Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANEMIA PADA MASA NIFAS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Dosen pengampu : Mardianti, MKM.

Disusun Oleh :

1. Alya Zilfa Fatunisa (P17324419001)


2. Azmi Fitriyatus Sa’diyah (P17324419004)
3. Christin Bela Putri Pardede (P17324419007)
4. Herlina Putri Suhara (P17324419012)
5. Meilani Dwitasari (P17324419019)
6. Nabila Princesca (P17324419020)
7. Nina Nurkhawi W (P17324419022)
8. Rizma Wulan Dari (P17324419030)
9. Safira Rizky Rahmada (P17324419032)
10. Salma Amilia Azzahra (P17324419033)
11. Santi Nuraini (P17324419035)
12. Wulan Sri Lestari (P17324419047)

KELOMPOK 2

PRODI KEBIDANAN KARAWANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG

2020
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan–Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas dengan judul “anemia pada ibu postpartum”.

Diharapkan makalah tentang “Anemia pada ibu masa nifas” ini dapat
membantu kegiatan belajar mengajar di Prodi Kebidanan Karawang, khususnya
dalam masa pandemic dimana perkuliahan dilaksakan secara online.

Kami menyadari makalah yang sederhana dan singkat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak sangat kami butuhkan demi terciptanya karya yang lebih baik
dimasa-masa yang akan datang. Semoga dengan segala keterbatasan yang ada
pada kami, makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak. Terima
kasih.

Karawang, November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I
1
1
1
2

BAB II
3
3
3
4
5
6
9
10

BAB III
12
12
12

13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa post partum merupakan tantangan bagi banyak ibu yang baru melahirkan.
Pemulihan dari proses melahirkan membutuhkan perawatan dan pengobatan, mulai dari
perawatan diri sendiri maupun perawatan yang membutuhkan peran tenaga kesehatan.
Peningkatan derajat kesehatan bagi ibu yang baru melahirkan dibutuhkan pendidikan tentang
kesehatan, perawatan dan pengobatan yang adekuat.

Anemia pada seorang ibu sering dijumpai pada masa kehamilan maupun masa post
partum. Hal ini terjadi akibat asupan gizi yang tidak adekuat maupun terjadinya perdarahan
pada saat proses melahirkan. Anemia terjadi jika kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah
dari kadar normalnya. Anemia yang parah, kadar hemoglobin dalam darah bisa berkurang
dibawah 30%.

Anemia post partum didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl, hal ini
merupakan masalah yang umum dalam bidang obstetric. Meskipun wanita hamil dengan
kadar besi yang terjamin, konsentrasi hemoglobin biasanya berkisar 11-12 g/dl sebelum
melahirkan. Hal ini di perburuk kehilangan darah saat melahirkan dan pada masa nifas.
Menurut analisa terbaru, kehilangan darah pada saat post partum di atas 500 ml masih
merupakan masalah meskipun pada obstetric modern (Huch A. dkk.,1992).

Anemia pada wanita post partum memiliki dampak yang dapat mengganggu kesehatan
ibu dan meningkatkan risiko terjadinya depresi post partum. Anemia defisiensi besi
merupakan penyebab paling sering dari anemia post partum yang di sebabkan oleh intake zat
besi yang tidak cukup serta kehilangan darah selama kehamilan dan persalinan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian anemia postpartum?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi anemia menurut WHO?
1.2.3 Bagaimana ciri ciri dan tanda gejala anemia pada postpartum?
1.2.4 Bagaimana penyebab anemia postpartum?
1.2.5 Bagaimana kebutuhan nutrisi pada ibu postpartum?

1
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan anemia pada ibu postpartum?
1.2.7 Bagaimana peran bidan dalam mengatasi anemia pada ibu post partum?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mampu mengetahui anemia postpartum
1.3.2 Mampu mengetahui klasifikasi anemia menurut WHO
1.3.3 Mampu menjaskan ciri-ciri dan tanda gejala anemia postpartum
1.3.4 Mampu mengetahui penyebab anemia postpartum
1.3.5 Mampu mengetahui kebutuhan nutrisi anemia postpartum
1.3.6 Mampu mengetahui penatalaksaan anemia postpartum
1.3.7 Mampu mengetahui peran bidan dalam mengatasi anemia pada ibu postpartum

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Anemia Post Partum

Anemia Postpartum

Anemia dalam kehamilan dan perdarahan postpartum merupakan dua kondisi yang
dapat terjadi pada kehamilan yang dapat berakibat buruk pada ibu maupun anak. Anemia
yang merupakan kondisi fisiologis dan perdarahan postpartum yang merupakan salah satu
dampak dari anemia adalah keadaan yang berbahaya bagi kehamilan.

Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan penurunan jumlah kadar
hemoglobin yang menyebabkan terjadinya anemia. Anemia dalam kehamilan merupakan
kondisi ibu hamil dengan kadar Hb <11gr/dl pada trimester I dan III atau kadar Hb <10,5gr/dl
pada trimester II (Munaidy, 2010). WHO menetapkan anemia dalam kehamilan merupakan
kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 gr%. Ibu hamil beresiko mengalami anemia dalam masa
kehamilan karena hal ini merupakan perubahan fisiologis sebagai kompensasi peningkatan
kebutuhan kadar oksigen. Perubahan fisiologis yang terjadi tersebut menyebabkan berbagai
komplikasi salah satunya adalah perdarahan postpartum (Manuaba, 1998). Perdarahan
postpartum merupakan salah satu faktor penyumbang terbesar dalam angka kematian ibu.
Perdarahan postpartum merupakan perdarahan atau kehilangan darah ≥ 500 cc setelah
kelahiran atau kehilangan darah ≥ 1000 cc setelah seksio sesaria (Wuryanti, 2010;
Cunningham, 2006).

2.2 Klasifikasi Anemia Menurut Who

Klasifikasi Anemia

Pemeriksaan hemoglobin secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan yang umumnya
dilakukan untuk mendeteksi anemia.

Klasifikasi menurut WHO :

Normal : ≥ 11 gr %

Anemia ringan : 9-10 gr %

3
Anemia sedang : 7-8 gr%

Anemia berat : < 7 gr%

2.3 Ciri-Ciri Dan Tanda Gejala Anemia Pda Ibu Post Partum

Gejala Anemia

Gejala yang seringkali muncul pada penderita anemia diantaranya (Soebroto,2010) :

1) Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai


2) Wajah tampak pucat
3) Mata berkunang-kunang
4) Nafsu makan berkurang
5) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
6) Sering sakit
Anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, bergantung pada (Soebroto,2010):
1) Kecepatan timbulnya anemia
2) Usia individ
3) Mekanisme kompensasi
4) Tingkat aktivitasnya
5) Keadaan penyakit yang mendasarinya
6) Beratnya anemia

Salah satu dari tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat,
keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya
hemoglobin, dan vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman O2 ke organ-organ vital.
Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi
pigmentasi kulit, suhu, dan keadaan serta distribusi bantalan kapiler. Bantalan kuku, telapak
tangan dan membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indikator yang lebih baik
untuk menilai pucat. Pada anemia berat, gagal jantung kongestif dapat terjadi karena otot
jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi terhadap beban kerja jantung yang meningkat.
Pada anemia berat dapat juga timbul gejala-gejala saluran cerna seperti anoreksia, mual,
konstipasi atau diare, dan stomatitis (nyeri pada lidah dan membrane mukosa mulut), gejala-
gejala umumnya disebabkan oleh keadaan defisiensi, seperti defisiensi zat besi (Price,2005).

4
Mendiagnosis Anemia
Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala yang dikeluhkan pasien,
namun juga dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter. Dokter memerlukan tes
laboratorium, uji laboratorium yang paling baik untuk mendiagnosis anemia meliputi
pengukuran hematokrit atau kadar hemoglobin (Hb). Anemia dapat didiagnosis dengan pasti
kalau kadar Hb lebih rendah dari batas normal, berdasarkan kelompok umur dan jenis
kelamin (Soebroto,2010)

2.4 Penyebab Anemia Ibu Post Partum

Masalah anemia postpartum tidak banyak diteliti layaknya anemia prepartum2. Akses
data terkait anemia postpartum di Indonesia masih sulit dikarenakan keterbatasan data. Data
anemia postpartum hanya dapat diakses melalui jurnal dan penelitian. Namun, dapat
dilakukan estimasi berdasarkan prevalensi anemia kehamilan, dengan asumsi angka akan
meningkat karena pengeluaran darah selama bersalin. Oleh karena itu, anemia postpartum
merupakan masalah signifikan namun jarang terdeteksi2. Jika anemia postpartum tidak
terdeteksi, akan terjadi penurunan kemampuan fisik dan emosional dibandingkan dengan ibu
non-anemia. Sehingga untuk membatasi kemungkinan morbiditas terkait anemia, data tingkat
populasi anemia postpartum diperlukan untuk menginformasikan pengembangan panduan
untuk skrining anemia pascapersalinan.

Sebagian besar ibu pulih dari anemia postpartum membutuhkan waktu beberapa minggu atau
beberapa bulan setelah melahirkan. Namun, dalam masa pemulihan ini dimulai dengan
kondisi hematologis yang tidak menguntungkan, kelainan fungsi dapat muncul atau
memburuk (gejala depresi, kelelahan, ketidakmampuan menyusui, dan lain-lain) sehingga
anemia postpartum memerlukan lebih banyak perhatian dan kualitas dalam hal diagnosis dan
pengobatannya.

Faktor yang paling kuat menyebabkan anemia postpartum adalah kehilangan darah selama
persalinan baik dalam ukuran sedang maupun banyak. Kejadian yang menyebabkan ibu
kehilangan darah dalam jumlah sedang hingga besar yaitu tindakan intervensi selama
persalinan seperti episiotomi, persalinan dengan menggunakan vakum; laserasi perineum
derajat tiga atau empat; dan tindakan caesarea. Diantara tindakan selama persalinan, caesarea
secara signifikan meningkatkan kejadian anemia postpartum.

5
2.5 Kebutuhan Nutrisi Pada Ibu Post Partum

Pada 2 jam setelah melahirkan jika tidak ada kemungkinan komplikasi yang memerlukan
anestesi, ibu dapat diberikan makan dan minum jika ia lapar dan haus. Konsumsi makanan
dengan menu seimbang, bergizi dan mengandung cukup kalori membantu memulihkan tubuh
dan mempertahankan tubuh dari infeksi, mempercepat pengeluaran ASI serta mencegah
konstipasi. Obat-obatan dikonsumsi sebatas yang dianjurkan dan tidak berlebihan, selain itu
ibu memerlukan:

1) Tambahan kalori 500 kalori tiap hari. Untuk menghasilkan setiap 100 ml susu, Ibu
memerlukan asupan kalori 85 kalori. Pada saat minggu pertama dari 6 bulan menyusui
(ASI ekslusif) jumlah susu yang haru s dihasilkan oleh ibu sebanyak 750 ml setiap
harinya. Dan mulai minggu kedua susu yang harus dihasilkan adalah sejumlah 600 ml,
jadi tambahan jumlah kalori yang harus dikonsumsi oleh ibu adalah 510 kalori.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup, pedoman umum yang baik untuk diet adalah 2-4 porsi/hari dengan menu 4
kebutuhan dasar makanan (daging, buah, sayuran, roti/biji-bijian).
3) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
persalinan.
4) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI
5) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setelah setiap kali
selesai menyusui)
6) Hindari makanan yang mengandung kafein/nikotin.

Tableperbandingan kebutuhan gizi wanita normal, ibu hamil, dan menyusui

No Makanan Normal Hamil Menyusui


.
1. Kalori (kal) 2500 2500 3000
2. Protein (gram) 60 85 100
3. Kalsium (gram) 0,8 1,5 2
4. Feerum (Fe) (mg) 12 15 15
5. Vitamin A (IU) 5000 6000 8000
6. Vitamin B (mg) 1,5 1,8 2,3

6
7. Vitamin C (mg) 70 100 150
8. Vitamin D (SI) 2,2 2,5 3
9. Riboflavin 15 18 23
10. Asam Nikotin - 600 700

Sumber Makanan

1. Sumber tenaga ( energi )

Untuk pembakaran tubuh, pembentukkan jaringan baru, penghematan protein . Zat gizi
sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu, jagung, tepung terigu dan ubi.
Sedangkan Lemak dapat diperoleh dari hewani ( lemak, mentega, keju ) dan nabati
( kelapa sawit, minyak sayur, minyal kelapa dan margarine ).

2. Sumber pembangun ( protein)

Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel – sel yang rusak atau mati.
Protein dari makanan harus diubah menjadi asam amino sebelum diserap oleh sel
mukosa usus dan dibawa ke hati melalui pembuluh darah vena portae. Sumber protein
dapat diperoleh dari protein hewani ( ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati,
telur, susu dan keju ) dan protein nabati ( kacang tanah, kacang merah, kacang hijau,
kedelai, tahu dan tempe ).

3. Mineral
a. Zat kapur : Untuk pembentukan tulang, sumbernya : susu, keju, kacang – kacangan
dan sayuran berwarna hijau.
b. Fosfor : Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak, sumbernya : susu,
keju dan daging.
c. Zat besi : Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena
dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel darah merah
( HB ) sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara
lain kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang – kacangan dan sayuran hijau.
d. Yodium: Sangat penting untuk mencegah timbulnya kelemahan mental dan
kekerdilan fisik yang serius, sumbernya : minyak ikan, ikan laut dan garam
beryodium.
e. Kalsium : Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak,
sumbernya : susu dan keju

7
4. Vitamin
a. Vitamin A : Pemberian Vitamin A pada ibu nifas, yang diberikan segera setelah bayi
dilahirkan sampai usia bayi 60 bulan. Terbukti dapat menaikan status vitamin A bayi
pada usia 2 bulan sampai bayi berusia enam bulan. Sehingga dengan pemberian
suplementasi vitamin A pada ibu nifas dapat menurunkan resiko terjadinya
gangguan kesehatan akibat kekurangan vitamin A, seperti buta senja. Selain
berfungsi untuk kesehatan mata, Vitamin A juga berfungsi untuk kekebalan tubuh,
sehingga dengan terpenuhinya Vitamin A pada ibu nifas dapat berdampak positif
pada bayi yang dilahirkan, karena kemungkinan bayi akan mempunyai kekebalan
tubuh yang berasal dari Vitamin A.

b. Vitamin B1 ( Thiamin ) : Dibutuhkan agar kerja syaraf dan jantung normal,


membantu metabolisme karbohidrat secara tepat oleh tubuh, nafsu makan yang
baik , membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan pertahanan tubuh
terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumbernya : hati, kuning telur, susu,
kacang – kacangan, tomat jeruk nanas dan kentang bakar.

c. Vitamin B2 ( Riboflavin ) :dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan,


pencernaan, system urat syaraf, jaringan kulit dan mata. Sumber : hati, kuning telur,
susu, keju, kacang- kacangan, dan sayuran berwarna hijau.

d. Folic Acid :untuk pertumbuhan pembentukkan sel darah merah dan produksi inti sel.
Sumber : hati, daging, ikan, jeroan dan sayuran hijau.

e. Vitamin C :Untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semu jaringan ikat ( untuk
penyembuhan luka ), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap
infeksi, serta memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumber : jeruk, tomat,
melon, brokoli, jambu biji, mangga, papaya dan sayuran.

f. Vitamin D : untuk pertumbuhan, pembentukkan tulang dan gigi serta penyerapan


kalsium dan fosfor. Sumbernya antara lain : minyak ikan, susu, margarine dan
penyinaran kulit dengan sinar matahari pagi ( sebelum pukul 09.00 )

8
g. Vitamin K : untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan darah normal.
Sumber vitamin K adalah kuning telur, hati, brokoli, asparagus dan bayam.

Diet bagi ibu yang telah melahirkan harus banyak mengandung zat-zat yang berguna
bagi tubuh, bervariasi dan seimbang, protein yang adekuat, zat besi dan vitamin untuk
mengatasi anemia. Serat untuk memperlancar ekskresi dan juga sejumlah cairan. Ibu
menyusui harus :

1) Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari


2) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
3) Pil zat besi harus diminum setidaknyaselama 40 hari pasca persalinan
4) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASInya.

2.6 penatalaksanaan anemia pada ibu post partum

Penatalaksanaan Anemia Dalam Nifas Adalah Sebagai Berikut :

a. Pada anemi ringan, bisa diberikan sulfas ferosis 3 x 100 mg/hari dikombinasi dengan
asam folat / B12 : 15 –30 mg/hari.

b. Lakukan pemeriksaan Hb post partum, sebaiknya 3-4 hari setelah anak lahir. Karena
hemodialisis lengkap setelah perdarahan memerlukan waktu 2-3 hari.

c. Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada waktu
persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 6 gr (anemia pasca perdarahan).

d. Anjurkan ibu makan makanan yang mengandung banyak protein, zat besi/Fe, dan asam
folat.

e. Istirahat dan batasi aktvitas

2.7 Peran bidan dalam mengatasi anemia pada ibu post partum

Peran bidan

1. Anemia ringan

9
a) Bidan hendaknya memberikan penkes tentang pemenuhan kebutuhan asupan zat besi dan
kebutuhan istirahat

b) Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi preparat fe : Fero sulfat, Fero
gluconat atau Na-fero bisitrat secara oral untuk mengembalikan simpanan zat besi ibu.
Pemberian preparat fe 60mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1gr% perbulan. Jika ada
indikasi perdarahan pasca persalinan dengan syok, kehilangan darah saat operasi dan kadar
Hb ibu nifas kurang dari 9,0gr% maka transfusi darah dengan pack Cell dapat diberikan

2. Anemia sedang

Menurut Manuaba (2007) penatalaksanaan anemia sedang antara lain :

a) Meningkatkan gizi penderita. Faktor utama penyebab anemia ini adalah faktor gizi,
terutama protein dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi sangat diperlukan oleh ibu
nifas yang mengalami anemia sedang

b) Memberi suplemen zat besi

• Peroral

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi sebanyak 600-1000mg sehari seperti sulfas
ferrosus atau glukonas ferrosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10gr/100ml atau lebih. Vitamin
C mempunyai khasiat mengubah ion ferri menjadi ferro yang lebih mudah diserap oleh
selaput usus

• Parental

Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi peroral, ada gangguan absorbsi,
penyakit saluran pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri secara
intramuskular/intravena. Diberikan ferum desktran 100 dosis total 1000-2000mg intravena.

• Transfusi darah

Transfusi darah sebagai pengobatan anemia sedang dalam masa nifas sangat jarang diberikan
walah Hbnya kurang dari 6gr/100ml, apabila tidak terjadi perdarahan.

3. Anemia berat

Menurut Prawirohardjo (2007) penatalaksanaan anemia berat antara lain :

10
• Pemberian sulfas ferosis 3x100mg/hari dikombinasikan dengan asam folat/B12 : 15-
20mg/hari.

• Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan

• Transfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada waktu
persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 6gr. Bila anemia berat dengan Hb
kurang dari 6gr% perlu transfusi disamping obat-obatan diatas dan bila tidak ada perbaikan,
cari penyebabnya

11
BAB III

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masa post partum merupakan tantangan bagi banyak ibu yang baru
melahirkan.Pemulihan dari proses melahirkan membutuhkan perawatan dan pengobatan,
mulai
dari perawatan diri sendiri maupun perawatan yang membutuhkan peran tenaga kesehatan.Pe
ningkatan derajat kesehatan bagi ibu yang baru melahirkan dibutuhkan pendidikan
tentangkesehatan, perawatan dan pengobatan yang adekuat. Anemia pada seorang ibu
seringdijumpai pada masa kehamilan maupun masa post partum. Hal ini terjadi akibat asupan
giziyang tidak adekuat maupun terjadinya perdarahan pada saat proses melahirkan.
Anemiaterjadi jika kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari kadar normalnya.
Anemia
yang parah, kadar hemoglobin dalam darah bisa berkurang dibawah 30%. Anemia post partu
mdidefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10gr/dl, hal ini merupakan masalah
yangumum dalam bidang obstetric.

4.2 Saran
         Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami meminta kritik
maupun saran yang membangun dari pembaca agar bisa lebih baik kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Wuryanti, A. 2010. Hubungan anemia dalam kehamilan dengan perdarahan postpartum


karena atonia uteri di RSUD Wonogiri. Surakarta: FK UNS.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/120/jtptunimus-gdl-nouritameg-5994-2-babii.pdf

https://griyahusada.id/files/bahan-ajar/Modul%20Nifas.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/198007
012005012-CICA_YULIA/KEBUTUHAN_GIZI_IBU_NIFAS.pdf

https://www.slideshare.net/Zahraazmalunnisaramadan/anemia-p

http://repository.unimus.ac.id/2615/3/14.%20BAB%20II.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai