Hak Asasi Manusia Dan Negara Hukum

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 35

HAK ASASI MANUSIA DAN NEGARA HUKUM

(RULE OF LAW)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kewarganegaraan
Dosen pengampu : M. Jannuar Ibnu Adham, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Putri Dhea Octavianie P17324419026
Santi Nuraini P17324419035
Wulan Sri Lestari P17324419047

PRODI KEBIDANAN KARAWANG


POLTEKKES KEMENKES RI BANDUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya. Penyusun berharap tulisan
ini bisa memberikan wawasan luas untuk memahami tentang Hak Asasi Manusia
dan Negara Hukum (Rule of Law). Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan
tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat sangat membangun,
penulis mengharapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini.

Karawang , 25 Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................

BAB I
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.4 Tujuan............................................................................................................................

BAB II
2.1 Pengertian dan hakikat HAM........................................................................................
2.2 Sejarah perkembangan HAM........................................................................................
2.3 HAM dimata dunia........................................................................................................
2.4 HAM di Indonesia.........................................................................................................
2.5 Nilai-nilai dasar dalam HAM........................................................................................
2.6 Bentuk-bentuk HAM.....................................................................................................
2.7 Bentuk pelanggaran HAM.............................................................................................
2.8 Pengertian dan hakikat dalam negara hukum................................................................
2.9 Prinsip-prinsip Rule Of Law..........................................................................................

BAB III
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................

Daftar Pustaka ..................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekilas Tentang Negara Hukum. Pemikiran atau konsepsi manusia tentang


Negara hukum juga lahir dan berkembang dalam situasi kesejarahan. Oleh karena
itu, meskipun konsep Negara hukum dianggap sebagai konsep universal. Secara
embrionik, gagasan Negara hukum telah dikemukakan oleh plato. Ada tiga unsur
dari pemerintah yang berkonstitusi yaitu peratama, pemerintah dilaksanakan untuk
kepentingan umum; kedua pemerintah dilaksanakan menurut hukum yang
berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum, bukan yang dibuat secara
sewenang-wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; ketiga,
pemerintah berkonstitusi berarti pemerintah yang dilaksanakan atas kehendak
rakyat, bukan berupa paksaan–tekanan yang dilaksanakan pemerintah despotik.
Dalam kaitannya dengan konstitusi bahwa konstitusi meupakan penyusunan
jabatan dalam suatu Negara dan menentukan apa yang dimaksudkan dengan
badan pemerintahan dan apa akhir dari setiap masyarakat.

Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.Penegakan HAM yang kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan
hak asasinya, yaitu: “kemerdekaan”, yang telah berabad-abad dirampas oleh
penjajah. Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan
yang dialami karena hak asasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu,
tidak mengherankan setelah berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri
ini mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang
Dasar1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita yang harus
dilaksanakan dan dicapai.

4
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dan hakikat HAM?
b. Bagaimana sejarah perkembangan HAM?
c. Bagaimana HAM dimata dunia?
d. Bagaimana HAM di Indonesia?
e. Apa saja nilai-nilai dasar dalam HAM?
f. Apa saja bentuk-bentuk HAM?
g. Apa saja bentuk pelanggaran HAM?
h. Apa pengertian dan hakikat dalam negara hukum?
i. Apa saja prinsip-prinsip Rule Of Law?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat HAM?
b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan HAM?
c. Untuk mengetahui HAM dimata dunia?
d. Untuk mengetahui HAM di Indonesia?
e. Untuk Mengetahui nilai-nilai dasar dalam HAM?
f. Untuk mengetahui bentuk-bentuk HAM?
g. Untuk mengetahui bentuk pelanggaran HAM?
h. Untuk mengetahui dan hakikat dalam negara hukum?
i. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Rule Of Law?

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Hakikat HAM


Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap
manusia sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Musthafa kemal pasha(2002)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hak asasi manusia ialah hak-hak dasar
yang dibawa manusia sejak lahir yang melekat padaesensinya sebagai anugrah
Allah SWT. Pendapat lain yang seakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak
dasar yang dibawa sejak lahir dan potensinya sebagai makhluk dan wakil tuhan
(Ghazalli,2004). Rumusan sejak lahir sekarang ini dipertanyakan, sebab bayi yang
ada didalam kandungan sudah memiliki hak untuk hidup oleh karena itu, rumusan
yang lebih sesuai adalah hak dasar yang melekat pada manusia sejak ia hidup.

Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa


semua manisua sebagai makhluk tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama.
Dengan pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar
yang disebut hak asasi manusia. Jadi, kesadaran adanya hak asasi manusia tumbuh
dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama dan sederajat.

Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, sebagai berikut


1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manuasia. Kodrat manusia
adalah sama derajatnya dan martabatnya semua manusia adalah sederajat tanpa
membedakan ras, agama, suku, bahasa dan sebagainya.
2. Landasan yang kedua dan lebih dalam: Tuhan menciptakan manusia. Semua
manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu tuhan yang maha esa.
karena itu dihadapan tuhan manusia adalah sama kecuali pada amalnya.
Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu ada, karena
pengakuan atas harkat dan martabat yang sama sebagai manusia. Selama manusia
belum mengakui adanya persamaan harkat dan martabat manusia maka hak asasi
belum bisa ditegakan. Hak dasar seseorang atau kelompok tidak diakui dan
dihargai selama mereka dianggap memiliki harkat dan martabat manusia. Bila

6
Hak Asasi Manusia belum ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan
penindasan atas Hak Asasi Manusia, baik oleh masyarakat, bangsa, dan
pemerintah suatu negara.

Pada masa lalu, manusia banyak yang belum mengakui derajat manusia
lain. Akibatnya banyak terjadi penindasan manusia oleh manusia lain. Misalnya
penjajahan, perbudakan, dan penguasaan. Fungsi indonesia dahulu pernah
mengalami penjajahan oleh bangsa lain. Kita sebagaiu bangsa sungguh menderita,
sengsara, tertindas, dan tidak bebas. Oleh karena itu, perjuangan menegakkan hak
asasi manusia harus terus-menerus dilakukan. Pada masa sekarang pun masih
banyak manusia atau bangsa, yang menindas manusia dan bangsa lain.

Hak asasi manusia wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.

Secara definitif, hak artinya kekuasaan atau wewenang yang dimiliki


seseorang atas sesuatu di luar dirinya (Suria Kusuma, 1986). Kebaikan dari hak
adalah kewajiban yang berarti tugas harus dijalankan manusia untuk mengakui
kekuasaan itu. Setiap orang memiliki hak dasar memeluk agama, yang berarti
kebebasan dan kewenangan dia untuk menganut suatu agama sedangkan orang
lain memiliki kewajiban untuk mengakui kewenangan orang tersebut. Hubungan
ini akan terjadi bilamana ada pengakuan yang sama antar manusia itu sendiri.

Istilah hak asasi manusia bermula dari Barat yang dikenal dengan right of
man untuk menggantikan natural right. Karena istilah right of man tidak
mencakup right of woman maka oleh Eleoner Roosevelt diganti dengan istilah
human right yang lebih universal dan netral (Gazalli, 2004).

Istilah natural right berasal dari konsep John Locke (1632-1704)


mengenai hak-hak alamiah manusia. John Locke menggambarkan bahwa
kehidupan manusia yang asli sebelum bernegara (state of nature) memiliki hak-

7
hak dasar perorangan yang alami. Hak-hak alamiah itu meliputi hak untuk hidup,
hak kemerdekaan, dan hak milik. Setelah bernegara, hak-hak dasar itu tidak
lenyap tetapi justru harus dijamin dalam kehidupan bernegara.

2.2 Sejarah Perkembangan HAM

Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul karena
inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan
sewenang-wenang dari penguasa, penjajah, perbudakan, ketidakadilan, dan
kezaliman (tirani).

Perkembangan pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan


dan beraneka ragam.
a. Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Masa Sejarah
1) Perjuangan Nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan
(tahun 6000 SM).
2) Hukum Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan keadilan bagi warga
negara (tahun 2000 SM).
3) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM)
sebagai peletak dasar diakuinya hak asasi manusia.mereka mengajarkan untuk
mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan keadilan, cita-cita, dan
kebijaksanaan.
4) Perjuangan Nabi Muhammad saw. Untuk membebaskan para bayi wanita dari
penindasan bangsa Quraisy (600 masehi).

b. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Inggris


Inggris merupaka negara pertama di dunia yang memperjuangkan hak
asasi manusia. Perjuangan tersebut tampak dari beberapa dokumen sebagai
berikut.
1) Tahun 1215, munculnya piagam “ Magna Charta” atau Piagam Agung.
Terjadi pada pemerintahan Raja John, yang bertindak sewenang-wenang
terhadap rakyat dan terhadap kelompok bangsawan. Tindakan Raja John

8
tersebut mengakibatkan rasa puas kaum bangsawan yang kemudian berhasil
membuat suatu perjanjian yang disebut Magna Charta. Magna Charta
membatasi kekuasaan Raja John di Inggris.

2) Tahun 1628, keluarnya piagam “ Petition of Rights”. Dokumen ini berisi


pertanyaan mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya. Hak-hak tersebut
adalah :
 Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
 Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara dirumahnya.
 Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.

3) Tahun 1679, munculnya “Habeas Corpus Act”. Dokumen ini merupakan


undang-undang yang mengatur tentang penahanan seorang. Isinya adalah:
 Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah
penahanan.
 Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.

4) Tahun 1689, keluar “Bill of Rights” merupakan undang-undang yang


diterima parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap Raja James II.
Bill of Rights merupakan undang-undang yang diterima pemerintah Inggris,
yaitu berupa :
 Kebebasan dalam memilih anggota parlemen.
 Kebebasan dalam berbicara dan kebebasan berpendapat.
 Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara tetap harus seizin
parlemen.
 Hak warga negara untuk memilih agama menurut kepercayaan masing-
masing.
 Parlemen berhak untuk merubah kebutuhan raja.

9
c. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Perjuangan penegakan hak asasi manusia di Amerika didasari pemikiran
John Locke, yaitu tentang hak-hak alam seperti, hak hidup (life), hak kebebasan
(liberty), dan hak milik (property). Dasar inilah yang kemudian dijadikan
landasan bagi pengakuan hak-hak asasi manusia yang terlihat dalam Declaration
of Independence of The United States.

Di Amerika Serikat perjuangan hak-hak asasi manusia itu adalah karena


rakyat Amerika Serikat yang berasal dari Eropa sebagai emigran merasa tertindas
oleh pemerintah Inggris, yang pada waktu itu merupakan jajahan Inggris. Amerika
Serikat berhasil mencapai kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli 1776. Deklarasi
kemerdekaan Amerika Serikat dimasukkan dalam konstitusi negara tersebut.
Dalam sejarah perjuangan hak asasi manusia, negara Amerika Serikat dapat
dikatakan sebagai negara pertama yang menetapkan dan melindungi hak asasi
manusia dalam konstitusinya.

d. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Perancis.


Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah
pada awal Revolusi Prancis pada tahun 1789, sebagai pernyataan tidak puas dari
kaum borjuis dan rakyat terhadap kewenang-wenangan Raja Louis XVI. Naskah
tersebut dikenal dengan Declaration des Droits de L’ homme et Du Citoyen
(pernyataan mengenai hak-hak asasi manusia dan warga negara). Deklarasi ini
menyatakan bahwa “hak asasi manusia adalah hak-hak alamiah yang dimiliki
manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan daripada hakikatnya dan
karena itu bersifat suci”.

Revolusi Prancis ini terkenal sebagai perjuangan penegakan HAM di


Eropa. Dalam revolusi ini, muncul semboyan Liberty, Egality, dan fraternity
(Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan). Pada tahun 1791, deklarasi ini
dimasukkan dalam konstitusi Prancis.

10
e. Atlantic Charter Tahun 1941
Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang Dunia II yang
dipelopori oleh F.D. Roosevelt, yang menyebutkan The Four Freedom (empat
macam kebebasan):
 Kebebasan ntuk beragama (freedom of religion)
 Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech and thought)
 Kebebaasan dari rasa takut (freedom of fear)
 Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want)
Empat kebebasan tersebut dianggap sebagai tiang penjaga hak-hak asasi
manusia yang mendasar.

f. Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh PBB


Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan naskah
yang dikenal dengan Universal Declaration of Human Rights, yaitu pernyataan
sedunia tentang hak-hak asasi manusia, sehingga pada tanggal 10 Desember
sering diperingati sebagai hari hak asasi manusia.

Isi pokok deklarasi itu tertuang dalam pasal 1 yang menyatakan :


“sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak
yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu
sama lain dalam persaudaraan.”

Deklarasi tersebut melambangkan komitmen moral dunia internasional


pada hak asasi manusia. Deklarasi universal ini menjadi pedoman sekaligus
standar minuman yang dicita-citakan umat manusia untuk menciptakan dunia
yang lebih baik dan damai. Berawal dari deklarasi universal tersebut, negara-
negara yang tergabung dalam berbagai organisasi dan kelompok regional mulai
merumuskan bersama hak asasi manusia sebagai komitmen mereka dalam
menegakkan hak asasi manusia. Setiap negara pun jadi mulai menunjukkan
jaminan hak asasi manusia dalam konstitusi atau undang-undang dasarnya.

11
g. Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1966
Tahun 1966, dalam sidang Majelis Umum PBB, telah diakui convenant on
Human Rights dalam hukum internasional dan diratifikasi oleh negara-negara
anggota PBB. Convenats tersebut antara lain :
 The International on Civil and Political Rights, yaitu tentang hak sipil dan
hak politik (konvens tentang hak sipil dan hak politik,1966).
 The International Convenat of Economic, Social, Culture, and Human Rights,
yaitu berisi syarat dan nilai-nilai bagi sistem demokrasi dan ekonomi, sosial,
dan budaya (konvensi tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya,1966).
 Optional Protocol, adanya kemungkinan seorang warga negara yang
mengadukan pelanggaran hak asasi manusia kepada The Human Righat
Commite PBB setelah melalui upaya pengadilan di negaranya.

Berdasarkan sejarah perkembangannya, ada tiga hak asasi manusia,


sebagai berikut.
1) Generasi pertama adalah hak sipil dan politik yang bermula di dunia Barat
(Eropa), contohnya : hak atas hidup, hak atas kebebasan dan keamanan, hak
atas kesamaan di muka peradilan, hak kebebasan berpikir dan berpendapat,
hak beragama, hak berkumpul dan hak berserikat.

2) Generasi kedua adalah hak ekonomi, sosial dan budaya yang diperjuangkan
oleh negara Sosialis Eropa Timur, misalnya: hak atas pekerjaan , hak atas
penghasilan yang layak, hak membentuk serikat pekerja, hak atas pangan,
kesehatan, hak atas perumahan, pendidikan, dan hak atas jaminan sosial.

3) Generasi ketiga adalah hak perdamaian dan pembangunan yang


diperjuangkan oleh negara-negara berkembang (Asia-Afrika), misalnya: hak
bebas dari ancaman musuh, hak setiap bangsa untuk merdeka, hak sederajat
dengan bangsa lain, dan hak mendapatkan kedamain.

12
Perkembangan selanjutnya, yaitu muncul generasi keempat hak asasi
manusia ( Tim ICCE UIN,2003). Hak asasi manusia generasi keempat ini
mengkritik peranan negara yang sanngat dominan dalam pembangunan yang
berfokus pembangunan ekonomi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi
keadilan rakyat. Program dijalankan tidak memenuhi kebutuhan rakyat banyak
tetapi untuk sekelompok atau elite penguasa saja. Pemikiran manusia generasi
keempat dipelopori oleh negara-negara Asia pada tahun 1983 yang melahirkan
deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of The Basic Duties of
Asian People and Goverment.

Pemikiran generasi keempat ini lebih maju dari generasi ketiga, karenanya
tidak saja mencakup struktural, tetapi juga berpijak pada terciptanya tatanan sosial
yang berkeadilan. Deklarasi hak asasi manusia Asia selain berbicara tentang hak
asasi yang berbicara tentang kewajiban asasi.

2.3 HAM Di Mata Dunia

Di Indonesia, HAM telah menjadi sebuah topik yang terus hangat


dibicarakan dalam kehidupan masyarakat saat ini. Terlebih setelah era reformasi
di mana HAM telah dirumuskan ke dalam konstitusi negara Indonesia, yaitu UUD
1945. Seluruh peraturan perundang-undangan di bawah UUD 1945 yang
mengatur sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945 sehingga dapat disimpulkan bahwa HAM adalah
hal yang sangat penting dalam praktik kehidupan bangsa Indonesia.

Memahami dan menyimpulkan mengenai bagaimana perspektif dunia


internasional tersebut dapat ditelusuri baik dari sejarah, maupun peraturan-
peraturan internasional.

Dari sejarahnya, kejadian mencantumkan atau mengatur mengenai hak


adalah pada piagam Magna Charta 1215 di mana dalam piagam perjanjian
tersebut Raja John dari Inggris memberikan jaminan beberapa hak oleh raja

13
kepada para bangsawan Inggris beserta keturunannya seperti untuk tidak
dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan.

Selain Magna Charta, kemudian ada pula Petition of Rights tahun 1628
yang pertanyaan-pertanyaan mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya,
Habeas Corpus Act (1679) yang mengatur tentang penahanan seseorang sehingga
tidak terjadi kesewenang-wenangan, dan juga Bill of Rights tahun 1689.
Dokumen-dokumen tersebut semuanya adalah berasal dari Inggris.

Perkembangan berikutnya adalah munculnya pemikiran mengenai HAM


pada abad ke-17 ketika seorang filsuf Inggris bernama John Locke merumuskan
adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu
hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik.

Pada saat itu, sistem pemerintahan dan politik di Inggris didominasi oleh
pandangan monarki absolut di mana raja berkuasa sepenuhnya terhadap rakyat
bahkan terhadap hak yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada setiap manusia.

Pandangan John Locke ini kemudian juga mempengaruhi sejarah HAM


berikutnya, yaitu Revolusi Amerika yang menghasilkan Declaration of
Independence dan Revolusi Perancis dengan tokohnya yang sangat terkenal, yaitu
Napoleon Bonaparte yang menghasilkan Declaration des Droits de L’homme et
du Citoyen atau Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia dan Warga Negara.

Inti dari kedua revolusi tersebut adalah sikap penentangan terhadap


kesewenang-wenangan penguasa, terutama terhadap hak-hak rakyat. Kedua
deklarasi tersebut memuat rumusan mengenai HAM dengan sangat jelas.

Pada Declaration of Independence, tertulis pernyataan bahwa semua manusia


dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk
menikmati kebahagiaan. Declaration des Droits de L’homme et du Citoyen

14
memuat 3 hal, yaitu hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan
persaudaraan (fraternite).

Dari segi peraturan-peraturan Hukum Internasional yang sudah ada sampai


saat ini, sudah banyak yang mengatur mengenai HAM, antara lain adalah
Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia)
yang dibuat pada tahun 1948 dan mengikat terhadap negara-negara di dunia
internasional, baik secara yuridis maupun moral.

Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (International


Covenant on Civil and Political Rights), Kovenan Internasional tentang Hak
Ekonomi, Sosial, dan Budaya (International Covenant on Economic, Social, and
Cultural Rights), Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of
Genocide (Konvensi tentang Pencegahan dan Hukuman Kejahatan Genosida), dan
masih banyak lagi.

Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dunia dan hukum
internasional memandang HAM sangatlah penting. Mulai dari sejarah
perkembangan HAM di dunia internasional yang semakin menjunjung tinggi
HAM dan menolak kesewenang-wenangan penguasa hingga peraturan-peraturan
hukum internasional yang juga memandang HAM sangat penting.

Bahkan banyak sekali peraturan-peraturan hukum internasional yang


mengikat negara-negara, hak-hak asasi manusia menjadi aspek utama yang
diperhatikan dan dijadikan kajian.

Hal lain yang menunjukkan bahwa HAM adalah sangat penting dalam
dunia internasional adalah karena tujuan utama pembentukan PBB adalah untuk
memelihara perdamaian keamanan serta stabilitas internasional dan juga
perlindungan HAM membuat kedudukan PBB adalah sebagai organisasi yang
lebih tinggi kedudukannya dibanding organisasi internasional lainnya, dan Piagam

15
PBB memiliki kedudukan lebih tinggi dari perjanjian-perjanjian internasional
yang lain.

Dan juga betul-betul penegakan HAM adalah karena kesadaran bahwa


HAM adalah hak yang diberikan oleh Tuhan yang ada dan melekat di dalam diri
setiap manusia dan tidak dapat dikurangi, sehingga harus dilindungi oleh segenap
komponen masyarakat internasional, bukan menjadikan HAM sebagai alat untuk
mencapai kepetingan politik.

2.4 HAM Di Indonesia


HAM di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila, yang artinya
bahwa HAM adalah menjadi jaminan filsafat yang kuat dari filsafat bangsa.
Beberapa instrument HAM yang ada di Indonesia antara lain yaitu Undang -
Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia, Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
dan instrumennya yaitu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM .
HAM dapat meliputi Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi
kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama, dan kebebasan
bergerak. Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk
memiliki sesuatu, hak untuk membeli dan menjual serta memanfaatkannya. Hak –
hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan,
hak pilih (dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai
politik. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan ( rights of legal equality). Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan
( social and culture rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak
untuk mengembangkan kebudayaan. Dan hak asasi untuk mendapatkan perlakuan
tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights). Misalnya peraturan
dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan peradilan.

Namun seperti kita ketahui bersama, pelaksanaannya masih sangat jauh


dari apa yang diharapkan oleh semua rakyat Indonesia, masih banyak terjadi
pelanggaran - pelanggaran HAM yang terjadi di negeri kita ini baik itu atas nama

16
negara atau institusi tertentu .Namun apakah disengaja ataupun tidak , negara
(dalam hal ini yaitu Komnas HAM) sepertinya sangat lamban untuk mengungkap
dan mengupas secara detail kasus – kasus pelanggaran HAM yang terjadi baik itu
kasus yang disorot media ataupun yang tidak terlalu disorot . Apalagi disaat Orde
baru berkuasa , terlalu banyak kasus – kasus pelanggaran HAM yang belum bisa
terungkap dan tertutupi awal tebal oleh konspirasi pihak elite kekuasaan pada saat
itu dan diterusakan saat ini .

Dimulai sejak Soeharto menjabat sebagai presiden sampai Soeharto


lengser dalam peristiwa Mei 1998 oleh para Mahasiswa banyak sekali peristiwa –
peristiwa atau kasus – kasus dilakukan pemerintah yang sangat melanggar HAM,
beberapa contoh peristiwa atau kejadian dari pelanggaran HAM yang dilakukan
yaitu pada tahun 1965 dimana Penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jendral
Angkatan Darat dan Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa pendukung
dan mereka yang diduga sebagai pendukung Partai Komunis Indonesia. Lalu
dilanjutkan pada tahun 1966, pada tahun ini terjadi penangkapan dan pembunuhan
tanpa pengadilan terhadap anggota – anggota PKI yang masih terus berlagsung.
Hal ini sangat melanggar HAM, namun mengaa pemerintah seperti tidak tahu -
menahu tentang hal tersebut, munkin pada saat itu ada konfrontasi besar yang
ingin dilakukan oleh Soeharto untuk mempertahankan kekuasaannya, terbukti
dengan konfrontasi itu Soeharto dapat memimpin Indonesia selama 36 tahun
lamanya, mungkin bila ada pemilihan siapa politikus paling pintar di Indonesia
atau bahkan di Asia, Soeharto lah orangnya, karena dia seolah memimpin
Indonesia tanpa cacat di mata dunia. Benar memang asa hukum retroaktif tidak
dapat diterapkan, namun ini menyangkut kemashlahatan masyarakat kita sendiri,
terlebih untuk keluarga – keluarga atau keturunan dari korban – korban dari
pelanggaran HAM tersebut agar supaya mereka mendapatkan haknya yang
direnngut pemerintah kembali. Kembali ke masalah HAM di Indonesia, mengapa
pelanggaran HAM di Indonesia masih saja terjadi dari tahun ke tahun dan juga
sampai saat ini masih sering terjadi pelanggaran HAM itu, apakah pemerintah
terlalu tegas menindak oknum atau institusi yang menentang kekuasaannya
ataukah memang masyarakat kita yang terlalu anarkis sehingga pemerintah

17
terpaksa melakukan tindakan progresif untuk mengendalikannya. Mungkin semua
itu dapat kita kendalikan jika tidak ada tindakan – tindakan atau kebijakan –
kebijakan dari pemerintah yang memberatkan rakyat, karena biasanya rakyat
bertindak dikarenakan hal tersebut. Tidak akan ada suatu masyarakat menyerang
atau menuntut ke pemerintahannya jika tidak ada hal dasar yang
melatarbelakanginya.

Lalu bagaimana cara untuk menekan pelanggaran HAM yang terjadi


selama ini, mungkin salah satunya dengan cara lebih mensaktikan lagi lembaga
khusus Hak Asasi Manusia yang dimiliki pemerintah yaitu KOMNASHAM
(Komisi Nasional Hak Asasi Manusia), karena selama ini KOMNASHAM hanya
dapat memegang suatu kasus pelanggaran HAM sampai batas pengaduan kasus,
penyelidikan kasus, tanpa bias menghakimi siapa oknum – oknum yang terlibat
dalam kasus itu, alangkah baiknya jika KOMNASHAM diberi wewenang untuk
melaksanakan tindakan penghukuman atas oknum yang terlibat dalam kasus
tersebut. Memang akan butuh dana, butuh tenaga ahli untuk melaksanakannya,
namun bukankah rakyat Indonesia ini lebih dari cukup untuk melaksanakan tugas
itu, saya yakin bahwa rakyat Indonesia mampu untuk itu. Dan memang butuh
proses panjang untuk melaksanakan hal itu, butuh waktu yang mungkin lama
untuk merekrut ahli – ahli hokum diseluruh Indonesia ini yang berkomitmen
untuk mengamankan, mensejahterakan dan memajukan bangsa ini dibidang Hak
Asasi Manusia, butuh pejuang – pejuang HAM layaknya Moenir. Perlu adanya
Moenir Moenir baru untuk bangsa kita ini. Dan sebagai mahasiswa yang dalam
konotasinya adalah penyambung lidah – lidah rakyat, jangan sekali – kali
mengenal kata menyerah untuk memperjuangkan Hak – hak kita dan orang –
orang yang ada disekitar kita, agar kehidupan kita didunia ini lebih bermanfaat.

2.5 Nilai-Nilai Dasar Dalam HAM


Nilai HAM diperlukan dalam rangka menciptakan rasa nyaman, aman, dan
tentram bagi setiap orang untuk mendapatkan hak-hak hidupnya. Misalnya:
1) hak memperoleh pendidikan.
2) hak hidup damai

18
3) hak kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab.

2.6 Bentuk-Bentuk HAM


Pelaksanaan hak-hak asasi di dalam kehidupan masyarakat antara lain,
sebagai berikut :
a. Sebagai pribadi yang berketuhanan Yang Maha Esa, kita yakin bahwa hak-
hak asasi kita berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Yang artinya tuhan telah
Menganugerahkan hak kepada setiap manusi berupa hak hidup, hak
kemerdekaan dan kebebasan, serta hak memiliki sesuatu. Hingga patutlah
kepada seluruh manusia saling menghormati dan menghargai atas setiap hak
asasi yang ada pada setiap  manusia.

b. Dalam kehidupan sehari-hari hak asasi mencakup hak untuk mendapat


perlakuan yang sopan baik ditempat kerja, di lingkungan sekolah/kampus,
maupun dilingkungan masyarakat pada umumnya.

c. Mengakui dan menghargai pendapat bersama yang telah dirumuskan dan


disetujui dalam musyawarah walaupun secara pribadi berbeda pendapat.

d. Rakyat rela mengorbanikan sebagian hak miliknya demi kepentingan umum


dan sebaliknya pemerintah memberikan ganti rugi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

e. Setiap masyarakat menghormati dan menghargai hak seseorang untuk dipilih


dan memilih dalam pemilu.

f. Setiap masyarakat mempunyai kebebasan dalam berpendapat dan berpolitik


baik dalam bentuk tulisan maupun orasi, namun yang dimaksud adalah
kebebasan yang bertanggung jawab.

g. Dalam peradilan, sekalipun tersangka sudah terbukti dalam tindak


kejahatannya, namun tetap diberlakukan asas praduga tak bersalah hal ini

19
untuk menghargai tersangka tersebut akan haknya dalam mendapat layanan
dan perlindungan hokum serta bersamaan kedudukannya dalam hokum.

h. Hak asasi tidak dapat dilaksanakan secara mutlak karena akan melanggar
hak-hak asasi orang lain, sehingga hak-hak asasi dalam pelaksanaanya
dibatasi dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, pada UUD 1945 dan
peraturan perundangan lainnya.

2.7 Bentuk Pelanggaran HAM


Bentuk Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia)  - Di dalam kehidupan
sehari-hari, kita tidak akan pernah lepas dari berita yang baru muncul, entah itu
kasus yang berhasil, penculikan, pemerkosaan dan sebagainya.

Dan juga, tidak menutup kemungkinan juga, kalian tidak pernah melihat
pengeroyokan, caci maki bahkan tawuran dan masih banyak lagi lainnya. Selain
itu, yang disebut pelecehan, penghinaan, atau pelanggaran tidak adil itu adalah
salah satu bentuk perjuangan HAM yang sering, tidak sering lagi tetapi sering
terjadi di masyarakat.

Bentuk patah HAM yang sering muncul biasa terjadi dalam 2 bentuk, yaitu
sebagai berikut:
Diskriminasi . Yakni suatu keputusan, pelecehan atau pengucilan langsung atau
tidak langsung mengenai pembedaan manusia, agama dasar, suku, ras, kelompok,
golongan, jenis kelamin, etnik, pertarungan terkait politik yang selanjutnya
berimbas pada manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individu,
maupun kolektif di dalam berbagai aspek kehidupan.
Penyiksaan . Yakni tindakan yang dilakukan secara sengaja menimbulkan rasa
sakit yang teramat atau penderitaan baik itu jasmani maupun rohani pada
seseorang untuk mendapat pengakuan dari seseorang atau orang ketiga.
Berdasarkan sifatnya, dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

20
Pelanggaran HAM berat , yakni menentang HAM yang berbahaya, dan
menantang manusiawa, seperti menentang, penganiayaan, perampokan,
perbudakan, penyanderaan dan lain sebagainya.
Pelanggaran HAM ringan , namun menentang HAM yang dilindungi,
ditanggulangi. Misal, seperti kelalaian dalam memberikan pelayanan kesehatan,
pencemaran lingkungan oleh masyarakat dan sebagainya.

Pelanggaran HAM berat , menurut Undang-Undang RI nomor 26 tahun


2000 tentang Pengadilan HAM, dapat memungkinkan menjadi 2 yaitu:
Kejahatan Genosida . Merupakan setiap tindakan yang dilakukan dengan maksud
melawan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok, atau agama dengan cara:
1. Membunuh setiap anggota kelompok.
2. Mengakibatkan partisipasi fisik dan mental yang berat terhadap anggota
kelompok.
3. Menciptakan situasi kehidupan yang bisa mengatasi kemusnahan secara
fisik baik keseluruhan atau sebagiannya.
4. Memindahkan paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke dalam
kelompok yang lain.
Kejahatan terhadap penderitaan . Merupakan tindakan yang dilakukan
sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya
adalah serangan tersebut yang ditujukan langsung terhadap penduduk sipil, yang
terdiri dari:
1. Pembunuhan.
2. Pemusnahan.
3. Perbudakan.
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk yang dilakukan dengan paksa.
5. Perampasan kebebasan atau perampasan kebebasan fisik lainnya dengan
sewenang-wenang yang dilindungi (asas-asas) ketentuan hukum
internasional.
6. Penyiksaan.

21
7. Perkosaan, perbudakan seks, pelacuran paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi paksa atau segala bentuk kekerasan seksual
lainnya yang sesuai.
8. Penganiayaan terhadap kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
dengan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang terkait universal seperti hal yang diajukan
sesuai hukum internasional.
9. Penghilangan orang secara paksa.

Kejahatan apartheid, yaitu sistem ganti ras yang diterapkan oleh


pemerintah yang meminta izin dari ras atau bangsa.
Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di atas pada dasarnya adalah bentuk yang
dilepaskan untuk hak hidup, hak kemerdekaan, dan kebahagiaan hak yang dimiliki
oleh setiap manusia. Selain itu pula, perjuangan HAM merupakan bentuk
penghinaan terhadap harkat, derajat dan martabat manusia.

2.8 Hakikat Dalam Negara Hukum


Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk
warga Negara dan sebagai daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada
setiap manusia agar ia menjadi warganegara yang baik. Peraturan yang
sebenarnya menurut Aristoteles ialah peraturan yang mencerminkan keadilan bagi
pergaulan antar warga negaranya. maka menurutnya yang memerintah Negara
bukanlah manusia melainkan “pikiran yang adil”. Penguasa hanyalah pemegang
hukum dan keseimbangan saja.
Penjelasan UUD 1945 mengatakan, antara lain, “Negara Indonesia
berdasar atas hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka
(machsstaat)”. Jadi jelas bahwa cita-cita Negara hukum (rule of  law) yang
tekandung dalam UUD1945 bukanlah sekedar Negara yang berlandaskan
sembarang hukum. Hukum yang didambakan bukalah hukum yang ditetapkan
semata-mata atas dasar kekeuasaan, yang dapat menuju atau mencerminkan
kekuasaan mutlak atau otoriter. Hukum yang demikian bukanlah hukum yang adil
(just law), yang didasarkan pada keadilan bagi rakyat.

22
Konsep rechtsstaat mengutamakan prinsip wetmatigheid yang kemudian menjadi
rechtmatigheid.
1. unsur-unsur rechtsstaat :
a. adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM).
b. adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan negara untuk menjamin
perlindungan  HAM,
b. pemerintahan berdasarkan peraturan,
c. adanya peradilan administrasi.

Dari uraian unsur-unsur rechtsstaat maka dapat dikaitkan dengan konsep


perlindungan hukum, sebab konsep rechtsstaat tersebut tidak lepas dari gagasan
untuk memberi pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dengan
demikian rechtsstaat memiliki inti upaya memberikan perlindungan pada hak-hak
kebebasan sipil dari warga negara, berkenaan dengan perlindungan terhadap hak-
hak dasar yang sekarang lebih populer dengan HAM, yang konsekuensi logisnya
harus diadakan pemisahan atau pembagian kekuasaan di dalam negara. Sebab
dengan pemisahan atau pembagian kekuasaan di dalam negara, pelanggaran dapat
dicegah atau paling tidak dapat diminimalkan.

Di samping itu, konsep rechtsstaat menginginkan adanya perlindungan


bagi hak asasi manusia melalui pelembagaan peradilan yang independen. Pada
konsep rechtsstaat terdapat lembaga peradilan administrasi yang merupakan
lingkungan peradilan yang berdiri sendiri.

Negara Anglo Saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “ The Rule Of The Law” atau
pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary.

2.9 Prinsip-Prinsip Rule Of Law


Dalam masyarakat yang beradab, Hukum dibuat untuk melindungi kepentingan
warga negara seperti kehidupan dan properti mereka dan bukan untuk menindas mereka. Jika
undang-undang yang memandu hak-hak dan mendikte kekuasaan dan fungsi para pemimpin
dan orang-orang yang dipimpin terlihat bekerja dengan baik, maka itu tentu harus mengikuti

23
aturan tertentu. Aturan-aturan yang mendefinisikan supremasi hukum adalah supremasi
absolut atau dominasi hukum atas semua orang, baik penguasa maupun yang diperintah.
Ini mengandaikan bahwa laki-laki harus berkuasa sesuai dengan hukum seperti yang
dinyatakan dan tidak sesuai dengan keinginan dan kapri mereka sendiri. Ini berarti bahwa
pemerintah harus berkuasa sesuai dengan ketentuan konstitusi dan pemerintah harus tunduk
pada hukum dan tidak di atasnya. Doktrin kedaulatan hukum dikemukakan oleh Profesor AV
Dicey pada tahun 1885. Doktrin ini memiliki prinsip-prinsip tertentu seperti asas hukum adat.

Prinsip Rule of Law dalam Aturan Hukum


Untuk menginspirasi diskusi tentang Rule of Law dalam prakteknya, kami
menggunakan Piramida Rule of Law kami yang menyediakan cara untuk membayangkan
prinsip-prinsip dan tradisi hukum yang berkontribusi untuk mempertahankan supremasi
hukum. Pertama, secara efektif dan teliti menyelidiki semua kejahatan, termasuk dan memang
khususnya di mana ada alasan untuk mencurigai keterlibatan pejabat negara. Kedua, tidak
menggunakan proses kriminal untuk menghukum siapa pun karena ekspresi politik, atau
melanggar prinsip independensi peradilan. Dengan demikian, tidak menuntut hakim untuk
melakukan investigasi yang didirikan dengan baik terhadap kejahatan yang sensitif secara
politik.

Ketiga, memberikan perlindungan hukum yang efektif bagi pelapor pemerintah yang
merilis informasi tentang kepentingan publik kepada media atau publik. Pernyataan ulang
prinsip-prinsip akal sehat seperti itu, dalam forum publik yang dihadiri oleh pejabat tinggi
dari seluruh dunia, akan menggarisbawahi kepentingan mereka. Lebih baik lagi, negara
bahkan mungkin menyetujui suatu proses di mana, selama beberapa tahun berikutnya, mereka
akan mengartikulasikan komitmen “peregangan” khusus untuk masing-masing, dengan
kemajuan yang dipantau secara transparan.

1. Supremasi Hukum
Untuk undang-undang yang dibuat untuk mengatur tindakan pemerintah dan orang-
orang untuk bekerja dengan baik, itu harus memiliki supremasi absolut atau dominasi atas
semua orang di negara ini. Ini menunjukkan bahwa hukum harus unik, dikenal dan berkuasa
dengan baik dan di atas semua orang yang hidup dalam batas-batas negara seperti contoh
hukum adat.

2. Prinsip Kesetaraan di Depan Hukum


Ini menyiratkan bahwa semua orang setara di mata hukum. Hukum tidak
menghormati orang. Apakah Anda kaya atau miskin, muda atau tua, terpelajar atau buta

24
huruf, pejabat pemerintah atau warga biasa, hukum yang sama berlaku untuk kita semua.
Sampai sejauh ini, jika penguasa dan yang diperintah melakukan pelanggaran yang sama,
keduanya harus diberi hukuman yang sama. Hukum tidak boleh ditekuk untuk menghormati
status, pangkat atau posisi seseorang.

3. Prinsip Hak Individu


Hukum dibuat di suatu negara untuk melindungi kepentingan warga negara. Jika
hukum harus terlihat berfungsi dengan baik, ia harus menjaga dan melindungi hak dan
kebebasan individu. Setiap orang memiliki hak untuk hidup, tidak ada orang yang akan
mengalami penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi atau merendahkan dan dia juga
memiliki hak untuk bekerja, keselamatan pribadi, pendidikan, properti dan hak untuk memilih
dan untuk berdiri sebagai kandidat untuk pemilihan.
Sementara tugas negara untuk memberikan hak dan kebebasan yang diperlukan kepada warga
negara untuk memastikan kebahagiaan yang lebih besar dari individu, adalah kewajiban moral
warga untuk tidak mengganggu hak dan kebebasan warga negara lain. Untuk tujuan inilah hak
asasi manusia yang mendasar tertanam dalam konstitusi modern seperti hubungan hukum adat
dan pancasila.

4. Akuntabilitas
Pemerintah serta aktor swasta bertanggung jawab di bawah hukum.

5. Hanya Hukum
Hukumnya jelas, dipublikasikan, stabil, dan adil, diterapkan secara merata dan
melindungi hak-hak dasar, termasuk keamanan orang dan properti dan hak asasi manusia inti
tertentu.

6. Pemerintahan Terbuka
Proses di mana undang-undang diberlakukan, diatur, dan ditegakkan dapat diakses,
adil, dan efisien seperti ciri-ciri hukum adat.

7. Keadilan Penyelesaian
Sengketa yang Tidak Dapat Diakses dan Tidak Langsung disampaikan tepat waktu
oleh perwakilan dan netral yang kompeten, etis, dan independen yang dapat diakses, memiliki
sumber daya yang memadai, dan mencerminkan susunan komunitas yang mereka layani.

25
Keseluruhan prinsip universal ini merupakan definisi kerja dari aturan hukum. Mereka
dikembangkan sesuai dengan standar dan norma yang diterima secara internasional, dan diuji
dan disempurnakan dengan berkonsultasi dengan berbagai ahli di seluruh dunia.

Keterbatasan dan Pengecualian terhadap Rule of Law


Masing-masing contoh ini menyoroti bahaya, bahkan dalam demokrasi dengan
institusi yang berkembang baik, bahwa motivasi politik dapat menginfeksi proses peradilan
dengan cara yang mengikis ketidakberpihakan dan ketidakadilan. Sementara penyalahgunaan
hukum pidana mungkin tampak menawarkan keuntungan jangka pendek kepada para aktor
politik, dalam jangka panjang hal itu merusak legitimasi pemerintah seperti unsur-unsur
hukum adat.

1. Legislasi yang Didelegasikan


Pemberian wewenang diskresioner kepada Pejabat Pemerintah untuk memungkinkan
mereka menjalankan tugasnya secara efektif dapat digunakan untuk melawan warga negara.
Pejabat dapat membuat peraturan perundang-undangan yang bila diatur akan
menyalahgunakan hak dan kebebasan individu.

2. Imunitas Diplomatik
Duta dan diplomat tidak dapat digugat dan dituntut di negara-negara di mana mereka
melayani karena mereka diperlakukan sebagai di atas hukum negara tuan rumah, melainkan
mereka dapat dipulangkan. Ini merongrong prinsip kesetaraan semua orang di hadapan
hukum.

3. Keberadaan Pengadilan Administratif atau Pengadilan Khusus


Pengadilan dan tribunal ini menggunakan prosedur khusus yang tidak diamati di
pengadilan sipil. Hal ini membuat keadilan yang diperoleh di pengadilan tersebut tidak sesuai
dengan aturan hukum. Lebih dari itu, sebagian besar putusan pengadilan tersebut melarang
hak-hak individu untuk naik banding.

4. Keistimewaan Khusus
Ada beberapa individu tertentu yang kebal terhadap hukum negara. Orang-orang
seperti itu termasuk Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur, anggota Parlemen (Majelis
Nasional) dan beberapa pejabat tinggi pemerintah lainnya. Hakim kebal hukum saat
mengadili di pengadilan. Ini untuk membuat mereka melaksanakan tugas mereka tanpa rasa
takut atau rasa suka.

26
5. Keadaan Darurat dan Perang
Selama kondisi-kondisi tertentu yang kritis yang dapat membuat pemerintah
menyatakan keadaan darurat atau ketika ada perang, pemerintah biasanya menggunakan
kekuasaan diskresioner tertentu. Kekuatan ini ketika dilaksanakan oleh pemerintah biasanya
menyangkal individu bagian dari hak asasi manusia mereka sebagai orang mungkin terbatas
pada rumah mereka atau dibatasi dari melakukan kegiatan tertentu atau individu mungkin
dipaksa untuk pergi dan berperang untuk membela negara mereka bahkan jika itu melawan
keinginan mereka.

6. Kemiskinan, Buta dan Ketidaktahuan


Kebanyakan orang terutama di negara berkembang buta huruf. Mereka tidak tahu
cara membaca dan menulis; karena itu, mereka tidak dapat membaca dan memahami hak-hak
mereka yang tertanam dalam konstitusi. Kadang-kadang, ketika mereka bisa membaca,
mereka tidak tahu apa yang merupakan hak mereka. Sementara tingkat kemiskinan di negara
tersebut tidak memungkinkan mereka untuk mengejar atau menuntut siapa pun yang
melanggar hak-hak mereka.
Relevansi Aturan Hukum ditunjukkan oleh penerapan prinsip-prinsip berikut dalam praktik
nya:
 Pemisahan kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif.
 Undang-undang dibuat oleh perwakilan masyarakat secara terbuka dan transparan.
 Hukum dan administrasinya tunduk pada kritik terbuka dan bebas oleh rakyat , yang
mungkin berkumpul tanpa rasa takut.
 Hukum diterapkan secara adil dan adil , sehingga tidak ada yang di atas hukum.
 Undang-undang ini mampu diketahui oleh semua orang, sehingga semua orang dapat
mematuhinya.
 Tidak seorang pun tunduk pada tindakan apa pun oleh lembaga pemerintah mana pun
selain sesuai dengan undang-undang dan model peraturan yang berperkara , tidak ada
yang tunduk pada penyiksaan apa pun.
 Sistem peradilannya independen, tidak memihak, terbuka dan transparan dan
memberikan pengadilan yang adil dan cepat.
 Semua orang dianggap tidak bersalah sampai terbukti sebaliknya dan berhak untuk tetap
diam dan tidak diharuskan untuk memberatkan diri mereka sendiri.
 Tidak seorang pun dapat dituntut, secara sipil atau kriminal, karena pelanggaran apa pun
yang tidak diketahui oleh hukum ketika dilakukan.
 Tidak ada yang tunduk secara negatif terhadap perubahan hukum yang retrospektif.

27
Tidak ada satu pun definisi yang disepakati mengenai aturan hukum. Namun, ada
definisi inti dasar yang mendekati penerimaan universal. Seperti yang ditulis oleh Emeritus
Profesor Geoffrey Walker, dalam karya definisinya tentang aturan hukum : sebagian besar isi
aturan hukum dapat diringkas dalam dua poin:
“Bahwa orang-orang (termasuk, seseorang harus menambahkan, pemerintah) harus
diperintah oleh hukum dan menaatinya dan bahwa hukum harus sedemikian rupa sehingga
orang akan dapat (dan, orang harus menambahkan, bersedia) untuk dibimbing olehnya. ”
Geoffrey de Q. Walker, Aturan hukum: landasan demokrasi konstitusional:
“Aturan hukum adalah prinsip menyeluruh yang memastikan bahwa warga Australia diatur
oleh undang-undang yang dibuat oleh perwakilan terpilih mereka dan yang mencerminkan
aturan hukum. Itu mengharuskan bahwa undang-undang dikelola dengan adil dan adil.

2.10 Contoh pelanggaran HAM dalam kesehatan

KEPALA Dinas Kesahatan DKI Jakarta, Koesmedi, menilai ada kelalaian dari
pihak Rumah Sakit Mitra Keluarga terkait dengan kematian bayi Tiara Debora
Simanjorang (4 bulan). Kesimpulan itu hasil penggalian data dan informasi
terhadap pihak RS Mitra Keluarga, demikian dilaporkan oleh berbagai media di
Indonesia akhir-akhir ini. Polemik atas peristiwa ini mencuat setelah viral di
media massa, bahwa terdapat dugaan keterlambatan penanganan oleh rumah sakit
karena persoalan pembiayaan sehingga korban tidak bisa ditangani difasilitas
ICU. Meskipun, pihak rumah sakit mendalilkan bahwa mereka tetap melakukan
penanganan medis secara maksimal terhadap korban, walaupun pada akhirnya
korban tidak dapat diselamatkan. Tentu kebenaran atas klaim penyebab kematian
korban versi rumah sakit, problem adiministrasi dan pelayanan medis, lamanya
waktu penanganan, persoalan jaminan kesehatan dengan fasilitas BPJS dan
berbagai keterangan keluarga korban masih memerlukan verifikasi dari otortitas
kesehatan dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI. Akan tetapi, tidak bisa
dihindari adalah rencana dari peran kepolisian yang akan melakukan pemeriksaan
secara meteriil peristiwa tersebut guna menentukan ada atau tidaknya tindak
pidana yang menyebabkan kematian korban.  Baca juga: Orangtua Debora
Siapkan Materi Laporan terhadap RS Mitra Keluarga Hak atas kesehatan
Kesehatan adalah hak asasi manusia yang fundamental dan tak ternilai demi
terlaksananya hak asasi manusia yang lainnya. Setiap orang berhak untuk

28
menikmati standar kesehatan tertinggi yang dapat dijangkau dan kondusif bagi
kehidupan manusia yang berderajat yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian, maka hak atas
kesehatan dapat dimaknai sebagai bagian dari seperangkat hak yang melekat pada
hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia (vide Pasal 1 angka 1 UU Nomor 39
Tahun 1999 tentang HAM). Oleh karena itu, maka terdapat konsekuensi
perlindungan terhadap impelmentasi pelaksanaan hak atas kesehatan tersebut
secara maksimal sehingga tidak ada tindakan yang bersifat mengurangi,
menghalangi, membatasi, atau mencabut hak asasi manusia seseorang. Hak atas
kesehatan secara tegas telah dijamin dalam instrumen hukum dan HAM, baik
nasional dan internasional. Instrumen nasional merujuk pada ketentuan Pasal 28 H
ayat (1) UUD 1945 juncto Pasal 9 ayat (3) UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM dan UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dalam instrumen HAM
internasional, hak atas kesehatan diatur melalui Pasal 25 ayat (1) dan (2) Deklarasi
Universal Hak-Hak Asasi Manusia yang diterima dan diumumkan oleh Majelis
Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 dengan Resolusi 217 A (III). Ayat
(1) berbunyi, setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk
kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan,
pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang
diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit,
cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang
mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.
Sedangkan ayat (2) justru memberikan penegasan perlindungan terhadap Ibu dan
anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan istimewa. Lihat Foto
Orangtua bayi Debora mendatangi kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) di Jakarta Pusat, Senin (11/9/2017).(KOMPAS.COM/Anggita Muslimah)
Rujukan tersebut, secara teknis ditekankan melalui Pasal 12 Kovenan
Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang ditetapkan oleh

29
Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tertanggal 16 Desember 1966 dan telah
diratifikasi oleh Indonesia melalui UU Nomor 11 Tahun 2005, menyatakan bahwa
Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk menikmati
standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental. Sedangkan
untuk mencapai perwujudan hak kesehatan tersebut, negara harus melakukan
tindakan sekurang-kurangnya 4 (empat) hal yaitu: (1) menyusun ketentuan-
ketentuan untuk melakukan pengurangan tingkat kelahiran-mati dan kematian
anak serta perkembangan anak yang sehat; (2) melakukan perbaikan semua aspek
kesehatan lingkungan dan industri; (3) melakukan pencegahan, pengobatan dan
pengendalian segala penyakit menular, endemik, penyakit lainnya yang
berhubungan dengan pekerjaan, dan  (4) penciptaan kondisi-kondisi yang akan
menjamin semua pelayanan dan perhatian medis dalam hal sakitnya seseorang.
Komentar Umum Hak EKOSOB Nomor 14 terkait dengan "Hak atas Standar
Kesehatan Tertinggi yang Dapat Dijangkau" menegaskan bahwa hak atas
kesehatan dalam segala bentuknya dan semua levelnya mengandung elemen yang
penting dan terkait penerapan yang tepat akan sangat bergantung 4 (empat) hal:
Pertama, ketersediaan. Pelaksanaan fungsi kesehatan publik dan fasilitas
pelayanan kesehatan, barang dan jasa-jasa kesehatan, juga program-program,
harus tersedia dalam kuantitas yang cukup. Kedua, aksesibilitas. Fasilitas
kesehatan, barang dan jasa, harus dapat diakses oleh tiap orang: a) Tidak
diskriminasi, harus dapat diakses oleh semua,terutama oleh masyarakat yang
marginal; b) Akses secara fisik, fasilitas kesehatan, barang dan jasa harus dapat
terjangkau secara fisik dengan aman bagi semua, terutama bagi kelompok yang
rentan atau marginal; c) Akses ekonomi, fasilitas kesehatan, barang dan jasa harus
dapat terjangkau secara ekonomi bagi semua, memastikan bahwa pelayanan ini,
yang tersedia baik secara privat maupun publik, terjangkau oleh semua, termasuk
kelompok yang tidak beruntung secara sosial. Kesamaan mensyaratkan bahwa
masyarakat miskin tidaklah harus dibebani biaya kesehatan secara tidak
proporsional dibandingkan dengan masyarakat kaya; d) Akses informasi,
aksesibilitasnya mencakup hak untuk mencari dan menerima atau membagi
informasi dan ide, mengenai masalah-masalah kesehatan. Ketiga, penerimaan.
Segala fasilitas kesehatan, barang dan pelayanan harus diterima oleh etika medis

30
dan sesuai secara budaya, misalnya menghormati kebudayaan individu-individu,
kaum minoritas, kelompok dan masyarakat, sensitif terhadap jender dan
persyaratan siklus hidup. Keempat, kualitas. Selain secara budaya diterima,
fasilitas kesehatan, barang dan jasa harus secara ilmu dan secara medis sesuai
serta dalam kualitas yang baik. Hal ini mensyaratkan antara lain, personil yang
secara medis berkemampuan, obat-obatan dan perlengkapan rumah sakit yang
secara ilmu diakui dan tidak kedaluwarsa, air minum aman dan dapat diminum,
serta sanitasi yang memadai. Baca juga: RS Mitra Keluarga Lalai karena Suruh
Orangtua Debora Cari Rujukan Audit bidang kesehatan Peristiwa Debora ini
harus menjadi momentum oleh pemerintah untuk melakukan audit bidang
kesehatan dengan merujuk pada standar dan norma HAM tersebut di atas yang
meliputi aspek ketersediaan, aksesibiltas, peneriman dan kualitas. Audit ini
kiranya, untuk sementara difokuskan pada satu rumah sakit yang diduga terkait
dengan peristiwa Debora ini. Kewajiban ini sejalan dengan konsep bahwa
tanggung jawab utama dalam upaya perlindungan, pemenuhan dan penegakan
HAM adalah negara melalui pemerintah. Lihat Foto Management RS Mitra
Keluarga Kalideres kala menggelar konferensi pers, Senin (11/9/2017).
(Kompas.com/Sherly Puspita) Langkah selanjutnya adalah dengan memperluas
cakupan audit bidang kesehatan di seluruh Indonesia. Dengan demikian, maka
akan terlihat sejauh mana peran-peran entitas bidang kesehatan, termasuk rumah
sakit, baik milik pemerintah dan swasta dalam membantu penyediaan dan
pemanfaatan layanan bidang kesehatan yang sejalan dengan tujuan negara untuk
meyediakan penikmatan standar kesehatan tertinggi kepada masyarakat. Bahwa
hasil audit ini harus menjadi rujukan oleh pemerintah untuk mengambil tindakan
baik perubahan kebijakan, pengaturan, keputusan, evaluasi dan sanksi kepada
pihak-pihak yang melakukan pelanggaran. Selain itu, pemerintah berkewajiban
melakukan pemaksaan terhadap entitas bisnis bidang kesehatan untuk melakukan
pemulihan terhadap hak-hak korban. Apabila korban meninggal dunia dan
terbukti hasil pemeriksaan secara hukum menunjukan adanya kelalaian dan/atau
kesengajaan, maka terdapat kewajiban untuk mempertanggung jawabkan secara
pidana. Dengan demikian diharapkan, masyarakat Indonesia akan semakin
menikmati standar kesehatan tertinggi yang dapat dijangkau dan kondusif. Ini

31
sebagai bagian memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan
ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional.

32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sebagai anugrah tuhan yang maha esa. Musthafa kemal pasha(2002) menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan hak asasi manusia ialah hak-hak dasar yang dibawa
manusia sejak lahir yang melekat padaesensinya sebagai anugrah Allah SWT.

3.2 Saran

33
DAFTAR PUSTAKA

Wirano. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi


Aksara
https://www.academia.edu/34190129/NEGARA_HUKUM
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/13/22582741/kisah-bayi-debora-dan-
pentingnya-implementasi-hak-atas-kesehatan?page=all

34
35

Anda mungkin juga menyukai