Berdasarkan data hasil penelitian mayoritas responden mendapatkan
peran yang aktif dari keluarga yaitu sebanyak 92 responden (94,8%),
sedangkan responden yang mendapatkan peran yang pasif dari keluarga
berjumlah 5 responden (5,2%). Dari 15 pertanyaan pada kuisoner peran
keluarga didapatkan bahwa 92 responden menjawab suami atau keluarga
terdekat yang tinggal bersama selalu ada dan siap sedia membantu ibu
misalnya membantu ibu melakukan pekerjaan rumah, membantu
menyiapkaan makan bagi ibu ketika fisik ibu masih lemah dan juga suami
selalu bangun dan menenangkan bayi pada malam hari ketika bayi bangun.
Keluarga merupakan dua individu atau lebih yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan,
dimana fungsi keluarga antara lain fungsi afektif yang berhubungan dalam
pemenuhan kebutuhan psikososial serta kesehatan (King, 2015). Peran
keluarga terhadap ibu setelah melahirkan memainkan peran penting dalam
pemberian ASI, dimana masa setelah melahirkan merupakan masa adaptasi
bagi ibu dan keluarga, ibu setelah melahirkan harus mampu beradaptasi
fisik dan psikologis terhadap peran baru, salah satu peran ibu yang baru saja
melahirkan adalah memberikan nutrisi yang baik pada bayi, selama
menyusui juga merupakan pengalaman yang unik dari masing-masing ibu,
kemungkinan mengalami kendala, kesulitan dan hambatan sangat
memerlukan bantuan atau dukungan dari keluarga terutama bagi ibu yang
belum berpengalaman (Proverawati & Kusuma, 2017).
Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian Rosita (2017)
menunjukkan bahwa dari 82 orang didapatkan 22 (26,8%) ibu tidak adanya
54

peranan dari orang tua dalam pemberian ASI Eksklusif sedangkan 60 orang
(73,2%) mendapatkan peranan aktif dari orang tua dalam pemberian ASI
eksklusif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suharti (2018) di
Puskesmas Ranotana Weru juga menunjukkan bahwa peranan aktif keluarga
dalam pemberian ASI Eksklusif yang baik sebanyak 70 orang (68,0%)
sedangkan sebanyak 33 orang (32,0%) peranan keluarga pasif. Rendahnya
pemberian ASI merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak yang akan
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas sumber daya
manusia secara umum (Hidayah, 2018). Pengetahuan tentang dukungan
anggota terdekat (keluarga) mempunyai peran penting terhadap
keberhasilan dalam pembeian ASI eksklusif kepada ibu menyusui,
dukungan anggota terdekat seperti keluarga, dorongan dan nasihat kepada
ibu dalam situasi motivasi atau pengambilan keputusan dari luar (Chaplin
dalam Anka, 2017). Dukungan sosial dari anggota terdekat (keluarga)
mempunyai arti berbeda pada masing-masing individu, dukungan sosial
anggota terdekat (keluarga) yang sangat besar dari dukungan suami (Roesli,
2009 dalam Fauzianty & Fitriahadi, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori di atas penulis
berpendapat bahwa dukungan keluarga sangat mendukung keberhasilan
pemberian ASI eksklusif. Dari data yang ditemukan bahwa dari 97
responden sebanyak 50 ibu tinggal serumah dengan suaminya sehingga ibu
lebih merasa nyaman dan terbantu dalam memberikan ASI eksklusif. Hal
tersebut sesuai dengan teori Andarmoyo (2012), yang menyatakan bahwa
peran keluarga dalam pemberian ASI eksklusif adalah keikutsertaan
keluarga dan suami untuk memberikan motivasi, informasi dan bantuan bagi
ibu menyusui agar memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan lainnya
selama 6 bulan. Ibu yang sedang menyusui sangat membutuhkan dukungan
baik dari suami, orang tua, dan kerabat dekatnya, peranan keluarga terhadap
berhasil atau tidaknya seorang ibu memberikan ASI eksklusif sangat besar,
ibu yang mendapat dukungan dari orangtua agar tidak menyarankan untuk
memberikan susu formula atau makanan tambahan sejak dini berpeluang
55

besar untuk memberikan ASI eksklusif, orang tua berperan dalam


menentukan keberhasilan ibu dalam memberikan ASI kepada anaknya.
4.2.2 Self-efficacy Pada Ibu Menyusui di wilayah kerja Puskesmas Oesapa
Kota Kupang
Berdasarkan data hasil penelitian mayoritas responden memiliki self-
efficacy yang baik yaitu sebanyak 71 responden (73,2%), sedangkan
responden yang memiliki self-efficacy yang kurang yaitu sebanyak 26
responden (26,8%). Dari 12 pertanyaan pada kuisoner self-efficacy
responden memiliki keyakinan yang tinggi bahwa ia bisa memberikan dan
memenuhi kebutuhan ASI bagi bayinya. Kegigihan dan semangat yang kuat
dalam mencoba meskipun ada rasa sakit dan masalah lain yang harus di
hadapi ibu dalam proses menyusui sama sekali tidak memudarkan semangat
ibu dalam memberikan ASI eksklusif bagi bayinya.
Self-efficacy merupakan keyakinan diri seseorang akan
kemampuannya untuk berhasil dalam situasi tertentu (Bandura, 1978). Self-
efficacy merujuk pada keyakinan individu bahwa mampu mengerjakan
tugas, mencapai sebuah tujuan atau menatasi sebuah hambatan. Self-efficacy
dalam menyusui atau Breastfeeding Self-efficacy (BSE) merupakan
keyakinan ibu dalam menyusui bayinya. Self-efficacy dalam menyusui
mengacu pada kemampuan atau kepercayaan diri ibu untuk menyusui
bayinya dan memengaruhi keputusannya tentang menyusui seperti apakah
akan menyusui atau tidak, berapa banyak usaha yang akan dilakukan untuk
menyusui dan bagaimana menanggapi tantangan yang dihadapi (Vincent,
2015)
Self-efficacy berhubungan positif dengan durasi menyusui. Hal ini
terkait dengan kepercayaan diri dan ditingkatkan ketika ibu berhasil
menyusui di periode postnatal awal, keberhasilan ini berasal dari keyakinan
akan nilai gizi ASI dan persepsi pasokan ASI yang cukup dengan sering
menyusui, kegigihan dalam mencoba meskipun ada rasa sakit dan masalah
lain, dan menyesuaikan menyusui dengan rutinitas sehari-hari, ketika ibu
merasa kompeten dalam menyusui, mereka bersedia dan mendukung diri
sendiri untuk terus menyusui (Lau et al., 2018). Penelitian Rai & Yimyam
56

(2019) menunjukkan bahwa ibu menyusui eksklusif memiliki skor


breastfeeding self-efficacy yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang
menyusui parsial dan tidak menyusui (p=0.001).
Menurut Blyth et al., dalam Rahayu (2018) faktor pribadi menjadi
yang paling penting dalam mempengaruhi keputusan ibu untuk memulai
dan mempertahankan menyusui, faktor-faktor pribadi yang dapat
mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI yaitu self efficacy dan/atau
pengetahuan tentang menyusui (Kanhadilok & McGrath, 2015). Self-
efficacy menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian
ASI, Self-efficacy merupakan keyakinan diri seseorang akan kemampuannya
dalam melakukan suatu tindakan (Sukmawati dan Rachmawati, 2017). Hasil
penelitian lain mendapatkan hasil bahwa ibu yang mempunyai self-efficacy
yang tinggi cenderung untuk tetap menyusui selama 4 bulan, ibu dengan
self-efficacy yang rendah terbukti cenderung menggunakan teknik alternatif
untuk menyusui bayinya ketika menghadapi masalah selama menyusui.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori di atas, penulis
berpendapat bahwa salah satu peran self-efficacy sebagai penentu besarnya
usaha dan daya tahan dalam mengatasi hambatan dan situasi yang tidak
menyenangkan untuk memberikan ASI. Dari data yang ada di dikuisoner
didapatkan bahwa dari 97 responden lebih dominan ibu yang berumur 25-35
tahun yaitu sebanyak 48 orang sehingga menyebabkan mental dan kesiapan
ibu lebih matang dalam memberikan yang terbaik bagi bayinya termasuk
asupan nutrisi sehingga hal ini sangat berpengaruh pada tingginya self-
efficacy ibu sendiri. Self-efficacy ibu untuk memberikan ASI yang tinggi
akan menurunkan kecemasan yang menghambat ibu untuk menyusui,
sehingga mempengaruhi daya tahan ibu untuk dapat tetap memberikan ASI.
Ibu yang memiliki self-efficacy yang tinggi untuk menyusui cenderung akan
menunjukkan usaha yang lebih keras dari pada ibu yang memiliki self-
efficacy rendah.
57

4.2.3 Hubungan peran keluarga dengan Self-efficacy pada ibu menyusui


dalam memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Oesapa Kota Kupang
Dari hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa tingkat
signifikan korelasi atau nilai p < α dengan hasil riil menunjukkan p = 0,006
sedangkan nilai α = 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H1 diterima
yang berarti ada hubungan peran keluarga dengan self-efficacy pada ibu
menyusui dalam memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Oesapa Kota
Kupang yang dapat dilihat dari jawaban responden pada kuisoner Peran
keluarga dan kuisoner self-efficacy.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Vitasari (2018) yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap
efikasi diri ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif, adanya
dukungan keluarga dapat meningkatkan efikasi diri ibu dalam memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya, tanpa dukungan keluarga ibu akan merasa
berjuang sendiri dalam menyusui sehingga ibu akan mudah menyerah
memberikan ASI eksklusif apalagi disaat ibu harus menghadapi berbagai
masalah yang muncul saat proses menyusui. Penelitian Nurlinawati (2016),
menyatakan bahwa semakin baik dukungan yang diberikan oleh keluarga
maka semakin baik sikap ibu dalam memberikan ASI eksklusif, ibu yang
mendapat dukungan informasi dari keluarga berupa nasehat, pengarahan,
atau pemberian informasi yang cukup terkait dengan ASI eksklusif akan
termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya, semakin baik
dukungan yang diberikan oleh keluarga maka semakin baik sikap ibu dalam
memberikan ASI eksklusif, ibu menyusui dapat mengalami hambatan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari baik untuk diri sendiri maupun bayinya,
sehingga membutuhkan bantuan dari keluarga, semakin baik dukungan
instrumental keluarga, maka semakin baik kondisi yang dialami oleh ibu
dalam pemberian ASI eksklusif ibu yang mendapatkan dukungan emosional
dari keluarga juga akan merasa berguna dan berarti untuk keluarga sehingga
akan meningkatkan harga diri dan motivasi ibu dalam upaya meningkatkan
pemberian ASI ekslusif, selain itu ibu yang mendapatkan dukungan
penghargaan dari keluarga berupa pujian, dorongan, reinforcement positif
58

yang diberikan keluarga atas tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif,
akan termotivasi untuk merubah perilaku pemberian ASI secara ekslusif
menjadi lebih baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori di atas, penulis
berpendapat bahwa keluarga merupakan pengaruh utama dalam hal
menyusui, bahkan yang menentukan keputusan untuk menyusui atau tidak
dan keberlanjutan menyusui. Hal ini karena mereka merupakan penyedia
dukungan emosional dan informasi yang penting bagi ibu menyusui.
Dengan penghargaan yang sebaiknya diterima oleh responden dari anggota
keluarga adalah pujian dan pernyataan anggota keluarga yang
mengharapkan responden untuk selalu memberikan ASI Eksklusif.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang disampaikan pada
bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan dari penelitian ini antara lain:
5.1.1 Mayoritas responden mendapatkan peran yang aktif dari keluarga yaitu
sebanyak 92 responden, sedangkan responden yang mendapatkan peran
pasif dari keluarga berjumlah 5 responden.
5.1.2 Mayoritas responden memiliki self-efficacy yang baik yaitu sebanyak 71
responden, sedangkan responden yang memiliki self-efficacy kurang yaitu
sebanyak 26 responden.
5.1.3 Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa tingkat signifikan korelasi
atau nilai p < α dengan hasil riil menunjukkan p = 0,006 sedangkan nilai α =
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H1 diterima yang berarti ada
hubungan peran keluarga dengan self-efficacy pada ibu menyusui di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang.
5.2 Saran
5.2.1 Puskesmas Oesapa Kota Kupang
Diharapkan petugas Puskesmas dapat memberikan informasi melalui
penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya peran keluarga dalam kesiapan
ibu menyusui
5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian lebih
lanjut tentang peran keluarga pada ibu yang sedang menyusui.
5.2.3 Bagi keluarga responden
Diharapkan keluarga responden yang kurang berperan aktif dalam
membantu ibu menyusui agar lebih meningkatkan lagi peran aktif keluarga
terhadap ibu yang sedang menyusui
60

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, F & Rachmawati. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Riset


Keperawatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Agustin, E. D. ( 2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Breastfeeding Self-Efficacy Di Puskesmas Sreseh Kabupaten Sampang.
Diakses pada tanggal 14 November 2021 Jam 23.00 WITA

Almatsier, S. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta, 2011.


Andarmoyo & Sulistiyo.(2012). Keperawatan Keluarga Konsep Teori Proses
Dan Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anjarsari, L. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap ASI Eksklusif


Dengan Pemberian MP-ASI Pada Ibu Bekerja Di Desa Rembes
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Diakses pada tanggal 17
Desember 2021 Jam 20.00 WITA

Bandura. (1997). Self-efficacy (The Exercise Of Countrol). New York : W. H


Freeman And Company

Conde, R. (2017). Breastfeeding Self-Efficacy And Length Of Breastfeeding


Among Adolescent Mother. Acta Paul Enferm, 30(4) : 383-9

Depertemen Kesehatan RI. (2012). Interprestasi Indikator Petumbuhan. Jakarta.

Dennis, CL & McQueen, K (2010). The Relationship Between Infant-Feeding


Outcomes And Postpartum Depression : A Qualitative Systematic
Review. Pediatrics, vol. 123, no. 4. Diakses pada tanggal 21 November
2019 Jam 22.00 WITA

Dinaskesehatan. (2016). Profil Kesehatan Kota Kupang.


Dion Y, Betan Y. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep Dan Praktik.
Yogyakarta :Nuhu Medika

Febriana. (2015). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Perkembangan


Bayi Usia 9-12 Bulan Di Puskesmas Gampling Sleman. Diakses pada
tanggal 14 November 2019 Jam 22.00 WITA

Feist, J& Feist, G. J. (2014). Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika

Friedman. (2010). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta : EGC

Hani, R. U. (2014). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Keberhasilan


Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Primipara Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan. Diakses pada tanggal 13 Oktober Jam 21.00 WITA

Harmoko.(2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


61

Hasdianah, dkk.(2015). Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Yogyakarta:


Nuha Medika

Hidayat, A. A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. A. A. (2012). Riset Keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah.


Jakarta: Salemba Medika

Indonesia, Bidan dan Dosen Kebidanan. (2018). Kebidanan : Teori dan Asuhan
Volume 2. Jakarta : EGC

Jacob, D. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures. Tanggerang : Binarupa


Aksara.

Komalasari, M. (2016). Gambaran Tingkat Self-Efficacy Ibu Post Seksio Saserea


Saat Menyusui Di RSKIA Kota Bandung. Diakses pada tanggal 2
November 2018 Jam 22.21 WITA

Kronborg, H.,Michael, Jorn &Inggerd H. (2007). Health Visitors And


Breasfeeding Support : Influence Of Knowledge And Self-Efficacy.
European Journal Of Public Health

Lestari, D. (2014). Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang air susu ibu dan
pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Fajar
Bulan. Medical Jurnal of Lampung University
M. Sastrapratedja. (2010). Etika Dan Hukum. Yogyakarta
Maritalia,Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yokyakarta : Nuha Medika
Maghfuroh, Lilis. (2013). Hubungan Peran Keluarga Dengan Pemberian ASI
eksklusif Di Desa Krangkong Kecamatan Kepoh baru Kabupaten
Bojonegoro. Diakses pada tanggal 15 November 2018 Jam 20.30 WITA
Mubarak. (2011). Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurlinawati, W. (2016). Pemberian ASI Eksklusif Perlu Motivasi Dan Dukungan
Keluarga. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2018 Jam 19.00 WITA
Nuryanti, L. (2007). Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas & Dukungan Keluarga
Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Jagir Surabaya. Diakses
pada tanggal 8 Oktober 2018 Jam 18.45 WITA
Nursalam . (2008). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta :Salemba Medika
Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika.
62

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 4. Jakarta:


Salemba Medika.
Padila.(2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

Perinasia. (2010). Program Manjemen Laktasi. Jakarta : Bina Rupa Aksara

Pradanie, R. (2015). Paket Dukungan Terhadap Breastfeeding Self-Efficacy Dan


Keberhasilan Menyusui Pada Ibu Post Partum. Ners, 10 (1), pp. 20-29
Pratidina, A. F. (2017). Breastfeeding Self Efficacy Pada Ibu Post Partum Di Rs
PKU Muhammadiyah Gombong. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2018
Jam 23.00 WITA
Priyoto. (2014). Teori Sikap Dan Perilaku DalamKesehatan. Yogyakarta :Nuha
Medika
Putra, Muhammad. (2018). Hubungan antara dukungan sosial dengan
Breastfeeding Self Efficacy Pada Ibu Menyusui. Diakses pada tanggal 19
September 2018 Jam 10.00 WITA
Rizky, F. A. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan Keluarga
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan. Diakses
pada tanggal 4 November 2018 Jam 21.00 WITA
Roesli,U. (2007). Mengenal ASI ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.
Sakttianingsih, V. (2009). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Suami Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2018 Jam
18.30 WITA
Saleha Sitti. (2013). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Santrock, W. John. (2009). Educational Psychology. Jakarta :Salemba Humanika
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi 1. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
Spaulding, M. C. D., Gore, R. (2009). Breastfeeding self-efficacy in women of
African descent. JOGNN, 38, (2)
Sujarweni, Wiratna. (2015). SPSSUntuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka baru
Press
Sulistyawati. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Andi R.
Takariyana, A. Hubungan Antara Dukungan Sosial Suami Dengan Kepercayaan
Diri Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Colomandu 1.
Diakses pada tanggal 20 Desember 2018 Jam 21.30 WITA
Vitasari, Dian. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Efikasi Diri Ibu
Menyusui Dalam Memberikan ASI eksklusif. Diakses pada tanggal 28
November 2018 Jam 23.00 WITA
63

Walyani, S. Elisabeth. (2015). Perawatan Kehamilan Dan Menyusui Anak


Pertama Agar Bayi Lahir Dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta :Pustaka Baru
Press
Wardani, T. (2017). Hubungan Peran Ayah Asi Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Di Wilayah Kerja Puskesmas Dlingo 1 Yogyakarta. Diakses pada tanggal
12 November Jam 19.00 WITA
Wawan, A & Dewi, M. (2010).Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
WHO. (2015). Health in 2015: from MDGs, Millenium Development Goals to
SDGs, Sustainable Develoment Goals. France: WHO Library
Cataloguing-in-Publication Data. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2018.
Jam 20.30 WITA

Lampiran 1 Surat Pengambilan Data Awal


64

Lampiran 2
65

Lembar Permohonan Menjadi Responden

Kepada
Yth. Calon Responden
Di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Lince Christin Ivoni Mba’u
NIM : 171112017
Adalah Mahasiswi Program Ners Prodi Keperawatan Universitas Citra
Bangsa yang akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Peran Keluarga
Dengan Self-Efficacy Pada Ibu Menyusui Dalam Memberikan ASI eksklusif di
Puskesmas Oesapa Kota Kupang”. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi
tenaga kesehatan, institusi, dan untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan.
Untuk itu saya mohon partisipasi Ibu untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh peneliti. Saya menjamin kerahasiaan jawaban Ibu, untuk itu saya
mohon agar tidak mencantumkan nama tetapi hanya inisial nama. Informasi yang
Ibu berikan akan digunakan dalam pengembangan ilmu keperawatan dan tidak
akan digunakan untuk maksud-maksud lain.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya
mohon kesediaan Ibu untuk menandatangi persetujuan yang telah disediakan.
Atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih

Kupang, April 2022


Hormat Saya

Lince Christin Ivoni Mba’u


171112017

Lampiran 3
66

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, atas nama sendiri


menyatakan setuju atau bersedia untuk ikut berpartisipasi sebagai peserta
penelitian “Hubungan Peran Keluarga Dengan Self-Efficacy Pada Ibu
Menyusui Dalam Memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Oesapa Kota
Kupang” yang dilakukan oleh Lince Christin Ivoni Mba’u dalam
menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiwa Program Studi Ners
Universitas Citra Bangsa
Atas dasar pemikiran bahwa penelitian ini dilakukan untuk
pengembangan Ilmu Keperawatan dan bagi kesehatan, maka saya
memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden.

Kupang,…………..2022
Menyetujui
Responden

(…………………………)
67

Lampiran 4

KUISIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN SELF-EFFICACY PADA


IBU MENYUSUI DALAM MEMBERIKAN ASI ESKLUSIF DI
PUSKESMAS OESAPA KOTA KUPANG

A. Data Umum

No. Responden :
Nama ibu (inisial) :
Umur :
Suku :
Pendidikan terakhir :
Jumlah anak :
Sumber informasi ASI :
eksklusif
Tinggal bersama : Suami
Orangtua
Mertua
Lain-lain

B. Kuisoner self-efficacy dalam pemberian ASI eksklusif


Tes ini terdiri dari pernyataan-pernyataan. Disetiap pernyataan terdapat
pilihan jawaban sebagai berikut :

STY : Sangat tidak Yakin


TY : Tidak Yakin
KY Kurang Yakin
Y : Yakin
SY : Sangat Yakin
68

Tugas anda adalah memberi tanda centang (√) pada salah satu kolom
jawaban yang menurut anda sesuai pendapat anda. Jawaban anda akan
dirahasiakan dan nama anda tidak akan disebutkan.

No Pilihan jawaban
Pernyataan
STY TY KY Y SY
1 Saya merasa bahwa bayi saya
mendapatkan cukup ASI
Saya tetap dapat menyusui bayi
2 saya walaupun banyak hal yang
saya lakukan
3 Saya memberikan ASI kepada bayi
saya tanpa tambahan susu formula
Saya memastikan bahwa bayi saya
4 tidak mendapatkan makanan
apapun selain ASI
Saya mampu mengelola keadaan
5 saat menyusui untuk kenyamanan
saya
6 Saya akan tetap menyusui bayi saya
bahkan saat bayi saya menangis
Saya tetap nyaman dalam menyusui
7 saat ada anggota keluarga atau
orang lain disekitar saya
8 Saya puas dengan pengalaman
menyusui saya
Saya memberikan ASI kepada bayi
9 saya dengan satu payudara sampai
habis lalu beralih ke payudara
sebelahnya
10 Saya terus menyusui bayi saya
untuk memberikan makanan
11 Saya mampu memenuhi keinginan
menyusu bayi saya
12 Saya mengetahui tanda ketika bayi
saya selesai menyusu
69

No.Responden

KUISONER PERAN KELUARGA

A. Data Umum

Nama :
Umur :
Pendidikan terakhir :
No :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :

Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah pertanyaan yang ada dengan teliti agar benar-benar di mengerti
2. Untuk menjawab pertanyaan, berikan tanda centang (√) pada kolom
pilihan jawaban yang tersedia untuk jawaban yang dianggap paling
tepat
3. Bertanyalah pada peneliti jika ada kesulitan dalam menjawab
pertanyaan
70

B. Lembar Kuisoner Peran Keluarga Untuk Responden

No Item Pertanyaan Ya Tidak


1 Keluarga memberitahu pada ibu bahwa bayi usia 0-6
bulan hanya diberikan ASI saja tanpa boleh makanan
lain seperti susu formula, pisang, air putih dan bubur
nasi
2 Suami mencari informasi dari luar (seperti buku,
internet, majalah, tv) tentang cara pemberian ASI
eksklusif
3 Suami menghidupkan tv atau musik dirumah agar
suasana nyaman ketika ibu menyusui bayi
4 Keluarga terlihat senang dan memberikan pujian
ketika ibu sedang menyusui bayi
5 Suami menyakinkan ibu bahwa ibu dapat
memberikan ASI eksklusif pada bayinya
6 Keluarga mengingatkan ibu untuk menyusui bayi
setiap dua jam sekali
7 Suami memberikan dukungan terhadap keputusan ibu
untuk memberikan ASI eksklusif
8 Suami membantu ibu mencarikan tempat yang
nyaman untuk menyusui bayi ketika di luar rumah
9 Keluarga membantu ibu melakukan tugas rumah
tangga (memasak, mencuci pakaian) pada saat bayi
berusia 0-6 bulan
10 Keluarga memberitahu cara merawat payudara pada
saat menyusui
11 Keluarga membagikan pengalaman menyusui kepada
ibu
12 Suami menjaga perasaan ibu dan menyenangkan hati
ibu pada saat proses menyusui
13 Suami mendampingi ibu untuk konsultasi kepada
tenaga kesehatan ketika menemukan permasalahan
menyusui
14 Suami menyediakan makanan bergizi bagi ibu selama
memberi ASI
15 Suami bangun ketika bayi menangis pada malam hari
71

Lampiran Tabel Frekuensi


Frequency table

usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 19 - 24 tahun 11 11 11 11.3

25 - 35 tahun 48 49 49 60.8

36 - 40 tahun 25 26 26 86.6

41 - 45 tahun 13 14 14 100.0

Missing System 0 0

Total 97 100.0 100.0

Lampiran Deskripsi Jawaban


Kuesioner Peran Keluarga

Nomor Soal Responden yang menjawab Ya Responden yang menjawab Tidak

1 92 5

2 66 31

3 51 46

4 84 13

5 88 9

6 69 28

7 86 11

8 85 12

9 83 14
72

10 77 20

11 93 4

12 87 10

13 81 16

14 92 5

15 91 6

Kuesioner Self Efficacy

Nomor Soal Sangat tidak Tidak yakin Kurang Yakin Sangat


yakin yakin yakin

1 4 0 16 40 37

2 7 15 6 50 19

3 15 7 3 43 29

4 0 10 18 38 31

5 4 0 14 56 23

6 11 14 18 30 24

7 5 11 34 33 14

8 15 7 17 28 30

9 9 19 17 45 7

10 8 0 15 45 29

11 7 4 10 45 31

12 9 9 11 49 19

Lampiran Analisa Data


Ouput peran keluarga
73

interpretasi jawaban

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid aktif: menjawab lebih dari 7


92 94.8 94.8 94.8
pertanyaan (>50%)

pasif:menjawab kurang dari


atau sama dng 7 pertanyaan 5 5.2 5.2 100.0
(<50%)

Total 97 100.0 100.0

Output data self efficacy

interpretase skor

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik (<60%) 71 73.2 73.2 73.2

Kurang (>60%) 26 26.8 26.8 100.0

Total 97 100.0 100.0


74

Hasil uji chi-square peran keluarga terhadap Hubungan Peran Keluarga

Dengan Self-Efficacy

Pada Ibu Menyusui Dalam Memberikan ASI Eksklusif

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

peran keluarga * self efficacy 97 100.0% 0 .0% 97 100.0%

peran keluarga * self efficacy Crosstabulation

Count

self efficacy

baik kurang Total

peran keluarga aktif 70 22 92

pasif 1 4 5

Total 71 26 97
75

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 7.604a 1 .006

Continuity Correctionb 5.014 1 .025

Likelihood Ratio 6.554 1 .010

Fisher's Exact Test .017 .017

Linear-by-Linear Association 7.525 1 .006

N of Valid Casesb 97

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,34.

b. Computed only for a 2x2 table


76

Lampiran 11

Anda mungkin juga menyukai