Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN

FAKTOR-FAKTOR DIDIRIKANNYA MUHAMMADIYAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi


Tugas Mata Kuliah Kemuhammadiyahan
Dosen Pengampu : Afifun Nidlom, S.Ag., M.Pd., M.H.

Disusun Oleh :
Ari Andriyani
NIM. 231335300024

PRODI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
TA 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya yang

telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas mata

kuliah Kemuhammadiyahan “Faktor-faktor Didirikannya Muhammadiyah”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini masih

banyak kekurangaan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mohon

dengan segala kerendahan hati, pembaca berkenan memberikan kritik dan saran

yang membangun guna kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan bagi

masyarakat pada umumnya.

Sidoarjo, 10 Nopember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i


Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................iii

BAB I : Pendahuluan .................................................................................... 1


BAB II : Faktor-faktor Didirikannya Muhammadiyah .................................. 3
2.1 Faktor Subyektif ....................................................................... 3
2.2 Faktor Obyektif ........................................................................ 5
BAB III : KESIMPULAN ............................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...………... 9
BAB I

PENDAHULUAN

Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad,

karena berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah,

sedangkan secara terminologi berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi

mungkar dan tajdid, bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Sejak pertama

didirikan, telah ditegaskan bahwa Muhammadiyah bukan organisasiyang bergerak

dibidang politik, namun bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan. Hasil

pemikiran K.H.Ahmad Dahlan yang dilakukan secara mendalam dan sungguh-

sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang

merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan darihasil pemahaman dan

pemikirannyaterhadap ajaran Islam. Di Indonesia lahir beberapa organisasi atau

gerakan Islam, diantaranya adalah Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun

sebelum merdeka,dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik,social

dan pendidikan.

Muhammadiayah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan

kebangkitan masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai hari

ini bertahandan membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika dilihat dari

amal usaha dan gerakan Muhammadiyah dibidang sosial kemasyarakatan,

khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka Muhammadiyah

merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia.

Secara lebih konsepsional berdirinya Muhammadiyah dilatar belakangi

oleh dua faktor, yaitu faktor subyektif dan faktor obyektif. Yang dimaksud dengan

1
faktor subyektif adalah faktor dari subyek pendirinya, yaitu KH. Ahmad Dahlan

sendiri. Dan faktor obyektif yang merupakan faktor dari lingkungan dan keadaan

umat Islam pada saat itu

2
BAB II

FAKTOR-FAKTOR DIDIRIKANNYA MUHAMMADIYAH

2.1 Faktor Subyektif

Secara garis besar faktor penyebabnya adalah pertama, faktor subyektif

adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Qur’an dalam menelaah,

membahas dan mengkaji kandungan isinya. Kedua, faktor obyektif di mana dapat

dilihat secara internal dan eksternal. Secara internal ketidakmurnian amalan Islam

akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai satu-satunya rujukan

oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.

Faktor subyektif berawal dari keinginan KH. Ahmad Dahlan untuk

mendirikan organisasi yang dapat dijadikan sebagai alat perjuangan dan da’wah

untuk nenegakan amar ma’ruf nahyi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an,

surat Al-Imron:104 dan surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis

untuk mewujudkan gerakan tauhid. KH. Ahmad Dahlan percaya bahwa dalam al-

Quran dan al-Hadits terdapat nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai landasan

untuk mengubah situasi dan kondisi umat Islam yang mengalami keterbelakangan.

Ia adalah orang yang sangat tekun mempelajari ilmu agama dengan

mendalami isi yang terkandung dalam al-Quran dan al-Hadits. Ahmad Dahlan

percaya bahwa dalam al-Quran dan al-Hadits terdapat nilai-nilai yang dapat

dijadikan sebagai landasan untuk mengubah situasi dan kondisi umat Islam yang

mengalami keterbelakangan. Setiap hari ia berusaha keras untuk menemukan

nilai-nilai fundamental yang ada dalam Al al-Quran dan al-Hadits untuk kemudian

3
diterapkan dalam kehidupan riil. Ia selalu melakukan tadabbur atau

memperhatikan dan mencermati dengan penuh ketelitian terhadap apa yang

tersirat dalam Al-Quran. Dari sini kemudian Ahmad Dahlan menemukan beberapa

ayat - di antaranya adalah Surat Ali Imran ayat 104 dan Surat al-Ma’un yang

memberinya spirit untuk melakukan perubahan terhadap situasi dan kondisi

masyarakat, bangsa dan agama yang terjadi pada saat itu. Setelah pulang dari

Makkah, KH. Ahmad Dahlan kemudian mendirikan organisasi yang bernama

Muhammadiyah untuk melakukan perubahan.

Keterbelakangan umat Islam Indonesia dalam segi kehidupan menjadi

sumber keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi

keterbelakangan. Keterbelakangan umat Islam dalam dunia pendidikan menjadi

sumber utama keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya

dianggap menjadi sumber lahirnya generasi baru muda Islam yang berpikir

moderen. Kesejarteraan umat Islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan

jika kebodohan masih melengkupi umat Islam Indonesia.

2.2 Faktor Obyektif

Faktor obyektif adalah faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya

Muhammadiyah menurut kenyataan yang terjadi secara empiris pada saat itu. Apa

yang ada dalam pikiran dan hati sanubari KH. Ahmad Dahlan disulut oleh situasi

dan kondisi yang berkembang pada masyarakat saat itu. Ada beberapa sebab yang

bersifat obyektif yang melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah yang dapat

dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu

faktor-faktor penyebab yang muncul di tengah-tengah kehidupan masyarakat

4
Islam Indonesia. Sedangkan faktor eksternal yaitu, faktor-faktor penyebab yang

ada di luar masyarakat Islam Indonesia.

2.2.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat Islam

sendiri yang tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem pendidikan

Islam.

a. Ketidak murnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-

Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam

Indonesia. Kondisi masyarakat yang masih sangat kental dengan

kebudayaan Hindu, Budha, Animisme, dan Dinamisme memunculkan

kepercayaan dan praktik ibadah yang menyimpang dari Islam.

Kepercayaan dan praktik ibadah tersebut dikenal dengan istilah tahayyul,

bida’ah dan Churafat (TBC). Dala peraktik pengamalan agamanya, ummat

Islam masih banyak percaya kepada benda-benda keramat, seperti keris,

tombak, batu aji, azimat, hari baik dan buruk. Mereka sering pergi

kekuburan para wali dan ulama yang dianggap keramat untuk meminta

berkah. Dalam ibadah, ummat Islam saat itu melaukan ritual keagamaan

yang telah tercampur dengan budaya luar. Dalam ibadah mahdlah , mereka

menambah dan mengurangi ajaran Islam yang sebenarnya. Saat ada yang

meninggal dunia, diadakan upacara hari ketiga, ketujuhh, kesembilan,

keseribu dan seterusnya. Agar keinginan manusia cepat tercapai, ummat

Islam mencari wasilah (perantara) yang menghubungkan mereka dengan

tuhan, padahal wasilah telah meninggal dunia.

5
b. Lembaga pendidikan yang dimiliki ummat Islam belum mampu

menyiapkan generasi yang siap mengembanmisi selaku “ khalifah Allah di

atas bumi”. KH. Ahmad Dahlan mengetahui bahwa pendidikan di

Indonesia terpecah menjadi dua yaitu pendidikan pesantren yang hanya

mengajarkan ajaran-ajaran agama dan pendidikan barat yang sekuler.

Kondisi menjadi pemisah antara golongan yang mendapat pendidikan

agama dengan golongan yang mendapatkan pendidikan sekuler. Dualisme

sistem pendidikan diatas membuat perihatin KH. Ahmad Dahlan oleh

karna itu cita-cita pendidikan Ahmad Dahlan ialah melahirkan manusia

yang berpandangan luas dan memiliki pengetahuan umum, sekaligus yang

bersedia untuk kemajuan masyarakatnya. Cita-cita ini dilakukan dengan

mendirikan lembaga pendidikan dengan kurikulum yang menggabungkan

antara imtak dan iptek.

2.1.2 Faktor Eksternal

a. Pengaruh ide dan gerakan pembaruan Islam ditimur tengah.

b. Semakin meningkatnya gerakan keristenisasi ditengah-tengah masyarakat

Indonesia. Maraknya kristenisasi di Indonesia sebegai efek domino dari

imperalisme Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama Islam. Proyek

kristenisasi satu paket dengan proyek imperialalisme dan modernisasi

bangsa Eropa, selain keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk

memasarkan produk-produk hasil refolusi industeri yang melada Eropa.

c. Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para

penginjil untuk menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat

manusia diseluruh dunia untuk ’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga

6
membawa angin modernisasi yang sedang melanda erofa. Modernisasi

yang terhembus melalui model pendidikan barat (Belanda) di Indonesia

mengusung paham-paham yang melahirkan moernisasi erofa, seperti

sekularisme, individualisme, liberalisme dan rasionalisme. Jika penetrasi

itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru Islam yang rasional

tetapi liberal dan sekuler.

d. Penetrasi bangsa-bangsa eropa terutama bangsa Belanda ke

Indonesia.Setiap organisasi yang ada di dunia pada umumnya pasti

memiliki faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya organisasi

tersebut. Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam

sekolah-sekolah kolonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan

kolonial sebagai pendidikan yang bersifat sekuler, disamping sebagai

peyebar kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian

pemerintah colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi

yang terdidik, tetapi juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah

satu sisi politik etis yang disebut politik asisiasi yang pada hakekatnya

tidak lain dari usaha westernisasi yang bertujuan menarik penduduk asli

Indonesia kedalam orbit kebudayaan barat. Dari lembaga pendidikan ini

lahirlah golongan intlektual yang biasanya memuja barat dan

menyudutkan tradisi nenekmoyang serta kurang menghargai Islam, agama

yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar, karena mereka lebih dikenalkan

dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang sekuler anpa

mengimbanginya dengan pendidiakan agama konsumsi moral dan

7
jiwanya. Sikap umat yang demikianlah tankanya yang dimaksud sebagai

ancaman dan tantangan bagi Islam diawal abad ke 20.

8
BAB III

KESIMPULAN

Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia.

Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa

sallam, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang

menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8

Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad

Darwis, kemudian dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau memiliki

keresahan mengenai tertinggalnya masyarakat muslim dalam berbagai aspek-

aspek kehidupan. Selain adanya kungkungan tradisionalisme dalam alam pikiran

umat Islam, saat itu bangsa Indonesia juga terjajah yang membawa sederet

masalah sehingga Muhammadiyah hadir untuk menjawab persoalan-persoalan

tersebut. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud,

beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak

hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya

berdasarkan Qur`an dan Hadist.

8
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, P., & Faizah, I. (2017). Buku Ajar Al-Islam Dan


Kemuhammadiyahan – 3. Sidoarjo : Umsida Press

Haedar Nashir, KH. (2021, May 15). Penjelasan-haedar-nashir-tentang-


faktor-kelahiran-muhammadiyah, https://muhammadiyah.or.id/

Anda mungkin juga menyukai