Anda di halaman 1dari 45

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 ANAK USIA DINI

2.1.1. Pengertian Anak Uisa Dini

Anak usia pra sekolah atau yang termasuk dalam usia 1-6 tahun

merupakan anak usia dini dengan masa yang paling berharga atau yang sering

dikenal dengan golden age, yang merupakan masa keemasan. Sehingga selain

stimulasi-stimulasi yang harus dilakukan oleh orang tua maupun pendidik anak

usia dini adalah nutrisi atau gizi seimbang yang harus terpenuhi karena akan

berakibat pada tumbuh kembang anak. Sedangkan asupan nutrisi atau gizi pada

makanan yang dimakan oleh anak harus diperhatikan terutama ibu yang harus

mengetahui bagaimana memberikan pola makan makanan yang sesuai untuk

anak. Bukan hanya asal kenyang saja dalam memberikan asupan makanan pada

anak tetapi harus memperhatikan manfaat kandungan yang ada pada makanan

yang dimakan anak. Adapun peranan gizi atau nutrisi yang ada dalam makanan

sebagai berikut: karbohidrat sebagi sumber energi (tenaga), protein sebagai zat

pembangun dan vitamin atau mineral sebagai zat pengatur, akan membantu

mencegah terjadinya penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan dan

perkembangan anak ( farida mayar, 2021 ).

Anak usia dini menurut National Association for the Education Young

Children (NAEYC) 2021, menyatakan bahwa anak usia dini atau ―early

childhood‖ merupakan anak yang berada usia nol sampai delapan tahun. Pada

masa tersebut merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan dalam

berbagai aspek dalam rentan waktu kehidupan manusia. Pada masa inilah anak
berada pada usia emas (golden age) dimana perkembangan dan kecerdasan anak

berlangsung.

Anak sekolah merupakan salah satu populasi yang paling rentan dalam

hal gizi. Kekurangan dan kelebihan gizi pada anak akan berdampak negatif

terhadap potensi pertumbuhan ekonomi negara. Anak yang tidak mendapatkan

gizi yang cukup akan tertinggal dalam perkembangan fisik, mental, dan

intelektualnya. Kurangnya asupan makanan dan tingginya penyakit infeksi

merupakan dua penyebab langsung gizi buruk yang dipengaruhi oleh banyak

faktor dan cukup kompleks (Rahmy et al., 2020).

Anak usia dini menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional yang disebut dengan anak usia dini adalah anak usia 0-6

tahun, sedangkan menurut para ahli adalah anak usia 0-8 tahun. Pada usia ini

kebutuhan gizi yang sejalan dengan berkembangnya kebutuhan fisik harus

diperhatikan. Usia dini merupakan tahapan penting dalam perkembangan

individu, pada usia tersebut dibangun dasar struktur kepribadian untuk sepanjang

hidupnya (Natasya Hersila dkk, 2022).

Menurut Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003, anak usia dini

merupakan anak yang berada pada rentan kategori usia 0-6 tahun. Istilah lain

menyebutkan anak usia dini yang merupakan sekelompok anak yang memiliki

proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Hal ini dikarenakan

memiliki pola perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan

dan perkembangannya. Di samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri-

sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor lingkungan.

Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak, sedangkan faktor

lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak.


Merujuk Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2021, anak usia dini yang akan menjadi calon peserta

didik baru TK harus memenuhi persyaratan usia minimal 4-5 tahun. Secara

umum, batas usia minimal seorang anak masuk TK berbeda-beda di tiap negara.

Mengutip buku Usia Pantas Masuk Sekolah yang ditulis Noblana Adib, batas

usia minimal anak untuk masuk PAUD di Amerika Serikat adalah 5 tahun.

Sementara di Negeri Sakura, pendidikan anak usia dini dimulai dari usia 3

sampai 5 tahun.

Anak usia dini secara fisik dan psikologis masih tergantung pada orang

tua, ia belum dapat mengurus dirinya terutama dalam memenuhi kebutuhan

makannya, sehingga memiliki kebiasaan makan yang baik untuk menunjang

tumbuh kembang yang optimal. Keluarga umumnya ibu sebagai pengambil

keputusan dalam penyediaan makanan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

anggota keluarga.vBerbagai permasalahan kebiasaan makan anak pada usia dini

antara lain : Anak mengkonsumsi makanan dengan jenis yang terbatas, sangat

sulit untuk mengatur kebiasaan makan anak, anak tidak menyukai makanan

seperti sayuran dan buah, serta anak lebih suka mengkonsumsi makanan ringan

seperti junk food ( Natasya Hersila dkk, 2022 ).

Karakteristik anak pada usia dini termasuk pada usia yang

cenderung menghabiskan waktunya dengan bermain dan mengabaikan

jam makan mereka, sehingga kecukupan gizi anak tidak dapat terpenuhi. Hal

tersebut dapat menimbulkan masalah gizi pada anak. Salah satu penyebab

adanya masalah gizi seimbang pada anak adalah kebiasaan makan yang salah.
Kekurangan zat gizi pada anak disebabkan karena anak tidak

memperoleh semua zat gizi yang diperlukan dalam jumlah yang cukup,

sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dengan kebutuhan

( Natasya Hersila dkk, 2022 ).

Kebutuhan gizi sejak usia dini sangat penting, Asupan gizi yang

seimbang akan membuat anak tumbuh sehat dan cerdas. Tidak terpenuhinya

kebutuhan zat gizi tersebut, akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Salah

satunya, melambatnya pertumbuhan fisik, kurang cerdas dan kurang tangkas,

daya tahan tubuh lebih rentan terhadap penyakit, serta lebih beresiko mengalami

penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, jantung dan stroke (Aris Amirullah

dkk, 2020).

Menurut Sumatri Anak usia dini yaitu anak yang sedang berada dalam

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik itu fisik atau psikis serta

anak-anak yang berusia dibawah 6 tahun. Jadi mulai dari anak lahir hingga ia

mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini. Menurut

Piaget dalam Sumantri anak usia dini berada pada masa lima tahun pertama

yang disebut The Golden Age. Masa ini merupakan masa emas

perkembangan anak. Menurut Agus Surono bahwa perkembangan otak anak

yang sedang tumbuh melalui tiga tahapan, mulai dari otak primitif (action

brain), otak limbik (feeling brain), dan akhirnya ke neocortex (atau disebut

juga thought brain, otak pikir) (Aris Amirullah dkk, 2020 ).

2.1.2 Perkembangan dan Pertumbuhan anak usia dini

Pertumbuhan adalah ukuran dan bentuk tumbuh atau anggota tubuh,

misalnya bertambah berat badan, bertambah tinggi badan, bertambah lingkaran


kepala, bertambah lingkar lengan, tumbuh gigi susu. Pertumbuhan dapat dengan

mudah diamati melalui penimbangan berat badan atau pengukuran tinggi

badan anak. Adapun perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung

secara bertahap dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana

menjadi kemampuan yang lebih sulit, seperti kecerdasan, sikap, dan tingkah

laku. Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang

cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetic), lingkungan (gizi

dan cara perawatan), dan konvergensi (perpaduan antara bakat dan lingkungan)

(Ria Rizqiyatul Barikah, 2019 )

Tahap perkembangan prasekolah anak usia dini merupakan consumer

pasif, setiap asupan gizi dalam makanan yang diterima anak pemberian dari

ibunya atau baby sisternya. Status kesehatan anak usia prasekolah dapat

dipengaruhi dari pemberian pola makan dari para orangtua, Hockenberry (dalam

Sambo Mery 2020 : 425).

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak

adalah faktor gizi. Kekurangan gizi pada anak dapat menyebabkan terlambatnya

pertumbuhan sehingga anak rentang terinfeksi, serta pada akhirnya dapat

menghambat perkembangan anak. Oleh karena itu anak perlu memperoleh gizi

dari makanan sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. Status

gizi buruk pada balita dapat mempengaruhi akan adanya penghambat fisik,

mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan menurunkan

kemampuan balita dalam aktivitasnya ( farida mayar, 2021 )

Menurut Hidayat (dalam Umasugi Fajria 2020 : 6) nutrisi yang diberikan

pada asupan maknan sangat berpengaruh terhadap tubuh anak utamanya dalam

membantu proses pekembangan dan pertumbuhan juga dapat mencegah jika

terjadinya penyakit yang akan diakibatkan dari kurangnya nutrisi pada tubuh,
seperti berkurangnya asupan nutrisi pada bagian tubuh anak seperti halnya

kurang energi (kekuatan) dan protein, anemia (kurangnya sel darah merah),

defisiensi yodium (penyebab utama penyakit gondok dan hipotiroid), defisiensi

seng, defisiensi vitamin A yang meengakibatkan perlambatan percepatan proses

terjadinya penumbuhan dan penegembangan anak.

Pertumbuhan otak pada anak usia dini sangatlah berpengaruh pada

tumbuh kembang anak. Setiap anak di lahirkan dengan sepuluh miliyar sel

saraf di otaknya.Sel- sel anak akan terus bertambah untuk memupuk neuron

pada usia 3 tahun pertama sejak dilahirkan. Dalam otak,sel-sel saraf akan

membentuk ribuan sambungan atau unit-unit antar neuron.Pada saat lahir,berat

otak bayi sebesar 25% dari otak orang dewasa. Dan pada tahun ke dua,otak

bayi akan bertambah menjadi 75% dari otak orang dewasa serta otak kirinya

lebih berfungsi dari pada otak kanannya. Salah satu komponen yang perlu

dipersiapkan adalah asupan gizi untuk anak usia dini, karena dalam nutirisi

terdapat kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan ( Syaida Marpuah, 2023).

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Anak

Faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang seorang anak yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor-

faktor yang ada dalam diri anak, baik faktor bawaan maupun faktor yang

diperoleh sejak lahir seperti hal-hal yang diturunkan dari orang tua kepada

anak, atau segala potensi, baik fisik (seperti, rambut, warna kulit, bentuk

tubuh, dan sebagainya), maupun secara psikis (seperti, kemampuan

intelektual, emosi, sifat-sifat tempramen, dan sebagainya) yang dimiliki anak


sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen ( Ria Rizqiatul barikah,

2019 ).

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri

anak mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta kebutuhan fisik

anak. Seperti keluarga pada sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh

dan mendidik anak, hubungan antara orangtua dengan anak. Gizi juga sangat

berpengaruh terhadap tumbuh kembang yang sedang dialami anak.

Lingkungan sekitar setempat seperti kebiasaan suatu masyarakat, kebersihan

akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Teman di rumah dan

sekolah akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ( Ria

Rizqiatul barikah, 2019 ).

Salah satu damapak faktor eksternal yaitu pada Pola makanan yang

kurang tepat akan menyebabkan obesitas (kegemukan), penyakit yang parah,

mengalami gangguan pada kecerdasan intelekual anak, Waber (dalam Sambo

Mery 2020 : 425).

Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal, maka peranan

gizi sangat perlukan dan diperhatikan sedini mungkin. Dengan terpenuhinya

kebutuhan gizi seperti karbohidrat sebagi sumber energi (tenaga), protein

sebagai zat pembangun dan vitamin atau mineral sebagai zat pengatur, akan

membantu mencegah terjadinya penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan

dan perkembangan anak. Susunan gizi yang tepat akan memacu pertumbuhan

dan perkembangan. Sedangkan makanan yang baik adalah makanan yang

disesuaikan dengan tingkat usia dan jenis aktivitasnya. Anak usia 0-60 bulan

yang disebut dengan istilah balita, pada masa ini anak mengalami pertumbuhan

dan perkembangan yang pesat dan tergolong pada periode emas sekaligus
periode kritis. Bayi dan anak pada masa ini mereka membutuhkan makan yang

sesuai dengan kebutuhan gizi sehingga tumbuh kembang anak tidak terganggu

( farida mayar, 2021 ).

2.2 KONSEP GIZI

2.2.1 Defenisi Gizi

Istilah gizi sendiri berasal dari bahasa arab ―ghidza‖ yang berarti zat

makanan, dalam dialek mesir ghidza dibaca ghidzi, sedangkan dalam bahasa

inggris ―nutrition‖ yang berarti nutrisi. Namun baik dalam tulisan ilmiah ataupun

dokumen pemerintah hanya digunakan kata gizi (Natasya Hersila dkk,

2022).

Gizi merupakan ilmu mengenai makanan, zat makanan dan komponen

lainnya, sedangkan zat gizi merupakan bagian dari makanan. Gizi

merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan fungsi normal dari organ serta

menghasilkan energi ( Uswatun Khasanah, 2022).

Pengertian Gizi adalah tingkat keadaan seseorang yang dinyatakan

menurut jenis dan beratnya, misalnya gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, gizi

buruk. Gizi merupakan keseimbangan anatara kebutuhan zat gizi dan konsumsi

makanan. Dan gizi juga dapat dilihat dari keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status gizi memberikan gambaran
tentang keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh

yang dapat dilihat melalui pertumbuhan fisik, ukuran tubuh ( Abdul Hairuddin,

2018 ).

Berdasarkan KEMENKES Gizi atau Nutrition adalah suatu proses

organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui

proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Secara etimologi, gizi berasal dari kata ghidza yang berarti makanan.

gizi juga merupakan konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, di

mana zat gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagi sumber energi, pertumbuhan

dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta mengatur proses tubuh. Penilaian satatus

gizi pada anak dapat diukur berdasarkan pengukuran yang terdiri dari variable

umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Dan umur sangat

mempengaruhi peranan dalam penentuan status gizi pada anak ( Majestika

Septikasari, 2018 ).

2.2.2 Zat Gizi

Pengertian Zat Gizi berdasarkan kebutuhannya bagi tubuh, dibagi ke

dalam dua bagian, yaitu gizi makro dan zat gizi mikro. sebagaimana namanya,

zat gizi makro adalah zat gizi yang diperlukan tubuh dengan jumlah besar,

yaitu dalam 1 gram / orang / hari, sedangkan zat gizi mikro adalah zat gizi

yang diperlukan dalam jumlah kecil, yaitu dalam satuan miligram / orang /

hari. zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak ; sedangkan

zat gizi mikro terdiri dari berbagai jenis vitamin dan mineral ( Ismi Maulida

Yulianti, 2019 ).
Zat gizi sendiri merupakan substansi yang diperoleh dari makanan dan

digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh. Zat

gizi sendiri terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air

( Syaida Marpuah, 2023 ).

Zat gizi dari makanan merupakan sumber utama untuk memenuhi

kebutuhan tumbuh kembang anak sehingga dapat mencapai kesehatan yang

optimal, meliputi: sehat fisik, mental dan sosial ( M. Fadhillah dkk, 2020 ).

Fungsi zat gizi secara umum adalah sebagai sumber energi, zat

pembangun dan pengatur. Fungsi tersebut dapat dipenuhi dari makanan yang

dikonsumsi sehari-hari mencakup nasi, ikan, daging, telur, susu, sayuran, buah,

gula, margarin, dan lain sebagainya. Setiap kelompok gizi memiliki fungsi

masing-masing, seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan juga

air. Serat pun kini menjadi komponen yang penting dalam komposisi diet

makanan sehari-hari ( Sri Nikmatul Azhima, 2021 ).

Berikut fungsi dari zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan :

1. Karbohidrat

Karbohidrat dalam makanan dapat berbentuk pati seperti yang terdapat

dalam sereal atau pun gula seperti yang terkandung dalam buah- buahan.

Fungsi dari karbohidrat adalah menyediakan energi yang dibutuhkan tubuh.

Kelebihan karbohidrat, disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi

lemak yang siap diubah kembali menjadi energi ketika tubuh

membutuhkannya. Selain itu fungsi karbohidrat didalam tubuh adalah :


a. Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi.

Bila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk

kebutuhan energi dan jika tidak cukup terdapat lemak didalam

makanan atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh,

maka protein akan menggantikan fungsi karbohidrat.

b. Membantu metabolisme lemak dan protein, dengan demikian

dapat mencegah terjadinya ketosis dan pemecahan protein yang

berlebihan.

c. Didalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat-zat toksik

tertentu.

d. Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi khusus didalam

tubuh.

e. Laktosa berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa

merupakan komponen yang penting dalam asam nukleat.

f. Beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna,

mengandung serat (dietary fiber) seperti agar-agar berguna untuk

pencernaan, memperlancar defekasi.

2. Lemak

Lemak dalam makanan dapat berbentuk minyak seperti yang

ditemukan dalam biji-bijian, mentega ataupun berbentuk lemak

seperti yang terdapat dalam daging. Lemak berperan dalam

penyediaan energi, melarutkan vitamin larut lemak, juga sumber

asam-asam lemak esensial. Selain itu, lemak berperan dalam

pembentukan membran sel, agen pengemulsi, isolator panas tubuh,


melindungi organ tubuh dan bersama protein sebagai alat angkut

dalam metabolisme. Kelebihan lemak disimpan dalam tubuh yang

akan diubah menjadi energi bila dibutuhkan oleh tubuh.

3. Protein

Protein dalam makanan dapat berupa kaseinyang ada dalam

susu, atau albumin dalam telur, globulin dalam kacang-kacangan

dan gluten dalam gandum. Fungsi utama dari protein adalah

membentuk jaringan baru dan memperbaiki jaringan yang rusak

dalam tubuh.

Protein pun berperan dalam sistesis enzim, hormon, antibodi juga

sebagai penyedia energi, mengatur keseimbangan air dalam tubuh,

memelihara netralitas tubuh, mengangkat zat-zat gizi. Kelebihan

protein diubah menjadi karbohidrat dari lemak yang disimpan dalam

tubuh.

4. Mineral dan air

Air diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dan sebagian besar

dari air yang diminum. Air adalah bagian penting dalam struktur tubuh

dan jumlahnya sekitar 60% dari berat tubuh. Air berperan sebagai

pelarut material zat gizi dan juga pembuangan ampas makanan.

Air memiliki fungsi yaitu: memelihara bentuk dan fungsi sel,

mengatur suhu tubuh, membantu mencerna makanan dan absorbs zat

gizi, sebagai transportasi zat gizi dan oksigen ke dalam sel, melarutkan

vitamin, mineral, glukosa dan asam amino sehingga fungsi berbagai


organ dalam tubuh dapat berjalan, berpartisipasi dalam reaksi biokimia

di dalam tubuh, sebagai pembentuk berbagai enzim dan hormon, serta

membantu mengeluarkan racun dan zat yang tidak berguna dalam

tubuh.

Kalsium, fosfor, besi, iodin, merupakan sebagian mineral yang

ditemukan dalam bahan pangan dalam bentuk komposisi organik dan

anorganik. Mineral dibutuhkan dalam pembentukan tubuh seperti

pembentukan tulang, gigi dan struktur jaringan. Mineral juga berperan

dalam pengaturan proses metabolisme dalam tubuh seperti kontraksi

otot, stimulus saraf, dan lain-lain.

5. Vitamin

Vitamin yang ada dalam makanan terdiri atas vitamin larut lemak

seperti vitamin A, D, E, K, dan juga vitamin larit dalam air seperti

vitamin B dan C. Vitamin berperan sebagai pengatur pada proses

metabolisme tubuh ( Sri Nikmatul Azhima, 2021 ).

2.2.3 Klasfikasi Status gizi

Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang

menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Status gizi balita dapat

ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri.

Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang digunakan untuk

menentukan keadaan gizi seseorang. Agar memperoleh hasil yang tepat,

diberikan suatu patokan sebagai pedoman. Adapun pedoman antropometri

bagi penentuan keadaan gizi merupakan parameter yang dipilih dan


dianjurkan, yang meliputi penilaian terhadap usia dan berat badan, panjang

badan, atau tinggi badan, dan lingkar lengan atas. Indeks Massa Tubuh (IMT)

direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi gizi

(Wiwid Wahyudi, 2019).

Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks PB/U atau TB/U

dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. klasifikasi Status Gizi Berdasarkan indek PB/U atau TB/U

Kategori status gizi Ambang batas (z-score)


Sangat pendek <-3 SD
Pendek -3 SD sampai -2 SD
Normal -2 SD sampai + 3 SD
Tinggi >+ 3 SD

Sumber : Permenkes No. 2 Tahun 2020 Standar Antropometri Anak

2.2.4 Gizi Seimbang

Gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang

mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi

makanan ( Albertina Elpa Liana, 2018 ).

Gizi yang baik pada anak sekolah merupakan investasi suatu bangsa,

karena di tangan generasi muda bangsa dapat melanjutkan pembangunan yang

berkesinambungan. Untuk mencapai status gizi yang baik pada anak sekolah
diperlukan perilaku makan yang baik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu gizi

modern. Perilaku makan yang baik tersebut didapat melalui pendidikan di

rumah tangga atau keluarga dan di lingkungan sekolah. Kekurangan gizi pada

siswa di sekolah akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan

sakit-sakitan, sehingga anak menjadi sering absen serta mengalami kesulitan

untuk mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik ( Syaida Marpuah,

2023 )

Gizi Seimbang Merupakan Susunan pangan sehari- hari yang

mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan

tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,

perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk

mencegah masalah gizi (Ismi Maulida Yulianti, 2019)

kebutuhan gizi anak prasekolah tergantung pada prilaku ibu, Adapun

upaya yang dapat dilakukan untuh memenuhi kebutuhan gizi anak antara lain,

pendidikan kesehatan dengan subtopic definisi makanan bergizi, dan menu

makanan bergizi yang dapat disiapkan dalam waktu singkat, pelatihan cara

memilih bahan makanan yang sehat serta mengolah bahan makanan yang tidak

menghilangkan zat gizinya, dan penyajian makanan yang menarik untuk anak

prasekolah ( Fadhilla Misyura, 2022 ).

Dengan pemberian gizi seimbang, layanan kesehatan dan perawatan

yang baik dapat menjadikan anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Zat

gizi dari makanan merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan

tumbuh kembang anak sehingga dapat mencapai kesehatan yang optimal,

meliputi: sehat fisik, mental dan sosial ( M. Fadhillah dkk, 2020 ).


Gambar 2.1 Piramida Gizi Seimbang

2.2.4 Empat Pilar Gizi Seimbang

Menurut P2PTM Kemenkes RI 2018, Gizi seimbang adalah susunan

asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan kebutuhan

tubuh. Pemenuhan asupan gizi ini juga harus memperhatikan prinsip

keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan

mempertahankan berat badan normal guna mencegah masalah gizi.

Dalam prinsipnya, gizi seimbang terdiri dari 4 pilar, yang pada dasarnya

merupakan upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat

gizi yang masuk dengan mengontrol berat badan secara teratur. Adapun 4 pilar

gizi seimbang tersebut, yaitu:


1. Konsumsi makanan dengan beraneka ragam

Makanan yang kita makan menyumbangkan zat-zat gizi yang

beragam, sehingga tidak ada makanan yang lengkap kandungan zat

gizinya, terkecuali ASI untuk bayi 0-6 bln. Sehingga kita dianjurkan

untuk mengonsumsi beraneka ragam makanan dan beraneka ragam

warna. Sebagai contoh sumber karbohidrat merupakan sumber

utama kalori, namun rendah vitamin dan mineral. Selain itu, sayur

dan buah juga kaya akan vitamin, mineral, dan serat, namun rendah

kalori dan protein.

Dalam satu sumber zat gizi kita harus mengonsumsi beraneka

ragam makanan. Seperti sumber karbohidrat dapat kita penuhi dari

nasi, mie, umbi-umbian, tepung-tepungan sekitar 3- 4 porsi sehari.

Sumber protein kita dapat penuhi dari ikan, daging ayam, daging

sapi, telur, tahu, tempe dan kacang-kacangan sekitar 2- 4 porsi

sehari. Sumber vitamin dapat kita penuhi dari sayur dan buah-

buahan yang beraneka ragam warna masing-masing sekitar 2-3 porsi

buah per hari dan 3-4 porsi sayur per hari. Buah dan sayur ini

hendaknya dikonsumsi keduanya dan bukanlah dipilih salah satu

berdasarkan kesukaan karena vitamin dan mineral yang

dikandungnya berbeda fungsi dalam tubuh kita. Batasi konsumsi

gula garam dan minyak, pilihlah makanan jadi dengan melihat

komposisi bahan makanan tambahan yang dikandungnya.

Akan tetapi, konsumsi makanan yang beraneka ragam ini harus

dalam proporsi makanan yang seimbang, jumlah yang cukup, tidak


berlebihan, dan dilakukan secara teratur. Kita dapat menerapkan

prinsip Isi Piringku yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing

individu, sehingga keseimbangan gat gizi dapat terpenuhi. Seperti

yang dijelaskan pada gambar dibawah ini

Gambar 2.2 porsi makan

2. Pola hidup aktif dan berolahraga

Pola hidup aktif dilakukan dengan aktivitas fisik. Aktivitas fisik

adalah segala macam kegiatan tubuh, termasuk olahraga. Aktivitas

fisik merupakan upaya tubuh dalam menyeimbangkan keluar dan

masuknya zat gizi, terutama sumber energi utama dalam tubuh.

Selain itu, aktivitas fisik juga dapat memperlancar sistem

metabolisme tubuh, tak terkecuali metabolisme zat gizi. Untuk

meningkatkan aktivitas fisik kita dapat menambahkan olah raga

setidaknya 3 kali seminggu dengan durasi 30 menit per sesi. Agar

keseimbangan zat gizi dalam tubuh dapat terpelihara.

3. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat


Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan, sehat adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,

spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), kita

dapat menghindarkan dari penyakit infeksi. Bahkan 45% penyakit

diare bisa dicegah dengan mencuci tangan. Waktu untuk mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun antara lain:

 Sebelum dan sesudah memegang makanan

 Sesudah buang air kecil dan buang air besar

 Sesudah memegang binatang

 Sesudah berkebun

 Sesudah bermain

Adapun cara mencuci tangan yang benar adalah sebagaimana

dijelaskan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.3 6 langkah mencuci tangan dengan baik


4. Menjaga berat badan ideal

Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi

keseimbangan gizi di dalam tubuh adalah memiliki berat badan yang

normal dalam Indeks Masa Tubuh (IMT). Pemantauan berat badan

dapat dilakukan dengan mengukur berat badan per tinggi badan

kuadrat dalam meter dengan panduan sebagai tertera di gambar.

Gambar 2.4 Pemantaun BB Setiap Bulan

2.2.5 Pemenuhan Kebutuhan Gizi Seimbang pada Anak Usia Dini

Anak sekolah taman kanak – kanak merupakan salah satu populasi yang

paling rentan dalam hal gizi. Kekurangan dan kelebihan gizi pada anak akan

berdampak negatif terhadap potensi pertumbuhan ekonomi negara. Anak yang

tidak mendapatkan gizi yang cukup akan tertinggal dalam perkembangan

fisik, mental, dan intelektualnya. Kurangnya asupan makanan dan tingginya

penyakit infeksi merupakan dua penyebab langsung gizi buruk yang

dipengaruhi oleh banyak faktor dan cukup kompleks (Rahmy et al., 2020).

Pemenuhan asupan gizi seimbang untuk anak usia dini sangat penting

agar ia tumbuh sehat, cerdas dan aktif. Untuk mewujudkannya peran aktif

orang tua didalam keluarga sangat dibutuhkan. Salah satu peran orang tua
untuk mendukung tumbuh kembangnya adalah dengan selalu menyiapkan dan

memenuhi kebutuhan gizi anak sesuai tahap usianya.

Faktor penguat dalam pembentukan perilaku anak termasuk perilaku gizi

adalah keluarga. Keluarga berperan dalam promosi kesehatan terkait

pengenalan dan penyediaan makanan bergizi, praktik kesehatan serta sebagai

role model terhadap semua anggota keluarga (Saifah, 2019).

Oleh karena itu dalam pemenuhan gizi dapat dilakukan dengan beberapa

pemilihan mana makanan yang berkualitas serta memenuhi standar gizi yang

dibutuhkan oleh anak. Jika nutrisi atau gizi tidak memenuhi standar gizi yang

terpenuhi maka akan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan

anak, bisa juga dapat menyebabkan stunting, wasting, dan underweight. Dari

hal tersebut ialah dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan

perkembangan anak usia dini. Karena usia dini merupakan masa keemasan

atau golden age yang mana semua aspek perkembangan dan pertumbuhan

harus di rangsang secara optimal dengan melalui pemenuhan nutrisi pada anak

melalui makanan sehari-hari yang dikonsumsi oleh anak dikarenakan upaya

untuk dapat memenuhi tumbuh kembang anak akan berdampak pada masa

depan anak dikemudian hari. Dalam memenuhi nutrisi melalui makanan

sehari-hari dapat dilakukan oleh ibu terkhususnya untuk memilih makanan

yang tepat sesuai dengan standar gizi yang harus dipenuhi sesuai dengan usia

anak ( farida mayar, 2021).

Kebutuhan zat gizi per-hari pada anak usia 3-5 tahun dengan berat

badan 13 kg dan tinggi badan 91 cm yakni energi 1125 kkal, karbohidrat

155 gram, protein 26 gram, lemak 44 gram. Sedangkan kebutuhan zat gizi per-

hari pada anak usia 4-6 tahun dengan berat badan 19 kg dan tinggi badan
112 cm yakni energi 1600 kkal, karbohidrat 220 gram, protein 35 gram, lemak

62 gram ( Retno Mardhiati, 2019 ).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

28 Tahun 2019, Anak yang berusia 4–5 tahun umumnya membutuhkan asupan

gizi setidaknya 1.600 kalori (sesuai dengan AKG dari Kementerian Kesehatan

RI). Sebenarnya, jenis asupan nutrisi yang dibutuhkan anak pada usia ini tidak

berubah, tetapi takarannya harus disesuaikan. Berikut ini rinciannya:

1. Karbohidrat

Pada usia ini, anak membutuhkan asupan karbohidrat untuk

diubah menjadi energi. Sebisa mungkin, pastikan dalam satu hari si

kecil mendapat asupan karbohidrat sebanyak 220 gram. Ada dua jenis

karbohidrat yang perlu diketahui, yaitu karbohidrat sederhana dan

kompleks.

Karbohidrat sederhana adalah jenis karbohidrat yang paling

mudah diserap, hingga kemudian diubah menjadi gula darah.

Sementara karbohidrat kompleks adalah jenis karbohidrat yang

terbuat dari rantai molekul gula panjang, sehingga perlu waktu lama

untuk dicerna. Jenis karbohidrat ini bisa menyediakan tingkat energi

yang stabil untuk anak beraktivitas sepanjang hari.

2. Protein

Selain karbohidrat, pastikan juga untuk memenuhi kebutuhan

protein anak. Pada usia ini, anak setidaknya membutuhkan

sebanyak 35 gram asupan protein setiap hari. Supaya terpenuhi


dengan baik, ada dua jenis protein yang bisa orangtua berikan pada si

kecil, yaitu protein hewani dan protein nabati.

3. Lemak

Sementara untuk asupan lemak, anak usia 4–5 tahun

membutuhkan setidaknya 62 gram setiap hari. Namun hati-hati, tidak

sembarang lemak bisa diberikan begitu saja pada anak. Ada beberapa

jenis lemak, yaitu lemak baik dan lemak jahat. Anak

membutuhkan asupan lemak baik, yaitu lemak tak jenuh tunggal

dan asam lemak tak jenuh ganda. Jenis lemak ini bisa didapatkan dari

buah alpukat, kacang almond, minyak zaitun, ikan salmon, tofu, dan

lainnya.

4. Serat

Anak usia 4–5 tahun membutuhkan asupan serat sebanyak 22

gram dalam satu hari. Untuk memenuhinya, ibu bisa membiasakan

agar Si Kecil mengonsumsi setidaknya 2–3 porsi sayuran dan

buah setiap harinya. Satu porsi buah adalah satu buah yang

berukuran sedang atau dua buah ukuran kecil.

5. Vitamin dan Mineral

Memasuki usia sekolah, asupan vitamin dan mineral pun menjadi

lebih penting pada anak. Maka dari itu, pastikan untuk

kebutuhan vitamin dan mineral anak dalam sehari dengan

memberikannya sumber makanan bergizi. Ibu bisa membantu

memenuhi kebutuhan vitamin dengan mineral anak, di antaranya


zat besi, seng, kalsium, natrium, tembaga, vitamin A, vitamin B,

serta segudang vitamin dan mineral lainnya.

Tenaga yang bersumber dari asupan nutrisi anak dapat dihasilkan

melalui 50-55 persen dari jumlah karbo, 3035 persen dari jumlah

lemak, 15 persen dari jumlah protein. Nutrisi terhadap anak-anak harus

mencapai strata imbang dan keterkandungan zat pada gizi dibutuhkan

oleh anggota tubuh. Menu pemberian makanan yang sehat memiliki

standar pemenuhan sebagai berikut, menurut Santoso dalam buku

Kesehatan dan Gizi (dalam Umasugi Fajriya 2020 : 6) yaitu:Makanan

yang dikonsumsi terkandung rasa yang dapat memuaskan nafsu makan

dan dapat meluapkan rasa yang penuh dalam perut.

 Mengandung asupan zat gizi yang diperlukan untuk tubuh

berada didalam keadaan tidak sakit dan bugar serta mampu

melaksanakan rutinitas se hari-harinya.

 Mencukupi nilai-nilai yang terkandung dalam social budaya

yaitu membiasakan, pantangan dan lainnya dari lingkungan

masyarakat yang sedang mengonsumsi.

 Pengeluaran biaya terjangkau bagi konsumennya.


Gambar 2.5 Isi Piringku

2.2.6 Masalah Gizi seimbang pada anak usia dini

Permasalahan yang terjadi saat ini anak memerlukan asupan giizi

yang cukup banyak untuk menyeimbangkan energi yang keluar dikarenakan

aktivitas yang cukup tinggi. Namun pemenuhan asupan gizi untuk anak pada

masa ini banyak yang masih dibawah kadar optimal pengembangan asupannya

dikarenakan dari beberapa sebab termasuk orangtua. Asupan gizi tidak hanya

didapatkan anak saat di rumah tapi perlunya mengawasi saat membeli sesuatu

yang ada di luar rumah. Para orang tua memberi bekal akanan sehat sebagai

tujuan agar anak tidak membeli makanan di luar, tetapi tetap menyeimbangkan

asupan gizi yang baik walaupun hanya sekedar bekal sehat (Aulia Insani,

2022).

Masalah gizi pada anak usia dini saat ini masih cukup tinggi. Masalah

gizi yang umumnya ditemukan pada anak usia sekolah di Indonesia adalah

pendek, sangat kurus, obesitas/ kegemukan dan anemia (Sulistiawati et al.,

2019). Berdasarkan data dari Pemantauan Status Gizi tahun 2017

menunjukkan bahwa prevalensi pendek pada anak umur 5-12 tahun (menurut
TB/U) adalah 27,7 % (8,3% sangat pendek dan 19,4% pendek), prevalensi

kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 10,9% (3,4%

sangat kurus dan 7,5% kurus) (Kemenkes RI, 2018).

Gizi yang kurang pada anak-anak menyebabkan sistem imun anak

menjadi lemah. Aktivitas anak yang cukup berat serta tidak teraturnya pola

makan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan antara asupan dan kecukupan

gizi pada anak. Hal tersebut dapat menyebabkan masalah gizi ganda seperti gizi

lebih dan gizi kurang pada anak. Anak usia sekolah dasar merupakan sasaran

yang tepat untuk memperbaiki gizi. Hal ini dikarenakan fungsi organ otak pada

masa anak-anak mulai terbentuk sehingga dengan cepat mengalami perkembangan

sehingga agar tidak terjadi penyimpangan pada masa tumbuh kembang anak

khususnya anak usia sekolah, maka sangat dibutuhkan gizi yang cukup (Rahmiwati

et al., 2018).

2.3 LUNCH BOX

2.3.1 Pengertian Lunch Box

Menurut KBBI, bekal merupakan sesuatu yang disediakan

( seperti makanan ataupun uang ) yang digunakan untuk perjalanan, cadangan,

atau sesuatuu yang perlu digunakan nanti bila perlu. Sedangkan makanan adalah

bahan selain obat yang mengandung zat – zat gizi atau unsur – unsur ikatan

yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh yang berguna bila dimasukkan

kedalam tubuh. Makanan juga merupakan kebutuhan pokok manusia yang

diperlukan setiap saat dan juga memerlukan pengolahan yang baik dan benar

agar bermanfaat bagi tubuh. Membiasakan membawa bekal makanan kesekolah

merupakan gaya hidup yang sebaiknya diberikan kepada anak oleh setiap orang

tua.
Makanan adalah bahan yang mengandung zat-zat gizi dan atau

unsur-unsur ikatan kimia yang dapat direaksikan oleh tubuh menjadi zat gizi

sehingga berguna bagi tubuh. Zat gizi atau nutrients adalah ikatan kimia yang

diperlukan tubuh untuk menghasilkan energi, membangun dan memelihara

jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Kondisi seseorang akibat

mengkonsumsi makanan dan zat-zat gizi dapat digolongkan menjadi tiga,

yaitu gizi buruk, baik, dan lebih kemudian disebut dengan status gizi

perorangan. (Ida mardalena, 2021).

Bekal makan siang yang mengandung gizi seimbang haruslah berisi

beragam makanan yang didalamnya mengandung karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, serta mineral. Seperti nasi dengan lauk daging, ikan, telur, sayur,

beberapa macam buah. ( Syaida Marpuah, 2023 )

Berdasarkan beberapa penjelasan para ahli mengenai bekal makanan,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa bekal makanan merupakan

makanan yang dimasukkan kedalam sebuah kotak atau tempat yang mudah

dibawa, selain itu penyusunan menu makanan juga dapat mempengaruhi daya

tarik dalam mengkonsumsi, bekal makanan yang mengandung gizi seimbang

dibutuhkan oleh setiap individu yang memiliki aktifitas fisik yang tinggi,

hal ini dikarenakan perlunya kecukupan gizi dalam tubuhnya sebagai

penunjang dalam beraktifitas sehari-hari. ( Syaida Marpuah, 2023 ).

Pada awal abad 20 an bekal makanan dibuat menggunakan

keranjang yang di tenun, di bungkus menggunakan sapu tangan,

dibungkus menggunakan daun, daun yang digunakan sebagai pembungkus


biasanya merupakan daun pisang dan daun jati. Namun, kini atau bekal makan

siang dibungkus menggunakan kotak yang terdapat penutup karet diatasnya.

Kotak makanan yang digunakan sebagai wadah biasanya berbahan dasar dari

kayu dan plastik yang kemudian dibuat dengan bentuk yang beraneka ragam,

warna yang bervariasi, dan diberi gambar yang menarik. Pembuatan kotak

makan yang terdapat penutup karet dilakukan supaya lebih memudahkan

aktivitas ibu-ibu, pelajar (anak-anak yang bersekolah), orang-orang kantor,

agar bisa tetap membawa bekal makan siang tanpa khawatir makanan mereka

akan tumpah ( Indani dkk, 2018 ).

2.3.2 Manfaat Lunch Box ( Bekal Makanan )

Manfaat yang diberikan adalah mencegah anak untuk mengkonsumsi

makanan yang tidak sehat, dan jajan sembarangan. Membawa bekal memastikan

bahwa anak mendapatkan makanan yang cukup dan menghindari anak merasa

kelaparan yang dapat mempengaruhi kesehatan maupun konsentrasi belajar

( Fadhilla Maisyura, 2022 ).

Membiasakan membawa bekal makan siang ke sekolah, merupakan

sebuah gaya hidup yang perlu diterapkan kepada anak- anak oleh setiap

orangtua. Manfaat dari membawa bekal makan siang untuk menghindari

konsumsi makanan yang tidak sehat, menjamin kondisi tubuh yang lebih sehat,

serta belajar untuk memilah-milah makanan yang sehat dan bergizi ( Muaris,

2022 )

(Surani 2018: 9) mengatakan Dari sisi nutrisi dan higienitas, bekal

yang dibuat sendiri lebih terjamin kebersihan dan nilai gizinya karena proses

menentukan menu dan nilai gizi, memilih bahan, memasak, hingga


mengemasnya dilakukan sendiri. Menu juga disesuaikan dengan selera anak.

Para orang tua juga dapat berinovasi membuat makanan baru dengan berbagai

cara menghias makanan, agar selera makan anak bertambah.

Fakta menunjukkan bahwa jajan sembarangan merupakan hal yang tidak

bisa dijamin mutu kebersihan makanan tersebut, selain itu nilai gizi yang tidak

dapat diketahui apakah makanan tersebut mengandung gizi atau tidak.

Pendapat Muaris didukung oleh Olvista yang mengungkapkan bahwa

membawa bekal makanan merupakan sebuah kebiasaan baik bagi anak

dengan membawakan bekal makanan kepada anak maka dapat memastikan

bahwa anak mendapatkan makanan yang cukup dan menghindari anak merasa

kelaparan yang dapat mempengaruhi kesehatan serta konsentrasi belajar

anak (Syaida Marpuah, 2023).

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Bekal Makanan

Penelitian Muhammad Kasim, dkk (dalam Umasugi Fajria 2020 : 8)

mengungkapkan bahwa terjadinya permasalahan yang sedang dialami.

Mengenai banyaknya permasalahan sedang dialami untuk menerapkan bekal

maknan sehat pada anak usia dini adalah sebagai berikut :

a. Tidak ada pengetahuan serta waktu yang cukup orang tua dalam

menyiapkan Luch Box pada anak sehinggan membekali makanan pada

anaknya secara asal – asalan


b. Terdapat pihak dari orangtua yang tidak mau mengikuti penyuluhan /

peraturan tentang bekal makanan sehat yang diberikan terhadap anaknya

saat sedang sekolah dengan pijakan anak mereka sendiri yang minta.

c. Banyak sekali iklan di televisi yang mempromosikan macam-macam jenis

makanan yang dapat membuat anak usia dini tertarik untuk merasakannya,

walau pada dasarnya makanan yang dipromosikan tersebut tidak

menghasilkan manfaat terhadap anak itu sendiri

d. Kurang adanya penguasaan atau penglihatan dari orangtua dan pengasuh di

rumah terlebih orangtua yang sudah bekerja, anak bisa membebaskan diri

untuk membeli jajanan yang tidak dapat dipastikan bagus atau tidak bagi

kesehatannya.

e. Orangtua yang mempunyai kebiasaan memberikan uang untuk beli snack

kepada anaknya tanpa memperhatikan penggunaannya.

f. Banyaknya toko atau warung yang jualan makanan di sekitar lingkungan

sekolah yang selalu menjualkan sesuatu yang menarik minat anak-anak

untuk membelinya.

g. Banyaknya orangtua yang masih kurang berminat dalam mengikuti

parenting saat sekolah sang anak sedang mengadakan dan tidak ikut dengan

alasan masih banyak pekerjaan.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Gizi Seimbang anak usia dini

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi oleh tubuh, yaitu

faktor primer dan faktor sekunder.

2.4.1 Faktor primer

Faktor primer adalah faktor asupan makanan yang dapat

menyebabkan zat gizi tidak cukup atau berlebihan. Hal ini disebabkan
oleh susunan makanan yang dikonsumsi tidak tepat baik kualitas

maupun kuantitasnya, seperti keterangan berikut ini.

1. Kurangnya ketersediaan pangan dalam keluarga, sehingga keluarga

tidak memperoleh makanan yang cukup untuk dikonsumsi anggota

keluarga.

2. Kemiskinan, ketidak mampuan keluarga untuk menyediakan

makanan yang cukup bagi anggota keluarganya. Kemiskinan ini

berkaitan dengan kondisi sosial dan ekonomi dari wilayah tertentu.

3. Pengetahuan yang rendah tentang pentingnya zat gizi untuk

kesehatan. Pengetahuan gizi mempengaruhi ketersediaan makanan

keluarga, walaupun keluarga mempunyai keuangan yang cukup,

tetapi karena ketidaktahuannyan tidak dimanfaatkan untuk

penyediaan makanan yang cukup. Banyak keluarga lebih

mengutamakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan makanan,

misalnya. lebih mengutamakan membeli perhiasan, kendaraan, dan

lainnya.

4. Kebiasaan makan yang salah, termasuk adanya pantangan pada

makanan tertentu. Kebiasaan terbentuk karena kesukaan pada

makanan tertentu, misalnya seseorang sangat suka dengan makanan

jeroan, hal ini akan menjadi kebiasaan (habit) dan akan mempunyai

efek buruk pada status gizinya.

2.4.2 Faktor sekunder

Faktor sekunder adalah faktor yang mempengaruhi pemanfaatan

zat gizi dalam tubuh. Zat gizi tidak mencukupi kebutuhan disebabkan

adanya gangguan pada pemanfaatanzat gizi. Seseorang sudah


mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup, tetapi zat gizi tidak

dapat dimanfaatkan optimal. Berikut ini beberapa contoh dari faktor

sekunder ini:

1. Gangguan pada pencernaan makanan seperti gangguan pada gigi

geligi, alat cerna atau enzim, yang menyebabkan makanan tidak

dapat dicerna dengan sempurna, sehingga zat gizi tidak dapat

diabsorbsi dengan baik dan menyebabkan tidak terpenuhinya

kebutuhan tubuh. Gangguan penyerapan (absorbsi). Zat gizi seperti

parasit atau penggunaan obat-obatan tertentu. Anak yang menderita

cacing perut akan menderita kekurangan gizi, karena cacing

memakan zat gizi yang dikonsumsi anak, akibatnya anak tidak dapat

tumbuh dengan baik. Gangguan pada metabolisme zat gizi. Keadaan

ini umumnya disebabkan gangguan pada lever, penyakit kencing

manis, atau penggunaan obat-obatan tertentu yang menyebabkan

pemanfaatan zat gizi terganggu.

2. Gangguan ekskresi, akibatnya terlalu banyak kencing, banyak

keringat, yangdapat mengganggu pada pemanfaatan zat gizi

(Wulandari, 2022).

Adapun faktor yang paling spesifik / faktor yang paling dominan yang

sering terjadi dan berkaitan satu sama lain adalah :

2.4.3 Kebiasaan Pola makan

Hidup sehat untuk anak-anak pada dasarnya adalah sebagai

berikut: Makan dengan pola makan sehat dan perbanyak asupan sayuran

setiap harinya, Makan protein alami yang sehat, terutama ikan yang

kaya dengan lemak sehat dan makan cemilan sehat secukupnya dan
hindari cemilan-cemilan tidak berhasiat daan tidak bergizi bagi tubuh.

Status gizi yang kurang baik akan menyebabkan daya tahan tumbuh

menurun dan mudah terserang penyakit infeksi,begitupun sebaliknya

bahwa terserang penyakit infeksi mengganggu metabolisme zat-zat gizi

di dalam tubuh sehingga pemanfaat zat gizi di dalam tubuh menjadi

tidak optimal dan akan berdampak pertumbuhan (Davidson, dkk, 2018).

Pola makan yang sehat, serta kebiasaan yang baik sebenarnya

harus ditanamkan sejak dini untuk menciptakan kebiasaan sifat pola

makan sehat yang baik pula. Kebiasaan pola makan anak yang diajarkan

oleh orang tua kepada anak menentukan kebiasaan makan yang akan

dilakukan hingga dewasa. maka perlu dibangun lagi edukasi pedoman

gizi sehat dengan acuan Pedoman Gizi Seimbang yang dibuat oleh

pemerintah terhadap masyarakat pada usia dini agar membangun

kebiasaan sehat dan baik di masa depan. Bersama dengan latar belakang

tersebut, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai polam

makan sehat terhadap anak usia balita ( Enrico Valdo Christoper dkk,

2021 ).

Menurut Ufiyah Ramlah ( 2021 ), Kebiasaan makan akan mulai

terbina pada usia 2-5 tahun. Ada beberapa hal yang yang perlu

diperhatikan oleh orang tua untuk memenuhi kebutuhan gizi pada anak,

yaitu :

a. Biasakan anak dan seluruh anggota keluarga memakan makanan

gizi seimbang setiap hari, seperti; nasi, lauk pauk, sayur dan buah.

b. Tidak memaksa anak untuk makan tapi jadikanlah waktu makan

sebagai saat yang menyenangkan


c. Jangan gunakan waktu makan untuk disipilin apalagi bertengkar

d. Jangan menyuruh anak makan setelah dia bermain aktif, karena ia

tidak akan bisa duduk diam ketiaka makan dan akan menjadi

geliasah.

e. Perhatikan cara penyajian makanan. Berikan porsi makan sedikit

demi sedikit

f. Bagi anak tidaklah penting berapa jumlah yang ia makan tetapi

yang penting adalah apa yang ia makan

g. Anak-anak menyukai sajian makanan yang disiapkan dipiring atau

mangkok dan sendok yang sama (ia sukai) setiap makan.

Berbagai permasalahan kebiasaan makan anak pada usia dini

antara lain : Anak mengkonsumsi makanan dengan jenis yang terbatas,

sangat sulit untuk mengatur kebiasaan makan anak, anak tidak

menyukai makanan seperti sayuran dan buah, serta anak lebih suka

mengkonsumsi makanan ringan seperti junk food ( Natasya Hersila dkk,

2022 ). Proses perkembangan dan pertumbuhan anak

pada usia prasekolah mulai mengenal berbagai makanan seperti

makanan siap saji (fast food). Hal ini dapat menyebabkan anak

terkadang menjadi sikap yang pemilih makanan. Seperti anak yang

cenderung menyukai makanan ringan dan tidak suka dengan sayuran.

Anak juga sering rewel ketika memilih bermain saat orang tua sedang

menyuapin makan. Gangguan pola makan yang terjadi pada anak

tersebut jika tidak segera diatasi maka gangguan pola makan dapat

berkembang menjadi masalah sulit makan ( arini mustikasari dkk,

2019 )
Menurut Natasya Hersila dkk, 2022 bahwa Kebiasaan makan

merupakan pandangan seorang individu terhadap makanan, meliputi

kepercayaan, sikap serta pemilihan dalam mengonsumsi makanan yang

diperoleh secara terus menerus-menerus. Kebiasaan makan mulai

terbentuk pada dua tahun awal usia anak, dan berpengaruh pada tahun-

tahun selanjutnya. Kebiasaan makan anak dapat dipengaruhi oleh

multifactor, salah satu faktornya adalah peranan pengetahuan ibu.

Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap macam bahan makanan yang

dikonsumsi anggota keluarga setiap harinya, terutama pada anak. Ada

pula faktor ekonomi seperti terbatasnya kemampuan suatu keluarga

dalam pengadaan kebutuhan konsumsi makanan anggota keluarga.

Faktor-faktor tersebut akan dapat mempengaruhi seseorang dalam

memilih makanan dan kebiasaan makan tersebut mempengaruhi

kecukupan gizi seimbang.

1. Peran Orang Tua

a. Pendidikan orang tua

Anak usia dini secara fisik dan psikologis masih tergantung pada

peran orang tua, ia belum dapat mengurus dirinya terutama dalam

memenuhi kebutuhan makannya, sehingga memiliki kebiasaan makan

yang baik untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal. Keluarga

umumnya ibu sebagai pengambil keputusan dalam penyediaan makanan

sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga ( Natasya Hersila

dkk, 2022 ).
Secara tidak langsung status gizi dapat dipegaruhi juga oleh tingkat

Pendidikan orang tua, dimana anak usia dini yang memiliki orang tua yang

berpendidikan tinggi tentunya mempunya status gizi yang baik, karena

pengetahuan orang tua, motivasi serta berdampak pada penyediaan

makanan yang baik. Pendidikan orang tua juga dapat meberi kontribusi

dalam status gizi anak ( Elvie Feberiani Dungga dkk, 2022 ).

Peran orang tua sangat penting dalam pemenuhan gizi anak,

terutama ibu. Pengetahuan dan keterampilan yang memadai seharusnya

dimiliki oleh seorang ibu sebagai modal dalam pemenuhan gizi anak.

Orang tua harus dapat membentuk pola makan anak, menciptakan situasi

yang menyenangkan dan menyajikan makanan yang menarik untuk dapat

memenuhi kebutuhan gizi anak- anaknya. Ibu sebagai pengasuh

mempunyai peranan yang penting dalam hal yang berkaitan dengan

makanan mulai dari penyusunan menu makanan, pembelian, pemberian

makanan kepada anak, membentuk pola makan anak dan frekuensi makan

anak (Hidayatu Munawaroh dkk, 2022).

Banyak diantara orang tua yang memiliki anak usia dini menganggap

bahwa penanganan gizi, khususnya pencegahan stunting pada anak sejak dini

merupakan hal yang remeh dan biasa saja tanpa memperhatikan dampak

yang ditimbulkan akibat terjadinya stunting pada anak. Kebanyakan orang

tua lebih memilih makanan instan atau makanan cepat saji dengan alasan

mudah dan praktis tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-

gizi yang cukup atau tidak dan tidak mengimbnginya dengan makanan sehat

yang mengandung banyak gizi (Hidayatu Munawaroh dkk, 2022).

b. Pekerjaan orang tua


Pola asuh orang tua yang berkaitan dengan makanan merupakan strategi

yang dilakukan oleh orang tua berdasarkan tujuan pada waktu

mengkonsumsi makanan berat maupun makanan ringan (Lopez et al., 2018).

Orang tua yang bekerja di luar rumah cenderung mempunyai waktu

yang sangat sedikit untuk memperhatikan anaknya dibandingkan dengan ibu

yang tidak bekerja, dalam hal ini juga termasuk pendampingan makan,

dangat dimungkinkan pola makan anak akan terganggu (Elvie Feberiani

Dungga, 2022).

Orang tua bekerja berhubungan langsung dengan pendapatan

keluarga olehnya dapat dismpulkan bahwa jenis pekerjaan dapat menentukan

seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarganya. Orang tua dengan

pekerjaan yang dimiliknya tentu mempunyai waktu yang lebih sedikit dalam

mengasuh anak daripada orang tua yang tidak memiliki pekerjaan. Olehnya

dapat berpengarugh kualitas perawatan anaknya sehingga dapat

mempengaruhi status gizi anak. Orang tua dengan pekerjaan dengan jam

kerja dari pagi hingga sore tentu orang tua tidak memiliki waktu yang

banyak dalam memperhatikan makanan seta kebutuhan nutrisi anaknya ( Sri

Andriani Ibrahim dkk, 2022 )

c. Pendapatan orang tua

Pendapatan merupakan faktor tidak langsung yang

mempengaruhi konsumsi pangan, dimana terdapat hubungan positif antara

pendapatan dan gizi karena pendapatan merupakan faktor penting bagi

pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Keluarga

yang berpendapatan rendah, sering kali tidak mampu membeli pangan


dalam jumlah yang sehingga kebutuhan gizi anggota keluarga kurang

terpenuhi ( ratna yeni dkk, 2022 )

Semakin tinggi pendapatan orang tua semakin baik kebiasaan

makannya, hal ini disebabkan karena dengan pendapatan yang cukup maka

keluarga lebih leluasa dalam pemilihan konsumsi makan anak. Hal tersebut

juga harus diikuti oleh pengetahuan ibu yang cukup terhadap kecukupan gizi,

karena setiap orang memiliki pertimbangan tersendiri dalam memilih jenis

makanan yang dikonsumsi. Tingkat pendapatan yang cukup tidak diimbangi

dengan pengetahuan tentang gizi yang cukup juga akan menimbulkan

pemilihan jenis makanan yang salah ( natasya hersila dkk, 2022 )

2.4.4 Peran Guru

Pendidik taman kanak – kanak / PAUD adalah seorang yang

paling dekat dengan hidup anak, karena setiap sikap yang dari

pendidik akan menjadi contoh anak-anak belum mampu memilih

perilaku mana yang harus ditiru jadi hanya guru dan orang tuanya bisa

menujukkan perilaku mana yang baik untuk anak-anaknya dan yang

tidak setiap perilaku teramati oleh anak, dianggap sebagai perilaku yang

boleh ditiru pendidik perlu memahami bersikap dan berperilaku di

depan anak agar sikap danperilaku dicontoh anak adalah perilaku

yang diharapakan tertanam pada anak (Asiyah dkk, 2023)

Seorang guru TK, harus memiliki banyak wawasan terutama

dalam mengenalkan gizi seimbang ke anak-anak melalui kreasi bentuk

makanan. Karena selama ini, anak-anak TK PGRI Garuda berdasarkan

observasi, mereka lebih suka membeli jajan di dekat sekolah


daripada harus membawa bekal makanan dari rumah, dimana jajan

tersebut jauh dari yang namanya bergizi, belum lagi mengandung bahan-

bahan kimia yang bahaya bagi tubuh anak (Rianti dkk, 2023)

Jajanan seperti makanan siap saji dan makanan tidak sehat lain

sampai saat ini masih dijual bebas, tidak bertutup, kadang lalat pun

hinggap di makanan tersebut, sehingga berpengaruh terhadap

kesehatan anak (Hartini, 2020). Selain itu anak juga cenderung

mengkonsumsi snack atau makanan ringan yang banyak mengandung

bahan-bahan pengawet dan MSG yang sangat tidak bagus untuk

kesehatan anak. Maka dari itu, jajanan tersebut harus diantisipasi oleh

orang tua dan guru dengan cara mengenalkan gizi seimbang dengan

kreasi bentuk makanan, tanpa ada pemberian makanan yang bergizi

maka akan terganggu pertumbuhan anak baik fisik maupun mentalnya.

Untuk itu cara pemberian gizi yang sehat terhadap anak pada setiap

tahapan perkembangan anak menjadi sangat penting untuk dilakukan

(Indraaryani Suryaalamsah et al., 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Nadia

Oktari dkk, 2023, peran guru dalam meningkatkan gizi seimbang. Apa

lagi guru melakukan kegiatan membentuk kreasi makanan dalam

meningkatkan gizi seimbang. Peran guru TK yang memiliki kompotensi

pedagogik secara spesifik ditandai oleh kemampuan untuk memahami:

Konsep pendidikan anak usia dini, perkembangan dan pertumbuhan,

multipotensi yang dimiliki anak, individu anak, bermaindan permainan

yang disukai anak, kreativitas untuk meracang berbagai aktivitas anak

dan belajar sambil bermain, penjabaran dari kompotensi pedagogik yang


bersifat spesifik sebagai ciri khusus guru taman kanak-kanak (Asiyah

dkk, 2023).

Anak dikatakan bergizi seimbang apabila memenuhi indikator

gizi seimbang yaitu, membiasakan mengonsumsi aneka ragam pangan,

anak dan guru membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat,anak

melakukan aktivitas fisik, membentuk kreasi makanan, memantau berat

badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal,

guru harus terlibat dalam pengontrolan gizi seimbang untuk anak (Nadia

oktari dkk, 2023).

Pertama, Meningkatkan gizi seimbang pada anak dalam

membiasakan mengkonsumsi aneka ragam pangan. Dengan

mengkonsumsi aneka ragam pangan dapat menjadi salah satu cara untuk

meningkatkan gizi seimbang anak karena prinsip utama dari gizi

seimbang yang universal dan anak membutuhkan makanan beraneka

ragam atau bervariasi agar pola makan anak baik dan menarik untuk

anak.

Kedua, Meningkatkan gizi seimbang pada anak dalam

menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan pola hidup sehat

adalah gaya hidup, pola makan sehat, pemeriksaan kesehatan secara

rutin, pengethuan tentang kesehatan, pola hidup bersih dan sehat. Selain

kesehatan pribadi kesehatan lingkungan tidak kalah pentingnya, karena

keduanya ada saling keterkaitan yang tidak bisa berjalan sendiri. Kita
bisa tinggal di lingkungan rumah, lingkungan sekolah, oleh karena itu

kita harus menjaga kebersihan di lingkungan tempat kita tinggal.

Ketiga, Meningkatkan gizi seimbang pada anak dalam

membentuk kreasi makanan. Makanan yang bergizi sangat diperlukan

oleh anak dalam proses pertumbuhan, , tetapi terkadang anak tidak

menyukai mengkonsumsi makanan yang menyehatkan di karenakan

tampilan yang kurang menarik kegiatan membentuk kreasi makanan

sangat menyenangkan untuk anak melalui kegiatan kreasi membentuk

makanan juga dapat mengenalkan berbagai makanan yang

menyehatkan untuk kesehatan dan untuk pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Keempat, Meningkatkan gizi seimbang pada anak pentingnya

pola hidup aktif dan berolahraga. Anak yang pola hidup aktif dan

berolahraga akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

normal dan wajar, pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai

standar kemampuan anak seusianya. Anak yang hidup aktif dan

berolahraga adalah anak yang dapat tumbuh kembang dengan baik dan

teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umumnya, aktif,

gembira, makan teratur, bersih dan dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.

Kelima, Meningkatkan gizi seimbang pada anak dalam menjaga

berat badan ideal. Menjaga berat badan ideal gizi seimbang pada anak

Dengan mengetahui berat badan ideal pada anak seseorang maka kita
akan dapat memperkirakan tingkat kesehatan atau gizi seseorang.

Berat badan ideal yang sudah memiliki hendaknya tetap dijaga agar

tidak mengalami perubahan, terutama perubahan keberatan badan

terlebih (obesitas), cara menjaganya yaitu dengan menjalani pola

hidup sehat mengatur pola makan yang sehat, istilah cukup serta

melakukan olahraga teratur (Nadia oktari dkk, 2023).

2.6 Gambar murid di TK PERKIP


1.4 Kerangka Teoritis

Kerangka Teoritis untuk penelitian ini dapat dilihat pada gambar di

bawah ini :

Penerapan gizi seimbang Lunch Box


pada anak usia dini

Meningkatkan gizi
seimbang

Faktor – faktor yang


mempengaruhi

2.2 Kerangka Teoritis Sumber : Wa ode and Others, 2022

1.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hubungan Antara konsep – konsep

yang ingin di amati melalui penelitian – pelitian yang akan dilakukan.

Kerangka konsep terdiri dari variable - variable dan hubungan dengan

variable yang satu dengan yang lain ( Notoamadjo, 2019 ).

Berdasarkan teori diatas ditentukan variable dependen dan variable

independen seperti dibawah ini :


Variabel Independen Variabel Dependen

Kebiasaan makan
Mempengaruhi kejadian
Gizi Seimbang pada
Peran Guru Lunch Box

2.3 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Hipotesis untuk memperkuat penelitian ini yang menggunakan 2

buah hipotesis yang melakukan pengujian secara statistic, dimana :

1. Ha : Ada hubungan tingkat Kebiasaan makan terhadap penerapan

Gizi seimbang pada Lunch Box anak usia dini di taman kanak –

kanak PERKIP.

2. Ha : Ada hubungan antar peran guru terhadap penerapan Gizi

seimbang pada Lunch Box anak usia dini di taman kanak – kanak

PERKIP.

Anda mungkin juga menyukai