Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK II

PENINGKATAN KESEHATAN TODDLER DAN KELUARGA

DISUSUN OLEH :
Elmiyati
Ida Farida
Oman Fathurohman
Siti Paryati
Suaidah
Wina Lidiawati
Yamuju
Yumeida Sunardi Putri

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat untuk mengoptimalkan kesehatan melalui
kegiatan penyuluhan, penyebarluasan informasi, atau kegiatan lain untuk menunjang
tercapainya hidup sehat.( undang-undang republik indonesia nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan)
Anak usia toddler merupakan anak yang berada di rentang usia 12-36 bulan
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013). Anak usia toddler adalah anak yang berada pada
usia 1-3 tahun (Wong, 2008). Salah satu hal yang penting untuk dipantau adalah
perkembangan anak khususnya pada anak usia toddler. Usia toddler merupakan masa
golden period/periode keemasan bagi kecerdasan anak, termasuk juga perkembangan
anak (Loeziana Uce, 2015).
Keluarga adalah suatu unit yang terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang hidup terkumpul dan tinggal di sebuah tempat serta satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan satu sama lain, mulai dari anak bergantung kepada ayah,
ibu, kakak, abang ataupun sebaliknya dan semua saling membutuhkan. Keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi seorang anak, sehingga kedudukan
sebuah keluarga dalam perkembangan psikologis seorang anak sangatlah dominan
(Andriyani, 2016).
Berdasarkan penjabaran tersebut, penyusun tertarik menyusun makalah terkatit
“peningkatan kesehatan toddler dan keluarga”
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana peningkatan kesehatan Toddler dan Keluarga
C. TUJUAN
1. Tujuan umum: Guna peningkatan kesehatan toddler dan keluarga
2. Tujuan Khusus :
a. Nutrisi pada masa toddler
b. Tidur dan aktivitas pada masa toddler
c. Kesehatan gigi pada masa toddler
d. Pencegahan cedera pada masa toddler
e. Panduan dan antisipasi keluarga
D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis Selaku informasi untuk tenaga kesehatan/ keperawatan terkait
peningkatan kesehatan toddler dan keluarga
2. Manfaat Praktis
a. Bagi keluarga Selaku informasi terkait pentingnya peningkatan kesehatan
toddler dan keluarga
b. Bagi Penyususn Menambah wawasan ilmu pengetahuan serta pengalaman
pada pengaplikasian teori yang sudah diperoleh semasa pembelajaran di
kampus, utamanya penyusun terkait peningkatan kesehatan toddler dan
keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nutrisi pada masa toddler
Nutrisi merupakan substansi organik yang dibutuhkan oleh tubuh toddler. Asupan zat gizi
makronutrien dibutuhkan oleh tubuh sebagai penghasil energi. Energi yang dihasilkan ikut
mempengaruhi status nutrisi anak.
Sebagian besar anak toddler memiliki kecukupan zat makronutrien baik karbohidrat,
lemak dan protein sebesar 93,3%. Namun, 6,7% anak memiliki kekurangan zat
makronutrien. Tercukupinya kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan makan makanan
yang beraneka ragam serta mengkonsumsi bahan makanan yang memiliki kandungan
sumber karbohidrat, protein dan lemak. Asupan zat gizi makronutrien yang tidak
mencukupi kebutuhan tubuh dapat menyebabkan energi yang dihasilkan kurang dari
energi yang dibutuhkan menyebabkan ketidakseimbangan energi sehingga gizi kurang
dapat terjadi( jurnal.unmuhjember.ac.id)
Status Gizi, makanan memegang peranan penting dalam perkembangan anak, dimana
kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, status gizi yang kurang akan
mempengaruhi kekuatan dan kemampuan motorik kasar anak. Perkembangan anak yang
baik dipengaruhi oleh asupan gizi yang seimbang, baik kualitas maupun kuantitasnya,
yang meliputi 4 sehat 5 sempurna (Widyastutik dan Widyani, 2010).
Golden period atau periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa bayi dan anak
memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk perkembangan optimal. Gizi yang baik sangat
diperlukan dalam hal perkembangan otak yang dapat menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh
makanan sesuai dengan kebutuhan gizinya maka golden period akan berubah menjadi
periode kritis yang mengganggu perkembangan bayi dan anak pada masa ini maupun
masa selanjutnya (Depkes RI, 2005).
Untuk pertumbuhan yang optimal dibutuhkan nutrisi makro, yaitu karbohidrat, protein,
lemak. Serta membutuhkan nutrisi mikro, yaitu vitamin dan mineral. Tanpa bermaksud
mengabaikan nutrisi lainnya, tetapi ada dua nutrisi penting untuk pertumbuhan fisik yang
optimal yaitu protein dan kalsium.

a) Makro nutrisi

 Protein menjadi salah satu kebutuhan nutrisi pada anak untuk mendukung
pertumbuhan fisik yang optimal, pertumbuhan jaringan dan otot. Protein dapat
diperoleh dari hewani dan nabati seperti susu, telur, keju, daging, ayam, ikan, tahu,
dan tempe. Asupan protein yang dibutuhkan oleh anak adalah sebesar 9-15% dari
total kebutuhan energi/hari.
 Karbohidrat berguna sebagai sumber energi yang dibutuhkan untuk beraktivitas.
Sumber karbohidrat adalah beras, gandum, kacang-kacangan, dan tepung. Asupan
karbohidrat yang dibutuhkan adalah sebesar 45-55%.
 Lemak berguna sebagai sumber energi. Lemak banyak terkandung di dalam susu,
kacang-kacangan, minyak, dan mentega. Asupan lemak yang dibutuhkan sebesar
35-45%.
b) Mikro Nutrisi

 Vitamin sangat dibutuhkan tubuh dan memiliki peranan penting dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi pada anak serta mengatur proses metabolisme tubuh. Secara
umum Vitamin tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Tiap-tiap vitamin mempunyai
fungsi dan tugas yang spesifik.
 Mineral memiliki fungsi-fungsi bagi tubuh manusia untuk membantu proses
metabolisme. Mineral tidak dapat diproduksi oleh tubuh, sehingga membutuhkan
asupan dari luar.
 Kalsium berperan dalam pembentukan tinggi serta mempertahankan kepadatan
tulang dan gigi. Sumber makanan yang banyak mengandung kalsium adalah susu,
yoghurt, keju, dan jeruk. Kebutuhan mikro nutrisi pada anak berbeda-beda
tergantung dari usia dan jenis kelamin. Kekurangan nutrisi tersebut tentunya dapat
berdampak malnutrisi pada anak.

B. Tidur dan aktivitas pada masa toddler


Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih
lama dari keterjagaan. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun ( Mubarak & Chayatin, 2008)
Kebutuhan tidur pada toddler (1-3 tahun) menurun menjadi 10–12 jam sehari. Sekitar
20–30 % tidurnya adalah tidur REM, banyak. Tidur siang dapat hilang pada usia 3 tahun,
karena sering terbangun pada malam hari yang menyebabkan mereka tidak ingin tidur
pada malam hari (Asmadi, 2008).
Kemampuan anak untuk menjalankan segala kegiatannya tergantung dari seberapa
banyak tidur yang didapatnya. Bila anak tidak cukup tidur, dia mudah lelah sehingga
rewel, menangis dan sulit mengerti keadaan disekelilingnya. Setiap anak memerlukan
waktu tidur yang berbeda, jadi berapa banyak waktu tidur yang diperlukan oleh setiap
anak akan bervariasi. Ada anak yang memerlukan waktu tidur lebih banyak
dibandingkan yang lain (Suririnah, 2010).
Umumnya, anak setelah berusia satu tahun membutuhkan waktu tidur sekitar 13-14 jam
sehari yang terbagi menjadi 11-12 jam tidur malam hari dan 2-3 jam tidur siang. Waktu
tidur siang ini biasanya terbagi kembali menjadi 2 kali waktu tidur, pagi dan sore hari,
dengan waktu yang bervariasi antara 1 sampai 1,5 jam. Namun ada juga anak usia satu
tahun yang menunjukkan bahwa dia siap hanya tidur satu kali di siang hari, biasanya
setelah selesai makan siang dengan waktu yang lebih panjang. Memasuki usia 2 tahun
anak masih memerlukan tidur selama 11-12 jam per hari dengan satu kali tidur selama 1-
2 jam di sore hari. Memasuki usia 3 tahun, kebutuhan tidur anak semakin berkurang
secara bertahap, mereka jarang tidur siang (Suririnah, 2010). Balita usia 3-5 tahun dan
anak usia 6 tahun memerlukan waktu tidur 10-12 jam per hari. Waktu tidur siang
mereka makin lama makin sedikit dan umumnya pada usia 5 tahun, anak tidak lagi tidur
siang (Benaroch, 2012).
Pada anak terdapat tiga jenis gangguan tidur yakni disomnia, parasomnia dan gangguan
tidur sekunder. Istilah disomnia berhubungan dengan masalah jumlah tidur, saat mulai dan
mempertahankan tidur. Parasomnia terdiri dari sekelompok masalah yang berhubungan
dengan keadaan terjaga, terjaga sebagian atau transisi tahapan tidur. Masalah ini dapat
mengganggu tidur, tetapi biasanya tidak menyebabkan keadaan mengantuk yang
berlebihan. Gangguan tidur sekunder dihubungkan dengan gangguan psikiatri, neurologis
atau masalah medis lainnya (Tanjung & Sekartini, 2004).

C. Kesehatan gigi pada masa toddler


Kesehatan gigi pada anak sangatlah penting dijaga sejak dini. Terkadang kita lengah
dan menganggap gigi anak masih gigi susu, dan belum memerlukan perawatan.
Berikut hal-hal yang perlu diketahui dalam pertumbuhan dan perkembangan gigi
anak: Seperti diketahui email gigi anak sangat rentan terhadap kerusakan karena tidak
sekuat emailpada gigi dewasa. Gigi pertama pada bayi biasanya muncul pada usia 6-8
bulan , gigi anak akan terus tumbuh sampai ia berusia 3 tahun dan berjumlah 20 buah.
a) Fungsi gigi susu adalah:
1) Membantu kelancaran pertumbuhan gigi permanen. Gigi susu sebaiknya
dipertahankan selama mugkin sampai tiba waktunya untuk tanggal sendiri.
Mengapa penting karena gigi susu akan memberikan ruang kepada gigi
permanen yang akan tumbuh dibawahnya. Gigi susu yang dirawat denga baik
akan membantu merangsang perkembangan rahang.
2) Membantu proses pengunyahan pada anak. Sehingga kebutuhan akan nutrisi
pada anak dapat terpenuhi dalam masa tumbuh kembangnya
3) Gigi susu juga berpengaruh pada perkembangan wajah dan otot rahang.
4) Menjaga rasa percaya diri pada anak. Gigi yang bersih dan tidak berlubang akan
membuat penampilan anak semakin menarik.
Dengan fungsi yang sangat penting tersebut, kita perlu menjaga kesehatan gigi anak
sejak dini. Cara yang harus dilakukan :
1) Bersihkan gigi dan gusi anak anda saat gigi pertamanya tumbuh. Tidak hanya
membersihkan
sisa makanan dan bakteri, namun juga membantu menciptakan kebiasaan
menyikat gigi pada pagi dan malam hari untuk anak anak.
2) Bersihkan gigi dan gusi pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur, gunakan
kassa basah
atau sikat gigi yang berbulu lembut.
3) Hindari kebiasaan memberikan minum susu atau minuman manis pada anak
menjelang tidur
menggunakan dot karena akan menyebabkan gigi berlubang
4) Batasi pemberian jus pada anak. Memberikan jus buah pada anak memang baik.
Namun, ternyata jus juga dapat memicu kerusakan gigi jika dikonsumsi secara
berlebihan. Terlebih jika ditambahkan dengan bahan-bahan pemanis buatan.
Batasi konsumsi jus pada anak untuk tidak lebih dari 400 ml per hari.
5) Beri anak penghargaan. Apabila Si Kecil menunjukan sikap sudah terbiasa untuk
merawat gigi, tidak ada salahnya kalau Anda memberikan sedikit penghargaan
kepadanya. Misal, berikan anak cemilan sehat yang sudah pasti ia sukai.
6) Periksalah secara rutin dan berkala ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
Ada beberapa gangguan gigi dan mulut yang umumnya dialami anak antara lain :

1) Gigi berlubang
Kondisi gigi berlubang disebut juga sebagai karies gigi. Anak harus dibiasakan
untuk membersihkan rongga mulut, lidah, dan giginya maka kecil kemungkinan si
kecil akan mengalami gigi berlubang.
2) Radang gusi
Gangguan pada gusi bisa terjadi akibat kebersihan gigi dan mulut tidak terjaga.
Umumnya radang gusi dapat terjadi pada anak yang mengalami kekurangan
vitamin C disertai dengan perawatan gigi yang buruk. Radang gusi biasanya
ditandai dengan adanya gusi berdarah dan sariawan. Tidak berbeda jauh dengan
karies gigi, radang gigi juga disebabkan oleh penumpukan plak pada gigi.
3) Infeksi gusi
Gangguan pada gusi bisa semakin parah, terutama jika anak tidak terbiasa
menyikat gigi dengan baik dan benar dan kebersihan mulut yang buruk seperti
periodontitis. Kondisi ini merupakan infeksi gusi serius yang merusak jaringan
lunak, menyebabkan gigi kendur dan tanggal. Gejala periodontitis ditandai dengan
gusi bengkak, berwarna merah kehitaman, atau sakit ketika mengunyah.
4) Sariawan
Saat anak belum memiliki gigi susu, orang tua akan memilih makanan cair untuk
dikonsumsi anak. Hal ini tak jarang disertai dengan asumsi orang tua bahwa
membersihkan rongga mulut anak dirasa tidak perlu. Padahal sangat penting untuk
dilakukan, sebab gusi dan lidah anak rentan menjadi sarang bakteri dan jamur. Nah
hal ini dibiarkan begitu saja, dapat menimbulkan masalah mulut seperti sariawan
yang membuat anak tidak nyaman.
5) Gigi patah
Sebagai orang tua, Anda pasti tidak ingin hal buruk terjadi pada si kecil bukan?
Namun, sebagai anak kecil, mengalami gigi patah mungkin saja terjadi. Jika
terjadi, segera bawa anak ke dokter gigi untuk mengetahui apakah gigi yang patah
sudah mencapai sarafnya atau masih di bagian dentin.(kemenkes RI,2022)

D. Pencegahan cedera pada masa toddler


Perkembangan motorik mulai berkembang cepat anak akan mulai bisa melakukan
perawatan diri seperti makan, memakai baju, dan kegiatan toilet. Keterampilan motorik
lainnya juga mencakup berlari, melompat, berdiri pada satu kaki dalam beberapa detik
dan menendang bola. Sebagian besar dapat mengendarai sepeda roda tiga,
memanjattangga dan berlari cepat beusia 3 tahun. Pada usia 2 tahun
anak mulai mengalami peningkatankognitif untuk mengingat peristiwa, menuangkan
pikiran ke dalam kata-kata dan membangun alasan berdasarkan pengalamannya terhadap
suatu perisitwa (Potter & Perry, 2010).
Cedera adalah dampak dari suatu agen eksternal yang menimbulkan kerusakan, baik fisik
maupun mental (Dewi. R, 12 indarwati, 2011). Cedera pada anak biasanya berawal dari
rasa ingin tahu anak yang tinggi danmelakukan sesuatu yang tidak sesuai kemampuan
yang dapat menyebabkan bahaya (Kuschithawati, et al, 2007).
Pengaruh utama yang dapat menyebabkan cedera pada anak ialah pada usia ini anak
sedang mengmbangkan keterampilan motorik kasarnya yang membuat mereka bergerak
terus. Praktik pencegahan cedera merupakan tindakan untuk meminimalkan tingkat
kecelakaan yang di derita anak akibat kurangnya pengawasan orang tua (Kusbiantoro. D,
2014). Cedera pada anak bisa di sebabkan karena benda benda yang ada di dalam rumah
(Atak, et all, 2010)
Di usia ini anak belajar jalan, berlari, memanjat, mereka bisa membuka pintu dan
gerbang, menjelajah segala sesuatu dengan mulut, di usia ini rasa ingin tau anak sangat
besar, anak naik turun tangga, mereka tidak mewaspadai potensi bahaya yang di
timbulkan oleh orang asing atau orang lain. Resiko cedera pada usia ini ialah kecelakaan
kendaraan bermotor, tenggelam, luka bakar, keracunan. Jatuh, tersedak, kerusakan tubuh.
Pemahaman tentang tingkat perkembangan anak perlu diikuti dengan pemahaman
pentingnya antisipasi terhadap bahaya yang dapat muncul karena aktivitas dari anak usia
toddler, yaitu tidak bisa diam dan bergerak terus. Oleh karena itu, orang tua harus diberi
pengertian tentang bahaya yang dapat terjadi pada anak (Kusbiantoro. D, 2014)

E. Panduan dan antisipasi keluarga


Menurut Amalia (2017) Anticipatory guidance adalah petunjuk yang perlu diketahui
terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara
bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal. Marlina (2018)
menjelaskan bahwa bimbingan antisipasi atau anticipatory guidance merupakan sebuah
petunjuk bimbingan yang penting dan perlu diberikan kepada orang tua untuk membantu
dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi pada setiap fase pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Panduan dan Antisipasi keluarga pada usia (1-3 tahun)
a. Toilet training
 Merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia toddler
 Latihan untuk bekemih dan defekasi adalah tugas anak usia toddler
 Pada tahap usia toddler , kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol
rasa ingin beerkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin
defekasi mulai berkembang
 Wong (2000) mengemukakan bahwa biasanya sejalan dengan anak
mampu berjalan, kedua sfingter tersebut semakin mampu mengontrol rasa
ingin berkemih dan defekasi
 Sensasi untuki defekasi lebih besar dirasakan oleh anak, dan kemampuan
untuk mengkomunikasikannya lebih dahulu dicapai oleh anak, sedangkan
kemampuan untuk mengontrol berkemih biasanya baru akan tercapai
sampai usia 4-5 tahun
 Toilet training pada anak merupakan usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalm melakukan buang air kecil dan buang air besar.
 Tolet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak: 18 bulan-2
tahun.
 Keberhasilan toilet training tergantung pada: Persiapan fisik, Persiapan
psikologis, Persiapan intelektual
 Toilet training sebagai sex education
 Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau
rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air besar atau buang
air kecil.
 Defekasi merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan ketegangan
toilet training usaha penundaan pemuasan
 Suksesnya toilet training tergantung kesiapan yng ada pada diri anak &
keluarga, seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan anak secara fisik
sudah kuat dan mampu
 Indikator anak kesiapan fisik: anak mampu duduk atau berdiri
 Indikator kesiapan psikologis: adanya rasa nyman sehingga anak mampu
mengotrol dan konsentrasi dalam merangsang BAK dan BAB
 Indiklator kesiapan intelektual: anak paham arti BAK atau BAB
memudahkan pengontrolan anak dapat mengetahui kapan saatnya harus
BAB & BAK anak memiliki kemandirian dalam mengontrol BAB &
BAK
 Pelaksanaan toilet training sejak dini melatih respon terhadap
kemampuan ubtuk BAK/BAB

b. Cara toilet training pada anak:

Teknik lisan
 Cara:pemberian instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum & setelah
BAK/BAB
 Teknik ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan
rangsangan untuk BAK/BAB mengapa???
 persiapan psikologis anak semakin matang mampu dengan baik
BAB/BAK

Teknik modeling
 Cara: meniru untuk buang air besar atau memberikan contoh
 Dampak jelek cara ini apabila contoh yang diberikan salah kebiasaan
yang salah pada anak

Indikasi Kesiapan Orang Tua Untuk “Toilet Training”


 Mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih/defekasi
 Ada keinginan untuk meluangkan waktu yang diperlukan untuk latihan
berkemih atau defekasi
 Tidak mengalami konflik atau stres kluarga yang berarti

Kesiapan anak :
1) Fisik
 Usia 18 – 24 bulan, Pengontrolan saraf volunter spinkter ani dan
uretra
 Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam.
 Perkembangan ketrampilan motorik kasar : duduk, jongkok,
berjalan.
 Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu membuka celana
dan berpakaian.
2) Psikologis
 Mengenai adanya dorongan untuk miksi dan defikasi.
 Kemampuan berkomunikasi : verbal dan non verbal
mengindikasikan dorongan untuk miksi atau defikasi.
 Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat tingkah laku dan
mengikuti pengarahan.
 Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua.
 Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa cerewet
atau turun.
 Mengikuti tingkat kesiapan anak.
 Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan
pengertian.
 Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti : perceraian, pindah
rumah, mendapat adik baru atau akan berlibur.
 Memberi pujian jika anak berhasil.
3) Kesiapan mental
 Mengenal rasa yang dating
 Komunikasi secara verbal dan nonverbal
 Ketrampilan kognitif untuk mengikuti perintah atau mengikuti orang
lain
4) Persaingan dengan saudara kandung (sibling rivalry)
Keluarga mendapat bayi baru : dapat menimbulkan krisis bagi toddler.
Toddler tidak membenci atau marah pada bayi, tetapi karena :
 Perubahan merasa ada saingan.
 Perhatian ibu terbagi.
 Kebiasaan rutin menjadi berubah menyebabkan anak bertingkahlaku
invantil
Perlu persiapan toddler untuk menerima kehadiran saudara
kandungnya mulai sejak bayi dalam kandungan.

Petunjuk bimbingan usia toddler

1) Petunjuk bimbingan usia 12-18 bulan


 Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya perubahan tingkah laku dari
toddler, terutama negativistic dan ritualisme. Negativistic adalah perilaku yang
bertentangan dengan kebiasaaan.
 Mengkaji kebiasaan makan sekarang dan menganjurkan penyapihan dari botol
secara bertahap, serta meningkatkan pemasukan makanan padat.
 Menyediakan makanan kecil/selingan diantara 2 waktu makan dengan rasa yang
disukai, serta adanya jadwal waktu makan yang rutin.
 Mengkaji pola tidur malam, terutama kebiasaan minum malam memakai botol
yang merupakan penyebab utama gigi berlubang dan perilaku menunda yang
memperlambat jam tidur.
 Menyiapakan orang tua untuk mencegah bahaya yang potensial terjadi di rumah,
seperti kecelakaan kendaraan bermotor dan bahaya/kecelakaan jatuh. Berikan
saran yang sesuai untuk pengamanan di rumah.
 Mendiskusikan kebutuhan akan adanya ketentuan-ketentuan atau aturan yang
disertai dengan disiplin yang lembut dan cara-cara yang mengatasi negativistic
dan tempertantrum, serta menekankan pada keuntungan yang positif dari disiplin
yang tepat atau sesuai.
 Mendiskusikan mainan baru yang dapat mengembangkan motorik halus, motorik
kasar, bahasa, pengetahuan dan keterampilan social.

2) Petunjuk bimbingan usia 18-24 bulan


 Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam bermain.
 Menggali kebutuhan untuk menyiapan kehadiran saudara kandung/adiknya dan
menekankan tentang pentingnya persiapan anak terhadap kehadiran bayi baru.
 Menekankan kebutuhan akan pengawasan terhadap gigi dan tipe kebersihan di
rumah, serta kebiasaan makan yang merupakan factor penyebab gigi berlubang
dan menyarankan pentingnya penambahan fluoride untuk memperkuat
pertumbuhan tulang.
 Mendiskusikan metode disiplin yang ada dan keaktifannya serta menggali
perasaan orang tua mengenai negativistic anaknya dengan menekankan bahwa
negativistic adalah aspek penting dari perkembangan self assertion
(penonjolan/tntutan diri) dan independensi dan bukan merupakan tanda
kemanjaan.
 Mendiskusikan tanda-tanda kesiapan untuk toilet training dan menekankan
pentingnya menunggu kesiapan fisik dan psikologi anak.
 Mendiskusikan berkembangnya rasa takut, seperti yang timbul ketika ada
kegelapan atau suara keras, dan kebiasaan seperti membawa selimut atau
mengisap jari. Menekankan bahwa hal ini normal dan merupakan perilaku yang
bersifat sementara.
 Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi ketika anak mengalami
stress.
 Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah sesaat dengan mudah dari orang
tuanya di bawah asuhan keluarga.
 Memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengekspresikan perasaan
lelah, frustasi dan jengkel dalam merawat balita.
 Menunjukkan harapan akan adanya perubahan pada anak di tahun mendatang
seperti lingkup perhatian anak yang semakin luas dan berkurangnya negativistic
serta adanya perhatian yang menyenangkan orang lain.

3) Petunjuk bimbingan usia 24-36 bulan


 Mendiskusikan pentingnya kebutuhan anak untuk meniru dan dilibatkan dalam
kegiatan.
 Mendiskusikan kegiatan yang dilakukan dalam toilet training terutama dengan
harapan-harapan dan sikap yang realistis dalam menghadapi keadaan-keadaan,
seperti mengompol dan buang air besar di celana.
 Menekankan keunikan dari proses berpikir anak toddler, terutama melalui bahasa
yang ia gunakan, pemahamannya terhadap waktu, dan ketidakmampuannya untuk
melihat kejadian dari perspektif yang lain.
 Menekankan disiplin dengan tetap terstruktur secara benar dan nyata, ajukan alas
an yang rasional, serta hindari kebingungan dan salah pengertian.
 Mendiskusikan adanya taman kanak-kanak atau pusat penitipan anak pada siang
hari (play group).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peningkatan kesehatan merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan untuk
mengoptimalkan kesehatan. usia toddler adalah usia 1-3 tahun atau disebut
dengan golden periode. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Peningkatan
kesehatan pada toddler dan keluarga sangatlah penting yang di dalamnya termasuk
Nutrisi pada masa toddler, Tidur dan aktivitas pada masa toddler , Kesehatan gigi
pada masa toddler , Pencegahan cedera pada masa toddler dan Panduan dan
antisipasi keluarga.
B. Saran
Bagi penuyusun dan mahasiswa STIKBA :
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat diaplikasikan khusunya
mengenai Peningkatan Kesehatan Toddler dan Keluarga
Daftar Pustaka

https://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/
jurnal,unasa.ac.id
jurnal Lusi Apriani: 2019, universitas Muhamadiah

Anda mungkin juga menyukai