MAKALAH KLP 2 Pengauditan2
MAKALAH KLP 2 Pengauditan2
PENGAUDITAN II
OLEH KELOMPOK 2
DOSEN PENGAMPU :
NAZHFIYANI KS,S.E,M.Ak
Bismillahhirramanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada pemakalah sehingga dengan rahmat-Nya itulah pemakalah
dapat menyelesaikan makalah dengan mata kuliah “Pengauditan II” ini dengan
tepat waktu. Tidak lupa penulis bershalawat kepada baginda Nabi Muhammad
SAW yang mana beliau telah merubah peradaban dari peradaban jahiliyah
kepada peradaban yang berilmu pengetahuan yang sama-sama kita rasakan pada
saat ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kasus 1 ....................................................................................................... 1
B. Kasus 2 ....................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
ii
A. Kasus 1
KAP PAA menetapkan batas materialitas. Materialitas digunakan untuk
menetapkan seberapa besar salah saji yang dapat diterima auditor. Batas
materialitas yang ditentukan KAP PAA untuk perusahaan non publik, persentase
yang digunakan adalah laba sebelum pajak 10%, laba kotor 2%, penjualan 1%,
dan jumlah aset 5%. Persentase yang digunakan untuk PT JKL adalah
penjualan, karena penjualan pada PT JKL sedang meningkat. Sehingga
materialitas yaitu: PM= Rp194.911.102.921,00 x 1% = Rp1.949.111.029,00.
Nilai tersebut adalah nilai yang menjadi acuan untuk mengetahui salah saji yang
dapat diterima auditor. Menentukan kesalahan yang dapat ditoleransi (tolerable
error) dengan cara PM x 40%. TE= Rp1.949.111.029,00 x 40%=
Rp779.644.412,00.
Nilai tersebut adalah nilai yang menjadi acuan untuk mengetahui nilai yang
dapat ditoleransi oleh auditor. Menentukan PS (paje scope) untuk mendapatkan
jumlah minimum dari salah saji yang akan dibuat penyesuaian dengan cara TE x
10%. PS= Rp779.644.412,00 x 10%= Rp77.964.441,00. Tidak material untuk
cash opname yang dilakukan. Selanjutnya, melaksanakan prosedur kerja
pemeriksaan kas dan setara kas.(Agita Sari et al., 2018)
Prosedur kerja pemeriksaan kas dan setara kas KAP PAA adalah sebagai
berikut:
a. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas. Untuk prosedur
ini, penulis menggunakan data berupa hasil internal control quistionnaires
(ICQ). Jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam ICQ diisi sendiri oleh
auditor. Jawaban “ya” menunjukkan ciri internal control yang baik, jawaban
“tidak” menunjukkan ciri internal control yang lemah dan “tidak relevan”
berartikan pertanyaan tersebut tidak relevan untuk PT JKL. ICQ tersebut
menunjukkan bahwa pengendalian intern perusahaan masih ada yang lemah
karena perusahaan tidak memiliki standar operasional prosedur pengeluaran
atau penerimaan kas dan bank.
b. Memeriksa saldo kas dan bank sesuai atau tidak dengan buku besar dan
rincian, buat top schedule dan pastikan saldo sesuai dengan GL (general
ledger atau buku besar). Untuk prosedur ini, penulis menggunakan data
perusahaan PT JKL berupa neraca dan buku besar bank. Saldo kas dan bank
dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
1
Tabel 1. Perbandingan saldo kas di neraca dengan buku besar
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ada selisih antara saldo neraca dengan
saldo buku besar.
c. Memeriksa saldo awal dengan data awal tahun. Untuk prosedur ini, penulis
menggunakan data perusahaan PT JKL berupa rekening koran semua bank
bulan Juli 2018 dan rekening koran hasil audit bulan Juni 2018. Data
diambil bulan Juni karena bulan Juni dianggap sebagai data awal untuk
melanjutkan audit di tahun 2018 bulan Juli-Desember.
Tabel 2. Perbandingan saldo bank awal
Setelah dilakukan pemeriksaan, tidak ada selisih antara saldo awal audit
pertengahan tahun bulan Juni 2018 dengan saldo awal bulan Juli 2018.
2
d. Mendiskusikan dengan klien mengenai hal-hal yang terkait mengenai
pembatasan pengambilan kas di bank, jaminan-jaminan yang dimuat dalam
konfirmasi bank dan lain-lain. Periksa bukti-bukti yang terkait untuk
kemudian didokumentasikan. Untuk prosedur ini, penulis menggunakan
hasil wawancara bersama dengan pihak staff manajer keuangan. Dari hasil
diskusi, pembatasan pengambilan kas di bank tidak ada batasan selama
untuk kegiatan operasional dan jelas penggunaannya. Harus diotorisasi oleh
pejabat yang berwenang.
e. Memberikan penjelasan mengenai perubahan signifikan dan melakukan
wawancara atas adanya transaksi tidak terduga dan hubungan tidak biasa
antara tahun berjalan, tahun lalu dan jumlah yang dianggarkan untuk saldo
kas. Untuk prosedur ini, penulis menggunakan data perusahaan PT JKL
berupa hasil wawancara bersama dengan pihak staff manajer keuangan. Dari
hasil diskusi, tidak ada transaksi tidak terduga dan hubungan tidak biasa.
f. Melakukan pemeriksaan fisik atas kas ditangan dan melakukan pengujian
atas rekonsiliasi pada jumlah yang selisih. Untuk prosedur ini, penulis
menggunakan data perusahaan PT JKL berupa dokumen kas kecil dari pos
(station) yang didapat (lampiran 3) untuk cash opname dan berita acara
pemeriksaan (BAP) untuk hasil pemeriksaan fisik kas di tangan (cash
opname). Pemeriksaan fisik kas di tangan cash opname dilakukan karena PT
JKL tidak memiliki kas ditangan, yang ada adalah kas ditangan milik
station. Station yang dijadikan sampel untuk cash opname adalah KLD dan
BGR. Hasil cash opname untuk station KLD dapat dilihat pada gambar 2.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan perhitungan fisik kas, dari BAP dapat
dilihat adanya selisih antara pemeriksaan kas ditangan dengan catatan kasir
di pos station KLD selisih kurang sebesar Rp87.287.199,00. Selisih terjadi
karena kasir salah catat lebih sebesar Rp38.233.000,00 ketika pengisian
kembali sehingga kasir harus mengkreditkan transaksi dibuku kas senilai
Rp38.233.000,00 dengan keterangan salah catat kas kecil. Dengan begitu
selisih uang yang tidak ada per tanggal 05 April 2019 adalah
Rp87.287.199,00 - Rp38.233.000,00 = Rp49.054.199,00.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan perhitungan fisik kas station BGR, dari
BAP dapat dilihat selisih antara pemeriksaan kas ditangan dengan catatan
kasir ditemukan selisih lebih sebesar Rp66.314,00. Selisih terjadi karena
3
adanya kemungkinan uang yang terpakai menggunakan uang kasir tetapi
tidak diganti menggunakan uang kas kecil dan tidak dicatat ke buku kas.
Station BGR dilakukan perhitungan tarik mundur karena cash opname
dilaksanakan tanggal 26 April 2019 dan hasil cash opname dengan
perhitungan tarik mundur dapat dilihat pada gambar 5. Perhitungan tarik
mundur kas kecil per tanggal 31 Desember 2018= Rp9.397.600,00 +
Rp4.013.000,00 + Rp248.371.817,00 - Rp254.606.000,00= Rp7.176.417,00.
Saldo 31 Desember 2018 per buku kas adalah Rp7.110.103,00 dan
perhitungan tarik mundur adalah Rp7.176.417,00 sehingga selisih yang
terjadi pada tanggal 31 Desember 2018 adalah selisih lebih Rp66.314,00
sesuai dengan selisih uang yang lebih per tanggal 26 April 2019.
g. Lakukan pemeriksaan secara acak atas pengeluaran cek sehubungan dengan
otorisasinya. Untuk prosedur ini, penulis tidak menggunakan data apapun
dikarenakan PT JKL tidak menggunakan cek dalam melakukan kegiatan
operasional perusahaan baik penerimaan maupun pengeluaran kas.
h. Periksa rekening koran dari setiap bank satu minggu sebelum dan sesudah
tanggal neraca. Untuk prosedur ini, penulis menggunakan data perusahaan
berupa rekening koran bank bulan Desember 2018 dan Januari 2019 dapat
dilihat pada lampiran 1. Berdasarkan dari hasil pemeriksaan, bahwa benar
transaksi telah dicatat dan dimasukkan ke buku besar.
i. Saldo akhir menurut rekening koran sesuai dengan saldo bank dalam buku
besar. Untuk prosedur ini, penulis menggunakan data perusahaan PT JKL
berupa rekening koran semua bank bulan Desember, buku besar bulan
Desember. Saldo akhir semua bank dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Penyesuaian saldo bank di rekening
4
Setelah dilakukan penyesuaian, tidak ada perbedaan antara saldo akhir
menurut rekening koran dengan saldo bank dalam buku besar.
j. Periksa mutasi debit kredit pada rekening koran lalu periksa ke dokumen
pendukungnya. Untuk prosedur ini, penulis menggunakan data perusahaan
PT JKL berupa sample rekening koran bank BNI (operasional) bulan
Desember dan neraca Desember 2018 dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3.
Dokumen pendukungnya adalah neraca, karena buku besar perusahaan
menggunakan aplikasi dan ketika dirubah ke excel akan merubah transaksi
yang telah dicatat.
k. Periksa perhitungan kurs (jika dalam mata uang asing) apakah sesuai dengan
kurs tengah Bank Indonesia pada akhir tahun. Untuk prosedur ini, penulis
menggunakan kertas kerja pemeriksaan kas dan setara kas per audit
Desember 2018. Perhitungan kurs dapat dilihat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Perhitungan kas bank USD dengan kurs tengah BI.
5
menggunakan data apapun dikarenakan PT JKL tidak memiliki deposito
apapun.
m. Membuat konfirmasi untuk semua bank. Untuk prosedur ini, penulis
menggunakan data perusahaan PT JKL berupa data konfirmasi bank yang
telah dibuat dan dikirim ke setiap bank dapat dilihat pada lampiran 4. Daftar
konfirmasi bank dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Daftar Konfirmasi Bank
6
kelebihan catat atas transaksi pengisian kembali petty cash dan tidak
dibuatkan jurnal penyesuaian karena uang tidak hilang
b. Adanya pengisian kembali kas kecil yang melebihi batas maksimal
perusahaan yaitu lebih dari Rp40.000.000,00 di station KLD.
c. Kas kecil menggunakan metode dana tetap, tetapi ketika pengisian
kembali dilakukan, dana kas kecil berubah.
d. Adanya selisih lebih sebesar Rp66.314,00 di station BGR, kemungkinan
terjadi selisih karena menggunakan uang pribadi ketika kas kecil habis
dan kas lebih dikembalikan ke kasir.
e. Terdapat selisih perhitungan kurs pada rekening bank USD sebesar
Rp2.923.792,00 dan dibuatkan jurnal penyesuainnya.
B. Kasus 2
Dalam mengerjakan Kertas Kerja Audit (KKA) KAP Sendy Cahyadi &
Erry Febrianto tentunya menetapkan batas materialitas. Menurut Standar Audit
320, materialitas harus ditetapkan oleh auditor untuk menilai risiko salah saji
material dan menentukan luas prosedur audit lanjutan (Ikatan Akuntan Publik
Indonesia 2021). KAP Sendy Cahyadi & Erry Febrianto menetapkan batas
materialitas seperti pada Tabel 1.
Seperti dalam Tabel 1. KAP Sendy Cahyadi & Erry Febrianto untuk
organisasi non-publik sebesar 10% untuk laba bersih sebelum pajak, 1% untuk
penjualan, 2% untuk laba kotor, 5% untuk ekuitas, 0,5% untuk total aset, dan
5% untuk laba bersih sebelum pajak, depresiasi, dan amortisasi. Untuk
7
menghitung PM digunakan persentase total aset sebesar 0,5% karena total aset
organisasi nirlaba XYZ lebih besar daripada pendapatan.
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa total aset organisasi nirlaba XYZ pada
periode akhir tahun 31 Desember 2022 sebesar Rp 215.375.346.898, sehingga
Planning Materiality (PM) dapat dihitung sebagai berikut, PM = Rp
215.375.346.898 x 0,5% = Rp 1.076.876.734. Nilai sebesar Rp 1.076.876.734
akan menjadi nilai acuan untuk mengetahui risiko salah saji yang dapat
dijadikan acuan oleh auditor. Selanjutnya, untuk menentukan Tolerable Error
(TE) dapat dihitung dari PM x 75%, sebagai berikut, TE = Rp 1.076.876.734 x
75% = Rp 807.657.551. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai
yang dapat ditoleransi oleh auditor sebesar Rp 807.657.551. Setelah
menentukan TE, auditor harus menentukan Scope Journal Entries (SJE) untuk
menentukan jumlah minimum dari salah saji yang akan dibuat penyesuaian. SJE
dapat dihitung dari TE x 5%, sebagai berikut, SJE = Rp 807.657.551 x 5% = Rp
40.382.878. Setelah menentukan PM, TE, dan SJE, selanjutnya auditor akan
melakukan prosedur audit kas setara kas.
Prosedur audit kas setara kas pada KAP Sendy Cahyadi & Erry
Febrianto dimulai dengan mencari saldo awal kas dan setara kas ke kertas
kerja/laporan audit tercetak tahun lalu. Untuk prosedur ini, auditor
menggunakan data organisasi nirlaba XYZ berupa Kertas Kerja Audit (KKA)
kas setara kas dan Draft Report tahun 2021. Saldo kas dan setara kas dapat
dilihat pada Tabel 3. sebagai berikut:
8
Langkah selanjutnya yaitu, melacak jumlah buku besar dengan saldo
neraca. Auditor menggunakan data dari Draft Report dan laporan keuangan
organisasi nirlaba XYZ tahun 2022. Berikut merupakan perbandingan antara
saldo buku besar dengan saldo neraca organisasi nirlaba XYZ pada tahun 2022:
9
Setelah melakukan pelacakan saldo, pihak auditor melakukan konfirmasi
bank. Untuk prosedur audit ini, auditor membuat surat konfirmasi berdasarkan
daftar bank lalu mengirimkan surat konfirmasi tersebut ke semua rekening bank
yang dimiliki organisasi nirlaba XYZ. Setelah mendapat surat balasan, auditor
mendokumentasikannya pada Kertas Kerja Audit (KKA) dan melakukan review
atau pencocokan antara saldo bank per buku dan saldo dalam balasan
konfirmasi. Berikut merupakan perbandingan antara saldo berdasarkan balasan
konfirmasi dan saldo per buku:
10
bank menurut buku besar, dan saldo per bank dengan rekening giro dan hasil
konfirmasi bank.
Setelah melakukan rekonsiliasi bank, auditor melanjutkan ke tahap
selanjutnya yaitu uji cut-off tunai, prosedur ini dilakukan oleh auditor dengan
melakukan subsequent event dimana auditor memeriksa transaksi pelunasan
piutang 2021 pada tahun 2022 untuk kas masuk dan memeriksa transaksi
pembayaran utang 2021 pada tahun 2022.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji penilaian yang sesuai atas kas
setara kas dalam mata uang asing pada tanggal neraca. Prosedur ini juga tidak
dilakukan auditor karena dalam saldo kas setara kas semua disajikan dalam
mata uang rupiah.
Setelah itu, auditor membandingkan saldo kas dengan periode
sebelumnya dan selidiki perubahan yang tidak terduga. Untuk prosedur ini,
auditor membandingkan saldo buku besar tahun 2022 dengan saldo audit 2021
dan mencari selisih saldo antara kedua tahun tersebut. Secara singkat, berikut
hasil prosedur audit analitik yang didapat:
11
dikarenakan kelalaian karyawan dalam menghimpun uang saat uang akan
disetorkan ke rekening. Dari peristiwa ini juga ditemukan informasi bahwa
kepala cabang salah satu cabang dari organisasi nirlaba XYZ ini merangkap
jabatan menjadi kepala cabang sekaligus kasir, sehingga adanya indikasi
tindakan kecurangan.
Tak lupa auditor juga harus meninjau total yang tercatat untuk penjualan
tunai atau koleksi dalam daftar penerimaan kas, buku besar, dan slip setoran.
Pastikan bahwa uang tunai yang dikumpulkan disimpan dengan benar dan tepat
waktu. Untuk prosedur ini, auditor menggunakan dokumen BAP cash opname
kas besar pada tiap-tiap cabang(Haksanggulawan et al., 2023).
Tak hanya pencatatan tunai, auditor juga harus meninjau rekening bank
yang tidak disebutkan namanya untuk klien. Untuk prosedur ini, auditor
menggunakan surat balasan konfirmasi bank untuk meninjau dan memasukkan
saldo rekening-rekening bank tersebut ke dalam Lead Sheet.
Langkah terakhir, memeriksa perjanjian yang berkaitan dengan dana
escrow, saldo kompensasi, dana cadangan, dan uang tunai terbatas. Menentukan
kepatuhan dengan perjanjian dan bahwa pengungkapan yang diperlukan telah
dibuat dalam laporan keuangan. Untuk prosedur ini, auditor memeriksa
perjanjian dana cadangan milik organisasi nirlaba XYZ, dokumen yang
diperiksa berupa dokumen legal dana cadangan tersebut dan kebijakan
akuntansi yang dikelola oleh organisasi nirlaba XYZ.
Setelah meneliti satu per satu prosedur audit kas setara kas yang
dilakukan oleh KAP Sendy Cahyadi & Erry Febrianto, dapat disimpulkan
bahwa prosedur audit kas setara kas ini terdapat perbedaan dengan acuan
peneliti, perbedaannya terletak pada pembuatan Top Schedule yang tertera pada
langkah pertama dalam prosedur audit kas setara kas milik Sukrisno Agoes,
sedangkah pada prosedur audit milik KAP Sendy Cahyadi & Erry Febrianto
tidak ada. Adapun kendala KAP Sendy Cahyadi pada saat
mengimplementasikan prosedur audit kas setara kas pada organisasi nirlaba
XYZ antara lain, adanya dokumen yang tidak kembali ke auditor hingga masa
akhir pemeriksaan.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di atas yang telah disusun
oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa prosedur audit kas setara kas milik KAP
Sendy Cahyadi & Erry Febrianto ditemukan adanya perbedaan dan dianggap
12
tidak sesuai dengan prosedur acuan peneliti. Dari pembahasan penelitian di atas
juga dapat dilihat bahwa ada beberapa dokumen yang tidak kembali kepada
auditor hingga masa akhir pemeriksaan sehingga tidak dapat dilakukannya cross
check data milik organisasi nirlaba XYZ dan pihak terkait(Theresia & Saenggo,
2023).
13
DAFTAR PUSTAKA
Agita Sari, T., Rini Puspo Wijaya, L., & Damayanti. (2018). Audit Kas Dan Setara Kas
Pada Pt Jkl. 9.
Haksanggulawan, A., Hajar, I., & Putera, A. (2023). Neraca Neraca. Jurnal Ekonomi,
Manajemen Dan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-Enam Kendari,
1(2), 401–407.
https://doi.org/10.572349/neraca.v1i2.163%0Ahttps://jurnal.kolibi.org/index.php/n
eraca/article/view/163
Theresia, A., & Saenggo, P. (2023). Analisis Prosedur Audit Kas Setara Kas ( Studi
Kasus terhadap Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba XYZ ). Prosiding Senapan,
3(1), 1–8.
14