Anda di halaman 1dari 11

Makalah Dasar Ilmu Gizi

Peran Gizi bagi Kelompok Balita

Dosen Pengampu : Dr. Irwan Budiono S.KM.,M.Kes.(Epid).

Disusun oleh :
Natasha Ananta
2309020083

Program Studi Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran
Universitas Negeri Semarang
2023
ABSTRAK
Masa balita disebut sebagai masa periode emas karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan pesat dan sangat berarti bagi perkembangan manusia. Begitu pentingnya
masa balita sehingga pertumbuhan pada masa balita perlu dipantau dengan baik, karena
apabila terjadi gangguan pada periode ini, kemungkinan tidak dapat diperbaiki pada
periode selanjutnya.Salah satu faktor penting yang memberikan pengaruh besar dalam
tumbuh kembang pada periode emas ini adalah gizi. Asupan gizi yang diperuntukan
bagi balita menitikberatkan pada kebutuhan balita yang sedang pada masa tumbuh
kembang balita. Asupan gizi yang diberikan untuk menunjang tumbuh kembang balita
memperhatikan juga bagaimana proses tumbuh kembang balita itu sendiri. Apabila
asupan gizi yang diberikan pada balita tidak sesuai, maka dapat terjadi berbagai
permasalahan gizi. Beberapa permasalahan gizi yang dapat muncul karena ketidak
sesuaian dalam pemenuhan asupan gizi antara lain yaitu stunting, underweight, serta
obesitas. Berdasarkan hasik riset Kesehatan dasar kondisi status anak balita pada tahun
2018, sebanyak 17,68% mengalami kekurangan gizi (underweight), sebanyak 10,19%
mengalami wasting (kurus), dan sebanyak 8,04% mengalami obesitas (kemenkes,
2019). Sehingga perlu diperhatikan bagaimana pemberian gizi untuk balita. Dalam
memerhatikan asupan gizi balita, perlu diutamakan asupan gizi yang menunjang
kegiatan tumbuh kembang balita seperti Energi dan protein, vitamin , dan mineral. Serta
tidak lupa juga sebelum balita menginjak usia 6 bulan, sangat dianjurkan untuk
pemberian ASI Eksklusif sebelum mendapatkan Makanan Padat.
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Maha Esa atas anugerah-Nya
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Dasar Ilmu Gizi yang berjudul “Makalah Dasar Ilmu Gizi Peran Gizi Bagi Ibu Hamil”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada Dr. Irwan Budiono S.KM.,M.Kes.(Epid). selaku dosen pengampu mata kuliah
Dasar Ilmu Gizi yang telah memberikan penugasan..

Makalah dengan judul “Makalah Dasar Ilmu Gizi Peran Gizi Bagi Kelompok
Balita” telah disusun dengan sebaik mungkin guna memenuhi salah satu kriteria
penugasan dalam mata kuliah Dasar Ilmu Gizi. Semoga dengan disuguhkan penugasan
ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan penulis selaku para
penyusun.

Dengan penuh kesadaran Penulis mengetahui bahwasannya makalah ini masih


jauh dari sempurna dan luput akan kesalahan karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan penulis. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis menerima saran dan
juga kritik yang sekiranya dapat membantu penulis dalam menambah pengetahuan dan
kemampuan penulis terkait dengan penugsan atau makalah yang akan datang. Sekian
dan Terima kasih.

Semarang, 01 November 2023


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa balita disebut sebagai masa periode emas karena pada masa ini
terjadi pertumbuhan pesat dan sangat berarti bagi perkembangan manusia.
Begitu pentingnya masa balita sehingga pertumbuhan pada masa balita perlu
dipantau dengan baik, karena apabila terjadi gangguan pada periode ini,
kemungkinan tidak dapat diperbaiki pada periode selanjutnya. Salah satu faktor
penting yang memberikan pengaruh besar dalam tumbuh kembang pada periode
emas ini adalah gizi. Zat gizi seperti energi, protein, vitamin dan mineral
sangatlah berarti dalam kegiatan tumbuh kembang anak balita. Namun apabila
kebutuhan gizi yang seharusnya didapatkan tidak dapat terpenuhi dengan baik,
balita akan mengalami permasalahan gizi. Masalah gizi balita dapat memberikan
efek yang serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik, kurang optimalnya
pertumbuhan dan kecerdasan, hingga bahkan dapat mengakibatkan kematian
pada balita. Masalah gizi juga dapat memberikan efek jangka pendek terhadap
perkembangan balita seperti timbulnya perilaku apatis, memicu lambatnya
perkembangan kemampuan bicara. Sedangkan efek jangka Panjang yang dapat
ditimbulkan antara lain seperti penurunan Intelligence Quotien (IQ), penurunan
perkembangan kognitif, integrasi sensori, pemusatan perhatian dan penurunan
percaya diri yang dapat menurunya prestasi akademik di sekolah (Oktavia
silvera et.al, 2017). Berdasarkan hasik riset Kesehatan dasar kondisi status anak
balita pada tahun 2018, sebanyak 17,68% mengalami kekurangan gizi
(underweight), sebanyak 10,19% mengalami wasting (kurus), dan sebanyak
8,04% mengalami obesitas (kemenkes, 2019). Masih terdapatnuya kasus
masalah gizi di Indonesia yang mendorong penulisan makalan ini.
Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut sebagai peroode pertumbuhan pada masa balita?
2. Bagaimanakan gizi yang diperlukan untuk balita?
3. Apa saja permasalahan gizi yang terjadi pada balita?
Tujuan
o Mengetahui apa yang disebut sebagai periode pertumbuhan pada masa balita
o Mengetahui bagaimanakah gizi yang diperlukan untuk balita
o Mengetahui apa saja yang permasalahan gizi yang terjadi pada balita

BAB II
PEMBAHASAN

Balita
Balita merupakan krtiteria anak berusia di bawah lima tahun. Masa balita adalah periode
emas dimana balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan sangat cepat dan sangat
berarti bagi perkembangan tubuh manusia. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran
serta jumlah sel jaringan interseluler, yang artinya terjadi pertambahan ukuran fisik dan
sebagian ataupun seluruh struktur tubuh, sehingga besar dapat diukur melalui satuan
panjang dan berat. Sedangkan perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan
fungsi tubuh menjadi lebih kompleks dengan peningkatan kemampuan gerak kasar atau
gerak halus, kemampuan bersosialisasi dan kemandirian, serta kemampuan dalam bicara
dan bahasa (Kemenkes R.I, 2016).
Perkembangan anak dapat dilihat dari berbagai aspek seperti pengembangan
kemampuan motorik, emosi, kognitif, dan psikososial (interaksi dengan lingkunganya)
Salah satu perkembangan batita adalah perkembangan motorik, secara umum
perkembangan motoric dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus.
Gerakan motoric kasar biasanya terjadi pada 3 tahun pertama usia anak yang
keterampilan otot-otot besar seperti gerakan mengangkat leher, tengkurap, duduk, atau
merangkak.Sedangkan motorik halus melibatkan otot-otot kecil seperti makan, menulis,
menggambar, manik, dan sebagainya.
Agar balita dapat merasakan pengalaman-pengalaman tersebut, tentunnya diperlukan
dorongan dari aspek lainnya seperi pemenuhan asupan gizi. Gizi memiliki peran yang
besar dalam tumbuh kembang balita yang terkait dengan Kesehatan dan kecerdasan.
2.2 Gizi Pada Balita
Asupan gizi yang diperuntukan bagi balita menitikberatkan pada kebutuhan
balita yang sedang pada masa tumbuh kembang balita. Asupan gizi yang diberikan
untuk menunjang tumbuh kembang balita memperhatikan juga bagaimana proses
tumbuh kembang balita itu sendiri. Pada awal kelahiran, bayi yang juga termasuk balita
perlu mendapatkan ASI ekslusif dan kemudian bertahap menjadi MP-ASI, yang juga
memertimbangkan kandungan zat gizi lainnya yang dibutuhkan dalam tumbuh kembang
balita seperti, karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia. Di Indonesia,
pangan sumber karbohidrat berupa beras digunakan sebagai makanan pokok sehari-hari
dan Makanan pokok lainnya seperti mie, singkong, dan jagung hanya dikonsumsi
sesekali saja dan tergantung pada ketersediaan dalam rumah tangga
Pemberian ASI dan MP-ASI
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi yang memiliki kelebihan dalam aspek gzi,
aspek kekebalan, dan aspek kejiwaan (bentuk jalinan kasih sayang antara ibu dan anak).
Lama waktu pemberian ASI pada bayi bergantung pada keadaan individu bayi. Namun,
oleh sebagian ahli dianjurkan untuk memberikan ASI antara 15 sampai 30 menit setiap
menyusui. ASI eksklusif sangat dianjurkan sampai anak berusia enam bulan karena bayi
yang berusia 0-6 bulan hanya membutuhkan ASI sebagai sumber asupan nutrisinya.
Sehingga pemberian MP-ASI baru diperbolehkan setelah bayi berusia enam bulan ke
ataa . Pada saat itu, makanan padat yang akan diperkenalkan pertama kali juga harus
sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi di usia tersebut.
Protein
Asupan protein yang cukup sangat diperlukan bagi balita yang masih berada
pada tahap pertumbuhan. Pangan sumber protein adalah pangan yang digunakan sebagai
lauk-pauk sehari-hari (melengkapi makanan pokok) dan menjadi zat gizi pengatur
metabolisme dalam tubuh sehingga dapat menjamin pertumbuhan optimal. Beberapa
pangan dengan sumber protein hewani juga diketahui mengandung zat besi tinggi yang
berperan untuk mencegah anemia gizi besi.
Buah dan Sayuran
Buah dan Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat
bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak balita. konsumsi buah dan
sayur yang bervariasi membantu perolehan mineral mirko dan serat untuk mencegah
kegemukan. kecukupan sebagian besar mineral mikro dan serat yang dapat mencegah
terjadinya kegemukan. WHO/FAO (2003) merekomendasikan terkait konsumsi sayur
dan buah minimum masing-masing sebanyak 400 g per sebagai salah satu upaya untuk
mencegah penyakit degeneratif seperti PJK (penyakit jantung koroner), kanker,
diabetes, dan obesitas.
Hanya saja anak-anak termasuk balita seringkali pemilih dalam konsumsi
sayuran sehingga, orang tua perlu melakukan suatu strategi untuk tetap memberikan
asupan sayuran kepada balita, serta memberikan pengertian dan pengetahuan terkait
pentingnya mengonsumsi sayuran kepada anak balita. Di samping itu, buah-buahan
cenderung disukai anak-anak karena rasanya yang manis. Karena itu, buah-buahan
dapat dijadikan sebagai alternatif cemilan yang sehat bagi balita, dibandingkan dengan
jajanan yang beredar.
2.3 Masalah Gizi Pada Balita
Di negara berkembang anak-anak umur 0–5 tahun merupakan golongan yang
paling rawan terhadap gizi. Anak-anak biasanya menderita bermacam-macam infeksi
serta berada dalam status gizi rendah.
Anak usia 12-23 bulan merupakan anak yang masuk dalam kategori usia 6–24
bulan dimana kelompok umur tersebut merupakan saat periode pertumbuhan kritis dan
kegagalan tumbuh (growth failure) mulai terlihat.
Masalah gizi di Indonesia yang terbanyak adalah gizi kurang. Anak balita (0-5
tahun) merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi
atau termasuk salah satu kelompok masyarakat yang rentan gizi.Berdasarkan hasik riset
Kesehatan dasar kondisi status anak balita pada tahun 2018, sebanyak 17,68%
mengalami kekurangan gizi (underweight), sebanyak 10,19% mengalami wasting
(kurus), dan sebanyak 8,04% mengalami obesitas (kemenkes, 2019).
Stunting
Stunting adalah keadaan dimana tingi badan seseorang tidak sesuai dengan
standar umum yang ditentukan oleh perhitungan skor Z-indeks TB/U- nya di bawah -2
SD (standar deviasi). Stunting diukur sebagai status gizi dengan memperhatikan tinggi
atau panjang badan, umur, dan jenis kelamin balita Stuntingberhubungan dengan
ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang bersifat
kronis.. Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau panjang badan balita di masyarakat
menyebabkan kejadian stunting sulit disadari. Kejadian stunting merupakan dampak
dari asupan gizi yang kurang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, tingginya
kesakitan, atau merupakan kombinasi dari keduanya. Asupan energi dan zat gizi yang
tidak memadai, serta penyakit infeksi merupakan faktor yang sangat berperan terhadap
masalah stunting
Underweight
Underwight atau kurus adalah istilah yang berasal dari gabungan antara gisi
buruk dan gizi kurang. Underweight disebabkan oleh beberapa faktor termasuk penyakit
infeksi dan tidak tercukupinya asupan gizi secara kualitas maupun kuantitas.
underweight disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung
dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas dan
kualitas. Kurangnya asupan gizi yang memadai secara kualitas dan kuantitas, seperti
protein dan kalori juga meningkatkan risiko kerentanan terhadap penyakit infeksi.
Obesitas
Obesitas merupakan kondisi simana terdapatnya akumulasi lemak abnormal
yang dapat mengganggu Kesehatan(Kemenkes RI, 2017). Obesitas dapat dialami
balita maupun orang dewasa. Namun, apabila obesitas terjadi pada masa balita, kondisi
tersebut akan berisiko menetap hingga usia dewasa . Balita dengan kondisi tubuh
mengalami obesitas memiliki potensi mengalami berbagai penyakit yang cukup berisiko
kematian seperti diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular. Selain itu, balita yang
dalam kondisi obesitas, juga berpotensi terdampak dalam proses tumbuh kembangnya
dalam aspek prikososial. Penyebab dari obesitas sendiri yaitu dari pola makan, dan
tingkat asupan gizi yang tidak seimbang seperti asupan kalori yang berlebih dari
kebutuhan, shingga tingkat aktivitas fisik yang kurang.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa balita adalah periode emas dimana balita mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sangat cepat dan sangat berarti bagi perkembangan tubuh manusia. Gizi
merupakan aspek penting dalam menunjang tumbuh kembang balita serta memberikan
proteksi terhadap berbagai penyakit. Pemberian gizi yang dianjurkan untuk balita
dimulai dengan pemberian ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan, kemudian dilanjutkan
dengan MP-ASI, dan kemudian memberikan pemenuhan asupan gizi seimbang dari
sumber karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.
3.2 Saran
Dalam hal ini, disarankan bagi pemerintah untuk memaksimalkan program yang
membantu pemenuhan gizi balita, salah satunya melalui posyandu di wilayah pedesaan.
Selain itu untuk penyebaran informasi lebih meluas terkait gizi pada balita dapat melalui
berbagai media seperti poster dan lamflet yang dapat memandu Masyarakat terkait gizi
seimbang untuk bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, H & Sukandar, D (2009). ASUPAN GIZI ANAK BALITA PESERTA


POSYANDU. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 42 – 51

Setiawati, dkk (2020). Hubungan status gizi dengan pertumbuhan dan perkembangan
balita 1-3 tahun. Holistik Jurnal Kesehatan, Volume 14, No.1, Maret 2020: 88-
95

Haris, A., Fitri, A , & Kalsum, U. (2019) DETERMINAN KEJADIAN STUNTING


DAN UNDERWEIGHTPADA BALITA SUKU ANAK DALAM DI DESA
NYOGAN KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2019. Jurnal Kesmas
Jambi (JKMJ) Vol. 3 No. 1 September 2019

Pratiwi, R. H. (2015) AKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


BERATKURANG (UNDERWEIGHT) PADA BALITA DI PERKOTAAN
DAN PERDESAAN INDONESIA BERDASARKAN DATA RISKESDAS
TAHUN 2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 3, Nomor 2,
April 2015 (ISSN: 2356-3346)

Masita., Biswan, M. , Puspita, & E. (2018). Pola Asuh Ibu danStatus Gizi Balita.
Quality Jurnal Kesehatan Vol. 9 No. 1, November 2018, Hal. 1-41

Indanaha, Sukesiha, Fairuzzaa, & Khoiriyah (2021) OBESITAS PADA BALITA .


Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12No.2(2021)242-248

Kemenkes RI. (2017). Panduan Pelaksanaan Gerakan Nasional Tekan Obesitas


(GENTAS).Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit TIdak
Menular, Kementrian Kesehatan R

Azis, M. A. (2018). Gambaran Asupan Nutrisi Dan Status Gizi Balita Di Desa Joho
Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Soetjiningsih, C. H. (2012). Perkembangan anak sejak pembuahan sampai dengan


kanak-kanak akhir. Jakarta: Prenada.

Indriati, R., & Murpambudi, Y. K. (2016). Hubungan status gizi dengan perkembangan
anak usia 1– 5 tahun di posyandu desa Sirnoboyo Kabupaten Wonogiri. Jurnal
Ilmu Kesehatan Kosala, 4(1).

Anda mungkin juga menyukai