Hak Asasi Manusia Dan Negara Hukum
Hak Asasi Manusia Dan Negara Hukum
Hak Asasi Manusia Dan Negara Hukum
(RULE OF LAW)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kewarganegaraan
Dosen pengampu : M. Jannuar Ibnu Adham, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh :
Putri Dhea Octavianie P17324419026
Santi Nuraini P17324419035
Wulan Sri Lestari P17324419047
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya. Penyusun berharap tulisan
ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami tentang Hak Asasi Manusia
dan Negara Hukum (Rule of Law). Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan
tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat sangat membangun,
penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................
BAB I
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.4 Tujuan............................................................................................................................
BAB II
2.1 Pengertian dan hakikat HAM........................................................................................
2.2 Sejarah perkembangan HAM........................................................................................
2.3 HAM dimata dunia........................................................................................................
2.4 HAM di Indonesia.........................................................................................................
2.5 Nilai-nilai dasar dalam HAM........................................................................................
2.6 Bentuk-bentuk HAM.....................................................................................................
2.7 Bentuk pelanggaran HAM.............................................................................................
2.8 Pengertian dan hakikat dalam negara hukum................................................................
2.9 Prinsip-prinsip Rule Of Law..........................................................................................
BAB III
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.Penegakan HAM yang kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan
hak asasinya, yaitu: “kemerdekaan”, yang telah berabad-abad dirampas oleh
penjajah. Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan
yang dialami karena hak asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu,
tidak mengherankan setelah berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri
ini mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang
Dasar1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita yang harus
dilaksanakan dan dicapai.
4
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dan hakikat HAM?
b. Bagaimana sejarah perkembangan HAM?
c. Bagaimana HAM dimata dunia?
d. Bagaimana HAM di Indonesia?
e. Apa saja nilai-nilai dasar dalam HAM?
f. Apa saja bentuk-bentuk HAM?
g. Apa saja bentuk pelanggaran HAM?
h. Apa pengertian dan hakikat dalam negara hukum?
i. Apa saja prinsip-prinsip Rule Of Law?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat HAM?
b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan HAM?
c. Untuk mengetahui HAM dimata dunia?
d. Untuk mengetahui HAM di Indonesia?
e. Untuk Mengetahui nilai-nilai dasar dalam HAM?
f. Untuk mengetahui bentuk-bentuk HAM?
g. Untuk mengetahui bentuk pelanggaran HAM?
h. Untuk mengetahui dan hakikat dalam negara hukum?
i. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Rule Of Law?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Hak Asasi Manusia belum ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan
penindasan atas Hak Asasi Manusia, baik oleh masyarakat, bangsa, dan
pemerintah suatu negara.
Pada masa lalu, manusia banyak yang belum mengakui derajat manusia
lain. Akibatnya banyak terjadi penindasan manusia oleh manusia lain. Misalnya
penjajahan, perbudakan, dan penguasaan. Fungsi indonesia dahulu pernah
mengalami penjajahan oleh bangsa lain. Kita sebagaiu bangsa sungguh menderita,
sengsara, tertindas, dan tidak bebas. Oleh karena itu, perjuangan menegakkan hak
asasi manusia harus terus-menerus dilakukan. Pada masa sekarang pun masih
banyak manusia atau bangsa, yang menindas manusia dan bangsa lain.
Hak asasi manusia wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Istilah hak asasi manusia bermula dari Barat yang dikenal dengan right of
man untuk menggantikan natural right. Karena istilah right of man tidak
mencakup right of woman maka oleh Eleoner Roosevelt diganti dengan istilah
human right yang lebih universal dan netral (Gazalli, 2004).
7
hak dasar perorangan yang alami. Hak-hak alamiah itu meliputi hak untuk hidup,
hak kemerdekaan, dan hak milik. Setelah bernegara, hak-hak dasar itu tidak
lenyap tetapi justru harus dijamin dalam kehidupan bernegara.
Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul karena
inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan
sewenang-wenang dari penguasa, penjajah, perbudakan, ketidakadilan, dan
kezaliman (tirani).
8
tersebut mengakibatkan rasa puas kaum bangsawan yang kemudian berhasil
membuat suatu perjanjian yang disebut Magna Charta. Magna Charta
membatasi kekuasaan Raja John di Inggris.
9
c. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Perjuangan penegakan hak asasi manusia di Amerika didasari pemikiran
John Locke, yaitu tentang hak-hak alam seperti, hak hidup (life), hak kebebasan
(liberty), dan hak milik (property). Dasar inilah yang kemudian dijadikan
landasan bagi pengakuan hak-hak asasi manusia yang terlihat dalam Declaration
of Independence of The United States.
10
e. Atlantic Charter Tahun 1941
Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang Dunia II yang
dipelopori oleh F.D. Roosevelt, yang menyebutkan The Four Freedom (empat
macam kebebasan):
Kebebasan ntuk beragama (freedom of religion)
Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech and thought)
Kebebaasan dari rasa takut (freedom of fear)
Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want)
Empat kebebasan tersebut dianggap sebagai tiang penjaga hak-hak asasi
manusia yang mendasar.
11
g. Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1966
Tahun 1966, dalam sidang Majelis Umum PBB, telah diakui convenant on
Human Rights dalam hukum internasional dan diratifikasi oleh negara-negara
anggota PBB. Convenats tersebut antara lain :
The International on Civil and Political Rights, yaitu tentang hak sipil dan
hak politik (konvens tentang hak sipil dan hak politik,1966).
The International Convenat of Economic, Social, Culture, and Human Rights,
yaitu berisi syarat dan nilai-nilai bagi sistem demokrasi dan ekonomi, sosial,
dan budaya (konvensi tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya,1966).
Optional Protocol, adanya kemungkinan seorang warga negara yang
mengadukan pelanggaran hak asasi manusia kepada The Human Righat
Commite PBB setelah melalui upaya pengadilan di negaranya.
2) Generasi kedua adalah hak ekonomi, sosial dan budaya yang diperjuangkan
oleh negara Sosialis Eropa Timur, misalnya: hak atas pekerjaan , hak atas
penghasilan yang layak, hak membentuk serikat pekerja, hak atas pangan,
kesehatan, hak atas perumahan, pendidikan, dan hak atas jaminan sosial.
12
Perkembangan selanjutnya, yaitu muncul generasi keempat hak asasi
manusia ( Tim ICCE UIN,2003). Hak asasi manusia generasi keempat ini
mengkritik peranan negara yang sanngat dominan dalam pembangunan yang
berfokus pembangunan ekonomi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi
keadilan rakyat. Program dijalankan tidak memenuhi kebutuhan rakyat banyak
tetapi untuk sekelompok atau elite penguasa saja. Pemikiran manusia generasi
keempat dipelopori oleh negara-negara Asia pada tahun 1983 yang melahirkan
deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of The Basic Duties of
Asian People and Goverment.
Pemikiran generasi keempat ini lebih maju dari generasi ketiga, karenanya
tidak saja mencakup struktural, tetapi juga berpijak pada terciptanya tatanan sosial
yang berkeadilan. Deklarasi hak asasi manusia Asia selain berbicara tentang hak
asasi yang berbicara tentang kewajiban asasi.
13
kepada para bangsawan Inggris beserta keturunannya seperti untuk tidak
dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan.
Selain Magna Charta, kemudian ada pula Petition of Rights tahun 1628
yang pertanyaan-pertanyaan mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya,
Habeas Corpus Act (1679) yang mengatur tentang penahanan seseorang sehingga
tidak terjadi kesewenang-wenangan, dan juga Bill of Rights tahun 1689.
Dokumen-dokumen tersebut semuanya adalah berasal dari Inggris.
Pada saat itu, sistem pemerintahan dan politik di Inggris didominasi oleh
pandangan monarki absolut di mana raja berkuasa sepenuhnya terhadap rakyat
bahkan terhadap hak yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia.
14
memuat 3 hal, yaitu hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan
persaudaraan (fraternite).
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dunia dan hukum
internasional memandang HAM sangatlah penting. Mulai dari sejarah
perkembangan HAM di dunia internasional yang semakin menjunjung tinggi
HAM dan menolak kesewenang-wenangan penguasa hingga peraturan-peraturan
hukum internasional yang juga memandang HAM sangat penting.
Hal lain yang menunjukkan bahwa HAM adalah sangat penting dalam
dunia internasional adalah karena tujuan utama pembentukan PBB adalah untuk
memelihara perdamaian keamanan serta stabilitas internasional dan juga
perlindungan HAM membuat kedudukan PBB adalah sebagai organisasi yang
lebih tinggi kedudukannya dibanding organisasi internasional lainnya, dan Piagam
15
PBB memiliki kedudukan lebih tinggi dari perjanjian-perjanjian internasional
yang lain.
16
negara atau institusi tertentu .Namun apakah disengaja ataupun tidak , negara
(dalam hal ini yaitu Komnas HAM) sepertinya sangat lamban untuk mengungkap
dan mengupas secara detail kasus – kasus pelanggaran HAM yang terjadi baik itu
kasus yang disorot media ataupun yang tidak terlalu disorot . Apalagi disaat Orde
baru berkuasa , terlalu banyak kasus – kasus pelanggaran HAM yang belum bisa
terungkap dan tertutupi awal tebal oleh konspirasi pihak elite kekuasaan pada saat
itu dan diterusakan saat ini .
17
terpaksa melakukan tindakan progresif untuk mengendalikannya. Mungkin semua
itu dapat kita kendalikan jika tidak ada tindakan – tindakan atau kebijakan –
kebijakan dari pemerintah yang memberatkan rakyat, karena biasanya rakyat
bertindak dikarenakan hal tersebut. Tidak akan ada suatu masyarakat menyerang
atau menuntut ke pemerintahannya jika tidak ada hal dasar yang
melatarbelakanginya.
18
3) hak kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab.
19
untuk menghargai tersangka tersebut akan haknya dalam mendapat layanan
dan perlindungan hokum serta bersamaan kedudukannya dalam hokum.
h. Hak asasi tidak dapat dilaksanakan secara mutlak karena akan melanggar
hak-hak asasi orang lain, sehingga hak-hak asasi dalam pelaksanaanya
dibatasi dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, pada UUD 1945 dan
peraturan perundangan lainnya.
Dan juga, tidak menutup kemungkinan juga, kalian tidak pernah melihat
pengeroyokan, caci maki bahkan tawuran dan masih banyak lagi lainnya. Selain
itu, yang disebut pelecehan, penghinaan, atau pelanggaran tidak adil itu adalah
salah satu bentuk perjuangan HAM yang sering, tidak sering lagi tetapi sering
terjadi di masyarakat.
Bentuk patah HAM yang sering muncul biasa terjadi dalam 2 bentuk, yaitu
sebagai berikut:
Diskriminasi . Yakni suatu keputusan, pelecehan atau pengucilan langsung atau
tidak langsung mengenai pembedaan manusia, agama dasar, suku, ras, kelompok,
golongan, jenis kelamin, etnik, pertarungan terkait politik yang selanjutnya
berimbas pada manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individu,
maupun kolektif di dalam berbagai aspek kehidupan.
Penyiksaan . Yakni tindakan yang dilakukan secara sengaja menimbulkan rasa
sakit yang teramat atau penderitaan baik itu jasmani maupun rohani pada
seseorang untuk mendapat pengakuan dari seseorang atau orang ketiga.
Berdasarkan sifatnya, dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
20
Pelanggaran HAM berat , yakni menentang HAM yang berbahaya, dan
menantang manusiawa, seperti menentang, penganiayaan, perampokan,
perbudakan, penyanderaan dan lain sebagainya.
Pelanggaran HAM ringan , namun menentang HAM yang dilindungi,
ditanggulangi. Misal, seperti kelalaian dalam memberikan pelayanan kesehatan,
pencemaran lingkungan oleh masyarakat dan sebagainya.
21
7. Perkosaan, perbudakan seks, pelacuran paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi paksa atau segala bentuk kekerasan seksual
lainnya yang sesuai.
8. Penganiayaan terhadap kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
dengan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang terkait universal seperti hal yang diajukan
sesuai hukum internasional.
9. Penghilangan orang secara paksa.
22
Konsep rechtsstaat mengutamakan prinsip wetmatigheid yang kemudian menjadi
rechtmatigheid.
1. unsur-unsur rechtsstaat :
a. adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM).
b. adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara untuk menjamin
perlindungan HAM,
b. pemerintahan berdasarkan peraturan,
c. adanya peradilan administrasi.
Negara Anglo Saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “ The Rule Of The Law” atau
pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary.
23
aturan tertentu. Aturan-aturan yang mendefinisikan supremasi hukum adalah supremasi
absolut atau dominasi hukum atas semua orang, baik penguasa maupun yang diperintah.
Ini mengandaikan bahwa laki-laki harus berkuasa sesuai dengan hukum seperti yang
dinyatakan dan tidak sesuai dengan keinginan dan kapri mereka sendiri. Ini berarti bahwa
pemerintah harus berkuasa sesuai dengan ketentuan konstitusi dan pemerintah harus tunduk
pada hukum dan tidak di atasnya. Doktrin kedaulatan hukum dikemukakan oleh Profesor AV
Dicey pada tahun 1885. Doktrin ini memiliki prinsip-prinsip tertentu seperti asas hukum adat.
Ketiga, memberikan perlindungan hukum yang efektif bagi pelapor pemerintah yang
merilis informasi tentang kepentingan publik kepada media atau publik. Pernyataan ulang
prinsip-prinsip akal sehat seperti itu, dalam forum publik yang dihadiri oleh pejabat tinggi
dari seluruh dunia, akan menggarisbawahi kepentingan mereka. Lebih baik lagi, negara
bahkan mungkin menyetujui suatu proses di mana, selama beberapa tahun berikutnya, mereka
akan mengartikulasikan komitmen “peregangan” khusus untuk masing-masing, dengan
kemajuan yang dipantau secara transparan.
1. Supremasi Hukum
Untuk undang-undang yang dibuat untuk mengatur tindakan pemerintah dan orang-
orang untuk bekerja dengan baik, itu harus memiliki supremasi absolut atau dominasi atas
semua orang di negara ini. Ini menunjukkan bahwa hukum harus unik, dikenal dan berkuasa
dengan baik dan di atas semua orang yang hidup dalam batas-batas negara seperti contoh
hukum adat.
24
huruf, pejabat pemerintah atau warga biasa, hukum yang sama berlaku untuk kita semua.
Sampai sejauh ini, jika penguasa dan yang diperintah melakukan pelanggaran yang sama,
keduanya harus diberi hukuman yang sama. Hukum tidak boleh ditekuk untuk menghormati
status, pangkat atau posisi seseorang.
4. Akuntabilitas
Pemerintah serta aktor swasta bertanggung jawab di bawah hukum.
5. Hanya Hukum
Hukumnya jelas, dipublikasikan, stabil, dan adil, diterapkan secara merata dan
melindungi hak-hak dasar, termasuk keamanan orang dan properti dan hak asasi manusia inti
tertentu.
6. Pemerintahan Terbuka
Proses di mana undang-undang diberlakukan, diatur, dan ditegakkan dapat diakses,
adil, dan efisien seperti ciri-ciri hukum adat.
7. Keadilan Penyelesaian
Sengketa yang Tidak Dapat Diakses dan Tidak Langsung disampaikan tepat waktu
oleh perwakilan dan netral yang kompeten, etis, dan independen yang dapat diakses, memiliki
sumber daya yang memadai, dan mencerminkan susunan komunitas yang mereka layani.
25
Keseluruhan prinsip universal ini merupakan definisi kerja dari aturan hukum. Mereka
dikembangkan sesuai dengan standar dan norma yang diterima secara internasional, dan diuji
dan disempurnakan dengan berkonsultasi dengan berbagai ahli di seluruh dunia.
2. Imunitas Diplomatik
Duta dan diplomat tidak dapat digugat dan dituntut di negara-negara di mana mereka
melayani karena mereka diperlakukan sebagai di atas hukum negara tuan rumah, melainkan
mereka dapat dipulangkan. Ini merongrong prinsip kesetaraan semua orang di hadapan
hukum.
4. Keistimewaan Khusus
Ada beberapa individu tertentu yang kebal terhadap hukum negara. Orang-orang
seperti itu termasuk Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur, anggota Parlemen (Majelis
Nasional) dan beberapa pejabat tinggi pemerintah lainnya. Hakim kebal hukum saat
mengadili di pengadilan. Ini untuk membuat mereka melaksanakan tugas mereka tanpa rasa
takut atau rasa suka.
26
5. Keadaan Darurat dan Perang
Selama kondisi-kondisi tertentu yang kritis yang dapat membuat pemerintah
menyatakan keadaan darurat atau ketika ada perang, pemerintah biasanya menggunakan
kekuasaan diskresioner tertentu. Kekuatan ini ketika dilaksanakan oleh pemerintah biasanya
menyangkal individu bagian dari hak asasi manusia mereka sebagai orang mungkin terbatas
pada rumah mereka atau dibatasi dari melakukan kegiatan tertentu atau individu mungkin
dipaksa untuk pergi dan berperang untuk membela negara mereka bahkan jika itu melawan
keinginan mereka.
27
Tidak ada satu pun definisi yang disepakati mengenai aturan hukum. Namun, ada
definisi inti dasar yang mendekati penerimaan universal. Seperti yang ditulis oleh Emeritus
Profesor Geoffrey Walker, dalam karya definisinya tentang aturan hukum : sebagian besar isi
aturan hukum dapat diringkas dalam dua poin:
“Bahwa orang-orang (termasuk, seseorang harus menambahkan, pemerintah) harus
diperintah oleh hukum dan menaatinya dan bahwa hukum harus sedemikian rupa sehingga
orang akan dapat (dan, orang harus menambahkan, bersedia) untuk dibimbing olehnya. ”
Geoffrey de Q. Walker, Aturan hukum: landasan demokrasi konstitusional:
“Aturan hukum adalah prinsip menyeluruh yang memastikan bahwa warga Australia diatur
oleh undang-undang yang dibuat oleh perwakilan terpilih mereka dan yang mencerminkan
aturan hukum. Itu mengharuskan bahwa undang-undang dikelola dengan adil dan adil.
KEPALA Dinas Kesahatan DKI Jakarta, Koesmedi, menilai ada kelalaian dari
pihak Rumah Sakit Mitra Keluarga terkait dengan kematian bayi Tiara Debora
Simanjorang (4 bulan). Kesimpulan itu hasil penggalian data dan informasi
terhadap pihak RS Mitra Keluarga, demikian dilaporkan oleh berbagai media di
Indonesia akhir-akhir ini. Polemik atas peristiwa ini mencuat setelah viral di
media massa, bahwa terdapat dugaan keterlambatan penanganan oleh rumah sakit
karena persoalan pembiayaan sehingga korban tidak bisa ditangani difasilitas
ICU. Meskipun, pihak rumah sakit mendalilkan bahwa mereka tetap melakukan
penanganan medis secara maksimal terhadap korban, walaupun pada akhirnya
korban tidak dapat diselamatkan. Tentu kebenaran atas klaim penyebab kematian
korban versi rumah sakit, problem adiministrasi dan pelayanan medis, lamanya
waktu penanganan, persoalan jaminan kesehatan dengan fasilitas BPJS dan
berbagai keterangan keluarga korban masih memerlukan verifikasi dari otortitas
kesehatan dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI. Akan tetapi, tidak bisa
dihindari adalah rencana dari peran kepolisian yang akan melakukan pemeriksaan
secara meteriil peristiwa tersebut guna menentukan ada atau tidaknya tindak
pidana yang menyebabkan kematian korban. Baca juga: Orangtua Debora
Siapkan Materi Laporan terhadap RS Mitra Keluarga Hak atas kesehatan
Kesehatan adalah hak asasi manusia yang fundamental dan tak ternilai demi
terlaksananya hak asasi manusia yang lainnya. Setiap orang berhak untuk
28
menikmati standar kesehatan tertinggi yang dapat dijangkau dan kondusif bagi
kehidupan manusia yang berderajat yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian, maka hak atas
kesehatan dapat dimaknai sebagai bagian dari seperangkat hak yang melekat pada
hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia (vide Pasal 1 angka 1 UU Nomor 39
Tahun 1999 tentang HAM). Oleh karena itu, maka terdapat konsekuensi
perlindungan terhadap impelmentasi pelaksanaan hak atas kesehatan tersebut
secara maksimal sehingga tidak ada tindakan yang bersifat mengurangi,
menghalangi, membatasi, atau mencabut hak asasi manusia seseorang. Hak atas
kesehatan secara tegas telah dijamin dalam instrumen hukum dan HAM, baik
nasional dan internasional. Instrumen nasional merujuk pada ketentuan Pasal 28 H
ayat (1) UUD 1945 juncto Pasal 9 ayat (3) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM dan UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam instrumen HAM
internasional, hak atas kesehatan diatur melalui Pasal 25 ayat (1) dan (2) Deklarasi
Universal Hak-Hak Asasi Manusia yang diterima dan diumumkan oleh Majelis
Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 dengan Resolusi 217 A (III). Ayat
(1) berbunyi, setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk
kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan,
pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang
diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit,
cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang
mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.
Sedangkan ayat (2) justru memberikan penegasan perlindungan terhadap Ibu dan
anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan istimewa. Lihat Foto
Orangtua bayi Debora mendatangi kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) di Jakarta Pusat, Senin (11/9/2017).(KOMPAS.COM/Anggita Muslimah)
Rujukan tersebut, secara teknis ditekankan melalui Pasal 12 Kovenan
Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang ditetapkan oleh
29
Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966 dan telah
diratifikasi oleh Indonesia melalui UU Nomor 11 Tahun 2005, menyatakan bahwa
Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk menikmati
standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental. Sedangkan
untuk mencapai perwujudan hak kesehatan tersebut, negara harus melakukan
tindakan sekurang-kurangnya 4 (empat) hal yaitu: (1) menyusun ketentuan-
ketentuan untuk melakukan pengurangan tingkat kelahiran-mati dan kematian
anak serta perkembangan anak yang sehat; (2) melakukan perbaikan semua aspek
kesehatan lingkungan dan industri; (3) melakukan pencegahan, pengobatan dan
pengendalian segala penyakit menular, endemik, penyakit lainnya yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan (4) penciptaan kondisi-kondisi yang akan
menjamin semua pelayanan dan perhatian medis dalam hal sakitnya seseorang.
Komentar Umum Hak EKOSOB Nomor 14 terkait dengan "Hak atas Standar
Kesehatan Tertinggi yang Dapat Dijangkau" menegaskan bahwa hak atas
kesehatan dalam segala bentuknya dan semua levelnya mengandung elemen yang
penting dan terkait penerapan yang tepat akan sangat bergantung 4 (empat) hal:
Pertama, ketersediaan. Pelaksanaan fungsi kesehatan publik dan fasilitas
pelayanan kesehatan, barang dan jasa-jasa kesehatan, juga program-program,
harus tersedia dalam kuantitas yang cukup. Kedua, aksesibilitas. Fasilitas
kesehatan, barang dan jasa, harus dapat diakses oleh tiap orang: a) Tidak
diskriminasi, harus dapat diakses oleh semua,terutama oleh masyarakat yang
marginal; b) Akses secara fisik, fasilitas kesehatan, barang dan jasa harus dapat
terjangkau secara fisik dengan aman bagi semua, terutama bagi kelompok yang
rentan atau marginal; c) Akses ekonomi, fasilitas kesehatan, barang dan jasa harus
dapat terjangkau secara ekonomi bagi semua, memastikan bahwa pelayanan ini,
yang tersedia baik secara privat maupun publik, terjangkau oleh semua, termasuk
kelompok yang tidak beruntung secara sosial. Kesamaan mensyaratkan bahwa
masyarakat miskin tidaklah harus dibebani biaya kesehatan secara tidak
proporsional dibandingkan dengan masyarakat kaya; d) Akses informasi,
aksesibilitasnya mencakup hak untuk mencari dan menerima atau membagi
informasi dan ide, mengenai masalah-masalah kesehatan. Ketiga, penerimaan.
Segala fasilitas kesehatan, barang dan pelayanan harus diterima oleh etika medis
30
dan sesuai secara budaya, misalnya menghormati kebudayaan individu-individu,
kaum minoritas, kelompok dan masyarakat, sensitif terhadap jender dan
persyaratan siklus hidup. Keempat, kualitas. Selain secara budaya diterima,
fasilitas kesehatan, barang dan jasa harus secara ilmu dan secara medis sesuai
serta dalam kualitas yang baik. Hal ini mensyaratkan antara lain, personil yang
secara medis berkemampuan, obat-obatan dan perlengkapan rumah sakit yang
secara ilmu diakui dan tidak kedaluwarsa, air minum aman dan dapat diminum,
serta sanitasi yang memadai. Baca juga: RS Mitra Keluarga Lalai karena Suruh
Orangtua Debora Cari Rujukan Audit bidang kesehatan Peristiwa Debora ini
harus menjadi momentum oleh pemerintah untuk melakukan audit bidang
kesehatan dengan merujuk pada standar dan norma HAM tersebut di atas yang
meliputi aspek ketersediaan, aksesibiltas, peneriman dan kualitas. Audit ini
kiranya, untuk sementara difokuskan pada satu rumah sakit yang diduga terkait
dengan peristiwa Debora ini. Kewajiban ini sejalan dengan konsep bahwa
tanggung jawab utama dalam upaya perlindungan, pemenuhan dan penegakan
HAM adalah negara melalui pemerintah. Lihat Foto Management RS Mitra
Keluarga Kalideres kala menggelar konferensi pers, Senin (11/9/2017).
(Kompas.com/Sherly Puspita) Langkah selanjutnya adalah dengan memperluas
cakupan audit bidang kesehatan di seluruh Indonesia. Dengan demikian, maka
akan terlihat sejauh mana peran-peran entitas bidang kesehatan, termasuk rumah
sakit, baik milik pemerintah dan swasta dalam membantu penyediaan dan
pemanfaatan layanan bidang kesehatan yang sejalan dengan tujuan negara untuk
meyediakan penikmatan standar kesehatan tertinggi kepada masyarakat. Bahwa
hasil audit ini harus menjadi rujukan oleh pemerintah untuk mengambil tindakan
baik perubahan kebijakan, pengaturan, keputusan, evaluasi dan sanksi kepada
pihak-pihak yang melakukan pelanggaran. Selain itu, pemerintah berkewajiban
melakukan pemaksaan terhadap entitas bisnis bidang kesehatan untuk melakukan
pemulihan terhadap hak-hak korban. Apabila korban meninggal dunia dan
terbukti hasil pemeriksaan secara hukum menunjukan adanya kelalaian dan/atau
kesengajaan, maka terdapat kewajiban untuk mempertanggung jawabkan secara
pidana. Dengan demikian diharapkan, masyarakat Indonesia akan semakin
menikmati standar kesehatan tertinggi yang dapat dijangkau dan kondusif. Ini
31
sebagai bagian memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sebagai anugrah tuhan yang maha esa. Musthafa kemal pasha(2002) menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan hak asasi manusia ialah hak-hak dasar yang dibawa
manusia sejak lahir yang melekat padaesensinya sebagai anugrah Allah SWT.
3.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34
35